Pemeriksaan Akhir Obat Jadi

20 tablet tadi dan bersihkan dari debu. Timbang kembali beratnya misalnya b gram. Rumus untuk menghitung friabilitas: Friabilitas = a – b x 100 = x a Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8 x 0,8 vii. Kadar zat berkhasiat Pemeriksaan kadar zat berkhasiat dilakukan berdasarkan masing-masing monografi sesuai Farmakope Indonesia edisi IV ataupun Farmakope lainnya. viii. Diameter dan tebal tablet, diukur dengan menggunakan alat caliper.

2.5.6.3 Pemeriksaan Akhir Obat Jadi

Pemeriksaan yang dilakukan pengawasan mutu meliputi identifikasi dan kontrol jumlah selama pengemasan. Setelah obat dikemas maka dilakukan pemeriksaan yang meliputi kontrol, jumlah dan kebenaran isi, kerapian pengemasan, dan kelengkapan lainnya. Apabila telah memenuhi syarat maka bagian pengawasan menempel label finished pack analysis pada boks yang ditanda tangani dan ditanggung jawabi oleh analis yang bersangkutan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan mutu produk yang dikemas telah sesuai dengan pengemasannya. Bagian pengemasan obat jadi akan mengirimkan produk yang sudah selesai dikemas ke gudang obat jadi. Mutu produk obat jadi tidak hanya ditentukan oleh hasil akhirnya saja tetapi dibangun dari keseluruhan tahap proses produksi. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan mutu mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan obat jadi untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain itu juga dilakukan pengujian stabilitas secara berkala terhadap retained sample obat jadi Universitas Sumatera Utara sampai satu tahun setelah habis masa edarnya. Terhadap contoh pertinggal senantiasa dilakukan pengujian secara berkala sampai masa simpannya habis. 2.5.7 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, dan disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Hendaklah dibuat daftar inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai CPOB yang mencakup antara lain: 1. Personalia 2. Pemeliharaan Bangunan termasuk fasilitas personil dan peralatan 3. Penyimpanan bahan awal dan bahan jadi 4. Produksi 5. Sanitasi dan Higiene 6. Pengawasan mutu 7. Dokumentasi 8. Validasi dan kalibrasi alat 9. Prosedur penarikan kembali obat jadi dan penanganan keluhan 10. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindak lanjuttindak perbaikan. Universitas Sumatera Utara Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling sedikit terdiri dari tiga anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.

2.5.8 Penanganan Keluhan Terhadap Produk Penarikan Kembali Produk