Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksaan Komunikasi pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ratna Iskana Purba 091121077

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksaan Komunikasi pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama : Ratna Iskana Purba

Nim : 091121077

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2010

ABSTRAK

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Untuk mengurangi tingkat pasien perilaku kekerasan maka dibutuhkan suatu stategi pelaksanaan komunkasi yang baik dan dibutuhkan pengetahuan perawat tentang tehnik tersebut.

Penelitin deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksanan Komunikasi pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Besarnya jumlah sampel penelitian 35 orang responden perawat. Pengambilan sampel menggunakan random sampling yang dilakukan dengan cara undian dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden perawat jiwa di

Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan pada sub pengkajian diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%), pada sub strategi pelaksaanan komunikasi yang pertama diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (85,7%) , pada sub strategi pelaksaan komunikasi yang kedua diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (82,8%), pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang ketiga diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%) dan pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang keempat diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (68,1%)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang strategi pelaksaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan perawat untuk mengikuti seminar workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan keperawatan jiwa.

Kata kunci : pengetahuan perawat, perilaku kekerasan, strategi pelaksaan komunikasi


(4)

PRAKATA

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul yang diangkat oleh penulis yaitu “ Gambaran Pengetahuan perawat tentang Strategi Pelaksanaan Komunikasi Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan’’, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi penelitian ini, banyak kesulitan yang dihadapi oleh penulis, namun oleh berkat Nya disertai dengan usaha dan kemauan yang tinggi dari penulis, serta bimbingan bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka penulis dapat mengatasi hal tersebut.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih pada Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing satu yang begitu sabar dalam membimbing dan memberikan masukan serta saran pada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan pada Bapak dr. Dedi Ardinata M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp. KMB selaku pembimmbing dua propasal, Ibu Wardiyah Daulai S, Kep. Ns. M.Kep selaku dosen uji validitas, Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS selaku penguji proposal, Ibu Lince Herawati, S.Pd, S. Kep, Ns selaku Kordinator keperawatan Rumah Sakit jiwa Daerah Provsu Medan dan


(5)

untuk seluruh Perawat di Rumah sakit jiwa Daerah Provsu Medan yang bersedia menjadi responden terimakasih atas kerja sama yang baik.

Teristimewa kepada orangtua tercinta terutama orang yang paling kusayangi sedunia (papa poe tercinta) yang telah banyak memberi dukungan secara moril, materil dan keluarga yang selalu membagi kasih dan doa sehingga tanpa penulis sadari kalau penulis sangat berarti untuk meraih kemenangan. Terimakasih juga saya saya ucapakan pada ibu tersayang Julintha Theresia Sebayang S, Kep. yang telah banyak memeberikan semangat, motivasi dan kasih buat saya dan Castro Togatorop S, kep yang telah banyak menuangkan ide-ide yang bersifat membangun dan menemani setiap langkahku. Seluruh mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan buat sahabat-sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu menaruh kasih setiap waktu terimakasih atas perhatiannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan ... 5

1.1.Pengertian Pengetahuan ... 5

1.2.Tingkat Pengetahuan ... 5

1.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 7

1.4.Pengukuran Pengetahuan ... 8

1.5.Tipe-tipe Pengetahuan ... 9

2. Perilaku Kekerasan ... 9

2.1. Pengertian Kekerasan ... 9

2.2. Pengkajian Perilaku Kekerasan ... 10

2.3. Penyebab Perilaku Kekerasan ... 11

2.4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ... 12

2.5. Akibat dan Mekanisme Perilaku Kekerasan ... 12

2.6. Rentang Respon Marah ... 13

2.7. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan ... 14

2.8. Tindakan dan Tujuan Keperawatan untuk Pasien Perilaku ke- kerasan ... 17

3. Strategi Pelaksanaan Komunikasi ... 20

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep ... 22

2. Defenisi Operasional ... 23

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 24

2. Populasi dan Sampel ... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik ... 25

5. Instrumen Penelitian ... 25


(7)

8. Pengumpulan Data ... 30 9. Analisa Data ... 30 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 32 2. Pembahasan ... 35 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 40 2. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden ... 44 2. Lembar Kuesioner Penelitian ... 46 3. Surat Permohonan Izin Survey Awal dari Fakultas Keperawatan ... 49

Universitas Sumatera Utara Medan

5. Surat Izin Survey Awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara Medan ... 50 6. Surat Izin Pengambilan Data... 51 7. Surat Izin Telah selesai melakukan Penelitian dan Pengambilan data.. 52 8. Curriculum Vitae ... 53


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden 33 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi pada Pengkajian pada pasien perilaku ke-

kerasan ... 34 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi pada Pengetahuan perawat tentang stra-

tegi Pelaksanaan Komunikasi Pertama ... 34 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi pada Pengetahuan perawat tentang stra-

Pelaksanaan Komunikasi Kedua ... 34 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan perawat tentang strategi-

Pelaksanaan Komunikasi Ketiga ... 35 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan perawat tentang strategi pe-


(9)

Judul : Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksaan Komunikasi pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama : Ratna Iskana Purba

Nim : 091121077

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2010

ABSTRAK

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Untuk mengurangi tingkat pasien perilaku kekerasan maka dibutuhkan suatu stategi pelaksanaan komunkasi yang baik dan dibutuhkan pengetahuan perawat tentang tehnik tersebut.

Penelitin deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksanan Komunikasi pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Besarnya jumlah sampel penelitian 35 orang responden perawat. Pengambilan sampel menggunakan random sampling yang dilakukan dengan cara undian dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden perawat jiwa di

Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan pada sub pengkajian diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%), pada sub strategi pelaksaanan komunikasi yang pertama diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (85,7%) , pada sub strategi pelaksaan komunikasi yang kedua diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (82,8%), pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang ketiga diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%) dan pada sub strategi pelaksanan komunikasi yang keempat diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (68,1%)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang strategi pelaksaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan perawat untuk mengikuti seminar workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan keperawatan jiwa.

Kata kunci : pengetahuan perawat, perilaku kekerasan, strategi pelaksaan komunikasi


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spritual (Witojo & Widodo, 2008). Perang, konflik dan krisis ekonomi yang berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang dapat memunculkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia (Yosep, 2009).

Menurut data World health Organization (2009) dalam Yosep (2009) masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) dalam Yosep (2009) menyatakan, minimal, ada satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Menurut Rafei (2001) dalam Yosep (2009), hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Menurut Azwar (1995) dalam Yosep (2009) menyatakan bahwa di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Menurut Sujudi (2001) dalam Yosep (2009) melaporkan bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa. Menurut Sitompul (2009) dikutip dari Witojo & Widodo (2008) dalam rapat dengan Komisi E DPRD Sumut, memaparkan data pasien rawat jalan hingga Desember 2006 mencapai


(11)

jumlah pasien memang terus bertambah setiap bulannya. Angka ini belum termasuk penderita gangguan jiwa liar yang tidak dirawat di rumah sakit jiwa Rekam Medik RSJ (2009) dikutip dari Witojo dan Widodo (2008).

Ancaman perilaku menyerang yang ditunjukkan pasien gangguan jiwa sering dijumpai di praktik keperawatan jiwa (Kaplan & Sadock, 1998). Faktor yang meningkatkan kemungkinan adanya perilaku kekerasan (amuk) yaitu agitasi, psikosis, riwayat adanya tindakan-tindakan kekerasan di masa lalu adanya stres masa kini, intoksikasi obat dan alkohol, gejala abstinensi dari alkohol dan hipnotik sedatif, dan gangguan organik memberikan indikasi akan terjadinya tindak kekerasan saat ini (Kaplan & Sadock, 1998).

Perawat jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa kepada pasien merupakan bagian dari total pelayanan di rumah sakit. Mereka juga dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan dapat mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikannya secara ilmiah (Yosep, 2009). Perawat menggunakan dirinya secara terapeutik, dan teknik-teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien (Stuart, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Witojo & Widodo, 2008) di RSJ Surakarta yaitu di ruang Kresna, pasien yang dirawat di ruangan ini mendapatkan pelayanan komunikasi sesuai standar yang ada. Angka kejadian perilaku kekerasan di ruang Kresna sebanyak 43 pasien atau 15,7%, sedangkan pasien lain yang dirawat selain di ruang Kresna kurang mendapat komunikasi sesuai standar operasional prosedur, sebanyak 230 pasien atau 84,3%.


(12)

Membuktikan bahwa pelaksanaan komunikasi yang baik dapat menurunkan tingkat kekerasan pada pasien jiwa.

Berdasarkan survei awal oleh peneliti belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan. Dan mengingat bahwa strategi pelaksanaan komunikasi termasuk sebuah teknik yang baru. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yakni Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Strategi Pelaksanaan Komunikasi Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan’’

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang pengkajian pada

pasien perilaku kekerasan.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan


(13)

c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi kedua pada pasien perilaku kekerasan.

d. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan

komunikasi ketiga pada pasien perilaku kekerasan.

e. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan

komunikasi keempat pada pasien perilaku kekerasan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat untuk mengoptimalkan pelaksanaan strategi komunikasi saat melakukan interaksi dengan pasien.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak RSJ Daerah Provsu Medan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada perilaku kekerasan.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak peneliti terkait untuk penelitian selanjutnya, untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada perilaku kekerasan.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pengetahuan

1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan adalah sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara langsung) atau berdasarekan proses berfikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah (Basford & Slavin, 2006)

1.2Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoadmodjo,2003).

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :


(15)

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (compherension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemamampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

e. Sintesis (sinthesys)

Menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(16)

f. Evaluasi (evaluation)

Suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoadmodjo , 2003 adalah:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku.


(17)

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseseorang. Bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

1.4 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2003). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo, 2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.


(18)

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.

1.5 Tipe-tipe Pengetahuan

Pengetahuan dapat diklasifikasikan dalam suatu pengetahuan teori yang diperoleh tanpa observasi di dunia. Pengetahuan empiris hanya diperoleh setelah observasi ke dunia atau interaksi dengan beberapa cara. Pengetahuan sering diperoleh dari kombinasi atau memperluas pengetahuan lain dalam cara-cara yang bervariasi.(Notoatmodjo,2003)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tejadi melalui pancaindera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2003).

2. Perilaku Kekerasan

2.1 Pengertian Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional, dan seksualitas (Nanda, 2005). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).


(19)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif (Yosep, 2009). Gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

2.2 Pengkajian Perilaku Kekerasan

Gejala klinis yang ditemukan pada pasien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :

a. Wawancara

Diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh pasien.

b. Observasi

Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak pasien memaksakan kehendak seperti merampas makanan dan memukul jika tidak senang.

Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Perawat harus mengkaji pula afek pasien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat : Membangun hubungan yang terapeutik dengan pasien, Mengkaji perilaku pasien yang berpotensial kekerasan, Mengembangkan suatu perencanaan, Mengimplementasikan perencanaan, Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu


(20)

2.3 Penyebab Perilaku Kekerasan

Adapun penyebab perilaku kekerasan menurut Keliat (2002) adalah:

a. Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:

1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi

yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan

kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif

agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistim limbik,

lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam perilaku kekerasan.


(21)

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan, dan interaksi dengan orang lain (provokatif dan konflik).

2.4 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Adapun tanda-tanda dan gejala dari perilaku kekerasan menurut yaitu muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit, atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempuyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku. (Purba, dkk 2009). Dan gejala yang muncul seperti stress, mengungkapkan secara verbal dan menentang.

2.5 Akibat dan Mekanisme Perilaku Kekerasan

Akibat dari perilaku kekerasan adalah resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan seseorang melakukan hal


(22)

sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

2.6 Rentang Respon Marah

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Asertif adalah kemarahan yang diungkapakan tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.

a. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respons yang terjadi

akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya hambatan dalam proses pencapaian.

b. Pasif merupakan respon lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan.

c. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk

bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol.

d. Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif (kekerasan) maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat menyelesaikan. Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik


(23)

marah, mudah tersinngung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral) (Stuart dan Laraia, 1998 dalam Jenny 2009).

2.7 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan adalah: 1) Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

a. Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap poroses impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal, dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi emosi, perilaku, dan memberi. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologist mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbic terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif (Goldstein dikutip dari Townswnd, 1996).


(24)

b. Biokimia

Goldstein (dikutip dari Townsend, 1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinephrine, noreepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat inpuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respon terhadap stress.

c. Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetic karyotype XYY.

d. Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori psikologik a. Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan


(25)

kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

b. Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih anak-anak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa (Owens dan Straus dikutip dari Townsend, 1996)

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.


(26)

2.8 Tindakan dan Tujuan Keperawatan untuk Pasien Perilaku Kekerasan

Adapun tindakan dan tujuan keperawatan pasien menurut Damaiyanti (2008) yaitu:

a. Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat;

a. Beri salam/panggil nama pasien

b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

c. Jelaskan hubungan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat e. Lakukan kontak singkat tapi sering

2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan ;

a. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapakan perasaannya

b. Bantu pasien untuk mengungkapkan penyebab kesal/jengkel

3. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan;

a. Anjurkan pasien mengungkapkan apa yang dialami saat marah/jengkel

b. Observasi tanda perilaku kekerasan pada pasien

c. Simpulkan bersama pasien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialaminya 4. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan;

a. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


(27)

b. Bicarakan dengan pasien apakah cara yang pasien lakukan agar masalahnya selesai

5. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan ; a. Bicarakan akibat /kerugian dari cara yang dilakukan pasien

b. Bersama pasien menyimpulkan akibat cara yang digunakan pasien

6. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan;

a. Tanyakan pada pasien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat?”

b. Berikan pujian jika pasien mengetahui cara lain yang sehat

c. Diskusikan dengan pasien cara pasien yang sehat: secara fisik yaitu tarik napas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga, secara verbal yaitu katakan bahwa nada sedang kesal/tersinggung/jengkel, secara social yaitu lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latiahan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan, secara spiritual yaitu anjurkan pasien sembahyang, berdoa/ibadah sesuai keyakinan pasien.

7. Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan; a. Bantu pasien untuk memilih cara yang paling tepat untuk pasien b. Bantu pasien mengidentifikasi mamfaat cara dipilh

c. Bantu keluaga untuk menstimulasi cara tersebut (role play)

d. Beri reinforcement positif atau keberhasilan pasien menstimulasi cara tersebut


(28)

e. Anjurkan pasien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/marah

8. Pasien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan; a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien dari sikap apa yang telah

dilakukan keluarga terhadap pasien selama ini b. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien

c. Jelaskan cara-cara merawat pasien yaitu terkait dengan cara mengontrol

perilaku marah secara konstruktif, sikap tenang, bicara tenang dan jelas, membantu pasien mengenal penyebab ia marah

d. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat pasien

e. Bantu keluarga menyebabkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

9. Pasien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya

(jenis, waktu, dosis dan efek) ;

a. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien pada pasien, keluarga

b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa

seizin dokter

c. Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada obat,

dosis obat, waktu, dan cara minum)

d. Ajarkan pasien minum dan minum tepat waktu

e. Anjurkan pasien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek


(29)

f. Beri pujian jika pasien minum obat dengan benar yaitu terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif, sikap tenang, bicara tenang dan jelas, membantu pasien mengenal penyebab ia marah

b. Tujuan

Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya, pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.

3 Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan perilaku kekerasan pertama adalah mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan, membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I, menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian.

Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan perilaku kekerasan kedua adalah mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan perilaku kekerasan ketiga adalah mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol


(30)

perilaku kekerasan dengan cara verbal, menganjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan perilaku kekerasan keempat adalah mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian (Purba, dkk 2009).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan sebagai berikut.

Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksanaan Komunikasi

- Pengkajian

- Strategi pelaksanaan komunikasi pertama

- Strategi pelaksanaan komunikasi kedua

- Strategi pelaksanaan komunikasi ketiga

- Strategi pelaksanaan komunikasi keempat

Tingkat pengetahuan

- Baik

- Cukup


(32)

2. Defenisi Operasional

Pengetahuan adalah pemahaman perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi yang dilakukan pada saat memberi asuhan perawatan pada pasien perilaku kekerasan meliputi: pengkajian terhadap perilaku kekerasan, tindakan keperawatan seperti latihan fisik (latihan nafas dalam), latihan verbal (meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), latihan spiritual (sholat/berdoa) dan latihan pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar narna pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, benar dosis obat).

Pengkajian adalah data awal yang diperoleh perawat melalui observasi dan wawancara.

Strategi pelaksanaan komunikasi adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan komunikasi yang efektif terhadap pasien dengan perilaku kekerasan.


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan.

2. Populasi dan sampel 2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat jiwa yang bekerja diruang rawat inap dan merawat pasien perilaku kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan dengan jumlah 139 orang perawat pada bulan Maret tahun 2010. 2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel berdasarkan pada panduan umum penentuan jumlah sample untuk penelitian deskriptif menurut Arikunto (2006), yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Maka sampel yang diambil sebanyak 25% yaitu 35 orang perawat jiwa yang bekerja di RSJ Daerah Provsu Medan. Teknik pengambilan sampel adalah secara random sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian dan yang menjadi


(34)

sampel adalah seluruh perawat dengan kriteria perawat yang sudah mempunyai pengalaman kerja kurang lebih satu tahun dan bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan bagi pasien gangguan jiwa di wilayah Sumatera Utara dan Nanggore Aceh Darusalam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data demografi dan kuesioner pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi. 5.1. Kuesioner Data Demografi


(35)

membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini.

5.2 Kuesioner Pengetahuan Perawat

Kuesioner pengetahuan perawat bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang strategi pelaksanaan komunikasi yang disusun dalam bentuk pernyataan dikotomi (Nursalam, 2008) yang terdiri atas 20 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan negatif (pernyataan nomor 8,9,12 dan 20 dan 15) pernyataan positif ( pernyataan no 1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,17,18 dan 19) dengan pilihan jawaban “benar” yang diberi bobot 1 dan “salah” diberi bobot 0.

5.2.1 Kuesioner ini terdiri dari 5 sub bagian yaitu pengkajian yang terdiri dari 4 pernyataan . Untuk menghitung jumlah total skor digunakan rumus statistik Sudjana (2005), yaitu :

P =

s BenyakKela

g n tan Re

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih tertinggi dengan nilai terendah dan banyak kelas adalah 3 yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang dengan menggunakan P=4 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 1 sebagai batas interval sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan baik : 4

Tingkat pengetahuan cukup : 2-3


(36)

5.2.2 Pada sub bagian strategi pelaksaan komunikasi yang pertama terdiri dari 7 pernyataan Untuk menghitung jumlah total skor digunakan rumus statistik Sudjana (2005), yaitu :

P =

s BenyakKela

g n tan Re

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih tertinggi dengan nilai terendah dan banyak kelas adalah 3 yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang dengan menggunakan P=7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 2 sebagai batas interval sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan baik : 6-7

Tingkat pengetahuan cukup : 3-5

Tingkat pengetahuan kurang : 0-2

5.2.3. Pada sub bagian strategi pelaksaan komunikasi yang kedua terdiri dari 3 pernyataan. Untuk menghitung jumlah total skor digunakan rumus statistik Sudjana (2005), yaitu :

P =

s BenyakKela

g n tan Re

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih tertinggi dengan nilai terendah dan banyak kelas adalah 3 yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang dengan menggunakan P=3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 1 sebagai batas interval sebagai berikut :


(37)

Tingkat pengetahuan baik : 3

Tingkat pengetahuan cukup : 2

Tingkat pengetahuan kurang : <1

5.2.4 pada sub bagian strategi pelaksaan komunikasi yang ketiga terdiri dari 3 pernyataan Untuk menghitung jumlah total skor digunakan rumus statistik Sudjana (2005), yaitu :

P = s BenyakKela g n tan Re

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih tertinggi dengan nilai terendah dan banyak kelas adalah 3 yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang dengan menggunakan P=3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 1 sebagai batas interval sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan baik : 3

Tingkat pengetahuan cukup : 2

Tingkat pengetahuan kurang : <1

5.2.5 Pada sub bagian strategi pelaksaan komunikasi yang keempat terdiri dari 3 pernyataan. Untuk menghitung jumlah total skor digunakan rumus statistik Sudjana (2005), yaitu :

P = s BenyakKela g n tan Re

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih tertinggi dengan nilai terendah dan banyak kelas adalah 3 yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang dengan menggunakan P=3 dan nilai terendah 0 sebagai batas


(38)

bawah pertama sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 1 sebagai batas interval sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan baik : 3

Tingkat pengetahuan cukup : 2

Tingkat pengetahuan kurang : <1

6. Validitas Instrumen

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrumen perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Instrumen dilkatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas instrumen penelitian telah dilakukan oleh ahli keperawatan jiwa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Realibilitas Instrumen

Alat ukur yang baik yaitu alat ukur yang memberikan hasil relative sama apabila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Arikunto, 2007). Uji reliabilitas dilakukan Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah PemprovSU Medan. Uji Reliabilitas pada penelitian ini mengunakan cronbanch alpha dengan mengunakan bantuan sistem komputerisasi. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai r hasil (alpha) lebih besar dari nilai r tabel. Jika nilai r hasil (alpha) lebih kecil dari nilai r tabel yaitu 0,514, maka instrumen dikatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2005).


(39)

8. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat surat izin penelitian dari Fakultas keperawatan USU maka peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada piuhak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi sumatera Utara medan.

Setela izin didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan maka peneliti menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Peneliti akan menyertakan langsung lembar persetujuan penelitian kepada calon responden, apabila calon responden dijadikan obyek penelitian, maka akan terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden tidak bersedia atau menolak untuk dijadikan obyek penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan kerahasiaan informasi yang didapat dari penelitian dijamin oleh peneliti.

9. Analisa Data

Untuk mengetahui hasil penelitian, data akan diolah menggunakan analisa statistik sederhana. Dalam pengolahan data dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing data

Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah jawaban dibuat suda lengkap, jelas dan jawaban sudah relevan dengan pertanyaan.


(40)

b. Coding data

Memberi kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul pada setiap pertanyaan dalam kuesioner untuk memudahkan dalam pengolahan data. c. Entry data

Dilakukan secara manual dengan menggunakan master table yang telah dibuat yang terdiri dari baris dan kolom.

d. Cleaning data

Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

Data dianalisa dengan menggunakan statistik deskripsi. Kemudian, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Peneltian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan. Data diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Juni sampai Juli 2010. Jumlah responden sebanyak 35 orang perawat jiwa. Penyajian data meliputi karakteristik responden dan gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

1.1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah perawat jiwa yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan. Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan status.

Tabel 1. Menunjukkan bahwa usia responden berada pada rentang 43-52 tahun sebanyak 13 orang (37,2%),. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang (88,6%), pendidikan terbanyak DIII Keperawatn 26 orang (74,3%), lama bekerja 1-5 tahun sebanyak 13 orang (37,1%), status menikah yang tebanyak menikah sebesar 29 orang (82,9%).


(42)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=35)

Karakteristik n %

Usia

23-32 tahun 11 31,4

33-42 tahun 10 28,6

43-52 tahun 13 37,1

53-62 tahun 1 2,9

Jenis Kelamin

Laki-laki 4 11,4

Perempuan 31 88,6

Pendidikan

SPK - -

DIII keperawatan 26 74,3

DIV perawat pendidik - -

S1 keperawatan 9 25,7

Lama kerja

1-5 tahun 13 37,1

6-10 tahun 4 11,4

11-14 tahun 5 14,3

16-20 tahun 6 17,1

21-25 tahun 4 11,4


(43)

Status

Menikah 29 82,9

Belum menikah 6 17,1

1.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Pengkajian pada Pasien Perilaku Kekerasan (n : 35)

No Pengetahuan n %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 15 20 - 42,8 57,1 -

Pada sub pengkajian memperlihatkan data responden berada pada tingkat pengetahuan cukup adalah 20 orang (57,15%) dan 15 orang (42,8%) pada pengetahuan baik.

1.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Pertama pada Pasien Perilaku Kekerasan (n=35)

No Pengetahuan n %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 5 30 - 14,2 85,7 -


(44)

Pada sub Strategi Pelaksanaan komunikasi Pertama memperlihatkan data responden berada pada tingkat pengetahuan cukup adalah 30 orang (85,7%) dan pengetahuan baik 5 orang (14,2%).

1.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksanaan Komunikasi Kedua pada Pasien perilaku Kekerasan (n=35)

No Pengetahuan n %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 3 29 3 8,5 82,8 8,5

Pada sub Strategi Pelaksanaan komunikasi Pertama memperlihatkan data

responden berada pada tingkat pengetahuan cukup adalah 29 orang (82,8%) dan pengetahuan baik 3 orang (8,5%) danpengetahuan kurang 3 orang (8,5%)

1.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Strategi Pelaksanaan Komunikasi Ketiga pada Pasien Perilaku Kekerasan (n=35)

Pada sub Strategi Pelaksanaan komunikasi Ketiga memperlihatkan data

responden berada pada tingkat pengetahuan cukup adalah 20 orang (57,1%), pengetahuan baik 12 orang (34,2) dan pengetahuan kurang 3 orang (8,5%).

No Pengetahuan n %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 12 20 3 34,2 57,1 8,5


(45)

1.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Strategi

Pelaksanaan Komunikasi keempat pada Pasien Perilaku Kekerasan (n=35)

No Pengetahuan n %

1 2 3

Baik Cukup Kurang

4 24

7

11,4 68,1 20

Pada sub Strategi Pelaksanaan komunikasi Keempat memperlihatkan data

responden berada pada tingkat pengetahuan cukup adalah 24 orang (68,15%), pengetahuan baik 4 orang (11,4) dan pengetahuan kurang 7 orang (20%).

2. Pembahasan

Pengkajian merupakan langkah proses keperawatan yang meliputi pengumpulan organisasi dan analisis informasi (American Nurse Association, 1994). Dalam keperawatan kesehatan jiwa proses ini sering disebut sebagai psikososial yang mencakup pemeriksaan status mental. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengkajian perawat yang cukup sebanyak 20 orang (57,1%) dan pengetahuan baik 15 orang (42,8%). Menurut ANA seorang perawat harus mampu melakukan pengkajian yang bertujuan untuk membangun gambaran status emosional klien saat pengkajian, kapasitas mental dan fungsi perilaku perawat harus dapat melakukan pengkajian yang baik guna sebagai dasar dalam membangun rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien.


(46)

Menurut Sheila (2008) bahwa pengkajian merupakan landasan klinis yang digunakan untuk mengevaluasi keefektivan terapi dan intervensi atau tolak ukur kemajuan pasien. Untuk mendapatkan pengkajian yang lebih baik, komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan (Suryani, 2006).

Dari hasil penelitian yang didapat pada strategi pelaksanaan komunikasi yang pertama sebanyak 30 orang (85,7%) berpengetahuan cukup dan 5 orang (14,2%) berpengetahuan baik, seharusnya perawat dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang digunakan, akibat perilaku kekerasan dan mengontrol perilaku kekerasan dengan baik yang terkait dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat (Purba, dkk. 2009).

Pada strategi pelaksanaan komunikasi yang kedua diperoleh sebanyak 29 orang (82,8%) berpengetahuan cukup, 3 orang (8,5%) berpengetahuan baik dan 3 orang (8,5%) berpengetahuan kurang. Pada waktu marah orang menggunakan energi guna melakukan upaya fisik yang keras semakin meningkat (Wahyurini & Ma’shum, 2004). Emosi yang menguasai diri seseorang bisa membuat macetnya kemampuan berfikir yang sehat, dalam hal ini perawat dapat berfikir dengan sehat dalam menghadapi pasien perilaku kekerasan.

Strategi pelaksanaan komunikasi yang ketiga diperoleh sebanyak 20 orang (57,1%) berpengetahuan cukup, 12 orang (34,2%) berpengetahuan baik dan 3


(47)

orang (8,5%) berpengetahuan kurang. Respon korban tindak kekerasan sangat bergantung pada tingkat perkembangan korban pada saat terjadi tindak kekerasan tersebut. Oleh karena itu tiap pihak yang peduli dengan korban kekerasan, termasuk perawat memahami tahap perkembangan individu sehingga dapat mengidentifikasi dampak tindak kekerasan sesuai dengan titik rawan (Hamid, 2008). Maka perawat perlu mengajarkan cara-cara sosial/ verbal yaitu meminta dengan baik terhadap orang lain dan lingkungan, menolak dengan baik, dan memberi dengan baik. Hal ini untuk mengurangi rasa tersinggung dan mudah marah yang kronis, perasaan marah yang tidak terkendali, dan kesulitan untuk mengekspresikan kemarahannya.

Strategi pelaksanaan komunikasi yang keempat diperoleh sebanyak 24 orang (68,1%) berpengetahuan cukup, 4 orang (11,4%) pengetahuan baik dan 7 orang (20%%) pengetahuan kurang. Oleh karena itu, perawat juga harus mengajarkan spiritual pada pasien gangguan jiwa dengan mengkaji agama pasien dengan komunikasi yang baik. Juga sebaiknya perawat bersama-sama dengan pasien membuat jadwal kegiatan ibadah dan selalu mengigatkan pasien untuk melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Hasil peneltian pada perawat di RSJ daerah Provsu Medan mayoritas menunjukkan pengetahuan cukup pada setiap sub dan ada juga yang berpengetahuan kurang. Rata-rata yang berpengetahuan kurang adalah yang berpendidikan D3 Keperawatan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan ( Giyanto, 2010) bahwa pendidikan yang diterima di D3 keperawatan dimana


(48)

mahasiswa belajar mata kuliah keperawatan jiwa dan diharapkan mahasiswa berkompeten didalam melaksanakan asuhan keperawatan yaitu perilaku merusak diri (bunuh diri) orang lain dan lingkungan.

Menurut (Notoatmodjo, 2003) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan yang baru, baik dari orang lain maupun dari media massa karena semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Hurlock (1999) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan hidup manusia semakin berkualitas.

Lama kerja dari data demografi menunjukkan rata-rata 1-5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan usia muda masih lebih fresh dibandingkan usia tua. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Sunaryo (2004) bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman . Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memeperoleh kebenaran, pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Pada akhirnya tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan perawat mengenai strategi pelaksaan komunikasi. Maka perlu diadakan program pelatihan penerapan proses keperawatan jiwa sebagai


(49)

pendekatan yang dipakai oleh perawat dalam memeberikan asuhan pada klien (Keliat, dkk. 1998)


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran

mengenai gambaran pengetahuan perawat tenteng strategi pelaksaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan.

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian pembahasan maka dapat dilihat hasil

penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan pada sub pengkajian diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%), pada sub strategi pelaksaanan komunikasi yang pertama diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (85,7%) , pada sub strategi pelaksaan komuniksai yang kedua diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (82,8%), pada sub strategi pelaksanaan komunikasi yang ketiga diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,1%) dan pada sub strategi pelaksaan komuniksai yang keempat diperoleh mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (68,1%)


(51)

2. Saran

Bagi Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan jiwa dapat dijadikan sebagai masukan untuk

melakukan seminar workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan keperawatan jiwa.

Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi penelitian selanjtnya, agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan perlu untuk dilakukan dengan populasi yang lebih luas dan wilayah penelitian yang berbeda.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alhidayah. (2010) Resiko perilaku kekerasan. Dibuka pada website

Arikunto. (2006) Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka cipta.

Basford, lymn (2006). Teori dan Praktek Keperawatan : pendekatan integral pada asuhan pasien.Edisi : 1. Jakarta : EGC

Damaiyanti. (2008) Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan. Bandung: PT Rafika Aditama.

Giyanto. (2010) Pengaruh metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kompetensi komunikasi terapeutik mahasiswa profesi ners, dibuka pada

website http://

desember 2010

Hamid, MN, DNSc. (2008) Asuhan keperawatan kesehatn jiwa, Edisi I. Jakarta : EGC

Hurlock, Elisabeth B. (1999). Psikologi perekembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi : 5. Jakarta : Erlangga

Keliat, dkk. (1998) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC Kaplan, H I, & Sadock, BJ. (1998) Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya

Medica.

Kaplan, H I, & Sadock, BJ. (1998) Synopsis of Psikiatry, (6th ed), New York: Williams & Wilkins.

Nanda. (2005) Gambaran umum pasien dengan perilaku kekerasan. Dibuka pada

websit

Nenk. (2010) Perilaku kekerasan. Dibuka pada website

Notoatmodjo. (2003) Metologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. Nursalam. (2008) Metodologi penelitian dan penerapan dalam ilmu


(53)

Purba, dkk. (2009) Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa. Medan: USU Press.

Setiadi. (2007) Konsep dan penulisan riset keperawatan. Cetakan I. Yogyakarta: Graha ilmu.

Stuart, GW. (2006) Keperawatan jiwa. Edisi V. Jakarta: EGC. Sudjana. (2005) Metode Statistika. Edisi VI. Bandung : Tarsito. Sunaryo.(2004) . Psikologi untuk keperwatan. Jakarta : EGC Videbeck. (2008) Keperawatan jiwa. Eedisi I. Jakarta : EGC

Wahyurini C, & Ma’ shum Y. (2004). Iii…emosi banget deh. Kompas. Dibuka pada website http :// hqweb01.bkkbn.go.id/ hg web/ mbrt page 26.html. dibuka pada tanggal 11 November 2010

Witojo & Widodo. (2008) Pengaruh komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia RSJ daerah Surakarta. Dibuka pada website http:// adln.Lib.unairac.id. pada tanggal 28 Maret 2010.


(54)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN

PERILAKU KEKERASAN DI DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA MEDAN

Oleh:

Ratna Iskana Purba

Saya adalah mahasiswa Fakultas Sumatera Utara Medan yang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien perilaku kekerasan di Daerah Provsu Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan di rahasiakan dan hanya akan di pergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangi formulir ini.

Tanda tangan : Tanggal :


(55)

KUESONER DEMOGRAFI PENELITIAN No. Kode : Tanggal :

Petunjuk pengisian:

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak pilihan jawaban yangh menurut anda benar.

2. Isilah pernyataan pada kuesioner A (data demografi) sesuai dengan identitas diri anda.

A. DEMOGRAFI

1. Usia : ( ) tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Pendidikan : ( ) SPK

( ) DIII Keperawatan ( ) DIV Perawat Pendidik

( ) S1 Keperawatan

4. Lama Kerja : ……. Tahun

5. Status : ( ) Menikah


(56)

B. KUESIONER PENGETAHUAN PERAWAT Petunjuk Pengisian :

1. Beri tanda ceklist (√) pada kolom yang ada di sebelah kanan pada masing -masing pernyataan sesuai dengan pengetahuan yang anda ketahui.

2. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti. Keterangan

Benar : 1

Salah : 0

No Pernyataan Benar Salah

Pengkajian

1 Perilaku kekerasan merupakan perilaku individu yang dapat

membahayakan orang, diri sendiri, baik secara fisik , emosional dan seksualitas

2 Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu muka merah dan

tegang, mengepalkan tangan, jalan mondar mandir dan bicara kasar

3 Kondisi pasien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,

ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang, dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan

4 Perilaku kekerasn dianggap sebagai suatu akibat yang

ekstrim dari marah atau ketakutan (panik) SP 1

5 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

6 Dalam melakuakan interaksi dengan pasien perilaku


(57)

7 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku kekerasan, pearawat harus mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan pasien

8 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat tidak perlu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

9 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat tidak perlu menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

10 Dalam melakukan interaksi dengan pasien periaku

kekerasan, perawat harus membantu pasien mempraktekkan cara mengontrol fisik I

11 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian pasien

SP 2

12 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat tidak perlu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

13 Dalam melakukan interaksi dengan pasien periaku

kekekrasan, pearawat harus melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II

14 Dalam melakuakan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 3

15 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


(58)

16 Dalam melakukan interaksi dengamn pasien perilaku kekerasan, perawat harus melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara non verbal

17 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekekrasan, perawat harus menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4

18 Dalam melakukan interaksi dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus mengevalusi jadwal kegiatan harian pasien

19 Dalam melakukan interaki dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat harus melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

20 Dalam melakukan interaki dengan pasien perilaku

kekerasan, perawat tidak perlu menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


(59)

(60)

(61)

(62)

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Ratna Iskana Purba

Tempat Tangal Lahir : Pematang Siantar 24 Januari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1dari 4 bersaudara

Agama : Kristen Protestan

Status pernikahan : Belum kawin

Alamat : Jln. Viyata Yudha no.15 Pematang Siantar

B. Nama Orang Tua

Ayah : J. Purba

Ibu : B. Sinaga

C. Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1994 : TK Jonaha Pematang Siantar

Tahun 1994-2001 : SD Cinta Rakyat 3 Pematang Siantar

Tahun 2001-2003 : SLTP Negeri 10 Pematang Siantar

Tahun 2003-2006 : SMU Swasta Sultan Agung Pematang Siantar

Tahun 2006-2009 : Akademi Keperawatan RSU Herna Medan


(63)

Uji Reabilitas Instrumen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 83.3

Excludeda 2 16.7

Total 12 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(64)

Statistics Demografi usia responden jenis kelamin responden pendidikan responden lama kerja responden status responden penghasilan responden

N Valid 35 35 35 35 35 35

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 38.26 12.20 2.74

Median 41.00 11.00 3.00

Std. Deviation 8.500 9.333 .443

Range 30 28 1

Minimum 23 1 2

Maximum 53 29 3

Usia Responden VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 23-32 tahun 11 31.4 31.4 31.4

33-42 tahun 10 28.6 28.6 60.0

43-52 tahun 13 37.1 37.1 97.1

53-62 tahun 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 11.4 11.4 11.4

2 31 88.6 88.6 100.0


(65)

Pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 26 74.3 74.3 74.3

4 9 25.7 25.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

Lama Kerja Responden VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-5 tahun 13 37.1 37.1 37.1

6-10 tahun 4 11.4 11.4 48.6

11-15 tahun 5 14.3 14.3 62.9

16-20 tahun 6 17.1 17.1 80.0

21-25 tahun 4 11.4 11.4 91.4

26-30 tahun 3 8.6 8.6 100.0


(66)

status responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 29 82.9 82.9 82.9

2 6 17.1 17.1 100.0


(1)

(2)

CURRICULUM VITAE

A.

Identitas Diri

Nama

: Ratna Iskana Purba

Tempat Tangal Lahir

: Pematang Siantar 24 Januari 1988

Jenis Kelamin

: Perempuan

Anak Ke

: 1dari 4 bersaudara

Agama

: Kristen Protestan

Status pernikahan

: Belum kawin

Alamat

: Jln. Viyata Yudha no.15 Pematang Siantar

B.

Nama Orang Tua

Ayah

: J. Purba

Ibu

: B. Sinaga

C.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1994

: TK Jonaha Pematang Siantar

Tahun 1994-2001

: SD Cinta Rakyat 3 Pematang Siantar

Tahun 2001-2003

: SLTP Negeri 10 Pematang Siantar

Tahun 2003-2006

: SMU Swasta Sultan Agung Pematang Siantar

Tahun 2006-2009

: Akademi Keperawatan RSU Herna Medan


(3)

Uji Reabilitas Instrumen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 83.3

Excludeda 2 16.7

Total 12 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

Statistics Demografi usia responden jenis kelamin responden pendidikan responden lama kerja responden status responden penghasilan responden

N Valid 35 35 35 35 35 35

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 38.26 12.20 2.74

Median 41.00 11.00 3.00

Std. Deviation 8.500 9.333 .443

Range 30 28 1

Minimum 23 1 2

Maximum 53 29 3

Usia Responden VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 23-32 tahun 11 31.4 31.4 31.4

33-42 tahun 10 28.6 28.6 60.0

43-52 tahun 13 37.1 37.1 97.1

53-62 tahun 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

jenis kelamin responden


(5)

Pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 26 74.3 74.3 74.3

4 9 25.7 25.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

Lama Kerja Responden VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-5 tahun 13 37.1 37.1 37.1

6-10 tahun 4 11.4 11.4 48.6

11-15 tahun 5 14.3 14.3 62.9

16-20 tahun 6 17.1 17.1 80.0

21-25 tahun 4 11.4 11.4 91.4

26-30 tahun 3 8.6 8.6 100.0


(6)

status responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 29 82.9 82.9 82.9

2 6 17.1 17.1 100.0


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

18 171 101

Gambaran Karakteristik Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

28 144 68

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan

7 92 96

Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

11 145 81

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

2 36 88

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

4 37 83

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

Hubungan Pengetahuan Dengan Peran Perawat Dalam Penanganan Pasien Perihku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 23