Kinerja Terkini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

E. Kinerja Terkini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Setiap intansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Begitu juga pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, instansi ini terus berupaya agar tujuan yang telah disusun berdasarkan peraturan perundang- undangan dapat terlaksana dengan baik. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja serta kinerja yang bermutu dengan tenaga ahli dan profesional yang terlatih di bidang- bidangnya. Tabel 2.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan No Tahun Target Rp Realisasi Rp Persentase 1. 2009 9.556.580.000,00 9.995.090.144,30 104,59 2. 2010 15.051.561.000,00 12.944.719.326,63 86,00 3. 2011 25.308.417.400,00 15.612.200.659,93 61,69 4. 2012 33.308.417.000,00 21.262.060.747,81 63,83 5. 2013 35.308.417.000,00 26.404.053.135,43 74,78 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2015 a. Pada tahun 2009 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 9.556.580.000,00 kenyataan di lapangan realisasi penerimaan mencapai target sebesar Rp.9.995.090.144,30 dengan persentase 104,59 . b. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan pajak hiburan tidak dapat mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan, yakni sebesar Rp. 15.051.561.000,00 dan kenyataan di lapangan realisasi penerimaan mencapai target Rp. 12.944.719.326,63 dengan persentase 86,00 . c. Pada tahun 2011, penerimaan pajak hiburan juga jauh dari target yang ditetapkan dimana target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp.25.308.417.400,00 sedangkan kenyataan di lapangan realisasi penerimaan sebesar Rp.15.612.200.659,93 dengan persentase 61,69. d. Demikian juga pada tahun 2012 dimana target yang ditetapkan adalah Rp.33.308.417.000,00 sedangkan realisasipenerimaannya adalah Rp. 21.262.060.747,81 dengan persentase 63,83. e. Di tahun 2013, penerimaan pajak hiburan juga masih jauh dari target yang diharapkan yakni sebesar Rp.35.308.417.000,00. Kenyataan di lapangan realisasi penerimaannya adalah Rp.26.404.053.135,43 dengan persentase 74,78. Tidak tercapainya target penerimaan pajak hiburan tahun 2010-2013 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajaknya, dimana wajib pajak cenderung berusaha menghindari pembayaran pajaknya dengan cara menunda-nunda pembayaran pajak. Disamping itu juga dapat disebabkan karena berkurangnya efektivitas pemungutan pajak hiburan yang dilakukan petugas pajak untuk lebih maksimal lagi dalam memungut pajak hiburan. Oleh karena itu, petugas Dinas Pendapatan Daerah perlu meningkatkan kinerjanya dengan melakukan kerja sama dengan masyarakat yang menjadi wajib pajak agar meningkatkan setoran pajak dari jumlah setoran yang lama serta melaksanakan pembayaran tepat waktu sesuai dengan hasil verifikasi agar tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah daerah dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka akan meningkatkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak, sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah.

BAB III PEMBAHASAN

A. Pajak Hiburan A.1 Pengertian Pajak Hiburan Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik public investment. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya Suandy, 2005 : 2. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, danatau keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. Pajak Hiburan adalah pajak atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Setiap daerah mempunyai kewenangan untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota, sehingga pembangunan kabupatenkota di seluruh Indonesia tentu tidaklah sama, demikian juga dengan penyelenggaraan pajak hiburan. Oleh karena itu untuk dapat menerapkan pada suatu daerah kabupatenkota pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang nantinya akan menjadi landasan atau pedoman hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah kabupatenkota tersebut. 29