Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

O L E H

Nama : RAJA WINA HANDAYANI Nim : 102600085

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Raja Wina Handayani

NIM : 102600085

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Dr. Bastari, MM, BKP Irwansyah Lubis, M.Si

NIP 195608311986011001 NIP 196802181198031001

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan senantiasa memberikan petunjuk kepada Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan” ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk melesaikan Program Studi Diploma III Adminstrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Irwansyah Lubis selaku Supervisor dan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

6. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Raja Muhammad Fauzi dan Ibunda Pariyem, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, dan mendoakan anak-anaknya. Semoga Allah SWT mengasihi dan mengampuni keduanya. Amin.

7. Teristimewa kepada Abang-Abangku, Kakakku dan Adikku yang tercinta serta Keluarga Besarku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya. 8. Buat teman-temanku Fanny, Sarah, Abidah, Juwita, terima kasih telah

menjadi keluargaku selama hidup diperantauan. “KURA59” yang terpilih dan terbaik.

9. Buat seluruh Pegawai KPP Pratama Medan Belawan terima kasih atas dukungan dan ilmu pengetahuan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

10.Buat teman-teman IMPROSAJA FISIP USU periode 2012-2013 terutama Divisi Diklar (Dony, Aldi, Wendy, Rivai, Fanny) dan Divisi Administrasi


(5)

Kesekretariatan (Fitri, Aleksander, Rezky, Winda, Egy) terima kasih atas pengalaman, pelajaran berorganisasi dan pertemanan yang luar biasa.

11.Buat teman-teman sekelasku Tax B 2010 terutama Eki Prayudi terima kasih telah menjadi keluarga, sahabat dan kakak/abangku selama di DIII Administrasi Perpajakan FISIP USU. Semoga kita sukses semua dan tetap bersahabat sampai kapanpun.

12.Buat teman-teman, Dosen, Pelaksana Brevet Batch V Tax Centre FISIP USU, terima kasih atas kebersamaan dan ilmunya. Semoga kami dapat menjadi konsultan pajak yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini Penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun deni kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata Penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan Penulisan Dan Manfaat PKLM ... 3

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 9

E. Metode PKLM ... 9

F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 12

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 14

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 14

B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 17

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 18

D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 21

E. Gambaran Wajib Pajak, Realisasi Penerimaan Dan Kepegawaian Di KPP Pratama Medan Belawan ... 27


(7)

BAB III GAMBARAN DATA SKB PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 IMPOR 30

A. SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30

1. Pengertian SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30

2. Dasar Hukum SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 30

3. Jenis Dan Bentuk SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 31

4. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 31

5. Syarat-Syarat Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan ... 33

B. Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 35

1. Jenis Pelayanan SKB PPh Pasal 22 Impor ... 35

2. Pengertian SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 36

3. Objek Pajak SKB Pemungutan PPh 22 Impor ... 36

4. Jenis SKB PPh Pasal 22 Impor ... 37

5. Persyaratan Pengajuan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 37

6. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 38


(8)

C. Data Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP

Pratama Medan Belawan ... 40

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 41

A. Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 41

1. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ... 41

2. Penjelasan Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 44

B. Analisis Data SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 46

C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPhPasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012 ... 27 Tabel II.2 Rencana Penerimaan Pajak Tahun 2012 Di KPP Pratama Medan

Belawan ... 28 Tabel II.3 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Pratama Medan

Belawan Tahun 2012 ... 28 Tabel III.1 Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat memberikan peranan dan sumbangan yang berarti bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara. Demikian pentingnya pajak bagi negara, maka pemungutannya didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang.

Kualitas pelayanan sebagai wujud kepuasan wajib pajak diatur oleh dijabarkan dalam tanggal 15 Juli 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan. Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan


(11)

eksternal dan/atau internal sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat atau para pemangku kepentingan lainnya atas jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh Kementerian Keuangan.

Salah satu bentuk pelayanan yang diatur di dalam Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan adalah Pelayanan Penyelesaian Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor. Pelayanan tersebut merupakan bentuk pembuktian komitmen Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak yaitu wajib pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan pajak penghasilan oleh pihak lain.

Sesuai dengan fungsi pajak reguler yaitu alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Pelayanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan pengendalian di bidang ekonomi oleh pemerintah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya dengan memberikan kemudahan pembebasan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor. Walaupun dengan pembebasan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor akan menghilangkan potensi pajak pada sektor pajak ini tetapi pertumbuhan ekonomi di bidang industri dapat terwujud sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatnya taraf hidup, pengurangan pengangguran dan kesenjangan sosial. Dan akan berdampak pada pendapatan potensi pajak yang lebih besar dari sektor pajak lainnya.


(12)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam melaksanakan PKLM ini penulis tertarik mengambil judul “Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis di lapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan memahami tata cara penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.

b. Untuk mengetahui gambaran penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.

c. Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.


(13)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah ke dalam lingkungan kerja.

2. Melatih kemampuan dalam bekerja sama, komunikasi dan kedisiplinan. 3. Menstimulasi produktifitas dan efesiensi mahasiswa.

4. Mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga ahli yang siap pakai.

b. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1. Mempererat hubungan kerjasama antara pihak Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang sesungguhnya.

3. Membuka kesempatan untuk melakukan kerjasama bagi dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

4. Mendapatkan ide, informasi, masukan, gagasan, dan saran untuk evaluasi bagi penyempurnaan kurikulum khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(14)

5. Memberikan uji nyata mengenai pendidikan yang diterima serta meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan mahasiswa serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuannya.

6. Untuk memenuhi program kurikulum yang telah ditentukan.

c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Mempromosikan dan membangun pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk membantu meringankan pekerjaan karyawan.

4. Sebagai bahan perbandingan antara teori kerja yang berlaku pada lembaga dan teori kerja pada dunia pendidikan.

5. Dapat digunakan sebagai masukan dan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan baru serta pengambilan keputusan.


(15)

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain serta wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah (Waluyo 2010: 265)

2. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor

Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor sebagaimana dimaksud pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas impor barang (Waluyo 2010: 265)

3. Tarif Pajak

Besarnya pungutan Pajak Penghasilan pasal 22 atas impor adalah sebagai berikut :

a. Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar 2,5 % (dua setengah persen) dari nilai impor.

b. Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5 % (tujuh setengah persen) dari nilai impor.


(16)

c. Yang tidak dikuasai, besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5 % (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.

d. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), besarnya pengutan PPh Pasal 22 sebesar 0,5 % (setengah persen) dari nilai impor (Booklet PPh 2010:20)

4. Pengecualian Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor a. Menggunakan Surat Keterangan Bebas

1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

2. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

b. Otomatis (Tanpa Surat Keterangan Bebas) Dikecualikan Dari Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22

1. Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 3. Impor kembali (re-impor) yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh


(17)

5. Saat Terutang dan Pelunasan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor

Atas kegiatan impor barang, PPh Pasal 22 terutang pada saat bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk. Apabila pembayaran bea masuknya ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 terutang pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

6. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Impor

a. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang oleh pemungut (Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang dipungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus disetor ke bank devisa atau Bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

b. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk dan dalam hal bea masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor. Dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir (Booklet PPh 2010:22)


(18)

7. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dalam rangka impor (dalam hal ini Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atau Bank Devisa) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM adalah :

1. Tata cara pelaksanaan penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor.

2. Syarat-syarat dalam mengajukan permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor.

3. Keputusan atas permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan data serta informasi yang akurat, dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut :


(19)

Merupakan suatu persiapan dalam PKLM yang meliputi pemilihan objek lokasi PKLM, permohonan surat pengantar dari fakultas sebagai syarat untuk dapat melaksanakan PKLM di KPP Pratama Medan Belawan, pengajuan judul, pencarian bahan untuk proposal, dan penyusunan proposal PKLM.

2. Studi Literatur

Merupakan landasan teori yang mendukung penyelesaian laporan ini. Dalam tahap ini penulis mencari bahan yang berasal dari buku-buku, undang-undang,

internet maupun bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan penyelesaian laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan atau dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui :

a. Data Primer : mengumpulkan data secara langsung dari sumbernya melalui wawancara dengan pihak fiskus.

b. Data Sekunder : mengumpulkan data dari hasil dokumen berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan Undang-Undang yang ada kaitannya dengan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(20)

Setelah diperoleh data yang diperlukan, penulis menganalisis dan mengevaluasi kendala-kendala yang terjadi dan mencari tahu solusi dari permasalahan tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Daftar Pertanyaan / Wawancara ( Interview Guide )

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pegawai dalam instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan. Dengan terlebih dahulu mempersiapkan data interview untuk memperlancar jalannya interview.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Dalam mengumpulkan data, studi ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan mengadakan pengamatan yang berkaitan dengan objek PKLM.

3. Daftar Dokumen (Optional Guide)

Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data dengan cara meminta dokumen berupa struktur organisasi yang berhubungan dengan objek PKLM.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun sistematika dalam penulisan laporan akhir adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan


(21)

Mandiri (PKLM), uraian teoritis, ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode pengumpulan data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dan gambaran kepegawaian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

BAB III GAMBARAN DATA SKB PEMUNGUTAN PAJAK

PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR

Dalam bab ini menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan dalam penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor yaitu deskripsi tentang surat keterangan bebas pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, deskripsi tentang surat keterangan bebas pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 impor serta data penerbitan surat keterangan bebas pemungutan PPh pasal 22 impor di KPP Pratama Medan Belawan.


(22)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data dan informasi yang telah dikumpulkan yaitu analisis tata cara, gambaran dan hambatan serta upaya mengatasi hambatan dalam penyelesaian permohonan surat keterangan bebas pemungutan PPh pasal 22 impor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara I dan berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

KPP Pratama Medan Belawan meliputi kecamatan : 1. Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal


(24)

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan 2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A


(25)

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A Medan


(26)

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 A Medan

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17 A Medan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak ada yang berubah.

B. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya.


(27)

Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

VISI

“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”

Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

MISI

“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara

demi kemakmuran rakyat”

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang


(28)

berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai berikut :


(29)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan Dan Kepatuhan Internal 5. Seksi Penagihan

6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 11.Kelompok Jabatan Fungsional

Berikut gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

SUBBAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI III

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV KELOMPOK JABATAN SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI RIKI SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI


(30)

D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan

Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan


(31)

11.Pelaksanaan intensifikasi 12.Pembetulan ketetapan pajak 13.Pelaksanaan administrasi kantor

Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

a. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin 4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai


(32)

5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan 2. Penyajian informasi perpajakan

3. Perekaman dokumen perpajakan

4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan 5. Pelayanan dukungan teknis komputer 6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

7. Pelaksanaan SIDJP serta penyiapan laporan kinerja

d. Seksi Pelayanan

1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya

4. Memberikan penyuluhan perpajakan 5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak

6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan

e. Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.


(33)

2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan

3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya

Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas JSP adalah :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS) 2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.


(34)

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan 2. Pendataan objek dan subjek pajak

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar

2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan

3. Penyusunan profil wajib pajak 4. Menganalisis kinerja wajib pajak

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding

6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor

7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I) a. Kelurahan Kampung Besar


(35)

c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II) a. Kelurahan Labuhan Deli

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun

d. Kelurahan Tanah Enam Ratus e. Kelurahan Paya Pasir

3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir c. Kelurahan Mabar

d. Kelurahan Kota Bangun e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Mabar Hilir

4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia


(36)

d. Kelurahan Belawan I e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

E. Gambaran Wajib Pajak, Realisasi Penerimaan Dan Kepegawaian Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode Desember 2012 berjumlah sebanyak 44.120 Wajib Pajak, yang terdiri dari :

Tabel II.1Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Tahun 2012

No Jenis Wajib Pajak Jumlah

1 Orang Pribadi 42.340

2 Badan 1.609

3 Bendaharawan 171


(37)

Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah :

Tabel II.2 Rencana Penerimaan Pajak Tahun 2012 Di KPP Pratama Medan Belawan

No Jenis Pajak Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Bruto

SPMKP Realisasi Penerimaan

Netto

1 PPh Non

Migas

199.639.820.000 175.275.145.652 127.128.773 175.148.016.879

2 PPN dan

PPnBM

-28.995.120.000 249.957.840.513 141.701.200.836 108.256.693.677

Total 170.664.700.000 425.232.986.165 141.828.329.609 283.404.656.556

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4 orang. Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompokadalah sebagai berikut :

Tabel II.3 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Medan Belawan Tahun 2012

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai


(38)

2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 3

5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

6 Ekstensifikasi Perpajakan 4

7 Pengawasan dan Konsultasi I 6

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6

11 Fungsional 10

Jumlah 73


(39)

BAB III

GAMBARAN DATA SURAT KETERANGAN BEBAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 IMPOR

A. Surat Keterangan Bebas Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

1. Pengertian SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lai

2. Dasar Hukum SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 ditetapkan tanggal 26 April 1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh (Seri PPh Umum No. 9).

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan, mulai berlaku 1 Mei 2002.

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain, mulai berlaku 1 Februari 2011 sampai dengan sekarang.


(40)

d. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain.

3. Jenis Dan Bentuk SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Adapun bentuk Surat Keterangan Bebas (SKB) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 untuk pemotongan dan/atau pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 dan PPh pasal 23.

Khusus untuk PPh pasal 22 impor, bentuk SKB adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-1/PJ/2011.

Dalam hal permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan ditolak, kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak dengan mempergunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011. (www.ortax.com)

4. Wajib Pajak Yang Dapat Mengajukan SKB Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Menurut Peraturan DJP Nomor PER-1/PJ/2011, kriteria Wajib Pajak yang dapat mengajukan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak


(41)

a. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal, dalam hal: 1. Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.

Wajib Pajak yang baru berdiri adalah Wajib Pajak yang baru berdiri dalam tahun pajak berjalan.

2. Wajib Pajak belum sampai pada tahap produksi komersial; atau

3. Wajib Pajak mengalami suatu peristiwa yang berada di luar kemampuan (force majeur).

Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam butir a tidak berlaku terhadap pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

b. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal.

Besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau Surat Ketetapan Pajak. Dalam hal Wajib Pajak mendapat Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding maka besarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.


(42)

c. Wajib Pajak yang dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang.

Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar merupakan Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final yang telah dan akan dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan/atau pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.

d. Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final. Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final, dapat juga mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan kepada Direktur Jenderal Pajak. Misalnya, Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi mengimpor barang. Atas impor barang tersebut, Wajib Pajak konstruksi tersebut dapat mengajukan permohonan pembebasan dari PPh pasal 22 impor.

5. Syarat – Syarat Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Menurut Peraturan DJP PER-1/PJ/2011 dalam mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut :


(43)

a. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan di Lampiran I PER-1/PJ/2011.

b. Satu permohonan diajukan untuk setiap jenis pemotongan dan/atau pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22 Impor, PPh pasal 22 selain impor, dan PPh pasal 23.

c. Setiap permohonan dilampiri dengan penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang paling sedikit harus memuat:

1. Peredaran usaha dan luar usaha tahun berjalan serta perkiraan peredaran usaha dan luar usaha dalam satu tahun pajak;

2. Biaya fiskal tahun berjalan dan perkiraan biaya fiskal dalam satu tahun pajak, kecuali bagi Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto;

3. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan terutang dalam satu tahun pajak; 4. Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri


(44)

5. Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri dalam tahun berjalan.

d. Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak terakhir sebelum tahun diajukan permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi;

Dalam hal SPT Tahunan Pajak Penghasilan belum disampaikan karena Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan Pajak Penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan maka Wajib Pajak yang bersangkutan dianggap telah memenuhi ketentuan.

B. Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor 1. Jenis Pelayanan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Impor

a. Pelayanan permohona

bersifat final.

b. Pelayanan permohona

perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.

c. Pelayanan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor


(45)

Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor adalah surat yang menyatakan Wajib Pajak dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dalam rangka impor (dalam hal ini Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atau Bank Devisa) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor merupakan bagian dari pelayanan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat khusus yang diberikan DJP kepada wajib pajak sebagai Layanan Unggulan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Sehingga segala ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan juga berlaku di Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

3. Objek SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

Objek SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor adalah kondisi/keadaan Wajib Pajak yang dikenakan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor yang memenuhi persyaratan dan kriteria Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan SKB Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain.


(46)

a. SKB Izin Prinsip

Adalah penelitian yang dilakukan secara garis besar terhadap permohonan Wajib Pajak dimana bila disetujui permohonan tersebut akan ditentukan kuota tertentu atas jenis-jenis barang yang dimintakan SKB PPh Pasal 22 Impor.

b. SKB Per Shipment

Adalah pengurangan atas kuota yang dimiliki Wajib Pajak pada saat melakukan impor dengan disertai Invoice, Bill of Lading, Freight, dan Insurance.

5. Persyaratan Pengajuan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

Dalam mengajukan permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, Wajib Pajak harus dilengkapi beberapa persyaratan sebagai berikut (www.ortax.com):

1. Memenuhi persyaratan yang diatur didalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain.

2. Melengkapi persyaratan lainnya, yaitu :

a. Fotokopi kartu NPWP dan Identitas KTP/KITAS b. Fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak c. Surat Kuasa Khusus jika dikuasakan

d. Fotokopi Pemberitahuan Impor Barang (PIB)


(47)

f. Surat permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

g. Bukti Telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak Terakhir sebelum tahun diajukan permohonan dan Lampiran Laporan Keuangan kecuali Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi. h. Menyampaikan daftar pihak-pihak pemberi penghasilan (perkiraan

customer) beserta nilai transaksi yang diperkirakan diperoleh.

i. Prakiraan jenis barang yang akan diimpor beserta kuantumnya dan nilainya dalam valuta asing, dalam tahun berjalan, yang meliputi kategori: 1) Barang Modal

2) Bahan baku 3) Bahan Penolong 4) Suku Cadang 5) Barang Lain-lain.

j. Dan persyaratan lainnya yang diperlukan dan diminta oleh pihak DJP.

6. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

Menurut Peraturan DJP PER-1/PJ/2011, atas permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan dengan menerbitkan:


(48)

b. Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor,

Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja, Kepala Kantor Pelayanan Pajak belum memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap diterima, Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Bebas dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah jangka waktu 5 (lima) hari kerja terlewati.

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan mengajukan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, Kepala KPP harus menerbitkan Surat Penolakan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Wajib Pajak yang telah mendapatkan Surat Penolakan Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sehubungan dengan tidak terpenuhinya persyaratan dapat mengajukan kembali permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan.

Dalam hal Wajib Pajak yang telah mendapat SKB melakukan transaksi dengan lebih dari satu pemotong dan/atau pemungut pajak maka Wajib Pajak dapat menggunakan fotokopi SKB yang telah dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan SKB.

Batas waktu berlakunya Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sampai dengan berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.


(49)

C. Data Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

Penelitian dilakukan di KPP Pratama Medan Belawan untuk mengetahui perbandingan gambaran data antara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor dengan legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor yang diproses mulai tahun 2011 sampai dengan Mei 2013 dengan melakukan wawancara terhadap Pelaksana Seksi Pelayanan dan melihat Laporan Layanan Unggulan di seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada tanggal 13 Juni 2013 dan 26 Juni 2013.

Tabel III.1 Penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

No Tahun

Jumlah Permohonan Yang Masuk

Jumlah Surat Keputusan

Yang Di Keluarkan Legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22

Impor SKB

Pemungutan PPh Pasal 22

Impor

Surat Penolakan

SKB Pemungutan PPh Pasal 22

Impor

1 2011 0 0 0 24

2 2012 1 0 1 24

3

s/d Mei 2013

0 0 0 2


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diatur didalam Standard Operating Procedure (SOP)/Standar Prosedur Operasi Layanan Unggulan Bidang Perpajakan yaitu lain sebagai berikut :

a. Deskripsi:

Merupakan pelayanan penyelesaian permohonan Wajib Pajak untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 Impor sehingga terbebas daripemungutan PPh Pasal 22 Impor pada saat melakukan impor. b. Pihak yang Dilayani/Stakeholder:

Wajib Pajak. c. Janji Layanan:

1. Jangka waktu penyelesaian 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.


(51)

2. Tidak ada biaya atas jasa pelayanan.

3. Persyaratan administrasi berupa dokumen impor.

Catatan: Wajib Pajak masih mempunyai kuota sesuai ijin prinsip yang telah dikeluarkan.

d. Proses:

1. Awal : Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan/Pemotongan PPh Pasal 22 Impor ke KPP melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Akhir : Seksi Pelayanan DJP menyampaikan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor kepada Wajib Pajak.

e. Keluaran/Hasil Akhir (output):

1. Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor; atau

2. Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor.


(52)

(53)

2. Penjelasan Tata Cara Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

a. Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan melalui Tempat Pelayanan Terpadu dalam bentuk tertulis berupa Surat Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh (Lampiran I PER-1/PJ/2011).

b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke

Account Representative.

c. Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Seksi Pengawasan danKonsultasi.


(54)

d. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani Uraian Penelitian Permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menelaah, menandatangani UraianPenelitian Permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/atau PemungutanPPh.

f. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.

g. Surat Keterangan Bebas (SKB) diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu: Lembar ke‐1 : untuk Wajib Pajak

Lembar ke‐2 : untuk Pemotong/Pemungut pajak

Lembar ke3 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

h. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.


(55)

i. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

j. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyetujui dan menandatanganidokumen hasil persetujuan.

k. Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan menyampaikan kepada pihak‐pihak terkait melalui Subbagian Umum(SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). l. Proses Selesai.

B. Analisis Data SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

Dari tabel III.1 dapat dilihat bahwa perbandingan data antara proses legalisasi dan proses penyelesian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP Pratama Medan Belawan, antara lain :

1. Di tahun 2011 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor yang diproses sebanyak 0 (nol) atau tidak ada sedangkan legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebanyak 24 (dua empat).


(56)

2. Dan di tahun 2012 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor yang diproses sebanyak 1 (satu) dengan hasil akhir keputusan adalah penerbitan Surat Penolakan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sedangkan legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebanyak 24 (dua empat). 3. Sampai dengan Mei 2013 penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh

Pasal 22 Impor yang diproses sebanyak 0 (nol) atau tidak ada sedangkan legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor sebanyak 2 (dua).

Dari keterangan data diatas dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Belawan lebih banyak melakukan proses legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor daripada proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penyelesaian Permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Di KPP Pratama Medan Belawan

Dalam melakukan proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor pihak fiskus akan menghadapi hambatan-hambatan dalam bekerja. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Waskon III KPP Pratama Medan Belawan tanggal 10 Juni 2013 :

1. Jangka waktu yang diberikan dalam proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor yaitu 5 (lima) hari kerja menurut fiskus


(57)

terlalu cepat karena proses penerbitan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor harus diteliti lebih terperinci.

2. Ketidakhadiran kepala kantor atau kepala seksi yang bersangkutan karena kesibukan diluar kantor pada saat proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor juga akan menghambat terpenuhinya jangka waktu 5 (lima) hari kerja yang telah ditetapkan.

3. SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor akan diproses melalui beberapa seksi di KPP Pratama Medan Belawan maka dari itu keterlambatan satu seksi menyerahkan berkas SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor akan mengakibatkan tidak terpenuhinya jangka waktu 5 (lima) hari kerja.

4. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di KPP Pratama Medan Belawan yang terkadang mengalami gangguan saat bekerja.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Waskon III KPP Pratama Medan Belawan tanggal 10 Juni 2013, yaitu :

1. Dalam pengerjaan proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor pihak fiskus akan saling berkoordinasi dari satu seksi dengan seksi lainnya atau pegawai dengan pegawai lainnya agar jangka waktu 5 (lima) hari kerja dapat dipenuhi.

2. Jika pada saat proses pengerjaan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor kepala kantor/kepala seksi sedang tidak di tempat maka


(58)

anggota-anggota berupaya menghubungi via telepon/seluler/social network media.

3. Diupayakan agar berkas penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diserahkan ke seksi lain dengan tepat waktu dengan memproritaskan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor daripada perkerjaan yang lain yang tidak memiliki batas waktu penyelesaian.

4. Berupaya memperbaiki Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan cepat dengan meminta bantuan tenaga teknisi yang ahli dibidangnya.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tata cara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut :

Wajib Pajak mengajukan surat permohonan ke TPT dan petugas TPT meneruskan surat ke seksi Waskon kemudian diteruskan ke Kepala KPP Pratama Medan Belawan kemudian diteruskan ke seksi Pelayanan untuk dicetak SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor atau Surat Penolakan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, kemudian diteruskan ke Kepala KPP Pratama Medan Belawan dan diteruskan ke seksi Pelayanan kemudian di teruskan ke seksi Subbagian Umum untuk dikirimkan ke wajib pajak.

2. Analisis data penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP Pratama Medan Belawan adalah pada tahun 2011 terdapat 0 (nol) penyelesaian permohonan dan 24 (dua empat) legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor, sedangkan ditahun 2012 terdapat 1 (satu) penyelesaian permohonan dan 24 (dua empat) legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor dan sampai dengan Mei 2013 terdapat 0 (nol) penyelesaian permohonan dan 2 (dua) legalisasi SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Belawan lebih


(60)

banyak melakukan proses legalisasi daripada proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

3. Hambatan dan upaya dalam proses penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor di KPP Pratama Medan Belawan adalah : a. Kesulitan memenuhi jangka waktu 5 (lima) hari kerja dengan upaya lebih

mengutamakan pekerjaan penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor daripada pekerjaan yang lain yang tidak terlalu dikejar oleh waktu penyelesaian.

b. Gangguan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) saat bekerja dengan upaya memperbaiki dengan meminta bantuan tenaga teknisi yang ahli di bidangnya.

c. Masalah ketidakhadiran kepala kantor atau kepala seksi dengan upaya menghubungi via telepon/seluler/social network media.

d. Keterlambatan salah satu seksi dalam meneruskan berkas penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor ke seksi yang lain hal ini dapat diatasi dengan berkoordinasi yang kuat antara satu pegawai dengan pegawai lain yang berada disatu seksi maupun seksi lain.

B. Saran

1. Dari rangkaian tata cara penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diatas dapat kita lihat bahwa proses tersebut terlalu panjang


(61)

untuk jangka waktu 5 hari kerja karena harus melewati beberapa seksi di KPP Pratama Medan Belawan.

2. Terhadap analisis data yang dilakukan tentang gambaran SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diharapkan kepada KPP Pratama Medan Belawan untuk lebih mensosialisasikan adanya Layanan Unggulan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak ke Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan karena pelayanan merupakan hak dari Wajib Pajak.

3. Dengan adanya hambatan serta upaya dalam penyelesaian permohonan SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor diharapkan kepada pegawai KPP Pratama Medan Belawan untuk lebih memenuhi kewajiban pekerjaan serta berupaya meningkatkan prestasi kerja khususnya dalam hal pelayanan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Booklet Pajak Penghasilan. 2010, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan; Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan

Standar Prosedur

Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan NomorOrganisasi Dan Tata


(63)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh (Seri PPh Umum No. 9)

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011 tentang

Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain

Sumber lain :


(64)

(65)

(66)

(67)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Booklet Pajak Penghasilan. 2010, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan; Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan

Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan NomorOrganisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak


(2)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-192/PJ/2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.4/1995 tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh (Seri PPh Umum No. 9)

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2011 Tanggal 20 Januari 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh Pihak Lain

Sumber lain :


(3)

(4)

(5)

(6)