3. Akuisisi Pengetahuan
knowledge acqusition
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi,
transfer
dan
transformasi
keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan kedalam program komputer.
4. Mesin
Inferensi
Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Terdapat dua pendekatan untuk
mengontrol
inferensi
dalam sistem pakar berbasis aturan, yaitu pelacakan ke belakang
backward chainning
dan pelacakan ke depan
forward chainning
.
Backward chainning
adalah pendekatan yang dimotori tujuan
goal-driven
sedangkan
forward chainning
adalah pendekatan yang dimotori data
data- driven
5.
Workplace Workplace
merupakan area dari sekumpulan memori kerja
working memory
.
Workplace
digunakan untuk merekam hasil-hasil antara dan kesimpulan yang dicapai.
6. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas penjelasan adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar.
7. Perbaikan Pengetahuan
Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya.
2.3 Perbedaan Sistem Pakar dengan Sistem Pendukung Keputusan
Perbedaan system pakar
Expert System
dengan system pendukung keputusan adalah
decision support system
antara lain Sutojo, 2011 :
1. Sistem pendukung keputusan terdiri dari routime merefleksikan keyakinan
manajer dalam caranya memecahkan masalah. Keputusan yang dihasilkan oleh sistem pendukung keputusan merefleksikan gaya kemampuan manajer,
sebaliknya sistem pakar memberikan peluang untuk mendapatkan kemampuan dalam membuat keputusan melebihi kemampuan yang dimiliki manajer.
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem pakar mempunyai kemampuan untuk menjelaskan jalur penalaran yang
diikuti pencapaian pemecahan tertentu, penjelasan mengenai bagaimana pemecahan dicapai akan lebih berguna daripada pemecahan itu sendiri
3. Sistem pendukung keputusan menggunakan database, sedangkan sistem pakar
menggunakan
knowledge base
pada komponennya. 4.
Sistem pendukung keputusan berbasis pada pemodelan, sistem pakar berbasis pada konsultasi.
2.4 Mesin Inteferensi
Bagian mesin inferensi merupakan bagian yang mengatur proses penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar serta mengarahkannya menuju solusi yang terbaik
yang dapat dilakukan berdasarkan basis pengetahuan. Metode inferensi terdiri dari dua tipe yaitu Hartati Iswanti 2008:
a. Backward Chaining Backward chaining
memulai penalarannya dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang mendukung hipotesa tersebut.
b. Forward Chaining Forward chaining
merupakan kebalikan dari
fordward chaining
yaitu pendekatan yang dimulai dari sekumpulan data menuju kesimpulan.
Forward chaining
merupakan suatu penalaran deduktif, yang menentukan fakta spesifikasi dari aturan-aturan yang umum untuk mendapatkan konklusi yang lebih khusus.
2.4.1 Inferensi Forward Chaining
Metode
Forward Chaining
adalah suatu metode pengambilan keputusan yang umum digunakan dalam system pakar. Proses pencarian dengan metode
Forward Chaining
berangkat dari kiri ke kanan, yaitu dari premis menuju kepada kesimpulan akhir, metode ini sering disebut
data driven
yaitu pencarian dikendalikan oleh data yang diberikan. Hartati Iswanti 2008
Aktivitas sistem dilakukan berdasarkan siklus mengenal-beraksi. Mula-mula, sistem mencari semua aturan yang kondisinya terdapat di memori kerja, kemudian
memilih salah satunya dan menjalankan aksi yang bersesuaian dengan aturan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan aturan yang akan dijalankan berdasarkan strategi tetap yang disebut strategi penyelesain konflik. Aksi tersebut menghasilkan memori kerja baru dan siklus
diulangi lagi sampai tidak ada aturan yang dapat dipicu, atau tujuan yang dikehendaki sudah terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat melihat contoh tabel 2.1.
Tabel 2.1 Contoh Aturan Menggunakan Penalaran
Forward Chaining
Alur Maju
No Aturan
R1 IF A B THEN C
R2 IF C THEN D
R3 IF A E THEN F
R4 IF A THEN G
R5 IF F G THEN D
R6 IF G E THEN H
R7 IF C H THEN I
R8 IF I A THEN J
R9 IF G THEN J
R10 IF J THEN K
Pada Tabel 2.1 terlihat ada 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan. Jika fakta awal yang diberikan hanya: A dan F artinya: A dan F bernilai benar. Ingin
dibuktikan apakah K bernilai benar hipotesis: K. Langkah-langkah inferensi adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dari R-1, A merupakan fakta sehingga bernilai benar, sedangkan B
belum bias diketahui kebenarannya, sehingga C pun juga belum bisa diketahui kebenarannya. Oleh karena itu kita tidak mendapatkan informasi apapun pada R1
ini. Sehingga kita menuju ke R2. 2.
Pada R2 kita tidak mengetahui informasi apapun tentang C, sehingga kita juga tidak bisa memastikan kebenaran D. Oleh karena itu kita tidak mendapatkan
informasi apapun pada R1 ini. Sehingga kita menuju ke R3. 3.
Pada R3, baik A maupun E adalah fakta sehingga jelas benar. Dengan demikian F sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita mempunyai fakta baru
Universitas Sumatera Utara
yaitu F. Karena F bukan hipotesis yang hendak kita buktikan = K maka penelusuran kita lanjutkan ke R4.
4. Pada R4, A adalah fakta sehingga jelas benar. Dengan demikian G sebagai
konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita mempunyai fakta baru yaitu G. Karena G bukan hipotesis yang hendak kita buktikan = K, maka penelusuran
kita lanjutkan ke R5. 5.
Pada R5, baik F maupun G bernilai benar berdasarkan aturan R3 danR4. Dengan demikian G sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita
mempunyai fakta baru yaitu D. Karena D bukan hipotesis yang hendak kita buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R6.
6. Pada R6, baik A maupun G adalah benar berdasarkan fakta dari R4. Dengan
demikian H sebagai konsekuen juga ikut benar. Sehingga sekarang kita mempunyai fakta baru yaitu H. Karena H bukan hipotesis yang hendak kita
buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R7. 7.
Pada R7, meskipun H benar berdasarkan R6, namun kita tidak tahu kebenaran C sehingga, I pun juga belum bisa diketahui kebenarannya. Oleh karena itu kita
tidak mendapatkan informasi apapun pada R7 ini. Sehingga kita menuju ke R8. 8.
Pada R8, meskipun A benar karena fakta, namun kita tidak tahu kebenaran I, sehingga J pun juga belum bisa diketahui kebenarannya, oleh karena itu kita tidak
mendapatkan informasi apapun pada R8 ini. Sehingga kita menuju ke R9. 9.
Pada R9, J bernilai benar karena G benar berdasarkan R4. Karena J bukan hipotesis yang hendak kita buktikan, maka penelusuran kita lanjutkan ke R10.
10. Pada R10, K bernilai benar karena J benar berdasarkan R9. Karena K sudah
merupakan hipotesis yang hendak kita buktikan, maka terbukti bahwa K adalah benar.
Alur inferensi dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Alur Inferensi
Forward Chaining
2.4.2 Inferensi Backward Chaining
Metode
Backward Chaining
adalah suatu metode pengambilan keputusan yang juga umum digunakan dalam sistem pakar. Metode
backward chaining
adalah kebalikan dari Forward Chaining. Percobaan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah
kanan
THEN
dulu. Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam
basis pengetahuan. Proses pencarian dengan metode
backward chaining
berangkat dari kanan ke kiri, yaitu dari kesimpulan sementara menuju kepada premis, metode ini
sering disebut
good driven
pencarian dikendalikan oleh tujuan yang diberikan Hartati Iswanti 2008
Metode
Backward Chaining
merupakan strategi pencarian yang arahnya kebalikan dari
Forward Chaining
. Proses pencarian dimulai dari tujuan, yaitu kesimpulan yang menjadi solusi permasalahan yang dihadapi. Mesin inferensi mencari
kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan yang kesimpulannya merupakan solusi yang ingin dicapai, kemudian dari kaidah-kaidah yang diperoleh, masing-masing
kesimpulan
Backward Chaining
jalur yang mengarah ke kesimpulan tersebut. Jika informasi-informasi atau nilai dari atribut-atribut yang mengarah ke
kesimpulan tersebut sesuai dengan data yang diberikan maka kesimpulan tersebut merupakan solusi yang dicari, jika tidak sesuai maka kesimpulan tersebut bukan
merupakan solusi yang dicari.
Backward Chaining
memulai proses pencarian dengan suatu tujuan sehingga strategi ini disebut juga
goal-driven
.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya pada Tabel 2.1, terlihat ada 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan. Fakta awal yang diberikan : A dan E artinya A dan E bernilai
benar. Ingin dibuktikan apakah A bernilai benar hipotesis: K. Langkah-langkah inferensi adalah sebagai berikut :
1. Pertama-tama kita cari terlebih dahulu mulai dari R1, aturan mana yang memiliki
konsekuen K. Ternyata setelah ditelusuri, aturan dengan konsekuen K baru ditemukan pada R10.Untuk membuktikan bahwa K benar, maka perlu dibuktikan
bahwa J benar. 2.
Kita cari aturan yang memiliki konsekuen J. Kita mulai dari aturan R1, dan ternyata kita baru akan menemukan aturan dengan konsekuen J pada R8. Untuk
membuktikan bahwa J benar, maka perlu dibuktikan bahwa I dan Abenar.Untuk membuktikan kebenaran I, kita perlu cari aturan dengan konsekuen I, ternyata ada
di R7. 3.
Untuk membuktikan I benar di R7, kita perlu buktikan bahwa C dan H benar. Untuk itu kitapun perlu mencari aturan dengan konsekuen C, dan ada di R1.
4. Untuk membuktikan C benar di R1, kita perlu buktikan bahwa A dan B benar. A
jelas benar karena A merupakan fakta. Sedangkan B kita tidak bisa membuktikan kebenarannya, karena selain bukan fakta, di dalam basis pengetahuan juga tidak
ada aturan dengan konsekuen B. Dengan demikian maka dari penalaran ini kita tidak bisa membuktikan kebenaran dari hipotesis K. Namun demikian, kita masih
punya alternatif lain untuk melakukan penalaran. 5.
Kita lakukan
backtracking.
Kita ulangi lagi dengan pembuktian kebenaran C dengan mencari aturan lain dengan konsekuen C. Ternyata tidak ditemukan.
6. Kita lakukan
backtra cking
lagi dengan mencari aturan dengan konsekuen I, ternyata juga tidak ada.
7. Kita lakukan
backtracking
lagi dengan mencari aturan dengan konsekuen J, ternyata kita temukan pada R9, sehingga kita perlu buktikan kebenaran G.
8. Kita mendapatkan R4 dengan konsekuen G. Kita perlu buktikan kebenaran A.
Karena A adalah fakta, maka terbukti bahwa G benar. Dengan demikian berdasarkan penalaran ini bisa dibuktikan bahwa K bernilai benar.
Alur inferensi dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Alur Inferensi
Backward Chaining
2.5 Anemia