TINJAUAN PUSTAKA Analisis Alih Fungsi Dan Kesesuaian Data Lahan Sawah Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Lahan memiliki arti lebih luas dari pada makna tanah mengingat tanah hanya merupakan salah satu aspek dari lahan. Proses perubahan pemanfaatan sifatnya cukup kompleks dimana mekanisme perubahannya melibatkan beberapa kekuatan seperti kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan oleh pemerintah dan juga kepentingan politik. Salah satu fenomena yang nyata pada pemanfaataan lahan adalah adanya alih fungsi lahan. Fenomena ini muncul seiring makin tinggi dan bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap lahan baik dari sektor pertanian ataupun dari sektor nonpertanian akibat dari pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahunnya dan semakin tingginya tingkat perekonomian sehingga memicu kegiatan pembangunan kearah industri Darwis, 2008. Dampak konversi lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya yaitu manfaat dan penggunaan lahan sawah yang diperuntukkan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi. Dimana proses konversi lahan sawah ini hanya membawa dampak yang negatef apabila tidak dilakukan pembuatan lahan sawah yang baru diman lahan terlebut harus jauh dari pusat penduduk sehingga proses konversi lahan tidak akan berlangsung dengan cepat Irawan dan Friyatno, 2009. Pertumbuhan sektor industri, jasa, dan properti, pada umumnya telah memberikan tekanan pada sektor pertanian, terutama tanah sawah. Konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang perluasan Universitas Sumatera Utara areal pertanian sudah sangat terbatas, sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor industri, jasa, dan properti cenderung semakin meningkat. Sehingga perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat di hindarkan lagi Widjanarko, 2006. Secara umum penurunan lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih inggi. Di daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan sehingga memicupengalih fungsian yang sangat cepat. Selain itu akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu terutama di Pulau Jawa ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan Winoto, 2005. Perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah yang menetapkan wilayah pemukiman dan industri sehingga lahan untuk sektor pertanian telah beralih fungsi mengikutu tata ruang wilayah tersebut. Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas Widjanarko, 2006 . Universitas Sumatera Utara Konversi lahan sawah sulit dicegah selama kebijakan pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Namun demikian konversi lahan akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ketahanan pangan, lingkungan, kesempatan kerja, dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah konversi lahan seyogianya lebih diarahkan untuk meminimalkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan. Sampai batas tertentu konversi lahan dapat dilakukan selama dampak negatif yang ditimbulkan dapat ditekan dan dinetralisir Ilham,dkk, 2003. Dengan melihat tingginya laju konversi lahan maka untuk mempertahankan luas sawah. Indonesia harus mencetak mencetak lahan baru untuk menutupi lahan sawah yang telah beralih fungsi. Apabila tidak di lahukan maka Indonesia akan mengalami kerisis pangan hal ini akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masayarakat Anonimous, 2009. Krisis ekonomi berakibat tingginya angka pengangguran menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat. Kedaan itu memicu terjadinya konversi lahan sawah. Karena sebagian masyarakat yang hanya memiliki berupa lahan sawah akan menjual lahannya untuk kebutuhan hidup kepada petani kaya,investor bahkan para spekulan. Apabila pemanfaatan lahan pertanian tersebut tidak mengarah pada sektor pertanian juga maka bedampak buruk pada produksi pertanian itu sendirijamal, 2000. Universitas Sumatera Utara Landasan Teori Saat mendengar menggunakan teori peramalan ternd kata peramalan berarti berada pada masa sekarang sementara yang di ramalkan berada pada masa yang akan datang. Yang dimaksud dengan peramalan adalah mengidentifikasi keadaan yang akan datang dengan mengunakan langkah-langkah ilmiah. Istilah peramalan di ganti dengan istilah proyeksi. Suatu daerah ataupun perusahaan yang dapat hidup berkelanjutan adalah yang mampu meramalkan atau memproyeksi keadaan masa datang dan maupun mengantisipasi apa yang akan terjadi dengan strategi yang tepat. Dengan kondisi seperti ini suatu daerah ataupun perusahaan harus tepat dalam dua hal yaitu pertama tepat dalam memproyeksikan keadaan masa datang dan kedua tepat dalam memilih strategi untuk mengantisipasi keadaan yang akan terjadi pada masa yang akan datang Suliyanto, 2008. Berkurangnya luas lahan pertanian khususnya lahan sawah di daerah Kabupaten Deli Serdang sudah tentu akan ikut mempengaruhi produksi padi di daerah tersebut. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan penduduk yang pada umumnya terus mengalami pertambahan. Maka dikawatirkan akan timbul masalah-masalah yang mengancam ketahanan pangan di daerah tersebut Gunanto, 2007. Semula fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi, palawija, atau hortikultura. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-lahan produktif pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jaIan tol, permukiman, perkantoran, dan lain sebagainya. Misalnya jika dalam setahun alih fungsi lahan terdata sekitar 4.000 hektar, dalam lima tahun ke depan lahan produktif yang beralih fungsi mencapai 20.000 hektar hal ini dapat berdampak buruk pada produksi padi secara nasional dan ketergantungan kita terhadap beras impor akan terus berlanjut Suwandi, 2002. Universitas Sumatera Utara Metode pengukuran luas lahan sawah yang di gunakan adalah trend linier. Trend linier adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan di masa yang akan datang berdasarkan pada data masa lalu. Trend linier juga merupakan gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun maupun mendatar Ibrahim,2009. Faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian adalah sebagai berikut : - Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf kehidupan - Lokasi lahan pertanian yang strategis diminati untuk kegiatan non-pertanian - Kepentingan pembangunan wilayah tata ruang kota yang seringkali mengorbankan sektor pertanian Proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi, perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang Soekartawi, 2005. Kerangka Pemikiran Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai ekonomis. Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahunnya terus mengalami penurunan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal tersebut mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi lahan pertanian ke non pertanian seperti perumahan, industri, dan lain sebagainya untuk memenuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tidak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan komunitas masyarakat. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh Universitas Sumatera Utara kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Salah satu faktor pengalih fungsian lahan adalah pertumbuhan penduduk. Akibat dari pertumbuhan penduduk banyak lahan sawah di alih fungsikan kepemukiman. Apabila pertumbuhan penduduk terus meningkat maka akan berdampak pada luas lahan sawah yang terus menurun. Hal ini mengakibatkan produksi padi juga akan menurun. Agar hal ini tidak terjadi maka diperlukan pencetakan lahan sawah yang baru. Masalah alih fungsi lahan pertanian terus meningkat dan sulit dikendalikan, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat intensitas kegiatan ekonomi tinggi. Selain itu, tekanan terhadap lahan juga berwujud penyempitan rata-rata penguasaan lahan oleh petani. Keadaan tersebut jelas tidak kondusif bagi keberlangsungan pertanian dan perwujudan kebijakan pangan nasional dalam jangka panjang, apalagi pembukaan areal baru sangat terbatas dan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat. Produksi padi secara nasional terus mengalami penurunan dikarenakan luas lahan sawah yang terus menurun setiap tahun dan juga dengan laju pertumbuhan penduduk yang cenderung semakin meningkat secara umum. Hal ini dapat memicu terjadinya krisis pangan. Dimana padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Agar produksi padi di Deli Serdang dapat kembali normal maka diperlukan pencetakan lahan yang baru yang bertujuan untuk mengembalikan jumlah luas lahan yang digunakan. Proses pencetakan sawah di Deli Serdang memerlukan bantuan dari pemerintah untuk proses pembuatan sawah baru tersebut. Dimana sebaiknya proses Universitas Sumatera Utara pembuatan lahan baru tersebut jauh dari pusat pemukiman dan pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk mencegah percepatan alih fungsi lahan di kemudian waktu. Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu Kabupaten yang dalam sepuluh tahun terakhir terus mengalami konversi lahan yang mengakibatkan luas lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang cenderung mengalami penurunan. Lahan yang paling banyak terkonversi adalah jenis lahan sawah, yang beralih fungsi menjadi lahan kering serta lahan non pertanian. Laju alih fungsi dilihat berdasarkan pandangan satelit Citra peta Citra, data BPS untuk kemudian disesuaikan dengan data aktual yang terjadi dilapangan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema kerangka pemikiran berikut: Universitas Sumatera Utara keterangan : Kesesuaian Data : Dampak Gambar : Skema Krangka Pemikiran Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi Kebutuhan Pangan Kebutuhan Pangan produksi Luas Lahan Sawah Laju Alih Fungsi Lahan Proyeksi Luas Lahan Sawah Proyeksi Produksi Padi Kebutuhan Pangan produksi Aktual BPS Peta Citra Sesuai Tidak Sesuai Cukup Pangan Tidak Cukup Pangan Universitas Sumatera Utara Hipotesis Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka dapat diuraikan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Terjadi penurunan terhadap proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi sawah di daerah penelitian. 2. diproyeksikan pula bahwa dampak alih fungsi lahan sawah terhadap ketersediaan pangan mendatang akan menyebabkan defisit persediaan beras di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN