BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aluminium ialah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi sesudah oksigen dan silikon, mencapai 8,2 dari massa total. Karena sifatnya yang sangat
menguntungkan, penggunaan aluminium terus berkembang. Ini terlihat dari semakin banyaknya alat-alat yang diproduksi dengan menggunakan aluminium. Sehingga
berkembanglah industri peleburan aluminium di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia, dimana pada 6 Januari 1976 di Jakarta dibentukalah PT. Indonesia Asahan
Aluminium INALUM yang merupakan perusahaan joint venture antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. NAA.
INALUM membangun pabrik peleburan yang beroperasi dengan kapasitas terpasang 510 pot yang terbagi dalam 3 gedung, sehingga di masing-masing gedung
terdapat 170 pot. Dimana jenis tungku yang digunakan adalah Prebaked Anode Furnace PAF yaitu suatu sistem dimana anoda dipanggang terlebih dahulu
prebaked sebelum dipergunakan.
Proses peleburan aluminium di INALUM dilakukan dengan sistem elektrolisa dengan cara mereduksi alumina menjadi aluminium dengan menggunakan alumina,
karbon, dan listrik sebagai material utama. Dimana material ini akan dimasukkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam tungku reduksi dengan temperatur operasi 955
o
C ± 10
o
C, kuat arus yang dipakai adalah 190-200 kA dengan tegangan tiap pot sekitar 4,2 – 4,4 volt. Selain
material utama, ada juga material penunjang yang fungsinya tidak kalah penting dengan material utama, yaitu kriolit, soda abu dan aluminium florida.
Produksi aluminium di PT INALUM tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Dimana umumnya persentase produk secara aktual lebih rendah
dibandingkan dengan persentase produk secara teoritis. Ini diakibatkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah temperatur bath yang terlalu tinggi, yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi balik aluminium menjadi alumina. Temperatur bath ini dapat dikontrol dengan mengendalikan persentase kelebihan AlF
3
yaitu 9,9 ± 1,5. Bila persentase kelebihan AlF
3
di atas 9,9 ± 1,5, temperatur operasi akan turun. Sedangkan bila persentase kelebihan AlF
3
di bawah 9,9 ± 1,5, temperatur operasi akan naik.
Sehingga perlu dilakukan pengendalian pemasukan aluminium florida AlF
3
kedalam pot reduksi. Aluminium florida AlF
3
ini merupakan bahan penunjang yang ditambahkan secara manual jika terjadi kekurangan AlF
3
di dalam pot reduksi dan dikurangi secara manual juga jika terjadi kelebihan AlF
3
di dalam pot reduksi.
Sejalan dengan fenomena diatas maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul
”PENGARUH PENAMBAHAN ALF
3
TERHADAP TEMPERATUR BATH dan MOLTEN YANG DIHASILKAN DI PT. INALUM KUALA TANJUNG”
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan