Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Proses Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN PADA PROSES PEMBERIAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI (PPN) IMPOR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

NAMA : SHUFIA ZUHROH

NIM : 092600066

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Terbentuknya ... 13

B. Letak Geografis ... 16

C. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi ... 18

D. Struktur Organisasi ... 19


(3)

A. Pengertian ... 24

B. Dasar Hukum ... 24

C. Subjek dan Objek ... 25

D. Tata Cara Penyelesaian ... 26

E. Syarat Pengajuan ... 29

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Prosedur Penelitian ... 31

B. Jumlah Wajib Pajak ... 32

C. Analisa ... 33

D. Hambatan-hambatan ... 34

E. Cara Mengatasi ... 34

F. Evaluasi ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang sederhana ini guna memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Diploma III Universitas Sumatera Utara. Serta Shalawat dan Salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kehidupan bagi seluruh umatnya dari alam yang penuh keimanan yang ditandai berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Mudah-mudahan kita mendapat Syafaat-Nya kelak. Amin.

Adapun judul Laporan Tugas Akhir yang dipilih oleh penulis adalah :

” Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Proses Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”.

Penulis juga menyadari bahwa di dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sudah tentu mendapatkan kesalahan-kesalahan baik dalam segi bahasa maupun dalam segi

pemahaman. Oleh sebab itu penulis akan menerima segala saran dan juga kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini di masa yang akan datang. Namun demikian penulis berharap semoga penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang lain pada umumnya.


(5)

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya serta sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda : H. Ilham Karim dan Ibunda : Hj. Siti Kamaliah yang dengan penuh kasih sayang telah mengasuh, membesarkan, mengasihi, mendidik, membimbing, memberikan perhatian, yang selalu mendoakan, serta memberikan dukungan yang tidak ternilai harganya bagi penulis..

Selama menyusun Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan, dorongan, bimbingan, serta fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fasilitas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan juga Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada Penulis dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak dan Ibu seluruh Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Ridho Syafruddin, selaku Supervisor Lapangan serta seluruh Staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan riset, dan memberikan penulis untuk dapat mengambil data untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

6. Orang tua yang selalu membimbing, memberikan semangat dan perhatiannya. 7. Kepada seluruh teman-teman di program studi D-III Administrasi Perpajakan,

khususnya teman-teman kelas B dan teman-teman sejawat yang telah memberikan motivasi dan dukungan, serta kerja samanya.

8. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga ALLAH SWT selalu memberikan tuntunan dan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan , Juli 2012 Penulis ,


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar disamping penerimaan yang lainnya. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang perlu diketahui bahwa sistem perpajakan di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan, seperti dilakukannya reformasi dan modernisasi. Reformasi perpajakan sudah dilakukan pemerintah pada dua dekade yang lalu. Untuk pertama kalinya dilakukan pada tahun 1983, yakni dengan melakukan perubahan dan pembaruan atas peraturan perpajakan yang ada saat itu. Bila sebelumnya peraturan perpajakan masih banyak sebagai hasil produk kolonial, sehingga ketentuannya dipandang tidak sesuai lagi dengan jiwa dan perkembangan negara Indonesia yang terus berkembang. Tujuan utama reformasi perpajakan saat itu adalah untuk lebih menegakkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan segenap potensi dan


(8)

kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dari sumber-sumber di luar minyak bumi dan gas alam.

Berdasarkan pembaruan tersebut, telah dilakukan perubahan sistem penetapan pajak dari sebelumnya official assessment system, menjadi self assessment system. Bila dengan

official assessment system, maka yang menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh masyarakat adalah pihak kantor pajak (fiskus) yakni berdasarkan data dan informasi yang dimiliki. Dalam hal ini, dikeluarkan ketetapan pajak bagi setiap Wajib Pajak, dan pajak yang besarnya harus dibayar sesuai dengan ketetapan pajak tersebut. Sedangkan dengan self assessment system, maka diberikan kepercayaan kepada masyarakat (Wajib Pajak) untuk menghitung sendiri besar pajak yakni sesuai dengan transaksi atau kondisi yang dialami dan kemudian dibayar ke Kas Negara.

Suatu perubahan mendasar lagi dalam hal institusi perpajakan adalah dilakukannya perubahan fungsi dan penamaan kantor pajak. Semula kantor instansi ini dinamai Kantor Inspeksi Pajak (KIP) diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Bila sebelumnya institusi perpajakan terkesan inspektif bagi masyarakat maka dengan perubahan itu menjadi mengedepankan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Aspek pelayanan lebih terasa lagi dalam program modernisasi perpajakan, yakni melalui pembentukan Kantor Pelayanan Pajak yang modern dengan 3 (tiga) model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.


(9)

Untuk mendukung peningkatan pelayanan perpajakan, dilakukan perubahan penggunaan teknologi informasi dan sistem informasi. Saat ini penerapan sistem informasinya dengan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang berbasis teknologi informasi terkini. Semua alur pekerjaan berada dalam jalur SIDJP dengan case management. Dengan demikian setiap jenis pelayanan atas permohonan Wajib Pajak dapat terpantau oleh pimpinan, yakni sedang di unit mana, dikerjakan oleh siapa, dan sudah berapa lama waktunya sejak diterima di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

Reformasi dan modernisasi pelayanan perpajakan juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemasukan pajak ke kas negara. Keberhasilan modernisasi KPP menghasilkan penerimaan pajak mencapai kenaikan antara 20% dan 40% dibanding sebelum dimodernisasi.

Dengan modernisasi kantor pelayanan perpajakan maka kinerja dapat ditingkatkan berdasarkan fungsi, sekaligus mengurangi interaksi antara petugas perpajakan dan Wajib Pajak untuk meminimalisasi praktik korupsi. Modernisasi tidak hanya terbatas pada alat, perangkat, dan sistem tetapi juga modernisasi mental dan integritas aparat pajak jauh lebih penting. Kode etik pegawai perpajakan pun diperketat, dan pengawasan jauh lebih tegas.

Inti dari reformasi dan modernisasi Kantor Pelayanan Pajak adalah pembaruan sistem pelayanan. Agar WP merasa nyaman dan mudah melakukan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas di KPP agar WP tersebut dibebaskan dari pembayaran atau tidak dipungut pajak. Contohnya


(10)

adalah mengajukan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor. Surat Keterangan Bebas merupakan salah satu penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang dasar hukumnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Disini penulis ingin mengetahui bagaimana proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN impor tersebut, sehingga penulis menyusunnya dalam tugas akhir yang berjudul ”Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Proses Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Adapun yang menjadi tujuan dalam Praktik Kerja Lapangan ini, adalah : 1.1. Untuk mengetahui proses pemberian Surat Keterangan Bebas (SKB)

1.2. Untuk mengetahui jumlah Wajib Pajak yang dapat melakukan permohonan SKB 1.3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses pemberian SKB PPN 1.4. Untuk mengetahui syarat-syarat pengajuan permohonan SKB


(11)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri : 2.1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menambah pengetahuan mengenai Sistem Administrasi Perpajakan Modern yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

b. Memperluas wawasan tentang modernisasi yang terjadi di Administrasi Perpajakan

c. Memperoleh kesempatan untuk memperdalam ilmu Administrasi Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

d. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja nyata. e. Malatih, menguji dan meningkatkan serta mengembangkan kemampuan

berfikir melalui karya imiah.

2.2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Meningkatkan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan USU

b. Mendapatkan masukan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan mahasiswa tentang Sistem Administrasi perpajakan Modern

c. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang disampaikan dalam perkuliahan terutama di bidang Administrasi Perpajakan.

d. Mempromosikan Sumber Daya Manusia pada Universitaas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(12)

2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.

b. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan USU

c. Memperoleh ide-ide baru yang bersifat konstruktif dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Rahman, 2010: 15)

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(13)

Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar yaitu :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang 2. Sifatnya dapat dipaksakan

3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak

4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

b. Fungsi Pajak

1) Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. (Resmi, 2008: 4)

2. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu (Resmi, 2008: 11) :

a. Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak, yang aparatur

perpajakan (fiskus) menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang


(14)

besarnya pajak yang terutang oleh seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga. c. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang- undang perpajakan.

3. Definisi Surat Keterangan Bebas PPN Impor

Surat Keterangan Bebas PPN Impor adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Pertambahan Nilai oleh pihak lain dalam rangka impor yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah khususnya pada proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor, jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dapat melakukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPN Impor, kendala atau hambatan yang dihadapi dalam proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN impor, dan syarat-syarat pengajuan permohonan SKB tersebut.


(15)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam melaksanakan penelitian, penulis melakukan metode-metode yang diperlukan. Metode yang diperlukan dalam praktik kerja lapangan mandiri adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandirinya, misalnya : pengajuan judul dan tempat praktik kerja lapangan mandiri, pembuatan proposal, seminar proposal, pemberian dosen pembimbing, permohonan surat jalan/ pemohon dari fakultas, dan sebagainya.

2. Studi Literatur

Pemahaman dari berbagai sumber bacaan, seperti buku-buku perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Undang-undang Perpajakan.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan dengan observasi/pengamatan dan pencatatan lapangan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri itu sendiri.

4. Metode Pengumpulan data

Untuk mendapatkan data tentang objek yang hendak diteliti, penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut :


(16)

4.1. Data Primer

Data yang didapat langsung dari sumber yang berkompeten yang memahami permasalahan melalui wawancara.

4.2. Data Sekunder

Data yang didapat dari buku, jurnal, undang-undang dan lain-lain yang digunakan sebagai data tambahan.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Metode yang dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperoleh selama pelaksanaan praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) untuk dianalisa dan dievalusi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan dengan menginput berbagai sumber yaitu :

1. Observasi

Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap setiap kejadian yang menjadi objek penelitian.


(17)

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berkaitan dengan dengan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait.

3. Metode dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi berupa pengumpulan daftar dokumentasi yang diperlukan, seperti ; peraturan pemerintah yang berlaku Undang-Undang Perpajakan, data mengenai kepegawaian, dan data lain yang berhubungan dengan praktik kerja lapangan mandiri yang penulis lakukan..

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika penulisan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, letak geografis Kantor


(18)

fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, serta struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam hal ini penulis menguraikan gambaran berisi tentang pengertian,

dasar hukum, subjek dan objek, tata cara penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor, dan syarat-syarat pengajuan SKB PPN Impor.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam hal ini penulis menganalisa mengenai data yang diperoleh kemudian melakukan evaluasi terhadap data tersebut, sehingga tercapai manfaat dan tujuan PKLM.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi kemajuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor pelayanan pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun tidak. Secara bertahap sejak tahun 2002 Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi system dan struktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak. Pada tahun 2002 tersebut, di bentuk 2 (dua) KPP WP besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani 300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak PPh dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, WP Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan KPP modern yang menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008. Perbedaan utama antara KPP STO dengan KPP LTO maupun MTO antara


(20)

lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Dirjen Pajak mengeluarkan keputusan Nomor KEP-159/PJ/2008 tanggal 04 September 2008 tentang penerapan Organisasi, Tata Kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Barat dan Jambi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Bengkulu dan Lampung, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Selatan, Tengah dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Barat, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan dilingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama akan melayani PPh, PPN, PBB, dan BPHTB. Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan


(21)

terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Terbentuknya KPP Pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPBB) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) tidak ada lagi. Langkah ini diambil sebagai bagian dari usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk memberikan Pelayanan yang lebih baik, terpadu, dan personal dalam pelaksanaan good governance.

Adapun KPP Pratama bernaung di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I adalah:

Tabel 2.1

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang Bernaung di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

No. Nama Kantor

Kode

KPP Alamat No. Telp/ Fax

1

KPP Madya

Medan 123

Gedung Graha Niaga II Lt.3-6

Jl. Putri Hijau No. 2C 4560134/4561040

2

KPP Pratama

Medan Belawan 112

Jl. KL. Yos Sudarso

KM. 8,2 Tanjung Mulia 6642764/6643695

3

KPP Pratama


(22)

4

KPP Pratama

Medan Petisah 124 Jl. Asrama No. 7-A 8467568/8467744

5

KPP Pratama

Medan Polonia 121

Jl. P. Diponegoro No.30A

GKN II 4529353/4529343

6

KPP Pratama

Medan Kota 122

Jl. P. Diponegoro No.30A

GKN I Lt.4 4529379/4529403

7

KPP Pratama

Medan Timur 125

Jl. P. Diponegoro No.30A

GKN I Lt. II 4536897/4512635

8

KPP Pratama

Lubuk Pakam 125 Jl. P. Diponegoro No. 42-44 7951148/7956226

9

KPP Pratama

Binjai 119

Jl. Jambi No.I Rambung Barat,

Binjai Selatan 8820407/8829724

B. Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl. P. Diponegoro No. 42-44. Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan Kantor Pemerintah lainnya, seperti Kantor Polisi Deli Serdang dan Kantor Bank, ini juga


(23)

memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang Kepala Seksi. Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam.

Wilayah-wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam :

1. Sunggal 12. Bangun Purba

2. Labuhan Deli 13. Kutalimbaru 3. Pancur Batu 14. Namorambe

4. Deli Tua 15. Batang Kuis

5. Beringin 16. Tanjung Morawa

6. Lubuk Pakam 17. Pagar Merbau 7. Gunung Meriah 18. Hamparan Perak 8. Percut Sei Tuan 19. Patumbak

9. STM Hulu 20. Sibolangit

10.Galang 21. Sibiru-biru


(24)

Tabel 2.2

Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam s/d Bulan Maret Tahun 2011

Keterangan Jumlah

Jenis Pajak Yang diPungut

Orang Pribadi 110823 PPh

Badan 6310 PPh

Bendaharawan 1636 PPh

Jumlah 118769 -

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

C. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

1. Tugas

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak


(25)

Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya penyuluhan perpajakan. 4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

5. Pelaksanaan ekstensifikasi

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

10. Pelaksanaan intensifikasi


(26)

D. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1.1. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak. 1.2. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.

1.3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.


(27)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di pimpin oleh seorang Kepala Seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi sesuai peratutan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyiapan Laporan Kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerja sama perpajakan


(28)

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan


(29)

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari supervisor, Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan


(30)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Pengertian Surat Keterangan Bebas PPN Impor

Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Pertambahan Nilai oleh pihak lain dalam rangka impor yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

B. Dasar Hukum

1. Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor a) Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang

Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai s.t.d.d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003 tanggal 14 Juli 2003.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tanggal 22 Maret 2001 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai s.t.d.t.d. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 tanggal 1 Mei 2007.


(31)

c) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 370/KMK.03/2003 tanggal 21 Agustus 2003 tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang Dibebaskan atas Impor

dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu .

d) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-223/PJ/2003 tanggal 26 Agustus 2003 tentang Tata Cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan Pajak

Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu.

C. Subjek dan Objek

1. Subjek Yang Dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor

Subjek yang dibebaskan dari PPN Impor ialah Pengusaha Kena Pajak yang mengimpor dan/atau menerima penyerahan Barang Kena Pajak Terterntu Yang Bersifat Strategis, diwajibkan mempunyai Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (SKB PPN) yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Objek Yang Dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor

Objek atau Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor adalah Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis.


(32)

a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak, baik dalam keadaan terpasang, maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang.

b. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan.

c. Barang hasil pertanian yang dipetik langsung , diambil langsung, atau disadap langsung dari sumbernya termasuk hasil pemrosesannya yang dilakukan dengan cara tertentu yang diserahkan oleh petani atau kelompok petani.

d. Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran atau perikanan.

D. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor 1. Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

Pemotongan/Pemungutan PPN ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Layanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak


(33)

BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan diajukan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative (AR).

3. Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN kemudian menyampaikan uraian permohonan tersebut kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani uraian penelitian permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menelaah, menandatangani uraian penelitian permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN.

6. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil


(34)

persetujuan. Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu :

a. Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai b. Lembar ke-2 : untuk Pemohon SKB PPN

c. Lembar ke-3 : untuk Kantor Pelayanan Pajak Penerbit SKB PPN

7. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu atau Surat Penolakan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Inmpor Barang Kena Pajak tertentu, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani dokumen hasil persetujuan. 10. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena

Pajak Tertentu atau Surat Penolakan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).


(35)

11. Jangka Waktu Penyelesaian paling lama 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap (Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-223/PJ/2003 tanggal 26 Agustus 2003 tentang Tata Cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu, Pasal 11 ayat (3).

E. Syarat Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan Permohonan SKB PPN kepada Direktur Jenderal Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana PKP terdaftar.

2. Permohonan harus sudah diajukan sebelum impor dilakukan 3. Permohonan SKB PPN diajukan dengan melampirkan :

a . Fotokopi Kartu NPWP

b. Fotokopi Surat Pengukuhan PKP

c. Surat Kuasa Khusus bila dalam permohonan atau pengurusan SKB PPN diwakilkan kepada orang lain

d. Dokumen Impor berupa : Invoice, Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill


(36)

Dokumen pembayaran berupa Letter of Credit (L/C) atau bukti transfer atau bukti lainnya yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.

e. Penjelasan tertulis secara rinci mengenai kegunaan dari Barang Kena Pajak (BKP).


(37)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Setelah dilakukan pembahasan secara teoritis dan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak, maka pada bagian ini penulis akan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang penulis peroleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

A. Prosedur Penelitian di Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Proses penelitian Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

1. Dasar Penelitian Pemohon dan identitas pemohon

1.1. Surat Permohonan Surat Keterangan Bebas SKB PPN Impor (nama Wajib Pajak, NPWP, alamat, dan bidang usaha)

1.2. Surat Permohonan Wajib Pajak (nomor dan tanggal surat)

1.3. Tanda Terima Surat Permohonan Wajib Pajak (nomor dan tanggal surat) 2. Dasar Hukum

3. Lampiran Permohonan 3.1. Perhitungan PPN 3.2. Neraca

3.3. Laporan Laba Rugi


(38)

3.5. Invoice

3.6. Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB) 3.7. Letter of Credit (L/C)

4. Uraian Penelitian

4.1. Gambaran kegiatan Wajib Pajak 4.2. Penelitian persyaratan formal 5. Kesimpulan

6. Usul peneliti

B. Jumlah Wajib Pajak yang Mengajukan SKB PPN atas Impor Tabel 4.1

Data Kuantitatif Wajib Pajak Badan yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPN Impor Untuk Tahun Pajak 2010 dan 2011

No. Bulan/ tahun Jumlah Permohonan Jangka Waktu Penyelesaian Proses Penyelesaian Surat Keputusan Diterima Ditolak

1 Jan-10 1 5 3 1 -

2 Feb-10 2 5 3 2 -

3 Mar-10 3 5 3 3 -

4 Apr-10 4 5 3 4 -

5 Mei-10 10 5 3 10 -

6 Jun-10 13 5 3 13 -

7 Jul-10 6 5 3 6 -

8 Agust-10 5 5 3 7 -


(39)

11 Nop-10 3 5 3 3 -

12 Des-10 1 5 3 1 -

13 Jan-11 7 5 3 7 -

14 Feb-11 5 5 3 5 -

15 Mar-11 4 5 3 3 -

16 Apr-11 4 5 3 4 -

17 Mei-11 5 5 3 5 -

18 Jun-11 5 5 3 6 -

19 Jul-11 6 5 3 6 -

20 Agust-11 2 5 3 2 -

21 Sep-11 2 5 3 2 -

22 Okt-11 5 5 3 5 -

23 Nop-11 5 5 3 5 -

24 Des-11 4 5 3 4 -

C. Analisa

Berdasarkan dari data yang penulis dapatkan, Surat Keterangan Bebas PPN Impor yang diajukan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam rata-rata diselesaikan dalam waktu tiga (3) hari kerja. Jangka waktu penyelesaian yang seharusnya adalah paling lama lima (5) hari kerja sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP -233/PJ/2003 tentang Tata Cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor. Karena penyelesaian Surat Keterangan Bebas PPN dibawah jangka waktu seharusnya yaitu tiga (3) hari kerja, tidak ada hambatan yang berarti dalam proses penyelesaiannya. Yang artinya bukan tidak ada hambatan sama sekali. Jika terdapat suatu hambatan pada proses penyelesaiannya, hambatan tersebut tidak menghalangi dan tidak memperlambat proses penyelesaiannya.


(40)

D. Hambatan-hambatan yang dihadapi Dalam Pengajuan SKB PPN

Menurut pengamatan dan data yang penulis dapatkan selama mengadakan

penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, penulis melihat ada beberapa hambatan yang dihadapi saat proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor, yaitu : 1. Dokumen-dokumen yang seharusnya dilampirkan dalam surat permohonan tidak

lengkap.

2. Terbatasnya waktu untuk mengetahui spesifikasi barang, sehingga tidak ada cukup waktu untuk meneliti barang.

E. Cara Mengatasi Hambatan dalam Pengajuan SKB PPN

1. Account Representatif (AR) menghubungi Wajib Pajak agar melengkapi dokumen-dokumennya sehingga proses penyelesaiannya bisa lebih cepat.

2. Peraturan tentang jangka waktu penyelesaian diperbaharui, dan diberikan jangka waktu yang sedikit lebih panjang dari yang seharusnya. Contoh : peraturan lima (5) hari kerja diubah menjadi tujuh (7) hari kerja sehingga AR bisa meneliti dengan lebih rinci surat permohonan tersebut.


(41)

F. Evaluasi

Proses penyelesaian Surat Keterangan Bebas PPN Impor di KPP lubuik Pakam berlangsung baik. Hal ini di indikasikan dengan jangka waktu penyelesaian rata-rata tiga (3) hari kerja. Jangka waktu rata-rata di KPP Lubuk Pakam ini masih dibawah jangka waktu maksimal Standard Operating Procedures yang ditentukan yaitu selama lima (5) hari kerja.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis akan membuat beberapa kesimpulan dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam berlangsung hanya dalam 3 hari kerja. Permohonan surat masuk ke seksi pelayanan, diteliti oleh Account Representative (AR) pada seksi pengawasan dan konsultasi, hasil penelitian diserahkan pada Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk ditandatangani, lalu seksi pelayanan mencetak Surat Keterangan Bebas PPN Impor untuk diserahkan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum.

2. Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPN Impor di KPP Lubuk Pakam pada tahun 2010 adalah 59, dan pada tahun 2011 jumlahnya adalah 54.

3. Kendala yang dihadapi dalam proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor adalah Luasnya wilayah kerja dan keterbatasan pegawai sehingga menyulitkan proses penyelesaian surat permohonan.


(43)

4. Syarat-syarat pengajuan permohonan SKB adalah fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), fotokopi surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), dokumen impor, dan penjelasan secara tertulis.

B. Saran

Melalui kesempatan ini pula penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi para pembaca. Adapun saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mempermudah proses penyelesaian Surat Keterangan bebas PPN Impor, hendaknya Wajib Pajak melampirkan secara lengkap dokumen-dokumen yang menjadi syarat dalam mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor agar proses penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan dan jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar selalu meneliti kembali setiap Wajib Pajak yang mengajukan Permohonan SKB PPN Impor agar tidak terjadi kesalahan sebelum melaporkannya ke Kantor Wilayah Medan.

3. Account Representative (AR) diberikan fasilitas khusus seperti mobil dinas untuk meneliti objek/barang yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk dibebaskan dari pengenaan PPN mengingat luasnya wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam, agar AR dapat melihat fisik barang dan menelitinya secara maksimal.


(44)

4. Diberikan sosialisasi kepada Wajib Pajak yang mengajukan SKB, agar setiap Wajib Pajak yang mengajukan SKB melengkapi semua syarat-syarat yang telah ditentukan, dan agar waktu proses penyelesaiannya tidak mengalami kendala hanya karena Wajib Pajak tidak melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan.


(45)

Daftar Pustaka

Pandiangan, Liberti, 2007, Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan, Elex Media Komputindo : Jakarta

Rahman, Abdul, 2010, Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk

Karyawan,Pelaku Bisnis dan Perusahaan, Nuansa : Bandung

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4,Salemba Empat : Jakarta

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Keputusan Jenderal Pajak Nomor 234/PJ/2003 tentang Tata Cara Pemberian dan

Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 370/KMK.03/2003 tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang Dibebaskan atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu


(1)

40

D. Hambatan-hambatan yang dihadapi Dalam Pengajuan SKB PPN

Menurut pengamatan dan data yang penulis dapatkan selama mengadakan

penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, penulis melihat ada beberapa hambatan yang dihadapi saat proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor, yaitu : 1. Dokumen-dokumen yang seharusnya dilampirkan dalam surat permohonan tidak

lengkap.

2. Terbatasnya waktu untuk mengetahui spesifikasi barang, sehingga tidak ada cukup waktu untuk meneliti barang.

E. Cara Mengatasi Hambatan dalam Pengajuan SKB PPN

1. Account Representatif (AR) menghubungi Wajib Pajak agar melengkapi dokumen-dokumennya sehingga proses penyelesaiannya bisa lebih cepat.

2. Peraturan tentang jangka waktu penyelesaian diperbaharui, dan diberikan jangka waktu yang sedikit lebih panjang dari yang seharusnya. Contoh : peraturan lima (5) hari kerja diubah menjadi tujuh (7) hari kerja sehingga AR bisa meneliti dengan lebih rinci surat permohonan tersebut.


(2)

41 F. Evaluasi

Proses penyelesaian Surat Keterangan Bebas PPN Impor di KPP lubuik Pakam berlangsung baik. Hal ini di indikasikan dengan jangka waktu penyelesaian rata-rata tiga (3) hari kerja. Jangka waktu rata-rata di KPP Lubuk Pakam ini masih dibawah jangka waktu maksimal Standard Operating Procedures yang ditentukan yaitu selama lima (5) hari kerja.


(3)

42 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis akan membuat beberapa kesimpulan dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam berlangsung hanya dalam 3 hari kerja. Permohonan surat masuk ke seksi pelayanan, diteliti oleh Account Representative (AR) pada seksi pengawasan dan konsultasi, hasil penelitian diserahkan pada Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk ditandatangani, lalu seksi pelayanan mencetak Surat Keterangan Bebas PPN Impor untuk diserahkan kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum.

2. Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPN Impor di KPP Lubuk Pakam pada tahun 2010 adalah 59, dan pada tahun 2011 jumlahnya adalah 54.

3. Kendala yang dihadapi dalam proses pemberian Surat Keterangan Bebas PPN Impor adalah Luasnya wilayah kerja dan keterbatasan pegawai sehingga menyulitkan proses penyelesaian surat permohonan.


(4)

43

4. Syarat-syarat pengajuan permohonan SKB adalah fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), fotokopi surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), dokumen impor, dan penjelasan secara tertulis.

B. Saran

Melalui kesempatan ini pula penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi para pembaca. Adapun saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mempermudah proses penyelesaian Surat Keterangan bebas PPN Impor, hendaknya Wajib Pajak melampirkan secara lengkap dokumen-dokumen yang menjadi syarat dalam mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor agar proses penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan dan jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam agar selalu meneliti kembali setiap Wajib Pajak yang mengajukan Permohonan SKB PPN Impor agar tidak terjadi kesalahan sebelum melaporkannya ke Kantor Wilayah Medan.

3. Account Representative (AR) diberikan fasilitas khusus seperti mobil dinas untuk meneliti objek/barang yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk dibebaskan dari pengenaan PPN mengingat luasnya wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam, agar AR dapat melihat fisik barang dan menelitinya secara maksimal.


(5)

44

4. Diberikan sosialisasi kepada Wajib Pajak yang mengajukan SKB, agar setiap Wajib Pajak yang mengajukan SKB melengkapi semua syarat-syarat yang telah ditentukan, dan agar waktu proses penyelesaiannya tidak mengalami kendala hanya karena Wajib Pajak tidak melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan.


(6)

45

Daftar Pustaka

Pandiangan, Liberti, 2007, Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan, Elex Media Komputindo : Jakarta

Rahman, Abdul, 2010, Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk Karyawan,Pelaku Bisnis dan Perusahaan , Nuansa : Bandung

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4,Salemba Empat : Jakarta

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Keputusan Jenderal Pajak Nomor 234/PJ/2003 tentang Tata Cara Pemberian dan

Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 370/KMK.03/2003 tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang Dibebaskan atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu