Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

(1)

PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

DALAM MENGENDALIKAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ELYANI SEMBIRING 071101024

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan di fakultas Keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dan Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns,

M.Kep selaku dosen penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf


(4)

5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Ibu Lince Herawati, SPd, S.Kep,Ns sebagai Kordinator Keperawatan yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung.

8. Teristimewa kepada orang tua ku tercinta Bapak CD.Sembiring, SKM dan Ibu K. Sitinjak, S.Pd yang telah memberikan cinta, doa, dorongan, bimbingan, menghibur, memotivasi dan memberikan dana bagi penulis. Buat abang ku dr.Jhoni Sembiring, kakak ku Esralina Sembiring, S.Pd dan adik ku Erina Sembiring serta buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.

9. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini (Ruth, Wasli, Wahyu, Elisabeth, Tirolyn, Rivo, Yoga, Septian, dll) yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, dan penghiburan bagi penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juni 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku Kekerasan ... 6

1.1. Defenisi Perilaku Kekerasan ... 6

1.2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa ... 8

1.3. Tanda dan Gelaja ... 11

1.4. Mekanisme Koping ... 13

2. Perilaku Pasien ... 14

3. Strategi Pertemuan Perilaku Kekerasan ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual ... 22

2. Defenisi Operasional ... 24

3. Hipotesa ... 25

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

2.1. Populasi ... 27

2.2. Sampel ... 27

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 29

5.1. Kuesioner Data Demografi ... 29

5.2. Lembar Observasi ... 29

6. Validasi dan Reliabilitas ... 30

7. Pengumpulan Data ... 31

8. Analisa Data ... 34

8.1. Statistik Deskriptif ... 34


(6)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 36

2. Pembahasan ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 45

2. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian ... 50

2. Instrument ... 51

3. Hasil Uji Reliabel ... 61

4. Hasil Data SPSS ... 63

5. Daftar Riwayat Hidup ... 66


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Strategi Pertemuan Perilaku Kekerasan ... 20 Tabel 2. Defenisi Operasional ... 24 Tabel 3. Karakteristik Pasien Perilaku Kekerasan Berdasarkan Usia pada

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ... 36 Tabel 4. Distribusi Pasien Perilaku Kekerasan Berdasarkan Karakteristik

Demografi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ... 37 Tabel 5. Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok

Intervensi Sebelum dan Sesudah Intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ... 39 Tabel 6. Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok

Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ... 40 Tabel 7. Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ... 41


(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka Konseptual pengaruh Strategi pelaksanaan Kominikasi

Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam mengendalikan perilaku Kekerasan ... 23 Skema 2: Desain penelitian. ... 26


(9)

Judul : Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama Mahasiswa : Elyani Sembiring

NIM : 071101024

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Perilaku kekerasan merupakan masalah utama yang sering ditemukan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan terhadap kemampuan pasien dalam mengendallikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain

pre-post test, dengan jumlah responden 22 orang yang dibagi dalam kelompok

intervensi dan kelompok kontrol masing-masing dengan jumlah responden 11 orang serta teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner strategi pelaksanaan komunikasi. Hasil analisa data dengan menggunakan uji pair

t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan psikomotor pasien

perilaku kekerasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah intervensi (p value = 0,000; p<0,05). Perbedaan kemampuan psikomotor pasien parilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sebesar 10,18 (p value = 0,000; p<0,05).

Sehingga direkomendasikan perlunya menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sesuai standar agar pasien perilaku kekerasan dapat meningkatkam kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan.

Kata kunci : Strategi pelaksanaan komunikasi, perilaku kekerasan, kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan.


(10)

Title : Effect of Communication strategy to The Ability in Controlling Violence Behavior Any Patients in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan.

Name : Elyani Sembiring NIM : 071101024

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2011

Abstract

Violent behavior is a major problem that is often found in patients with mental disorders in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan. This study aims to determine the effect of the implementation of the communication strategy of violent behavior toward the patient's ability to control violent behavior in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan. The study used a quasi-experimental studies (quasi-experimen) by using pre-post test design, with 22 people as the number of respondents which divided into intervention group and control group respectively with 11 people as the number of respondents as well as sampling techniques using purposive sampling. The instrument consists of respondents characteristics questionnaire and implementation of communication strategies questionnaire. The results of data analysis by using the test-pair t-test reveals that there are differences in psychomotor abilities violent behavior of patients in the intervention group before and after intervention (p value = 0.000, p <0.05). The differences psychomotor ability of patients violence behavior between intervention and control groups is 10.18 (p value = 0.000, p <0.05).

Therefore it is necessary to adopt appropriate therapeutic communication standards so that patients can improve their violent behavior to control violent behavior.

Keywords: communication implementation strategy, violent behavior, ability to control violent behavior


(11)

Judul : Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama Mahasiswa : Elyani Sembiring

NIM : 071101024

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2011

Abstrak

Perilaku kekerasan merupakan masalah utama yang sering ditemukan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan terhadap kemampuan pasien dalam mengendallikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain

pre-post test, dengan jumlah responden 22 orang yang dibagi dalam kelompok

intervensi dan kelompok kontrol masing-masing dengan jumlah responden 11 orang serta teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden dan kuesioner strategi pelaksanaan komunikasi. Hasil analisa data dengan menggunakan uji pair

t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan psikomotor pasien

perilaku kekerasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah intervensi (p value = 0,000; p<0,05). Perbedaan kemampuan psikomotor pasien parilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sebesar 10,18 (p value = 0,000; p<0,05).

Sehingga direkomendasikan perlunya menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sesuai standar agar pasien perilaku kekerasan dapat meningkatkam kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan.

Kata kunci : Strategi pelaksanaan komunikasi, perilaku kekerasan, kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan.


(12)

Title : Effect of Communication strategy to The Ability in Controlling Violence Behavior Any Patients in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan.

Name : Elyani Sembiring NIM : 071101024

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2011

Abstract

Violent behavior is a major problem that is often found in patients with mental disorders in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan. This study aims to determine the effect of the implementation of the communication strategy of violent behavior toward the patient's ability to control violent behavior in North Sumatera Psychiatric Hospital Medan. The study used a quasi-experimental studies (quasi-experimen) by using pre-post test design, with 22 people as the number of respondents which divided into intervention group and control group respectively with 11 people as the number of respondents as well as sampling techniques using purposive sampling. The instrument consists of respondents characteristics questionnaire and implementation of communication strategies questionnaire. The results of data analysis by using the test-pair t-test reveals that there are differences in psychomotor abilities violent behavior of patients in the intervention group before and after intervention (p value = 0.000, p <0.05). The differences psychomotor ability of patients violence behavior between intervention and control groups is 10.18 (p value = 0.000, p <0.05).

Therefore it is necessary to adopt appropriate therapeutic communication standards so that patients can improve their violent behavior to control violent behavior.

Keywords: communication implementation strategy, violent behavior, ability to control violent behavior


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).


(14)

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey awal penelitian di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara bahwa jumlah pasien gangguan jiwa pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.814 pasien rawat inap yang keluar masuk rumah sakit dan 23.532 pasien rawat jalan. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar masuk rumah sakit dan 12.377 pasien rawat jalan di rumah sakit tersebut. Sedangkan untuk pasien rawat inap yang menderita skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 yang keluar masuk rumah sakit dan 9.532 pasien rawat jalan. Pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, galak, dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari pasien yang mengalami perilaku kekerasan (Medikal Record, 2009).

Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat dkk, 1999).

Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap pertemuan pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalah kedalam jadwal kegiatan. Diharapkan pasien akan berlatih sesuai jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh perawat pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan akan dinilai tingkat kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya yaitu mandiri, bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika pasien melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan


(15)

tanpa disuruh; bantuan, jika pasien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan dengan bantuan pasien dapat melaksanakan dengan baik; tergantung, jika pasien sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat (Keliat, 2001).

Sejauh ini peneliti belum menemukan literatur mengenai adanya penelitian di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang terkait dengan pengaruh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh carolina terhadap pasien halusinasi menunjukkan bahwa dengan penerapan asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan pasien mengontrol halusinasi (Carolina, 2008). Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap hal tersebut.

2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.


(16)

2. Mengetahui kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi pre dan post test di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3. Mengetahui kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok kontrol pre dan post test di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

4. Mengetahui perbedaan kemampuan psikomotor mengendalikan perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui "bagaimanakah pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

4. Manfaat penelitian

4.1 Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi perawat dalam menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien perilaku kekerasan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.


(17)

4.2 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang penerapan standar asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan perilaku kekerasan.

4.3 Riset keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan perilaku kekerasan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Perilaku Kekerasan

1.1 Definisi

Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan budaya kekerasan, peminum alkohol (Tomb, 2003 dalam Purba, dkk, 2008).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

Perasaan marah normal bagi tiap individu. Namun, pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995). Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat biasanya ada kesalahan, yang mungkin nyata-nyata kesalahannya atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan


(19)

ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif (Purba dkk, 2008).

Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk, 2008).

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai kekerasan. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif (kekerasan) maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan (Purba dkk, 2008).


(20)

1.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa

1.2.1 Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:

1. Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

a. Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.


(21)

b. Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau

flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap

stress. c. Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.

d. Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik a. Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan


(22)

perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

b. Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

3. Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.


(23)

1.2.2 Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

1.3 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:


(24)

1. Fisik

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot/ pandangan tajam c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup e. Postur tubuh kaku f. Jalan mondar-mandir 2. Verbal

a. Bicara kasar

b. Suara tinggi, membentak atau berteriak c. Mengancam secara verbal atau fisik d. Mengumpat dengan kata-kata kotor e. Suara keras

f. Ketus 3. Perilaku

a. Melempar atau memukul benda/orang lain b. Menyerang orang lain

c. Melukai diri sendiri/orang lain d. Merusak lingkungan

e. Amuk/agresif 4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.


(25)

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme. 6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. 8. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

1.4 Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanime koping pasien, sehingga dapat membantu pasien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan masalahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement (dapat menggungkapkan kemarahan pada objek yang salah, misalnya pada saat marah pada dosen, mahasiswa mengungkapkan kemarahan dengan memukul tembok). Proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan, misalnya pada saat nilai buruk seorang mahasiswa menyalahkan dosennya atau menyalahkan sarana kampus atau menyalahkan administrasi yang tidak becus mengurus nilai. Mekanisme koping yang lainnya adalah represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak marah atau tidak kesal, ia tidak mencoba menyampaikannnya kepada orang terdekat atau ekpress feeling, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya.


(26)

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasaan harga diri rendah sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.

Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan timbul halusinasi yang menyuruh untuk melakukan tindakan kekerasan dan ini berdampak terhadap resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik untuk menghadapi keadaan pasien mempengaruhi perkembangan pasien (koping keluarga tidak efektif), hal ini tentunya menyebabkan pasien akan sering keluar masuk rumah sakit dan timbulnya kekambuhan pasien karena dukungan keluarga tidak maksimal (Fitria, 2009).

2. Perilaku Pasien

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. (Skiner, 1939 dalam Notoatmodjo, 2007) dirumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Blom (1908 dalam Notoatmodjo, 2007) membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain, ranah atau kawasa, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Selanjutnya ketiga ranah tersebut dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yang lebih dikenal sebagai pengetahuan, sikap, dan praktek atau tindakan.


(27)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh manusia melalui mata dan telinga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada pengerahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Sikap atau afektif merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulas atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku yang dipelajari oleh pasien untuk mengendalikan perilaku kekerasan dengan memberikan pengetahuan tentang perilaku kekerasan (pasien mengenal perilaku kekerasan), meliputi penyebab, tanda dan gejala, akibat perilaku kekerasan. Selain itu pasien diajarkan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik (tarik nafas dalam), latihan fisik II (pukul kasur & bantal), cara verbal, cara spiritual, dan patuh minum obat. Agar pasien mampu mengendalikan perilaku kekerasannya secara mandiri perlu dilakukan latihan setiap hari secara terjadwal sehingga tindakan yang dilakukan menjadi budaya pasien untuk mengendalikan perilaku kekerasan disaat perilaku kekerasan muncul. Jadwal yang telah ditetapkan bersama pasien akan dievaluasi oleh perawat secara terus menerus hingga pasien mampu melakukan secara mandiri (Keliat, 2001).

Perubahan perilaku yang diharapkan pada pasien perilaku kekerasan adalah pasien mampu melakukan apa yang diajarkan untuk mengendalikan perilaku kekerasannya. Pembelajaran tentang perilaku sehat pasien tentang cara


(28)

mengendalikan perilaku kekerasan dilakukan perawat melalui asuhan keperawatan yang diberikan. Asuhan akan diberikan dalam lima kali pertemuan dan pada setiap pertemuan pasien akan memasukkan kegiatan yang telah dilatih kedalam jadwal kegiatan harian pasien. Diharapkan pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan untuk mengatasi masalah sebanyak 2-3 kali sehari. Jadwal kegiatan akan dievaluasi oleh perawat pada pertemuan selanjutnya. Melalui jadwal yang telah dibuat akan dievaluasi tingkat kemampuan pasien mengatasi masalahnya. Tingkat kemampuan pasien akan dikelompokkan menjadi 3 yaitu mandiri, jika pasien melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan disuruh; bantuan, jika pasien mengetahui dan melaksanakan kegiatan tapi belum sempurna atau melaksanakan kegiatan dengan diingatkan; dan tergantung, jika pasien tidak mengetahui dan tidak melaksanakan kegiatan (Keliat, 2001).

Pasien dikatakan telah memiliki kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan bila telah memiliki kemampuan psikomotor. Pasien dikatakan mampu mengontrol perilaku kekerasan jika pasien telah mengenal perilaku kekerasan yang dialaminya, mampu menyebutkan kelima cara mengendalikan perilaku kekerasan, mampu mempraktekkan kelima cara yang telah diajarkan, dan melakukan latihan sesuai jadwal (Keliat, 2001).


(29)

3. Strategi Pertemuan Perilaku Kekerasan

3.1 Definisi

Strategi pertemuan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien dan keluarga pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Purba dkk, 2008).

3.2 Tujuan

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

5. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.

6. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

3.3 Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien 2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang


(30)

3. Diskusikan perasaan paien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual 4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat marah secara: a. Sosial/verbal

b. Terhadap orang lain c. Terhadap diri sendiri d. Terhadap lingkungan

5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6. Diskusikkan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: a. Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik napaas dalam

b. Obat

c. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya d. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal

b. Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur bantal 8. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal


(31)

b. Latihan mengungkapan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal 9. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal

b. Latihan sholat dan berdoa

c. Buat jadwal latihan sholat/berdoa

10. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:

a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

b. Susun jadwal minum obat secara teratur

11. Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2009).

3.4 Pembagian Strategi Pertemuan Perilaku Kekerasan

SP 1 pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik I (latihan napas dalam).

SP 2 pasien: membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik II (evaluasi latihan napas dalam, latihan mengendalikan perilaku


(32)

kekerasan dengan cara fisik II [pukul kasur dan bantal], menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua).

SP 3 pasien: membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi jadwal kegiatan harian tentang kedua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal [menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik], susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal).

SP 4 pasien: Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/ verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa).

SP 5 pasien: Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan obat (bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar [benar nama pasien/ pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat] disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur).

Tabel 1. Strategi Pertemuan Pada Pasien Perilaku Kekerasan

No. Kemampuan/Kompetensi

A Kemampuan Merawat Pasien

1. (SP1)

1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan 3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan pasien 4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I 7. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan


(33)

No. Kemampuan/Kompetensi

A Kemampuan Merawat Pasien

2. (SP2)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. 3

(SP3)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

4 (SP4)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 5

(SP5)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3.5 Evaluasi

1. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasaan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

2. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal:

a. Secara fisik

b. Secara sosial/verbal c. Secara spiritual


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan pasien. Strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan berupa informasi tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, akibat perilaku kekerasan. Selain itu pasien diajarkan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik I (tarik nafas dalam), latihan fisik II (pukul kasur & bantal), cara verbal, cara spiritual, dan patuh minum obat.

Penelitian ini terdiri dari kelompok intervensi (KI) dan kelompok kontrol (KK) dengan melakukan test awal (pre test) dan test akhir (post test). Pada kelompok intervensi akan diberikan strategi pelaksanaan komunikasi sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan strategi pelaksanaan komunikasi karena akan digunakan sebagai pembanding dalam menilai pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi tersebut.


(35)

Sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu diberikan test awal (pre test) untuk menilai kemampuan pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Setelah itu responden diberikan intervensi mulai dari strategi pelaksanaan komunikasi 1 sampai strategi pelaksanaan komunikasi 5. Sikap pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan dinilai kembali setelah intervensi dilakukan dengan memberikan test akhir (post test).

(Variabel Independent)

Pre test Post test

(Variabel Dependent) (Variabel Dependent)

Skema 1. Kerangka konseptual pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan.

Strategi pelaksanaan komunikasi (SP) perilaku

kekerasan

1. Strategi pertemuan1 2. Strategi pertemuan 2 3. Strategi pertemuan 3 4. Strategi pertemuan 4 5. Strategi pertemuan 5

Kemampuan pasien mengendalikan perilaku

kekerasan 1. Latihan fisik I 2. Latihan fisik II 3. Cara verbal 4. Cara spiritual 5. Patuh minum obat

Kemampuan pasien mengendalikan perilaku

kekerasan 1. Latihan fisik I 2. Latihan fisik II 3. Cara verbal 4. Cara spiritual 5. Patuh minum obat


(36)

2. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Strategi

Pelaksanaan komunikasi Perilaku Kekerasan

Intervensi dalam asuhan keperawatan perilaku kekerasan yang terdiri dari 5 sesi pelaksanaan komunikasi terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku kekerasannya. 1. Latihan fisik I (tarik

nafas dalam)

2. Latihan fisik II (pukul kasur dan bantal)

3. Latihan secara verbal

4. Latihan secara spiritual

5. Patuh minum obat

Modul 1.Diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi (Kelompok intervensi) 2.Tidak diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi (Kelompok Kontrol) Ordinal

2. Kemampuan

pasien

mengendalikan perilaku

kekerasan.

Kemampuan yang dimiliki pasien untuk mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik I (mampu melakukan tarik nafas dalam), latihan fisik II (mampu melakukan pukul kasur dan bantal), cara verbal (menolak dengan baik, meminta

dengan baik, mengungkapkan

perasaan dengan baik), cara spiritual (mampu sholat dan berdoa), dan patuh minum obat, serta mempraktekkannya saat perilaku kekerasan muncul. Lembar Kuesioner Jumlah jawaban dengan isian:

1. Selalu= 4 2. Sering=3 3. Kadang=2 4. Tidak

Pernah=1

Nilai : 16-64 Tingkat kemampuan: 1. Tergantung =

16-31 2. Bantuan =

32-47 3. Mandiri =

48-64


(37)

5. Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah membuktikan pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan terhadap kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Berdasarkan tujuan dan pertanyaan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian, yaitu:

1. Ada pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test pada kelompok intervensi

2. Ada pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test pada kelompok kontrol.

3. Ada perbedaan kemampuan dalam mengendalikan perilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi

eksperiment, yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen (Nursalam, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan.

Kelompok Pre test Post test

Intervensi X

Kontrol

Skema 2. Skema desain penelitian

Keterangan:

O1 : Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan kelompok intervensi pada pre test.

O2 : Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan kelompok intervensi pada post test.

O3 : Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan kelompok kontrol pada pre test.

O1 O2


(39)

O4 : Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan kelompok kontrol pada post test.

X : Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan.

O2-O1 = X1 : Perubahan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan kelompok intervensi pada pre test dan post test.

O4-O3 = X2 : Perubahan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan kelompok kontrol pada pre test dan post test.

O2-O4 = X3 : Perbedaan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

2. Populasi dan sampel

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien perilaku kekerasan yang ada di Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

2.2 Sampel

Penentuan besarnya sampel yang akan dipakai oleh peneliti menggunakan

power analysis dengan effect size 0.70, level of significant (α = 0.05) dan power of test 0.80. Berdasarkan table tersebut ditetapkan jumlah sampel minimal 11 orang,

yaitu 11 orang untuk kelompok kontrol dan 11 orang untuk kelompok intervensi sehingga jumlah keseluruhan dari sampel yaitu 22 orang.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilalukan dengan teknik purposive

sampling, dengan kriteria sampel yang digunakan adalah pasien rawat inap di

kelas III dengan jenis kelamin perempuan, pasien dengan masalah utama: perilaku kekerasan dan bersedia menjadi partisipan. Sampel untuk kelompok intervensi


(40)

berasal dari ruang kamboja sedangkan sampel untuk kelompok kontrol dari ruang mawar.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan juga merupakan rumah sakit jiwa merupakan lahan praktek tenaga kesehatan dan memiliki fasilitas dan pelayanan jiwa yang memadai. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada bulan Januari sampai Pebruari 2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada pasien sebagai responden (pasien perilaku kekerasan). Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian kepada calon responden. Jika calon responden bersedia untuk dijadikan objek penelitian, maka calon responden terlebih dahulu harus menandatangani


(41)

lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) responden, peneliti tidak mencantumkan nama (anonimyty), tetapi hanya mencantumkan nomor responden pada masing-masing lembar pengumpulan atau lembar observasi sebagai kode yang hanya diketahui oleh peneliti. Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti.

5. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu: kuesioner data demografi serta lembar kuesioner dan modul.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi terdiri dari pertanyaan yang menanyakan tentang, usia, tempat tinggal, suku, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama rawat, obat yang dipakai, dan status perkawinan. Responden akan dibantu oleh peneliti mengisi format yang telah disediakan dengan cara menuliskan dan memilih option yang telah tersedia.

5.2 Lembar Kuesioner

Lembar Kuesioner digunakan untuk mengukur kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara psikomotor. Penilaian kemampuan psikomotor ini dilakukan melalui observasi oleh peneliti dan asisten peneliti. Observasi oleh peneliti dan asisten peneliti dilakukan untuk penilaian kemampuan psikomotor dengan mengajukan 16 pertanyaan terkait kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan. Pertanyaan no 1-3 tentang kemampuan latiha fisik I,


(42)

pertanyaan no 4-6 tentang kemampuan latiha fisik II, pertanyaan no 7-11 tentang kemampuan verbal, pertanyaan no 12-14 tentang kemampuan spiritual, pertanyaan no 15-16 tentang kemampuan patuh minum obat. Penilaian hasil observasi menggunakan Skala Gutman dengan pilihan jawaban (selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah) Setiap 1 pernyataan yang dijawab “selalu” akan diberi skor 4, jawaban “sering” akan diberi skor 3, jawaban “kadang-kadang ” diberi skor 2 dan jawaban “tidak pernah” diber skor 1. Sehingga nilai tertinggi adalah 64 dan nilai terendah adalah 16. Dan selanjutnya dianalisa dengan skala kategori (tergantung, bantuan dan mandiri).

Lembar kuesioner akan diisi oleh peneliti dan asisten peneliti, dikarenakan kondisi pasien masih diliputi oleh simptom-simptom psikologis negatif, sehingga tidak memungkinkan untuk pasien menjawab secara tepat.

6. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Setelah dilakukan uji validitas oleh salah seorang dosen keperawatan jiwa maka didapatkan hasih bahwa instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selajutnya.

Uji reabilitas penelitian ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Kemudian jawaban dari responden diolah dengan menggunakan bantuan komputerisasi. Bila dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai cronbach’s alpha 0,70 maka insrumen dinyatakan reliable (Polit & Hungler,


(43)

1999). Pada penelitian ini nilai cronbach’s alpha pada kuesioner strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan adalah r = 0,875.

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Persiapan

a. Mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Sumatera Utara).

b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSJ Daerah Provsu Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti.

e. Menjelaskan kepada pasien sebagai responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan yang akan diberikan.

2. Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dilakukan selama 14 hari. Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan pre test. Kemudian peneliti melakukan strategi pelaksanaan komunikasi bagi pasien perilaku kekerasan selama 7 hari setelah itu dilakukan post test untuk menilai perubahan kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan.


(44)

a. Pre Test

Setelah ada persetujuan untuk jadi responden maka dilakukan pengumpulan data terkait dengan identitas responden, kemampuan yang dimiliki responden dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Pengumpulan data demografi dilakukan oleh peneliti. Kegiatan dilakukan sebelum intervensi penerapan strategi pelaksanaan komunikasi. Hasil pengisian kuesioner dihitung untuk mengukur kondisi sebelum intervensi dilakukan. Kegiatan pengumpulan data dan pre test dilakukan selama 3 hari. Hari pertama peneliti memperkenalkan diri, melakukan pendekatan, menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta menanyakan kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Pada hari kedua peneliti melakukaan pre test pada responden 1-5 kelompok intervensi dan responden 1-5 kelompok kontrol (waktu 10 menit untuk setiap responden). Pada hari ketiga peneliti melakukan pre test pada responden 6-11 kelompok intervensi dan responden 6-6-11 kelompok kontrol (waktu 10 menit untuk setiap responden).

b. Pelaksanaan Strategi Komunikasi

Dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok intervensi yang terdiri dari 5 pelaksanaan komunikasi. Kegiatan pelaksanaan strategi komunikasi dilakukan selama 6 hari. Pada hari keempat peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 1 (SP 1) pada responden 1-11 (waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk setiap responden). Pada hari kelima peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 2 (SP 2) pada responden 1-11 (waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk setiap


(45)

responden). Pada hari keenam peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 3 (SP 3) pada responden 1-10 dan kembali memberikan SP 2 pada responden 11 sebab setelah peneliti melakukan evaluasi SP 2 ternyata responden 11 belum dapat melakukan SP 2 dengan baik (waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk setiap responden). Pada hari ketujuh peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 4 (SP 4) pada responden 1-10 dan memberikan SP 3 pada responden 11 (waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk setiap responden). Pada hari kedelapan peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 5 (SP 5) pada responden 1-10 dan memberikan SP 4 pada responden 11 (waktu yang dibutuhkan 30 menit untuk setiap responden). Pada hari kesembilan peneliti memberikan intervensi strategi pelaksanaan 5 (SP 5) pada responden 11. Pada setiap pelaksanaan komunikasi peneliti mengajarkan satu cara mengendalikan perilaku kekerasan. Kemampuan pasien akan dinilai oleh peneliti pada setiap pelaksanaan komunikasi, yaitu kemampuan untuk melatih sesuai dengan jadwal tentang cara mengendalikan perilaku kekerasan yang telah diajarkan dan kemampuan untuk menerapkan cara mengendalikan perilaku kekerasan disaat perilaku kekerasan muncul.

c. Post test

Setelah tiga hari peneliti melakukan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien, peneliti melakukan penilaian terhadap kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan secara psikomotor. Hari ke tiga belas post test dilakukan kepada responden 1-5 kelompok intervensi dan responden 1-5 kelompok kontrol. Hari ke empat belas dilakukan post


(46)

test kepada responden 6-11 kelompok intervensi dan responden 6-11

kelompok kontrol (waktu yang dibutuhkan 10 menit untuk setiap responden). Hasil yang diperoleh telah dianalisis untuk mengetahui pengaruh kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan setelah pasien diberi intervensi strategi pelaksanaan komunikasi. Kegiatan post test dilakukan selama 2 hari.

8. Analisa Data

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui beberapa tahap. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang diperoleh dari status pasien dan hasil pengukuran kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaruh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pasien. 8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi yang meliputi, usia, tempat tinggal, suku, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama rawat, obat yang dipakai, dan status perkawinan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase.

8.2 Statistik Inferensial

Statistik Inferensial digunakan untuk menganalisis peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pasien antara pre dan post penerapan strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok intervensi dan untuk


(47)

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok kontrol yang tidak diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi. Selanjutnya statistik inferensial juga digunakan untuk membandingkan perbedaan peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi yang diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan dengan kelompok kontrol yang tidak diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan.

Adapun uji inferensial yang akan dipakai adalah uji statistic parametric yaitu uji paired t-test yang digunakan untuk membandingkan peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post penerapan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan untuk membandingkan ada atau tidaknya perbedaan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok kontrol. Uji paired t-test digunakan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal. Pada uji paired t-test tersebut diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (probabilitas). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α=0.05). Bila nilai p≤α, maka keputusannya adalah Ha diterima.

Untuk membandingkan ada atau tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi perilaku kekerasan, digunakan uji unpaired t-test.


(48)

BAB 5

PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian terhadap penerapan Pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Januari hingga 5 Pebruari 2011. Penelitian ini dilakukan terhadap 22 responden yang mengalami perilaku kekerasan. Kelompok intervensi merupakan kelompok pasien yang mendapatkan SP. Kelompok kontrol merupakan kelompok pasien yang tidak mendapatkan SP. Hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat.

1.1 Analisa Univariat

Karakteristik pasien perilaku kekerasan terdiri dari usia, tempat tinggal, pendidikan, status kawin, lama rawat, obat. Hasil analisis univariat karakteristik pasien perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan kontrol dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3

Karakteristik Pasien Perilaku Kekerasan Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan (n=22)

Variabel Kelompok n Mean Median SD Min-Maks

Usia Intervensi 11 34,54 34,00 8,83 16-49 Kontrol 11 43,81 45,00 11,94 23-60


(49)

Karakteristik usia pasien perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol merupakan variabel numerik sehingga dianalisis dengan menghitung mean, mediaan, standar deviasi, dan nilai minimal-maksimal.

Hasil analisis pada kelompok intervensi didapatkan rata-rata usia responden adalah 34,54 tahun, median 34 tahun dengan SD = 8,83 tahun. Usia terendah adalah 16 tahun dan usia tertinggi adalah 49 tahun. Pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata usia responden adalah 43,81 tahun, median 45 tahun dengan standar deviasi 11,94 tahun. Usia terendah adalah 23 tahun dan usia tertinggi adalah 60 tahun.

Tabel 4

Distribusi Pasien Perilaku Kekerasan Berdasarkan Karakteristik Demografi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan (n=22)

Karakteristik Demografi Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

n % n %

1. Tempat tinggal

Pakpak Barat Medan

Bandar Baru Usang Batu Bara Deli Serdang Lau Balang Pematang Siantar Penyabungan Barus Jahe Kota Pinang Tapanuli Utara 1 5 1 1 2 1 0 0 0 0 0 9,1 45,5 9,1 9,1 18,2 9,1 0 0 0 0 0 0 5 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 45,5 0 9,1 0 0 9,1 9,1 9,1 9,1 9,1 2. Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi Lain-lain 6 3 0 1 1 54,5 27,3 0 9,1 9,1 1 4 6 0 0 9,1 36,4 54,5 0 0


(50)

Karakteristik Demografi Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol n % n % 3. Status kawin

Kawin Tidak Kawin Janda 6 4 1 54,6 36,4 9,1 7 3 1 63,6 27,3 9,1

4. Lama rawat < 6 bulan

>6 bulan 10 1 90,9 9,1 11 0 100 0 5. Obat

THP (Trihelixpenidyl), CPZ (chiorpromazine), HLD (haloperidol).

THP (Trihelixpenidyl), CPZ (chiorpromazine), HLD (haloperidol), Injekksi Zyprexa.

THP (Trihelixpenidyl), CPZ (chiorpromazine), Injeksi stresolid, Noprenia. 7 3 1 63,6 27,3 9,1 5 4 2 45,5 36,4 18,2

Hasil analisis terhadap 22 pasien menunjukkan bahwa sebagian responden (45,5%) bertempat tinggal di Medan pada kelompok intervensi dan sebanyak 5 orang atau 45,5% pada kelompok kontrol. Proporsi terbesar pada tingkat pendidikan pada kelompok intervensi adalah SD 54,5% sebanyak 6 orang dan pada kelompok kontrol adalah SMU 54,5% sebanyak 6 orang. Proporsi terbanyak pada status perkawinan adalah kawin, pada kelompok intervensi sebanyak 6 orang atau 54,6% dan kelompok kontrol sebanyak 7 orang atau 63,6%. Lama rawat saat ini, proporsi terbesar adalah lama rawat kurang dari 6 bulan yaitu 10 orang 90,9% pada kelompok intervensi dan 11 orang 100% pada kelompok kontrol. Pemberian terapi medik menunjukkan bahwa pengguna obat THP (Trihelixpenidyl), CPZ (chiorpromazine), HLD (haloperidol) merupakan yang terbanyak, pada kelompok intervensi sejumlah 7 orang 63,6 % dan pada kelompok kontrol sejumlah 5 orang 45,5%.


(51)

1.2 Analisa Bivariat

a. Perbedaan kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test pada kelompok intervensi.

Tabel 5

Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok Intervensi Pre dan Post Test di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=22)

Kemampuan Kelompok Variabel Mean SD p value

Psikomotor Intervensi

Pre test 25,0909

4,85424 0,000 Post test 42, 9091

Selisih 17,8182

Rata-rata kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan sebelum intervensi adalah 25,0909 dan sesudah intervensi adalah 42,9091. Perbedaan rata-rata kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah intervensi adalah sebesar 17,8182 dengan SD = 4,85424 dan P value sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik menunjukkan ada peningkatan bermakna pada kemampuaan psikomotor pasien perilaku kekerasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah Intervensi.

b. Perbedaan kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test pada kelompok kontrol.

Perbedaan kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan kelompok kontrol pre dan post test dilakukan dengan uji dependent sample


(52)

Tabel 6

Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok Kontrol Pre dan Post Test di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=22)

Kemampuan Kelompok Variable Mean SD p value

Psikomotor Kontrol

Pre test 25.5455

0,80904 0,026 Post test 26.1818

Selisih 0,63636

Rata-rata kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan sebelum intervensi adalah 25.5455 dan sesudah intervensi adalah 26.1818. Perbedaan rata-rata kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan pada kelompok kontrol sebelum dan setelah intervensi adalah sebesar 0,63636 dengan SD= 0,80904 (p value = 0,026; p<0,05). Hasil uji statistik menunjukkan ada peningkatan bermakna pada kemampuaan psikomotor pasien perilaku kekerasan pada kelompok kontrol sebelum dan setelah Intervensi.

c. Perbedaan kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Perbedaan kemampuan psikomotor pasien parilaku kekerasan setelah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan dengan uji independent sample t-Test (Pooled t-Test), yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 7.


(53)

Tabel 7

Kemampuan Psikomotor Pasien Perilaku Kekerasan Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sesudah Intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provsu Medan (n=22)

Kemampuan Kelompok Mean SD p value

Psikomotor

Intervensi 34,00 10,810

0,000 Kontrol 23,82 3,621

Selisih 10,18 7,189

Dari tabel uji independent sample t-Test dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan sesudah intervensi pada kelompok intervensi adalah 34,00 dengan SD= 10,810 dan pada kelompok kontrol adalah 23,82 dengan SD= 3,621. Perbedaan rata-rata kemampuan psikomotor pasien parilaku kekerasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sebesar 10,18 (p value= 0,000; p<0,05). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna kemampuan psikomotor antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah intervensi.

Sebelum dilakukan intervensi rata-rata kemampuan psikomotor mengendalikan perilaku kekerasan lebih tinggi pada kelompok kontrol bila dibanding dengan kelompok intervensi. Tetapi setelah intervensi dilakukan rata-rata kemampuan psikomotor kelompok intervensi lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pertemuan lebih meningkatkan kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan.


(54)

2. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan kelompok intervensi setelah mendapatkan strategi pertemuan. Hasil penelitian membuktikan adanya perbedaan signifikan pre dan post test dilakukan (p value= 0,000; p < 0,05). Sebelum diberikan intervensi tingkat ketergantungan dari pasien adalah 9 orang tergantung dan 2 orang bantuan, tetapi setelah diberikan intervensi tingkat ketergantungan pasien menjadi 1 orang tergantung, 7 orang bantuan dan ada 3 orang pasien yang mencapai tingkat mandiri.

Kemampuan psikomotor pasien perilaku kekerasan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan bermakna tetapi tidak ada yang mencapai mandiri dalam kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan. Sebelum pre-test dilakukan seluruh pasien mempunyai tingkat ketergantungan tergantung dan setelah dilakukan post-test seluruh pasien tetap berada pada tingkat tergantung.

Sebelum dilakukan intervensi kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok kontrol (mean kelompok kontrol= 25.5455, mean kelompok intervensi= 25,0909) tetapi setelah intervensi dilakukan kemampuan psikomotor kelompok yang mendapatkan strategi pertemuan lebih tinggi (mean kelompk intervensi= 42,9091, dan mean kelompok kontrol= 26,1818). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan intervensi. Rata-rata kemampuan psikomotor pada kedua kelompok masih berada pada tingkat tergantung, tetapi pada kelompok yang mendapatkan strategi pertemuan ada 3 orang dari 11 orang (27%) yang mencapai tingkat mandiri. Pasien yang dapat mencapai tingkat mandiri terhadap


(55)

kemampuan psikomotor hanya 27 % dikarenakan sebagian besar pasien masih perlu diingatkan untuk melakukan latihan sesuai jadwal yang telah dibuat. Perlu waktu untuk membiasakan dan membudayakan pasien untuk melakukan jadwal aktivitas yang telah dibuat untuk mengatasi masalahnya.

Kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan meliputi kemampuan memperagakan cara mengendalikan perilaku kekerasan yang diajarkan, kemampuan secara mandiri melatih terhadap kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan yang telah diajarkan dan kemampuan untuk memperagakan cara mengendalikan perilaku kekerasan yang telah diajarkan pada saat perilaku kekerasan muncul.

Pasien yang mengalami gangguan neurobilogis mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, merencanakan dan penurunan kemampuan menyelesaikan masalah (Stuart & Laraia, 2005). Berdasarkan hal ini penting membuat kegiatan yang terjadwal bagi pasien untuk mengatasi masalahnya. Pola pertemuan perawat pada intervensi asuhan keperawatan perilaku kekerasan membantu pasien dalam pengambilan keputusan dan membantu pasien membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.

Peningkatan kemampuan psikomotor yang lebih tinggi pada kelompok yang mendapat intervensi disebabkan intervensi yang konsisten dan teratur. Jadwal latihan mengendaliakn perilaku kekerasan yang dilakukan secara terjadwal dan evaluasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan jadwal kegiatan mendorong pasien untuk lebih termotivasi melakukan cara mengendalikan perilaku kekerasan yang telah diajarkan. Pola pertemuan yang terstruktur pada setiap pertemuan lebih membantu pasien mencapai kemampuan yang


(56)

dimilikinya. Evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan juga membantu peneliti mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki.

Penguatan positif yang diberikan peneliti setelah mengevaluasi kemampuan pasien mendorong pasien melakukan apa yang diharapkan dari pasien untuk mengatasi masalahnya. Menutut Notoatmojo (2007) perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Pembentukan suatu pola tingkah laku dapat dilakukan dengan memberi ganjaran atau penguatan positif segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Penguatan yang dapat menjadi alat ampuh membentuk tingkah laku yang diharapkan antara lain adalah senyuman, persetujuan, pujian, dan hadiah. Penggunaan penguatan positif perlu dilakukan untuk memunculkan tingkah laku yang diinginkan (Corey, 2008). Evaluasi pada setiap awal pertemuan yang dilakukan peneliti diiringi dengan penguatan positif terhadap apa yang telah dilakukan pasien lebih mendorong dan lebih memotivasi pasien untuk melakukan apa yang telah diajarkan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima yaitu ada perbedaan kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan sebelum dan setelah diberi strategi pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa intervensi keperawatan perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan psikomotor pasien mengendalikan perilaku kekerasan.


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan perilaku kekerasan terhadap kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Responden dalam penelitian ini adalah pasien Perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dengan jumlah responden 22 orang yang ditentukan dengan teknik

purposive sampling yang terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi.

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya tentang penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, sebagai berikut:

a. Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test meningkat secara bermakna pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

b. Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan pre dan post test meningkat secara bermakna pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.


(58)

c. Kemampuan pasien mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Kemampuan psikomotor mengendalikan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi dapat mencapai tingkat mandiri sejumlah 3 orang pasien, sementara pada kelompok kontrol tidak ada yang mencapai tingkat mandiri.

2. Rekomendasi

a. Rekomendasi untuk Praktek Keperawatan

Dalam melakukan strategi pertemuan pada pasien perilaku kekerasan, perawat hendaknya tidak hanya melatih dan memasukkan kedalam jadwal latihan tetapi juga mengevaluasi serta memberikan penguatan positif. Dengan penguatan positif akan lebih mendorong dan memotivasi pasien untuk melakukan apa yang telah diajarkan.

b. Rekomendasi untuk Penelitian Keperawatan.

Pada penelitian ini tidak dibahas mengenai kemampuan kognitif pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya membahas kemampuan kognitif dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Perhatikan homogenitas antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Dan berikan perlakuan yang sama pada setiap pasien pada masing-masing kelompok.


(59)

c. Rekomendasi untuk Pendidikan Keperawatan.

Penerapan strategi pertemuan yang sesuai dengan standar keperawatan dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan. Dalam mata ajar Praktikum Keperawatan jiwa sebaiknya para mahasiswa/i benar-benar diajarkan bagaimana memberikan strategi pertemuan yang sesuai dengan standar dengan baik, sehingga mahasiswa nantinya dapat menerapkannya dalam profesi dan dalam dunia pekerjaan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Azrul Joedo Prihartono. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binurupa Aksara

Carolina. (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi

terhadap Kemampuan Kien Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan. Diambil pada tanggal 28 September 2010, dari

http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=126477&lokas i=lokal

Corey, Gerald. (2008). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Terj. E. Koswara. Bandung: refika Aditama.

Dahlan, Sopiyudin. (2008). Statistik Untuk Kedokterandan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit salemba Medika.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP): Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Gail Wiscart Stuart & Sandra J. Sundeen. (1998). Keperawatan Jiwa edisi 3. Alih bahasa Achir Yani S Hamid. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Keliat Budi Ana. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Notoadmojo, S. (2007). Metodologi Penelitan Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Rikeka Cipta

Nursalam & Pariani, S. (2001). Metodologi Riset Keperawatan: Pedoman Praktis

Penyusunan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta:

Salemba Medika

Polit & Hungler.(1999). Nursing research principles and methodes, Philadelphia: J.B. Lippincot Company

Polit, D.F. & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research: Principle and Methods.


(61)

Purba, J. M, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah

Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (1998). Principles and practice of psychiatric

nursing. Fifth edition. St. Louis: Mosby Year Book

Stuart, G.W.,and Sundeen. (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing.

(5th ed). St. Louis Mosby Year Book

Tomb, D. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Townsand, M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri:

Pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC

(Terjemahan)

WHO, (2006). Diambil pada tanggal 28 September 2010, dari


(62)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Oleh Elyani Sembiring

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stratregi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan Saudara untuk mengisi lembar kuesioner saya dengan jujur apa adanya. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani formulir ini.

Medan, Januari 2011

Peneliti Responden

Elyani Sembiring


(63)

Lampiran 2

MODUL

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

STRATEGI PERTEMUAN PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian

Strategi pertemuan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani

B. Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dulakukannya.

d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

e. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya. f. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,

sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

C. Proses pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

1) Memberi salam kepada pasien

2) Memperkenalkan nama dan panggilan peneliti/perawat 3) Menanyakan nama dan panggilan nama pasien

b. Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan pasien saat ini 2) Menanyakan masalah yang dirasakan


(64)

c. Kontrak (topik, waktu, tempat)

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2) Menjelaskan tujuan tindakan/pembicaraan

2. Kerja

a. Mendiskusikan penyebab marah, menanyakan pengalaman tiap pasien.

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan pasien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi, menanyakan perasaan tiap pasien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan pasien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri), menanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.

d. Membantu pasien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan.

e. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan, menanyakan akibat perilaku kekerasann.

f. Memberikan reinforcement pada peran serta pasien.

g. Dalam menjalankan a sampai f, upayakan semua pasien terlibat.

h. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; dan akibat perilaku kekerasan.

i. Menanyakan kesedihan pasien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan.

3. Terminasi

a. Evaluasi respon pasien

1) Menanyakan perasaan pasien setelah melakukan strategi pertemuan.


(65)

2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku pasien yang positif.

b. Rencana tindak lanjut

1) Menganjurkan pasien menilai atau mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan. 2) Menganjurkan pasien mengingat penyebab; tanda dan

gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.

c. Kontrak yang akan datang (topik, tempat, waktu)

1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2) Menyepakati waktu dan tempat strategi pertemuan berikutnya.


(66)

EVALUASI STRATEGI PERTEMUAN DENGAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah dengan lengkap

2. Untuk data yang dipilih, beri tanda pada kotak yang tersedia. 3. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

NO. Strategi Pertemuan Dilakukan Tidak

dilakukan

1. (SP1)

8. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

9. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

10. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan pasien

11. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 12. Menyebutkan cara mengontrol perilaku

kekerasan

13. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I

14. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

2. (SP2)

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 5. Melatih pasien mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik II

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3 (SP3)

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 5. Melatih pasien mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara verbal


(67)

jadwal kegiatan harian. 4

(SP4)

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 5. Melatih pasien mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara spiritual

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

5 (SP5)

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat secara teratur

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


(68)

Kuesioner Data Demografi

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Kode :

Tanggal :

Petunjuk Pengisian:

4. Isilah dengan lengkap

5. Untuk data yang dipilih, beri tanda pada kotak yang tersedia dan atau isi sesuai jawaban.

6. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

1. Umur : ______ tahun

2. Tempat tinggal : ________________________________________ 3. Suku : _________________

4. Jenis Kelamin : Pria Perempuan

5. Pendidikan terakhir : SD SMP SMU Lain-lain Perguruan Tinggi

6. Status perkawinan : Kawin Cerai

Janda/duda Tidak Kawin

7. Lama Rawat : 8. Obat yang dipakai :


(69)

LEMBAR KUESIONER

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

No. Kode :

Tanggal :

Kuesioner Kemampuan Pasien Mengendalikan Perilaku Kekerasan Petunjuk Pengisian

1. Kuesioner diisi oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan.

2. Beri tanda (√) pada pilihan jawaban sesuai kondisi yang ditampilkan responden.

No Kemampuan Pasien Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah A Latihan fisik I

1 Pasien memperagakan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik I (tarik nafas dalam) 2 Pasien melakukan latihan

cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik I sesuai jadwal

3 Pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik I pada saat perilaku kekerasan muncul

B Latihan fisik II

4 Pasien memperagakan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan


(1)

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elyani Sembiring

Tempat Tanggal Lahir : Bangun Purba, 22 Juni 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : : Jln Jamin Ginting No. 361A Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 101899 Lubuk Pakam Tahun 1994-2000 2. SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun 2000-2003 3. SMU Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun 2003-2006 4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2007-2011

Pengalaman Lainnya :

1. Anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF), Fakultas Keperawatan Tahun 2010-2011.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)