Penelitian yang Relevan TINJAUAN PUSTAKA

tetapi, sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai buruh tani dan petani. Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015 DUSUN J U M L A H P E N D U D U K M E N U R U T P E N C A H A R A I A N PNS TNI POL Wiraswasta Petani Tukang Buruh Tani Pensiunan Nelayan Jasa Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kandang rejo 22 11 36 303 29 482 17 - 18 918 Krajan Kidul 17 11 32 519 41 826 28 - 26 1.500 Krajan Lor 20 4 30 441 23 344 19 - 17 673 JUMLAH 59 26 98 1.038 93 1.652 64 - 61 3.091 Pada aktivitas bertani, terdapat aktivitas matematika yang dilakukan dengan cara mereka sendiri. Namun masyarakat masih kurang menyadari bahwa sebenarnya ada sebagian dari aktivitas bertani mereka yang dapat disebut sebagai aktivitas matematika seperti membilang, menghitung, mengukur, mengelompokkan, dan sebagainya. Petani tidak akan lepas dari aktivitas tersebut saat melakukan aktivitas bertani. Namun aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan sesuai dengan waktunya masing-masing. Misalnya aktivitas membilang, petani di Desa Sukoreno dalam menyebutkan ukuran luas sawah jarang sekali menggunakan ukuran m 2 . Petani menggunakan sebutan lain untuk setiap ukuran sawahnya, seperti sakwolon, seprapatsak kedok, dan sebagainya.

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang etnomatematika sudah pernah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya. Pada penelitian mereka dijelaskan bagaimana aktivitas budaya Sumber: Kantor Desa Sukoreno pada masyarakat tertentu yang berkaitan dengan matematika. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 2.5.1 Penelitian Karnilah 2013 Pada penelitian Karnilah yang ber judul “Pengungkapan Sistem Bilangan Masyarakat Adat Badui” ini menjelaskan bahwa: a. Masyarakat adat Badui menggunakan bilangan asli dalam kehidupan sehari- hari mereka. b. Pengucapan bilangan-bilangan tersebut cukup unik, mislnya menyebut angka satu dengan hiji, dua tetap dua, tiga menjadi tilu, dan seterusnya. Jika diperhatikan dalam pengucapan bilangan-bilangan pada masyarakat ini, terlihat bahwa telah terjadi proses enkulturasi pengucapan bilangan. c. Pada bidang pertanian juga menerapkan model matematika, yaituterdapat istilah 1 ranggeong yang setara dengan 5 liter beras. Model matematika yang digunakan diini ialah dengan mengkonversi banyaknya ranggeong padi ke dalam satuan-satuan berat seperti kilogram. Model tersebut adalah: � = ,6 × ��, dimana � merupakan berat beras yang dihasilkan dalam satu kilogram. Sedangkan �� adalah banyaknya ranggeong padi yang merupakan bilangan asli dan � dalam satuan ikat ranggeong. d. Bidang perdagangan pada masyarakat tersebut dalam mengungkapan satu buah durian adalah sabiji. Model matematika dalam bidang ini digunakan untuk menghitung banyak durian yang dibicarakan berdasarkan pengucapan yang digunakan oleh masyarakat adat Badui pada durian menggunakan penjumlahan dan perkalian terhadap bilangan 4. Model tersebut adalah � = � × + �, dimana notasi � × digunakan untuk mempresentasikan banyaknya buah durian dalam satuan kojor, sedangkan � untuk mempresentasikan banyaknya buah durian dalam satuan biji. 2.5.2 Penelitian Fatimah 2012 Penelitian tentang etnomatematika juga telah dilakukan oleh Fatimah dengan judul “Studi Kualitatif tentang Aktivitas Etnomatematika dalam Kehidupan Masyarakat Tolaki”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa aktivitas etnomatematika yang dikaji mencakup aktivitas membilang, mengukur, menentukan lokasi, merancang bangunan, bermain, dan aktivitas menjelaskan. a. Aktivitas membilang pada masyarakat Tolaki ini masih tergolong sederhana, karena alat yang digunakan meliputi jari tangan, batu kerikil, potongan kayu atau bambu, tali rapia, dan rotan. Kata-kata membilang yang digunakan dalam upacara adat, tingkatan adat, kebiasaan sehari-hari yang digunakan tersebut dapat dinyatakan sebagai bilangan asli, genap, ganjil, bahkan membilang jumlah “bentuk bulan” merupakan konsep bilangan yang didasarkan pada pengalaman dan kebutuhan hidup masyarakat Tolaki. Selain itu, aktivitas ini juga dapat dilihat pada upacara pepokolapasia yaitu banyaknya lafalan do’a tahlil sebanyak 1000 kali, penentuan besar mahar atau mas kawin. b. Aktivitas kedua adalah aktivitas mengukur. Alat ukur yang digunakan dalam masyarakat ini selain takaran liter yang ada di pasaran antara lain tangan, gelas, atau o’tonde, tali rotan, potongan kayu atau bambu, wadah karung beras ukuran 25 kg yang dibagi dua, kantong plastik dan wadah sabun bekas. Salah satu kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan alat ukur tersebut ialah kegiatan membuat o’tonde, tenunan sarung yang didominasi motif segitiga sama sisi memerlukan keahlian matematika tersendiri. Dalam kegiatan ini, menunjukkan adanya aktivitas etnomatematika selain berhubungan dengan kegiatan pengukuran, operasi penjumlahan dan perkalian merupakan bagian penting dari aktivitas ini. c. Aktivitas ketiga adalah aktivitas bermain anak-anak. Terdapat beberapa jenis permainan tradisional pada masyarakat Tolaki yang menggambarkan beberapa bangun geometri. Permainan tersebut adalah permainan robot, lamari, dan disco. Permainan robot ini dimainkan oleh 2, 4, dan 6 anak perempuan dan laki- laki secara bergiliran. Pergiliran pemain dilakukan dengan cara pengundian atau biasa dikenal dengan sut. Permainan diawali dengan meletakkan batu di kotak pertama dan pemain melompat dengan sebelah kaki langsung pada kotak kedua. Setelah itu, kedua kaki dapat dipijakkan pada dua pasang persegi panjang yang berimpit selama tidak terdapat batu pada salah satu persegi panjang tersebut. Selanjutnya batu berpindah secara bertahap searah jarum jam pada daerah persegi sampai puncak yang berbentuk setengah lingkaran. Permainan lamari dan disco memiliki kesamaan dengan permainan robot. Perbedaannya, jika permainan lamari cara memindahkan batu dengan menggesernya menggunakan ujung depan kaki sebelah secara berhati-hati. Sedangkan permainan disco, perpindahan kaki di setiap kotak dilakukan secara bergantian oleh kedua kaki di setiap kotak dilakukan secara bergantian oleh kedua kaki pada kotak yang terletak di tengah. Kegiatan matematika yang terdapat pada permainan tersebut adalah pengenalan bangun datar, kelipatan dan faktor bilangan berdasarkan aturan jumlah pemain yang dimulai dari 2, 5, dan 6 anak. Selain ketiga aktivitas tersebut, masih banyak aktivitas lain yang merupakan aktivitas etnomatematika pada masyarakat Tolaki. 19

BAB 3 METODE PENELITIAN