Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

MEKANISME PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

LUBUK PAKAM

O

L E H

NAMA : RIDHO PRAWIRA ARDY NIM : 122600057

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.Tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang seperti kita rasakan pada saat ini.

Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) padaKantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”.

Medan, April 2015


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Definisi Pajak Secara Umum ... 5

2. Fungsi pajak ... 6

3. Pengertian Wajib Pajak ... 6

4. Pajak Pertambahan Nilai ... 7

5. Karekteristik Pajak Pertambahan Nilai ... 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

1. Studi Pustaka (liberary research) ... 10

2. Observasi (Observation) ... 10


(4)

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA LUBUK PAKAM . ... 12

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam..12

1. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 13

2. Visi dan Misi KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 14

3. Nilai-nilai KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 14

4. Wilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam . ... 16

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 19

C. Bidang-bidang Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 21

1. Kepala kantor. ... 21

2. Sub. Bagian Umum. ... 21

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi. ... 22

4. Seksi Pelayanan . ... 22

5. Seksi Penagihan. ... 23

6. Seksi Pemeriksaan. ... 23

7. Seksi Ekstensifikasi. ... 23

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi. ... 24

9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai. ... 24

BAB III PEMBAHASAN. ... 25

A. Pajak Pertambahan Nilai. ... 25

B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai. ... 25

C. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai. ... 25


(5)

E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai. ... 29

F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. ... 32

G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai. ... 34

H. Dasar Pengenaan Pajak. ... 34

I. Faktur Pajak. ... 36

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA. ... 39

A. Dekskripsi. ... 39

B. Dasar Hukum. ... 39

C. Pihak yang Terkait. ... 40

D. Input. ... 40

E. Output. ... 40

F. Prosedur Kerja. ... 41

G. Kendala dan Masalah yang Dihadapi KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 46

H. Upaya yang Dilakukan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam. ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 48

A. Kesimpulan... 48

B. Saran. ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata di segala bidang yang diperlukan adalahadanya sumber pemerintahan yang menunjang peningkatan sumber penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai pembangunan. Untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui anggaran-anggaran yang telah disusun,maka pemerintah mengupayakan agar sumber pajak dapat terus meningkat dari tahun ketahunnya dengan cara memberikan penjelasan kepada masyarakat.

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar setelah migas.Dimana penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun terus meningkat.Hal ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dimana rencana pendapatan negaradari sektor pajak terus meningkat.Pendapatan negara dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional yang sedang berjalan.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukanpembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar mematuhi peraturan perundang-undangan perpajakan.Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali melakukan pembaharuan undang-undang


(7)

perpajakan.Dahulu sebelum adanya tax reform dimana sistem Official Assesment (UU No. 6 Tahun 1986) diganti menjadi Self Assesment (UU No.16 Tahun 2009)TentangKetentuanUmumdan Tata Cara Perpajakan.

Dalam sistem Self Assesmentwajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus di bayar.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa merupakan pajak yang dikenakan atas barang maupun jasa. Dalam rangkameningkatkan kepastian hukum dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan yang lebih sederhana, serta mengamankan penerimaan negara agar pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara mandiri sesuai dengan fungsi pajak, perlu dilakukan perubahan terhadap

Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

denga

dilakukanolehPengusahakenaPajak di kenakanPajakPertambahanNilai yang di aturdalamundang-undangnomor 42 Tahun 2009.Olehkarenaitu, setiapkegiatanpenyerahandanpelaporanPajakPertambahanNilaiharusdilaporkanolehPe

ngusahaKenaPajaksetiapMasaPajak.Namun, masih ada wajib pajak yang lalai dalam melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak. Bagi wajib pajak yang lalai melaksanakan kewajiban perpajakanya akan dikeluarkan penetapan dan ketetapan sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP).Penetapan dan


(8)

pajak.Olehkarenaitudiperlukananalisisdalamkewajibanperpajakan, khususnyadalampenerapandanpelaporanPajakPertambahanNilai.

Indonesia dengan diadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan etika pekerjaan, sikap, tugas dan tanggung jawab serta kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka penulis mencoba meneliti dan membahas untuk menuangkan dan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah yang berjudul:“Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Patama Lubuk Pakam.”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1.1Untuk mengetahui Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(9)

1.2Untuk mengetahuikendalaataupunmasalah yang dihadapidalamPelaporan Pajak Pertambahan Nilai PadaKantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengimplementasikan mekanisme pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh di bangku perkuliahan,

b. Mengetahui lebih dalam tentang Pajak Pertambahan Nilai,

c. Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak maupun dengan wajib pajak mengenai Pajak Pertambahan Nilai,

d. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai,

e. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam hal kepabean,

f. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antaraKantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,

b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran maupun kritikan


(10)

yang bersifat mambangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2.3 Bagi program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam,

b. Membuka interaksi antara mahasiswa, dosen dan instansi pemerintahan di bangku perkuliahan,

c. Rasa ikut serta masyarakat membangun negara,

d. Guna meningkatkan profesionalisme,memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu,khususnya dibidang perpajakan,

e. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional,khususnya Universitas Sumatera Utara

C.Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

DefenisipajakmenurutRochmat Soemitro mengatakan, Pajak adalah iuran rakyat,pada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik,yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum(Mardiasmo,2011:1).


(11)

Menurut N.J.Feldman,Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepadapengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),tanpa adanya kontraprestasi dansemata-matadigunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum(Resmi,2008:2).

Menurut P. J. A. Andriani, Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2009:2)

2. FungsiPajak

Terdapatduafungsipajak, yaitu :

2.1FungsiBudgetair, adalahpajakberfungsisalahsatusumberpenerimaan Negarauntukmembiayaipengeluaranbaikrutinmaupunpembangunan Negara.

2.2FungsiReglured,

adalahsebagaialatuntukmengaturataumelaksanakankebijakanpemerintahdalambid

ang social

danekonomisertamencapaitujuan-tujuantertentudiluarbidangkeuangan(Resmi,2008:3).

3. Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan,meliputi pembayaran pajak,pomotongan pajakdan pemungutan pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.(Pasal


(12)

4. Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai atasnilaitambah (added value)yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan(Resmi,2008:1).

5. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai itu ada berapa macam:

5.1.Pajak Tidak Langsung

Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembelisesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi sampai ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkatpengusaaha menggeser beban melalui pengkreditan pajak(Resmi,2008:1).

5.2. Pajak Konsumsi

Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen.

5.3. PPN Bersifat Netral

Pengenaan PPN didasarkan pada”destination principle”dan hanya dikenakan atas nilai tambahan lainnya.

5.4. PPN dipungut di tempat Barang atau Jasa tersebut dikonsumsi 5.5. Pajak Objektif

PPN hanyadikenakan bila terdapat faktor objektifyaitu;keadaan,peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakai pajak(Resmi,2008:1).


(13)

5.6. PPN akan mendahulukan Objek, Baru Kemudian mencari Subjektifnya

5.7. Sistem Faktur

Setiap penyerahan barang kena pajak dan/ jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak harus dibuatkan faktur pajak (Resmi, 2008:1).

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:

1. Mekanisme pelaporan pajak pertambahan nilai, 2. Objek pajak pertambahan nilai,

3. Kendalaataupunmasalahdalammekanismepelaporanpajakpertambahannilai, 4. Upaya-upaya yang dilakukandalammengatasi pelaksanaan

pelaporanpajakpertambahannilai.

E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang di gunakan sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, permohonan surat jalan/surat permohonan dari fakultas, dan lain sebagainya.


(14)

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan judul PraktikKerjaLapanganMandiri (PKLM), artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas.Dalam hal ini data-data bersumber dari KantorPelayananPajak Pratama Lubuk Pakam.

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah,seperti buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa, mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan di interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.


(15)

Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri,penulis mengumpulkan data dan informasi dengan metode sebagai berikut:

1. Studi pustaka (liberary research)

Pengumpulan data mengenai prosedur permohonan penundaan nilai melalui bahan bacaan seperti buku, majalah,surat kabar,dan undangan.

2. Observasi (observation)

Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau secara langsung kelapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai pajak pertambahan nilai.

G. SistematikaPenulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini,penulismembagi dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BABI PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhanisi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM,tujuan dan manfaat PKLM,uraianteoritis,ruang lingkup PKLM,metode PKLM,metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana praktik kerja lapangan mandiri dilakukan.Dimana dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan olehpenulis adalah Kantor Pelayanan


(16)

Pajak Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi,tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain.

BAB III PENYAJIAN DATA ATAS PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur pelaporan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama LubukPakam.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang ada, kemudian akan di evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini adalah kesimpulan dari uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jl.Diponegoro no. 42-44 Lubuk Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jl. Pangeran Diponegoro No. 30 A Medan.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang.


(18)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

1. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Dalam kedudukannya dibawah Kepala Kantor Wilayah yang dipmpin oleh seorang Kepala Kantor, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di berbagai bidang perpajakan. Bidang tersebut adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, KPP pratama lubuk pakam menpunyai fungsi sebagai berikut :

a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

b. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan/pengolahan surat pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya;

c. penyuluhan perpajakan;

d. penatausahaaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; e. pelaksanaan pemeriksaan pajak;

f. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak; g. pelaksanaan konsultasi perpajakan;


(19)

i. pembetulan ketetapan pajak;

j. pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; k. pelaksanaan administrsi KPP.

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-pratik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

2.1 Visi

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara.

2.2 Misi

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.


(20)

3. Nilai – nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Untuk mencapai Visi dan Misi diatas maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam perlu menganut nilai – nilai sebagai Berikut :

3.1 Integritas

Yaitu berpikir, berkata, berprilaku, dan bertindak dengan baikdan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral. Bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya, serta menjaga martabat dan tidak melakukan hal – hal tercela.

3.2 Profesionalisme

Yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kpmpetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, mempunyai keahlian dan pengatahuan yang luas dan bekerja dengan hati

3.3 Sinergi

Yaitu membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas, memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati, serta menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.


(21)

3.4 Pelayanan

Yaitu memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman, melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan serta bersikap produktif dan cepat tanggap.

3.5 Kesempurnaan

Yaitu senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik, melakukan perbaikan terus menerus serta mengembangkan inovasi dan kreatifitas.

4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 22 Kecamatan Yaitu

Table 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam

No. Wilayah Luas Wilayah

(KM2)

Luas

Wilayah Jumlah

Jumlah WP Sesuai NOP

(m2)

Kepala

Keluarga Terdaftar

1 2 3 4 5 6

Kabupaten Deli

Serdang 2,497.72 741,905,130 356,407 169,711

1 KEC.BANGUN PURBA 129.95 26,338,666 1,796 2,551


(22)

2 KEC.BATANG KUIS 40.34 17,061,686 3,138 4,230

3 KEC.BERINGIN

52.69 46,915,315 5,526 3,544

4 KEC.BIRU-BIRU

89.69 30,235,775 8,835 2,639

5 KEC.DELI TUA

9.36 6,129,229 20,076 5,810

6 KEC.GALANG

150.29 33,134,031 6,941 9,847 7 KEC.GUNUNG MERIAH 76.65 7,096,966 7,975 297 8 KEC.HAMPARAN PERAK 174.92 42,631,206 7,626 9,638 9 KEC.LABUHAN DELI 127.23 33,442,292 9,102 5,887

10 KEC.LUBUK PAKAM

31.19 18,448,580 16,381 15,287

11 KEC.KOTALIMBARU

185.50 42,036,014 10,528 1,471

12 KEC.NAMO RAMBE

62.30 41,939,161 41,893 3,645 13 KEC.PAGAR MERBAU 62.89 549,724 16,259 2,319

14 KEC.PANCUR BATU

122.53 52,018,268 12,445 7,948

15 KEC.PANTAI LABU

81.85 51,465,562 51,538 1,782

16 KEC.PATUMBAK

46.79 13,009,942 12,285 33,952 17 KEC.PERCUT SEI TUAN 190.79 82,527,812 74,121 7,160


(23)

18 KEC.SIBOLANGIT 179.96 36,190,191 11,441 1,063

19 KEC.STM HILIR

190.50 51,608,083 9,496 1,943

20 KEC.STM HULU

223.38 43,010,939 12,668 3,443

21 KEC.SUNGGAL

92.52 52,400,068 18,666 22,567 22 KEC.TANJUNG MORAWA 131.75 55,751,634 8,198 22,688 Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah :

Tabel 2.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015 Jenis WP

Tahun

2012 2013 2014

Badan 7,757 8,557 9,514

Orang Pribadi 140,741 153,534 167,983


(24)

Tabel 2.3 Jumlah Wajib Pajak Lapor dan Jumlah Wajib Pajak Tidak Lapor SPT Tahunan

Tahun / Jenis

WP Jumlah WP

Jumlah WP Lapor %

Jumlah WP Tidak Lapor % 2012 148,498 38,459 25.90% 110,039 74.10% BADAN 7,757 1,396 18.00% 6,361 82.00% OP 140,741 37,063 26.33% 103,678 73.67% 2013 162,091 46,553 28.72% 115,538 71.28% BADAN 8,557 1,590 18.58% 6,967 81.42% OP 153,534 44,963 29.29% 108,571 70.71% 2014 177,469 42,816 24.13% 134,653 75.87% BADAN 9,486 1,658 17.48% 7,828 82.52% OP 167,983 41,158 24.50% 126,825 75.50% Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Pencapaian Kinerja KPP Pratama Lubuk Pakam Berdasarkan jenis pajak dan Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2012 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015 Jenis Pajak

2012

Jumlah Target KPP Jumlah Bayar % A. PPh Non Migas 416,603,340,000 382,698,376,388 91.86% B. PPN dan PPnBM 391,976,190,000 458,649,838,817 117.01%

C. PPh Migas 52,497,351


(25)

Tabel 2.5 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2013 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Jenis Pajak

2013

Jumlah Target

KPP Jumlah Bayar % A. PPh Non Migas 514,625,999,999 473,745,645,671 92.06% B. PPN dan PPnBM 636,631,000,000 578,645,422,571 90.89%

C. PPh Migas 63,216,132

D. Pajak Lainnya 2,305,000,000 1,635,752,400 70.97% Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Tabel 2.6 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2014 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Jenis Pajak

2014

Jumlah Target KPP Jumlah Bayar % A. PPh Non Migas 562,531,040,000 569,557,972,633 101.25% B. PPN dan PPnBM 736,444,900,000 655,771,235,824 89.05%

C. PPh Migas 29,970,735

D. Pajak Lainnya

1,152,511,000 1,573,214,068 136.50% Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur – unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi


(26)

yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berdasarkan peraturan menteri keuangan Republik Indonesia No : 55/PMK.01/2007, terakhir peraturan menteri keuangan nomor 167/PMK.01/2012, tentang organisasi dan tata kerja instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi atau Kepala Sub Bagian Umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi atau sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagi berikut:

1. Sub Bagian Umum.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan (PDI). 3. Seksi Pelayanan.

4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI). 5. Seksi Penagihan.

6. Seksi Ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II. 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV. 11.Kelompok Fungsional I.


(27)

C. Bidang–bidang Kerja Kantor pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Dalam menjalankan pekerjaannya setiap seksi mempunyai tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan perturan yang di tetapkan. Adapun tugas dari setiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai Tugas Melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan administrasi pemeriksaan sederhana, penerapan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub. Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum adalah:

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkair.


(28)

4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai. 5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Tugas Seksi PDI adalah:

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data. 2. Penyajian Informasi perpajakan.

3. Perekaman dokumen perpajakan.

4. Merekam Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3. 5. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. 6. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 21. 7. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 23/26. 8. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Final Pasal 4. 9. Melakukan urusan tata usaha peneriman perpajakan. 10.Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer. 11.Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling.

12.Penyiapan laporan kinerja organisasi.

4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan adalah:

1. Mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya.


(29)

5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak. 6. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.

5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan adalah :

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak.

2. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan.

3. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.

4. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS). 5. Memberitahukan Surat Paksa.

6. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan adalah:

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. 2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administarasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi adalah:

1. Melaksanakan pengamatan potensi perpajakan. 2. Pendataan objek dan subjek pajak.


(30)

3. Penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dala menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi adalah:

1. Melaksanakan pengawasan kepatuhan perpajakan terhadap Wajib Pajak.

2. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan.

3. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. 4. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

5. Memberikan konsultan kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan.

9. Fungsional Pemeriksaan dan Penilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.


(31)

BAB III PEMBAHASAN A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat objek dari Pajak Pertambahan Nilai atas nilai tambah (added value)yang timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan(Resmi,2008:1).

B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak PertambahanNilai (PPN) adalah Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasaPajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009.

C. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek pajak

Dalam buku “Perpajakan Indonesia”(Waluyo,2009:57-68) secara garis besarsubjek pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.


(32)

Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan menghasilkanbarang,mengimpor barang,mengekspor barang melakukan usahaperdangangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.

2. Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas

1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak. b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Brang kena Pajak

Tidak Berwujud.

c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya. 2. Impor Barang Kena Pajak.

a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan

usahaatau pekerjaannya atau tidak,tetap dikenai pajak.

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.


(33)

Dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak. b. Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean.

c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya. 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah Pabean

didalam Daerah Pabean.Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan impor barang Kena Pajak.

5. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam daerah pabean jasa yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun didalam daerah pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Oleh Pengusaha Kena Pajak. 8. Pengusaha melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena

pajak tidak berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.

9. Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean oleh pengusaha kena pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan diluar daerah pabean.


(34)

10. Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

11. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk di perjual belikan oleh pengusaha kena pajak.

D. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasanya ditetapkan oleh Menteri Keuangan,wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut,menyetor,dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah yang terutang.

Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor barang kena pajak berwujud,ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan/atau ekspor jasa kena pajakwajibkan:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak; b. Memungut pajak yang terutang;

c. Menyetorkan pajak petambahan nilai yang masi harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak pemasukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang;


(35)

d. Melaporkan perhitungan pajak.

Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasanya di tetapkan oleh mentri keuangan.

Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi pengusaha kena pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.

E. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Pemungutan PPN atau PPnBM menganut prinsip aktual,artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak meskipun pembayaranya belum diterima.

Terutangnya pajak terjadi pada saat :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP).

a. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung pada pembeli. b. Saat barang kena pajak diserahkan secara langsung kepada penerima

barang(untuk pemberian cuma-cuma, pemakain sendiri, penyerahan pusat kecabang)

c. Saat barang kena pajak diserahkan kepada juru kirim atau jasa angkutan.

d. a.Saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang / penghasilan.


(36)

2. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).

a. Saat harga atas penyerahan jasa pajak diakui sebagai piutang / penghasilan.

b. Saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak. c. Saat kontrak / perjanjian ditanda tangani.

d. Saat mulai tersedianya fasilitas / kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya dalam pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

3. Impor Barang Kena Pajak,

Saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan kedalam Daerah Pabean. 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari

Luar Daerah Pabean.

Saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai berikut :

a. Secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya b. Dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya

c. Saat harga jual dan/atau penggantian diganti oleh pihak yang menyerahkan

d. Harga perolehan dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang memanfaatkan

e. Ditandatanganinya kontrak / perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.


(37)

5. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

Saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari daerah Pabean

6. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak

Saat pergantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.

7. Saat Lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

a. Atas barang kena pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada pembubaran perusahaansaat terutangnya PPN adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu sebagai berikut :

1. Saat ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris;

2. Saat berakhirnya jika waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) Perusahaan;

3. Saat tanggal penetapan pengadilan perseroan dibubarkan;

4. Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.

b. Atas kegiatan membangun sendiri saat terutangnya PPN adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan.

c. Atas penyerahan kepada pemungut PPN :


(38)

2. Kontraktor Migas dan Panas Bumi, saat terutangnya PPN adalah pada saat sama dengan penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak.

8. Saat pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak.

Pajak terutang saat pembayaran dalam hal :

a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak.

b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud / Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

F. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 menganut kredit pajak (credit method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipungut secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi.Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas pajak dapat dihindari dengan di terapkanya mekanisme pengkreditan pajak masukan (metode kredit pajak).


(39)

Mekenisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP,akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli,PPN dipungutoleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.

b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain,wajib memungut PPN. Bagi penjual,Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN,PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

c. Apabila dalam suatu masa pajak(jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah pajak masukan, selisihnya harus disetor ke kas negara.

d. Apabila dalam satu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil dari pada pajak masukan, selisihnya dapat di restusi (diminta kembali) atau kompensasi ke masa pajak berikutnya.

e. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberi Tahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).


(40)

G. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai adalah

1. Pengusaha kena pajak yang melakukan:

a. Penyerahan barang kena pajak / jasa Kena Pajak didalam daerah pabean,

b. Ekspor barang kena pajak berwujud/tidak berwujud/Jasa Kena Pajak. 2. Berutang pajak ditempat tinggal atau berdudukan dan /atau tempat

kegiatan usaha yang dilakukan atau tempat lain yang di tetapkan dengan peraturan Dirjen Pajak.

3. Dalam hal IMPOR,terutang pajak di barang kena pajak dimasukan dan di pungut oleh Dirjen Bea dan Cukai.

4. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena pajak tidak berwujud dan/atau Jasa kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

H. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak (DPP).Sedangkan untuk mengetahui PPN dan PPnBM yang terutang DPP tersebut dikalikan dengan tariff. Saat ini tarif PPN 10%, untuk ekspor BKP (termasuk ekspor BKP yang tergolong mewah), JKP dan BKP tak


(41)

berwujud tarifnya 0%, sedangkan tarif PPnBM ditetapkan 10% s/d 100%. adapun yang menjadi DPP berdasarkan UU PPN pasal 8A adalah:

1. Pemakaian sendiri Barang kena Pajak dan/atau Jasa kena Pajak adalah harga jual atau Penggantian setelah dikurangi Laba Kotor (HPP);

2. Pemberian cuma-cuma Barang kena Pajak adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor (HPP);

3. Penyerahan media suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; 4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film; 5. Penyerahan harga jual produk tembakau adalah perkiraan harga jual eceran; 6. Barang kena pajak adalah berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut

tujuan semula tidak untuk diperjual belikan,yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,adalah harga pasar wajar;

7. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

8. Penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;

9. Penyerahan Barang Kena Pajak dari juru lelang adalah harga lelang;

10.Penyerahan jasa pengriman adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

11.Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya di tagih.


(42)

I. Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.

1. Pengusaha kena pajak membuat faktur pajak untuk setiap:

a. Penyerahan barang kena pajak di daerah pabean ekspor BKP berwujud; b. Penyerahan jasa kena pajak di daerah pabean;

c. Ekspor BKP tidak berwujud dan/atau; d. Ekspor JKP.

2. Faktur pajak yang dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada: a. Saat penyerahan BKP atau penyerahan JKP;

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum Jasa Kena Pajak;

c. Saat penerimaan pembayaran minimal dalam hal penyerahan sebagaian tahap pekerjaan;

d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

3. Pengusaha kena Pajak dapat membuat 1 (satu) faktur pajak meliputi seluruh penyerahan kepada pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak yang sama selama 1 (Satu) bulan kalender.


(43)

Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau keterangan Jasa kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. Nama,alamat,dan nomor pokok wajib pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa kena Pajak;

b. Jenis barang atau jasa,jumlah harga jual atau penggantian,dan potongan harga;

c. Pajak Pertambahan Nilai yang dipunggut;

d. Kode,nomor seri,dan tanggal pembuatan faktur pajak; e. Nama dan tanda tangan yang berhak menerima faktur pajak; f. Pajak atas penjualan barang mewah yang dipungut;

g. Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukanya dipersamakan dengan faktur pajak.

Ketentuan lebih lanjut tentang pembuatan faktur pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian faktur pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Faktur pajak juga harus memenuhi persyaratan formal dan material.

Bentuk dan ukuran formulir faktur pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP, dan pengadaan formulir.Faktur pajak dilakukan sendiri oleh PKP. Faktur pajak harus di isi secara lengkap,jelas,benar dan sesuai dengan keterangan sebagaimana yang di maksud dalam pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditanda tangani oleh pejabat/kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak.Faktur pajak yang


(44)

tidak di isi secara lengkap dan benar dan/atau tidak di tandatangani, merupakan Faktur Pajak terbilang cacat.

Apabila dalam suatu masa pajak, pengusaha kena pajak selain melakukan penyerahan pajak terutang, pengusaha kena pajak juga melakukan penyerahan pajak yang tidak terutang,sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuany. Maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.

Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,peleburan,pemekaran,pemecahan,dan pengambilahlian usaha,pajak masukan atas barang kena pajak yang di alihkan dan belum dikreditkan oleh pengusaha kena pajak yang menerima pengalihan,sepanjang faktur faktur pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan pajak masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau kapitalisasi.

Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur pajak cacat tidak dapat dikreditkan dan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak cacat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan dalam pasal 14 UU KUP. Khusus untuk PKP pedagang eceran (PKP PE) diberikan kemudahan untuk menggunakan kode dan nomor seri khusus sebagai pengganti kode dan nomor seri faktur pajak.Kode dan nomor seri khusus tersebut ditentukan sendiri. oleh PKP PE dapat berupa nomor invoice atau nomor struk penjualan, sebagaimana dengan saat ini yang di berlakukan.


(45)

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Dekskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara pelaporan, dan penyampaian surat pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

B. Dasar Hukum

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan s.t.d.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.03/2003

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan 4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001 tanggal 15

Maret 2001 tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan

5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan


(46)

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 tanggal 6 Oktober 2010 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11 Januari 2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2013.

C. Pihak Yang Terkait

1. Kepala Seksi Pelayanan 2. Pelaksana Seksi Pelayanan

3. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Account Representative

5. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) 6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 7. Wajib Pajak

D. Input

1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) 2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)

E. Output

1. Bukti Penerimaan Surat (BPS) 2. Surat Penolakan SPT Masa PPN


(47)

4. Formulir-formulir lain seperti yang disebutkan dalam Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11 Januari 2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2013.

F. Prosedur Kerja

1. Pengusaha Kena Pajak atau Pemungut PPN menyampaikan SPT Masa PPN baik langsung maupun melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima SPT Masa PPN yang disampaikan:

a. langsung oleh Wajib Pajak;

b. melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dengan bukti pengiriman surat atau; c. melalui KP2KP (beserta Daftar Nominatif Pengantar Pengiriman SPT).

Untuk SPT Masa PPN Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung, ditolak dan dikembalikan secara langsung kepada PKP atau Pemungut PPN. SPT Masa PPN yang disampaikan melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dengan bukti pengiriman surat, ditolak dengan mengirimkan kembali SPT Masa PPN dan membuat Surat Penolakan SPT Masa PPN.

3. Petugas TPT mengecek jenis PKP (Badan atau Orang Pribadi) atau Pemungut PPN:


(48)

a. Apabila PKP Badan maka SPT harus disampaikan dalam bentuk data elektronik;

b. Apabila PKP Orang Pribadi maka harus mengecek jumlah dokumen (Faktur Pajak/dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak dan/atau Nota Retur/Nota Pembatalan) yang diterbitkan/diterima oleh PKP dan jumlah seluruh penyerah barang dan jasa yang dilakukan PKP;

c. PKP Orang Pribadi yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik, tidak diperbolehkan lagi untuk menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hard copy);

d. Apabila Pemungut PPN maka SPT dapat disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau dalam bentuk data elektronik.

4. Petugas TPT mengecek kelengkapan SPT Masa PPN berdasarkan ketentuan: a. Untuk SPT Masa PPN lengkap (sebagaimana diatur dalam Lampiran III

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011 tanggal 11 Januari 2011 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2013, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa PPN atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Masa PPN atau dokumen kelengkapan SPT Masa PPN;


(49)

b. Untuk SPT Masa PPN tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Masa PPN. Dalam hal SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi), maka SPT yang disampaikan langsung oleh PKP atau Pemungut PPN, dihimbau kepada PKP atau Pemungut PPN untuk melengkapi;

c. Untuk SPT Masa PPN yang disampaikan melalui KP2KP tidak perlu dilakukan penelitian kelengkapan SPT lagi, tetapi langsung dilakukan perekaman data SPT Masa PPN atau kelengkapannya;

5. Petugas TPT memfotokopi LPAD beserta Induk SPT untuk disampaikan kepada Account Representative khusus untuk SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi).

6. Petugas TPT meneruskan konsep Surat Penolakan SPT Masa PPN ke Kepala Seksi Pelayanan dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

7. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep Surat Penolakan SPT Masa PPN. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

8. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan kebenaran fisik SPT Masa PPN apakah telah sesuai dengan isi batch header,


(50)

merekam SPT Masa PPN lengkap, dan mengirimkan SPT Masa PPN yang telah direkam beserta daftar pengantar kepada:

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang terdiri dari:

1) SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi); 2) SPT unbalance;

3) SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) yang disampaikan melalui Pos/Jasa Ekspedisi/Jasa Kurir dengan bukti pengiriman surat;

4) SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar. b. Seksi Pelayanan yang terdiri dari:

1) SPT Kurang Bayar;

2) SPT Lebih Bayar kompensasi; 3) SPT Nihil.

9. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP tentang Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatanpenyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).


(51)

10.Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal untuk ditindaklanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.

11.Account Representative menindaklanjuti SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) dengan menyiapkan Surat Himbauan kepada PKP atau Pemungut PPN.

12.Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti. 13.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan SPT yang sudah selesai ditindaklanjuti dari Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi serta menatausahakan SPT tersebut.

14. Proses Selesai.

G. Kendala dan Masalah Yang Dihadapi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam


(52)

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamaLubuk Pakam dalam memungut Pajak Pertambahan Nilai(PPN) wajib pajak, yaitu banyak wajib pajak yang tidak mengetahui bagaimana tata cara pelaporan menggunakan e-SPT yang diterapkan oleh peraturan Direktur Jenderal Pajak dan kurangnya kepedulian wajib pajak dalam melaporkan pajak terutang PPN nya. Selain itu kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikarenakan wajib pajak sudah meninggal dunia dan tidak di beritahukan oleh pihak keluarga, wajib pajak yang masih aktif tapi tidak melaporkan pajak, wajib pajak yang tidak sesuai syarat menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), badan usaha atau perusahaan yang telah di tutup atau bangkrut tetapi tidak memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

H. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Adapun usaha yang dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban adalah dengan cara sosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak. menerbitkan surat himbauan untuk menerbitkan SPT masa, serta melakukan regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk mengetahui wajib pajak yang masih aktif menjadi Pengusaha kena Pajak (PKP).

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan objektif dan subjektif Pengusaha Kena Pajak (PKP)


(53)

perlu menetapkan peraturan Direktorat Jendral Pajak (DJP) tentang regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Yang di maksud dengan:

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah suatu program yang bertujuan meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan dan menguji pemenuhan objektif dan subjektif pengusaha kena pajak.

Setelah melakukan regristasi ulang dilakukan verifikasi, yaitu serangkaian kegiatan penguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan wajib pajak, atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh dari Direktur Jendral Pajak (DJP), dalam menerbitkan surat ketetapan pajak menerbitkan/menghapus nomor pokok wajib pajak dan atau mengukuhkan pengusaha kena pajak (PKP).

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terdaftar dan dilakukan kepada selurah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar.

Apabila berdasarkan laporan verifikasi diketahui Pengusaha Kena Pajak (PKP) termasuk dalam kriteria tertentu maka kepada Pengusaha Kena Pajak tersebut diterbitkan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Laporan verifikasi, Kertas Kerja, dan Dokumen pendukung verifikasi disatukan dan disimpan dalam berkas induk Wajib Pajak.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab yang ada maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak Pertambahan Nilaiadalah Pajak atas konsumsi barang atau jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat di pengaruhi dengan perkembangan transaksi bisnis secara pola konsumsi masyarakat yang menjadi objek pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi sangat baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional terus menciptakan jenis serta pola baru transaksi bisnis yang baru.

3. Dalam menghadapi kendala yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebaiknya dengan carameningkatkan pelayanan, penertiban, administrasi, pengawasan,dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif pengusaha kena pajak, perlu menetapkan peraturan Direktur Jendral Pajak tentang Regristasi Ulang Pengusaha Kena Pajak.


(55)

B. Saran

Penulis selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara ingin menyampaikan beberapa saran kepada Bapak/Ibu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang tidak lebih banyak bertujuan agar kita semua dapat meningkatkan pelayanan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya para Wajib Pajak yang telah sadar akan kewajibannya. Adapun saran tersebut adalah:

1. Pentingnya peningkatan pendekatan lebih kepada wajib pajak di kantor Pelayanan PajakPratama Lubuk Pakam yang belum sadar akan kewajibanya sebagai warga negara yang telah berpenghasilan diatas PTKP dalam membayar pajak.

2. Diharapkan kepada pihak kepegawaian perpajakan untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak dalam hal melaksanakan kewajibanya agar masyarakat lebih peduli untuk membayar pajak serta sosialisasi yang lebih mendalam lagi tentang e-SPT terhadap Wajib Pajak untuk mempermudah pelaporan.

3. Terus menggali potensi perpajakn dari setiap wilayah yang di naungi pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi revisi.CV Andi Offset: Yogyakarta. Resmi,Siti. 2008. Perpajakan teori dan kasus. PT Salemba Empat: Jakarta. Waluyo, 2009.Perpajakan Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang No. 42 Tahun 2009. Perubahan ketiga Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Undang-Undang PPN Pasal 18A.Dasar Penggenaan pajak (DPP)

Nomor536/KMK.04/2000. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan

Nomor 181/PMK.03/2007. tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.

Nomor 185/PMK.03/2007. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

Nomor KEP-214/PJ./2001. tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan.

Nomor KEP-215/PJ/2001. tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan.

Nomor PER-44/PJ/2010. tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Nomor PER-2/PJ/2011. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.


(1)

10. Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal untuk ditindaklanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.

11. Account Representative menindaklanjuti SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) dengan menyiapkan Surat Himbauan kepada PKP atau Pemungut PPN.

12. Account Representative mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti. 13. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan SPT yang sudah selesai ditindaklanjuti dari Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi serta menatausahakan SPT tersebut.

14. Proses Selesai.

G. Kendala dan Masalah Yang Dihadapi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam


(2)

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamaLubuk Pakam dalam memungut Pajak Pertambahan Nilai(PPN) wajib pajak, yaitu banyak wajib pajak yang tidak mengetahui bagaimana tata cara pelaporan menggunakan e-SPT yang diterapkan oleh peraturan Direktur Jenderal Pajak dan kurangnya kepedulian wajib pajak dalam melaporkan pajak terutang PPN nya. Selain itu kendala yang timbul di pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah tidak lagi menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikarenakan wajib pajak sudah meninggal dunia dan tidak di beritahukan oleh pihak keluarga, wajib pajak yang masih aktif tapi tidak melaporkan pajak, wajib pajak yang tidak sesuai syarat menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP), badan usaha atau perusahaan yang telah di tutup atau bangkrut tetapi tidak memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

H. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Adapun usaha yang dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban adalah dengan cara sosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak. menerbitkan surat himbauan untuk menerbitkan SPT masa, serta melakukan regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk mengetahui wajib pajak yang masih aktif menjadi Pengusaha kena Pajak (PKP).

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan objektif dan subjektif Pengusaha Kena Pajak (PKP)


(3)

perlu menetapkan peraturan Direktorat Jendral Pajak (DJP) tentang regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Yang di maksud dengan:

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah suatu program yang bertujuan meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi, pengawasan dan menguji pemenuhan objektif dan subjektif pengusaha kena pajak.

Setelah melakukan regristasi ulang dilakukan verifikasi, yaitu serangkaian kegiatan penguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan wajib pajak, atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh dari Direktur Jendral Pajak (DJP), dalam menerbitkan surat ketetapan pajak menerbitkan/menghapus nomor pokok wajib pajak dan atau mengukuhkan pengusaha kena pajak (PKP).

Regristasi ulang Pengusaha Kena Pajak (PKP) dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terdaftar dan dilakukan kepada selurah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar.

Apabila berdasarkan laporan verifikasi diketahui Pengusaha Kena Pajak (PKP) termasuk dalam kriteria tertentu maka kepada Pengusaha Kena Pajak tersebut diterbitkan Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Laporan verifikasi, Kertas Kerja, dan Dokumen pendukung verifikasi disatukan dan disimpan dalam berkas induk Wajib Pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab yang ada maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak Pertambahan Nilaiadalah Pajak atas konsumsi barang atau jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat di pengaruhi dengan perkembangan transaksi bisnis secara pola konsumsi masyarakat yang menjadi objek pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi sangat baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional terus menciptakan jenis serta pola baru transaksi bisnis yang baru.

3. Dalam menghadapi kendala yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebaiknya dengan carameningkatkan pelayanan, penertiban, administrasi, pengawasan,dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif pengusaha kena pajak, perlu menetapkan peraturan Direktur Jendral Pajak tentang Regristasi Ulang Pengusaha Kena Pajak.


(5)

B. Saran

Penulis selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara ingin menyampaikan beberapa saran kepada Bapak/Ibu pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang tidak lebih banyak bertujuan agar kita semua dapat meningkatkan pelayanan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya para Wajib Pajak yang telah sadar akan kewajibannya. Adapun saran tersebut adalah:

1. Pentingnya peningkatan pendekatan lebih kepada wajib pajak di kantor Pelayanan PajakPratama Lubuk Pakam yang belum sadar akan kewajibanya sebagai warga negara yang telah berpenghasilan diatas PTKP dalam membayar pajak.

2. Diharapkan kepada pihak kepegawaian perpajakan untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak dalam hal melaksanakan kewajibanya agar masyarakat lebih peduli untuk membayar pajak serta sosialisasi yang lebih mendalam lagi tentang e-SPT terhadap Wajib Pajak untuk mempermudah pelaporan.

3. Terus menggali potensi perpajakn dari setiap wilayah yang di naungi pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi revisi.CV Andi Offset: Yogyakarta. Resmi,Siti. 2008. Perpajakan teori dan kasus. PT Salemba Empat: Jakarta. Waluyo, 2009.Perpajakan Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang No. 42 Tahun 2009. Perubahan ketiga Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Undang-Undang PPN Pasal 18A.Dasar Penggenaan pajak (DPP)

Nomor536/KMK.04/2000. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan

Nomor 181/PMK.03/2007. tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.

Nomor 185/PMK.03/2007. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.

Nomor KEP-214/PJ./2001. tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan.

Nomor KEP-215/PJ/2001. tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan.

Nomor PER-44/PJ/2010. tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Nomor PER-2/PJ/2011. tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.