Walaupun anggaran kas dipersiapkan dibawah pengarahan manajer keuangan, tetapi menunjukkan suatu usaha bersama beberapa departemen operasi didalam
perusahaan. Perkiraan penjualan, pengumpulan piutang disiapkan oleh personalia departemen pemasaran. Biaya produksi diperhitungkan oleh pimpinan departemen
produksi dan akuntan. Departemen-departemen yang lain sedikit banyak terlibat bahwa mereka bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran kas masing-
masing departemen. Didalam menyiapkan anggaran kas diperlukan tiga informasi, yaitu saldo awal,
besarnya saldo kas yang diharapkan akan diterima, serta besarnya pembayaran yang diharapkan. Adapun untuk menyiapkan anggaran kas secara terperinci dijelaskan oleh
Garbutt 1997:27, antara lain sebagai berikut :
1. Saldo Awal Kas
Segala jenis kas harus diperhitungkan apabila jumlahnya material besar. Angka-angka yang tidak material harus diabaikan. Bagi perusahaan kecil, nilai yang
tidak material mungkin besarnya Rp.10.000,- yang sering terdapat didalam register kas. Bagi perusahan-perusahaan besar yang urusan sehari-harinya mungkin puluhan
juta, maka nilai Rp.10.000.000,- dapat dianggap tidak material. Pada dasarnya penentuan material tidaknya suatu nilai bergantung pada skala pengeluarannya.
2. Penerimaan yang Diharapkan
Penerimaan perusahaan yang utama adalah dari penjualan, baik penjualan tunai maupun penjualan kredit. Penjualan kredit menimbulkan pembayaran oleh
kreditur. Kegiatan penjualan biasanya mendominasi penerimaan dalam daur modal kerja. Selain itu, ada pula penerimaan-penerimaan dari aktiva jangka panjang yang
dijual ataupun dari penambahan modal, akan tetapi sifatnya tidak rutin.
3. Pembayaran yang Diharapkan
Pembayaran untuk jangka pendek biasanya didominasi oleh dua pos, yaitu pembayaran untuk bahan baku dan perlengkapan supplies serta pembayaran untuk
Universitas Sumatera Utara
gaji dan upah. Meskipun masing-masing perusahaan berbeda-beda. Kedua jenis pembayaran ini biasanya mencapai 70 - 80 dari anggaran biaya. Untuk alasan
inilah maka kedua pos ini harus diperhatikan dengan seksama pada saat menyiapkan anggaran. Biaya-biaya lainnya juga perlu diperhatikan meskipun masih
memungkinkan untuk ditaksir secara global. Akan tetapi, bisa jadi biaya-biaya ini menimbulkan keterkejutan, misalnya pada waktu pembayaran asuransi jatuh tempo,
pembayaran pajak, dan lain-lain. Selain itu, biaya-biaya dapat ditimbulkan dalam jangka panjang, misalnya pembayaran dividen, bunga pinjaman, pembelian aktiva
tetap, ataupun pembayaran hutang jangka panjang. Pembayaran ini juga sifatnya tidak rutin.
4. Kebutuhan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Baik dalam hal penerimaan maupun pembayaran, dalam mengestimasi biasanya seseorang cenderung lebih memfokuskan pada kebutuhan sekarang, atau
kebutuhan akan modal kerja. Alasannya sudah jelas, yaitu bersifat rutin atau harian untuk kegiatan operasional perusahaan. Kebutuhan jangka panjang timbul dari
kebutuhan yang lebih spesifik, sehingga kadang-kadang diutamakan. Beberapa kebutuhan ini dapat diprediksikan sebelumnya, seperti untuk
membayar hutang jangka panjang, sedangkan lainnya mungkin tergantung pada tersedianya kas, seperti investasi dalam aktiva tetap. Meskipun bukan merupakan
keharusan, sebaiknya perlu ada keluwesan fleksibilitas dalam perencanaan kas jangka panjang. Apabila perencanaan kas jangka panjang dilakukan dengan tidak
benar, maka jumlah investasi yang besar ini memberikan kontribusi yang menonjol didalam krisis kas.
5. Saldo Akhir Kas