Peran Perawat Dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

(1)

PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN DAMPAK

HOSPITALISASI PADA ANAK DI

RUMAH SAKIT UMUM DI

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Evelina Simangunsong 091121078

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Peran Perawat Dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing I skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Rosina Tarigan, S.Kep, M.Kep, sp.KMB selaku pembimbing II yang juga meluangkan waktu dalam membantu dan membimbing penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen penguji.

6. Teristimewa kedua orangtuaku, ayahanda M. Simangunsong dan Ibunda D.br. Pangaribuan “ Podami ingotonku do i “ serta kakek dan nenek yang telah banyak membantu terutama dari segi materi, moral dan motivasi. Juga adik-adikku (Josua, Nixon) yang selalu membuat hari-hariku ceria.


(4)

7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Ekstensi FKEP USU khususnya stambuk 2009 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan, maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2011


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Anak ... 6

2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 8

2.2.1 Pertumbuhan ... 8

2.2.2 Perkembangan ... 9

2.2.3 Prinsip-prinsip perawatan ... 9

2.2.4 Peran Perawat ... 11

2.2.5 Pengertian Hospitalisasi ... 13

2.2.6 Dampak Hospitalisasi pada Anak ... 13

2.2.7 Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi ... 14

2.2.8 Pencegahan Dampak Hospitalisasi ... 18

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ... 20

3.2. Defenisi Operasional ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 24

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.2.1 Populasi ... 24

4.2.2 Sampel ... 24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.4. Pertimbangan Etik ... 25

4.5. Instrumen Penelitian ... 25

4.6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 27

4.7. Pengumpulan Data ... 29

4.8. Analisa Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30


(6)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 47 6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden Penelitian 2. Isntrumen Penelitian

3. Izin Penelitian dan Pengumpulan Data 4. Biaya Penelitian


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase berdasarkan data

Demografi responden (n=30) ... 31

Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Pembela ... 32

Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Pendidik ... 33

Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Konselor ... 33

Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Koordinator ... 34

Tabel. 6 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Pembuat - Keputusan Etik ... 35

Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Peran Perawat sebagai Perencana – Kesehatan ... 35


(8)

Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan

Peneliti : Evelina Simangunsong

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Nim : 091121078

Tahun : 2011

ABSTRAK

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi pengobatan. Hospitalisasi dapat mengakibatkan stress pada anak untuk itu dibutuhkan peran perawat dalam rangka mencengah dampak hospitalisasi. Peran perawat dalam pencengahan ini meliputi: peran perawat sebangai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, serta peran perawat sebagai perencana kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang dan teknik pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 25 juni sampai 16 juli 2010 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal 20 – 40 tahun yaitu sebesar (83,3%),berjenis kelamin perempuan (100%), mayoritas tingkat pendidikannya diploma (93,3%), lama bekerja >6 – 9 sebesar (40%), penghasilan >1000.000 sebesar (56,6%). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (73.3%) perawat telah melaksanakan perannya dalam kategori baik. Peran perawat sebangai pembela tergolong dalam kategori baik sebesar (63,3%), peran perawat sebagai pendidik tergolong dalam kategori baik sebesar (76,6%), peran perawat sebagai konselor tergolong dalam kategori baik sebesar (50%,) peran perawat sebagai koordinator terlaksana dengan baik sebesar (83,3%), peran perawat sebagai pembuat keputusan etik sebesar (83,3%), dan peran perawat sebagai perencana kesehatan sebesar (83,7%).


(9)

Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan

Peneliti : Evelina Simangunsong

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Nim : 091121078

Tahun : 2011

ABSTRAK

Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi pengobatan. Hospitalisasi dapat mengakibatkan stress pada anak untuk itu dibutuhkan peran perawat dalam rangka mencengah dampak hospitalisasi. Peran perawat dalam pencengahan ini meliputi: peran perawat sebangai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, serta peran perawat sebagai perencana kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang dan teknik pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 25 juni sampai 16 juli 2010 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal 20 – 40 tahun yaitu sebesar (83,3%),berjenis kelamin perempuan (100%), mayoritas tingkat pendidikannya diploma (93,3%), lama bekerja >6 – 9 sebesar (40%), penghasilan >1000.000 sebesar (56,6%). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (73.3%) perawat telah melaksanakan perannya dalam kategori baik. Peran perawat sebangai pembela tergolong dalam kategori baik sebesar (63,3%), peran perawat sebagai pendidik tergolong dalam kategori baik sebesar (76,6%), peran perawat sebagai konselor tergolong dalam kategori baik sebesar (50%,) peran perawat sebagai koordinator terlaksana dengan baik sebesar (83,3%), peran perawat sebagai pembuat keputusan etik sebesar (83,3%), dan peran perawat sebagai perencana kesehatan sebesar (83,7%).


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004) hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali ke rumah.

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005). Hospitalisasi juga dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit (Posted, 2009). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).

Dampak hospitalisasi pada anak berbeda-beda tergantung oleh perkembangaan usia, pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit, support system, serta keterampilan koping dalam menangani stress. Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak. Menurut Laili (2006) apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar


(11)

sekali kemungkinanan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor. Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang, body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya control, agresi, menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makanan dan lain-lain (Alimul, 2005).

Reaksi hospitalisasi dan dampak yang ditimbulkan seringkali menjadi permasalahan pokok yang dihadapi dalam dunia kesehatan. Sebagaimana komitmen dalam mengatasi hal tersebut baik secara individual maupun secara sosial yaitu upaya meminimalisirkan dampak serta memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi (Hawari,2006).

Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat, dalam hal ini perawat harus dapat memberikan pelayanan keperawatan , dan mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperaatan langsung maupun pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu perawat dapat memberikan kenyamanan dan dukungan pada anak baik dengan mempertahankan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak.

Perawat dapat memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak atau dengan menolong orang tua/anak dalam memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Ketika anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa dukungan atau motivasi maka, sebagai konselor, perawat dapat


(12)

memberikan konseling keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan, dengan cara mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik, perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua anak tentang masalah anak dan keluarganya, dan membantu mencari alternatif pemecahannya (Supartini, 2004).

Wong (2001) mengatakan bahwa populasi anak yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun- tahun sebelumnya. Mc. Cherty dan Kozak mengatakan hampir 40 juta anak dalam setahun mengalami hospitalisasi (Hikmawati, 2000).

Dilihat dari berdasarkan hasil observasi di RSU Herna Medan dan RSU Sari Mutiara Medan bahwa peran perawat masih kurang dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak antara lain diakibatkan kurangnya pendekatan perawat terhadap anak saat membutuhkan pertolongan sewaktu-waktu anak merasa kesakitan. Di dalam memberikan pemahaman tentang pengobatan kurang melakukan pendekatan terhadap orang tua maupun anak, sehingga timbul keluhan dan ketidakpuasan selama anak dirawat. Dan kurangnya pelatihan khusus perawat anak sehingga perawat tidak bisa memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan si anak.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan.


(13)

1.2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik di bagian keperawatan anak maupun di bagian keperawatan komunitas.

1.4.2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan pada perawat khususnya yang ada di RSU Herna Medan dan di RSU Sari Mutiara Medan mengenai peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan Merpati II RSU Herna Medan dan di RSU Sari Mutiara Medan.


(14)

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian selanjutnya.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak

2.1.Pengertian Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang


(16)

dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia. Awitan penyakit bagi mereka seringkali mendadak, dan penurunan dapat berlangsung dengan cepat. Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular yang belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit dibandingkan orang dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa. Kerentanan terhadap ketidakseimbangan cairan pada anak adalah akibat jumlah dan distribusi cairan tubuh. Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan 57-60% cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada di


(17)

kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini lebih dapat diakses. Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang dapat mengurangi volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin, 2006).

2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam, 2005).

2.2.1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa


(18)

anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasisesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih dari seperempatnya.

2.2.2. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.

2.3. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus


(19)

memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:

Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.

Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.

Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.


(20)

Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2005).

2.4. Peran Perawat

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Hidayat, 2006). Sedangkan menurut Kozier dan Barbara (1995) yang dikutip dari Mubarak (2006), mendefinisikan peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system.Peran dipengaruhi oleh keadaan social dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu (Mubarak, 2006).


(21)

Peran perawat adalah cara untuk mengatasi aktifitas perawat dalam praktik,dimana telah menyelesaikan pendidiksan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik profesionalnya.Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan (Mubarak, 2006).Sedangkan menurut supartini (2004) Perawat adalah salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu: sebagai pembela, pendidik, konselor, kordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, dan peneliti

Sebagai pembela, perawat dituntut sebagai pembela bagi keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan tidak dapat mengambil keputusan/ menentukan pilihan, dan menyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersendiri, pengobatan/ dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.

Sebagai pendidik, perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan pada orangtua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orangtua/ anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Sebagai konselor, perawat dapat member konseling keperawatan ketika anak dan orangtuanya membutuhkan. Sebagai kordinator, perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi kordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien.

Sebagai pembuat keputusan etik, perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang


(22)

diyakini dengan menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghadapi hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai perencana kesehatan, perawat harus bias merumuskan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan (Supartini, 2004).

2.5. Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000).

2.6. Dampak Hospitalisasi Pada Anak

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,


(23)

baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan system imun (Subowo, 1992). Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2005)

2.7. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi

Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan


(24)

kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

2.7.1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)

Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2.7.2. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain


(25)

dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasive, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul.Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengomunikasikan rasa nyerinya.

2.7.3. Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya


(26)

mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.

2.7.4. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

2.7.5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)

Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul


(27)

terhadap pembatasan aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain (Supartini,2004) .

2.8. Pencegahan Dampak Hospitalisasi

Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan pengalaman yang mengerikan bagi anak-anak. Anak seringkali mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan selama di rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit yang asing, serta pengobatan maupun pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si anak. Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dampak tersebut.

2.8.1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.8.2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta


(28)

pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

2.8.3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.8.4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.

2.8.5. Modifikasi Lingkungan Fisik

Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya (Aziz, 2005).


(29)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan kepustakaan maka, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Baik

Cukup

Kurang

Skema 1. Kerangka konseptual Peran Perawat dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi pada Anak di Ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.

• Pembela • Pendidik • Konselor • Kordinator

• Pembuat keputusan etik • Perencana kesehatan Peran perawat

dalam pencegahan

dampak hospitalisasi


(30)

3.2. Defenisi operasional Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Skala Hasil Ukur

Peran Perawat

1. Pembela : peran perawat untuk membela anak/keluarga sangat membutuhkan pertolongan yang berhubungan dengan pengobatan dan perawatan selama anak di hospitalisasi. 2. Pendidik: Perawat berperan memberikan pendidikan

kesehatan pada anak dan keluaraga tentang

penyakit,pengobatan

Kuisioner sebanyak 24 pernyataan dengan menggunakan skala likert .

Pernyataan untuk pembela terdiri dari 4 bagian

Ordinal Terlaksana dengan baik: 72-96 Cukup terlaksana: 48-71 Kurang terlaksana: 24-47 Peran perawat Pernyataan untuk pendidik terdiri dari 4 pertanyaan.


(31)

dan perawatan yang di berikan. 3. Konselor: Peran perawat untuk memberikan konseling

keperawatan kepada anak dan keluarga tentang masalah yang di hadapi selama di hospitalisasi. 4 . Koordinator: Peran perawat dalam

mengkordinasi setiap kegiatan atau tindakan

pengobatan maupun perawatan yang di berikan kepada anak.

5. Pembuat

Pernyataan untuk konselor terdiri dari 4 ;pertanyaan

Pernyataan untuk koordinator terdiri dari 4 pertanyaan.


(32)

keputusan etik: Peran perawa dalam membuat keputusan etik sesuai dengan nilai moral yang di yakini dengan menekankan untuk mendapatkan otonomi dan kesejahteraan anak selama di

hospitalisasi. 6. Perencana kesehatan:

Sikap atau tindakan perawat dalam perumusan rencana pelayanan

kesehatan pada anak.

pembuat keputusan etik terdiri dari 4 pertanyaan.

Pernyataan untuk perencana kesehatan terdiri dari 4

pertanyaan.


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan Merpati II Rumah sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.

4.2 Populasi dan sampel Penelitian 4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah perawat yang ada di ruangan Merpati II Rumah sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan sebanyak 30 orang.

4.2.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti dianggap memiliki seluruh populasi (Notoatmodjo,2005). Apabila jumlah populasi kurang dari seratus, maka sampel dapat diambil seluruhnya. (Total Sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di Ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, dengan kriteria bersedia menjadi responden penelitian.


(34)

4.3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Ruangan Merpati II RSU Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Lokasi ini dipilih karena RSU Herna Medan dan RSU Sari Mutiara Medan memiliki unit kerja rawat anak yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain itu berdasarkan surve awal oleh peneliti belum perna dilakukan penelitian mengenai peran perawat dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak RSU Sari Mutiara Medan.

Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan Juni, dan diperkirakan lama penelitian ini kurang lebih dari 1 minggu.

4.4. Pertimbangan etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal dan mendapatkan surat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengirim surat tersebut ke RSU Herna dan ke RSU Sari Mutiara Medan. Peneliti akan melakukan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan RSU Herna Medan dan RSU Sari Mutiara Medan.

Setelah peneliti mendapatkan izin dari pimpinan RSU Herna Medan dan RSU Sari Mutiara Medan untuk meneliti maka peneliti menjelaskan tentang maksud,tujuan,prosedur penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kepada responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika responden bersedia untuk berpartipasi dalam penelitian ini maka peneliti akan memberikan surat persetujuan ( informed Consent) untuk


(35)

ditandatangani. Didalam informed consent dijelaskan tujuan penetian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, penelitian ini, peneliti ini tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Peneliti memberikan kuisioner kepada responden yang menandatangani surat persetujuan.Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama pada kuisioner, tetapi hanya menuliskan kode kuisioner. Kerahasiaan informasi dan identitas responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang diperlukan saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari sejumlah pernyataan dan jawaban tertentu sebagai pilihan yang diajukan kepada responden. Kuesioner yang dibuat peneliti berupa pernyataan terbuka. Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama yaitu data demografi responden yang umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, status dan penghasilan.

Bagian kedua yaitu kuesioner mengenai peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan terdiri dari 24 pernyataan yaitu 4 pernyataan sebagai pembela (nomor 1-4), pernyataan sebagai pendidik (nomor 5-8), peryataan sebagai konselor (nomor 9-12), pernyataan sebagai koordinator (nomor 13-16), pernyataan sebagai pembuat keputusan etik


(36)

(nomor 17-20),dan pernyataan sebagai perencana kesehatan (nomor 21-24),dan Bagian kedua ini bentuk peryataan mengunakan skala Likert dan pilihan jawaban dengan rentang skala 1-4 yaitu tidak pernah (skore 1), kadang (skore 2), sering (skore 3), dan selalu (skore 4) dengan total skore 24- 96.

Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992) untuk menentukan panjang kelas dapat digunakan dengan rumus:

Kelas Banyak Terendah Kelas Rentang -Tertinggi Kelas Rentang P=

Maka nilai P = 24 3

24 -96

P= =

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Nilai tertinggi sebesar 96 dan nilai terendah sebesar 24.

Berdasarkan rumusan statistika diatas maka pelaksanaan peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan Merpati II RSU Herna Medan dan di ruangan Merak RSU Sari Mutiara Medan dimasukkan dalam 3 kelas yaitu :

1. Kurang terlaksana = 24-47 2. Cukup terlaksana = 48-71 3. Terlaksana dengan baik = 72-96

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah


(37)

instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi,2007).

Validitas isi instrumen penelitian ini dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti dalam makna juga mengandung unsur objektif tetapi mengacu pada isi yang dikehendaki. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam berkompetensi dibagian keperawatan anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep.

Reliabilitas sebuah instrumen adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,2007). Uji reliabilitas instrumen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selenjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas digunakan dengan menggunakan formula cronbach’s alpha. Instrumen diuji kepada 14 responden, yaitu perawat yang ada di ruangan anak Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan. Kemudian hasil yang diperoleh dari responden diolah dengan teknik komputerisasi (Arikunto,2002). Menurut Polit dan Hungler (1995) bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya > 0,70. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan didapatkan r=0,862. Dengan demikian kuesioner tersebut dinyatakan reliabel dan rentangnya 0,162.


(38)

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan setelah dahulu peneliti mengajukan permohonan izin pelaksana peneliti pada institusi pendidikan dan kemudian permohonan izin penelitian yang telah diperoleh disampaikan ketempat peneliti ( RSU Herna Medan dan RSU Sari Mutiara Medan ). Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah memperoleh respoden, peneliti menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuisioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuisioner dan diberi kesempatan bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti oleh responden. Setelah kuisioner diisi, dikumpulkan kembali dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap maka dapat dilengkapi juga saat itu.

4.8. Analisa Data

Semua data yang terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing, yaitu mengecek nama dan keleng kapan identitas serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kueisoner ke dalam program komputer, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.


(39)

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dari pembahasan mengenai peran perawat dalam pecegahan dampak hospitalisasi pada anak di ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di ruangan Merak rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2010- 30 Juli 2010 kepada 30 orang responden.

Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu data demografi responden dan peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak. Peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi dibagi menjadi enam bagian yaitu peran perawat sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, dan perencana kesehatan.

1.1 Data Demografi

Data tabel 1 adalah hasil data demografi para perawat di ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja, status, dan penghasilan. Dari 30 responden diperoleh usia berada pada rentang 20-40 tahun (83.3%), umumnya berjenis kelamin perempuan ( 100%), lama bekerja > 6-9 tahun ( 40%), status (53.3%) yang sudah menikah dan penghasilan > 1.000.000 ( 56.57%).


(41)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden (n=30).

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Usia

20-40 tahun ( dewasa awal ) 25 83.3

41-54 tahun ( dewasa madya ) 5 16.6

Jenis kelamin

Laki-laki 0 0

Perempuan 30 100

Pendidikan

SPK 0 0

Diploma 28 93.3

D IV Perawat Pendidik 1 3.3

Sarjana 1 3.3

Lama bekerja

0-3 tahun 6 20

> 3-6 tahun 9 30

>6-9 tahun 12 40

>9 tahun 3 10

Status

Menikah 16 53.3

Belum menikah 14 46.6

Penghasilan

500.000 s/d 1.000.000 13 43.3


(42)

1.2 Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Tabel 2 memperlihatkan bahwa peran perawat sebagai pembela dilaksanakan dengan kategori baik oleh 63.3% responden, dan 36.6% perawat dengan kategori cukup melaksanakan perannya sebagai pembela. Dari data yang diperoleh tidak ada responden yang melaksanakan perannya sebagai pembela dengan kategori kurang.

Tabel 2. Distribusi frekuensi peran perawat sebagai pembela.

Peran perawat sebagai pembela Frekuensi Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang Terlaksana

19 11 0

63.3 36.6 0

Total 30 100

1.3. Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Berdasarkan tabel 3 sebagian besar responden (76.6%) melaksanakan perannya sebagai pendidik dengan kategori baik. 23.3% responden melakukan perannya sebagai pendidik dengan kategori cukup. Diantara responden penelitian tidak ada yang melaksanakan peran ini dengan kategori kurang.


(43)

Tabel 3. Distribusi frekuensi peran perawat sebagai pendidik

Peran perawat sebagai pendidik Frekuensi Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang Terlaksana

23 7 0

76.6 23.3 0

Total 30 100

1.4. Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebagian responden (50%) mempunyai peran dalam kategori baik, dalam memberikan perannya sebagai konselor. Kemudian 50% responden mempunyai peranan sebagai konselor dalam kategori cukup.

Tabel 4. Distribusi frekuensi peran perawat sebagai konselor

Peran perawat sebagai

Konselor Frekuensi

Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang terlaksana

15 15 0

50 50 0.0


(44)

1.5. Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa perannya sebagi koordinator dilaksanakan dengan kategori baik oleh (83.3%) responden. Sedangkan responden yang melaksanakan perannya sebagai koordinator dengan kategori cukup sebanyak 6.7%.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi peran perawat sebagai koordinator

Peran perawat sebagai koordinator

Frekuensi Persentase

• Terlaksana dengan baik • Cukup terlaksana • Kurang Terlaksana

25 5 0

83.3 16.7 0

Total 30 100

1.6 Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Berdasarkan tabel 6 sebagian besar responden (83.3%) melaksanakan perannya sebagai perawat dalam membuat keputusan etik terhadap anak yang dihospitalisai dengan kategori baik. Responden dengan kategori cukup 16.7% melaksanakan perannya sebagai pembuat keputusan etik.


(45)

Tabel 6. Distribusi frekuensi peran perawat sebagai pembuat keputusan etik

Peran perawat sebagai pembuat keputusan etik

Frekuensi Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang Terlaksana

25 5 0 83.3 16.7 0

Total 30 100

1.7 Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan..

Berdasarkan tabel 7 sebagian besar responden (86.7%) melaksanakan perannya sebagai perencana kesehatan dengan kategori baik, dan 13.3% responden melaksanakan perannya sebagai perencana kesehatan dengan kategori cukup.

Tabel 7. Distribusi frekuensi peran perawat sebagai perencana kesehatan Peran perawat sebagai

perencana kesehatan

Frekuensi Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang Terlaksana

26 4 0 86.6 13.3 0

Total 30 100

1.8. Peran perawat sebagai Pendidik dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak di Rumah Sakit Umum di Medan.

Tabel 8 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden (73,3%) melakukan perannya dalam pencegahan dampak Hospitalisasi pada anak dengan kategori


(46)

baik, dan sebanyak 26,6% responden melakukan perannya dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup (n= 30).

Peran perawat dalam pencegahan Dampak Hospitalisasi pada anak

Frekuensi Persentase • Terlaksana dengan baik

• Cukup terlaksana • Kurang terlaksana

22 8 0

73.3 26.6 0

Total 30 100

2. Pembahasan

2.1 Peran Perawat dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (73,33%) melakukan perannya dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa perawat menyadari bahwa dampak yang terjadi akibat keadaan sakit atau dirawat dirumah sakit, seseorang akan mengalami perubahan dalam berperilaku yang berdampak pada dirinya (Arsiah, 2006).

Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada semua orang terutama pada anak yang dihospitalisasi ditandai dengan adanya perasaan takut terhadap alat alat medis ataupun lingkungan yang baru pada diri anak. Untuk itu perawat mempunyai tanggung jawab penuh dalam memahami perubahan perilaku dan perasaan yang dapat memperburuk penyakitnya. Karena hal tersebut diatas dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi fisik maupun dari segi psikis anak (Rahmat, 2005).

Dari hasil penelitian sebagian responden 22,6% melakukan perannya dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup. Hal ini


(47)

menunjukkan bahwa perawat telah melakukan perannya dalam pencegahan dampak hopitalisasi namun belum optimal. Sementara peran perawat dalam pencegahan hospitalisasi pada anak sangat dibutuhkan dalam mengatasi kecemasan karena perpisahan, kehilangan kontrol, kebutuhan tubuh yang disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama dari reaksi perilaku anak yang mengalami hospitalisasi (Hawari, 2006).

Dalam hal ini tugas penting yang dilakukan perawat yaitu, berperan penting di dalam mengatasi masalah yang di akibatkan dampak hospitalisasi pada anak. Sebab apa yang terjadi pada anak selama di hospitalisasi merupakan tanggung jawab penuh oleh perawat. Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Amerika, berbagai ketentuan yang ada dalam diri orang dewasa, ternyata memang sudah ada sejak masa kecilnya yang tak pernah hilang. Ketakutan tersebut salah satunya, di mulai dari semenjak anak di rawat di rumah sakit di dihadapkan dengan pelayanan kesehatan termasuk di tusuk dengan jarum, harus mencoba obat yang rasanya tidak enak, dan menjalani prosedur yang mengganggu permukaan tubuh. Hal demikian merupakan peran penting perawat untuk menentukan apa yang di ketahui anak dan mampu memahami kondisi penyakit yang di alami merupakan tahap pertama dalam membantu memahami alasan hospitalisasi (Suan, 2005).

2.1.1 Peran Perawat sebagai pembela dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak.

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa peran perawat sebagai pembela dalam pencengahan dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori baik


(48)

sebanyak 63,3% respoden. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah memahami dan mampu berperan sebagai advokat atau pelindung anak, yaitu membantu untuk mempertahankan lingkungan yang aman bagi anak dan mengambil tindakan untuk mencengah terjadinya kecelakaan dan melindungi anak dari efek yang tidak di inginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu.

Peran ini di lakukan perawat dalam membantu keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dan pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang di berikan kepada anak, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak hak anak yang meliputi hak atas pelayanan sebaik baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hal untuk menentukan ganti rugi akibat kelalaian (Kusnanto, 2007).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada responden yang menjalankan perannya dalam kategori cukup 36,7%. Dengan demikian responden tersebut belum benar-benar melaksanakan perannya sebagai pembela untuk mencegah dampak hospitalisasi pada anak. Seperti yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan masih banyak perawat yang kurang memberikan perannya sebagai pembela didalam melindungi anak dan keluarga terutama dalam hal pemberian obat, masih ada perawat yang hanya membiarkan orang tua memberikan obat kepada anak sendiri tanpa didampingi oleh perawat. Sementara orang tua tidak begitu paham cara pemberian serta dosis yang diberikan sehingga dapat mengakibatkan efek samping pada anak. Dalam hal ini perawat harus benar-benar melakukan perannya dalam


(49)

melindungi anak sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak. Sebab anak mempunyai kesulitan dalam memahami mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi (Sujono, 2005).

2.1.2 Peran perawat sebagai pendidik dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran perawat sebagai pendidik dilaksanakan dengan kategori baik oleh 76,7% responden. Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pendidikk telah berhasil dilaksanakan. Didalam melaksanakan perannya perawat sebagai pendidik harus mampu memberikan penjelasan kepada keluarga didalam prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan pada anak. Pendidikan kesehatan tersebut sangat penting untuk dilakukan perawat bekerjasama antara orang tua dan tim kesehatan. Kerjasama tersebut dapat dirasakan manfaatnya, oleh anak didalam menjalankan prosedur pengobatan sehingga dapat mengurangi dampak hospitalisasi yang dialami anak. Dan orang tua di sini tidak hanya sekedar pengunjung bagi anak, tetapi dapat membantu perawat memberikan yang terbaik selama proses pengobatan berlangsung. Seperti beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua dan keluarga dalam perawatan anak selam di hospitalisasi. Sehingga anak dapat merasakan bahwa dia merasa dipedulikan dan dijagai (Gunarsa, 2000).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 23,3% responden melakukan perannya sebagai pendidik. Peran tersebut memang sudah dilakukan tetapi belum optimal, diamana perawat belim sepenuhnya memberikan penjelasan bagaimana


(50)

proses pengobatan atau tindakan yang dilakukan untuk mengurangi sakit yang diderita anak. Dimana keluarga masih bertanya-tanya tentang tindakan apa yang segera dilakukan dan hal apa yang harus dibutuhkan pada saat itu, sehingga rasa kawatir orang tua dan keluarga semakin meninggi untuk rencana kesembuhan anak tersebut. Seperti yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Rumah Sakit Umumk Sari Mutiara Medan masih banyak keluarga anak yang bolak-balik menanyakan pada perawat kapan anaknya harus diperiksa dokter, harus diinjeksi, jam berapa diberi minum obat, sehingga untuk mencegah dampak hospitalisasi yang dialami anak tidak sepenuhnya dilakukan. Sementara peran perawat sebagai pendidik harus bisa memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman akan pentingnya hidup dalam taraf kesehatan tertentu (Sofiana, 2004).

2.1.3 Peran Perawat sebagai koordinator dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak.

Berdasarkan data yang didapatkan, dalam melaksanakan perannya sebagai koordinator sebagian besar responden 83,3% melakukannya dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa perawat sudah menyadari pentingnya bekerjasama atau berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian pelayanan yang terbaik pada anak dalam melakukan perannya sebagai koordinator. Tetapi bukan hanya kepada dokter saja perawat melakukan `kerjasama, namun hal yang lebih penting bekerjasama dengan keluarga didalam pemenuhan kebutuhan dasar selama anak dihospitalisasi dikarenakan segala sesuatu yang dilakukan anak sebelum dihospitalisasi hanya keluarga yang tahu apa yang membuat anak dapat merasa nyaman. Untuk itu perawat dapat mengembangkan hal tersebut dalam melakukan


(51)

perannya sebagai koordinator, dengan merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dengan tim yang lain, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara terarah sesuai dengan kebutuhan anak (Wozniak, 2006).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 16,7% responden penelitian yang melaksanakan perannya ini dengan kategori cukup. Perawat masih kurang optimal dalam hal membantu anak mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi anak, pemberian perawatan, dan mengevaluasi, perawat harus terlebih dahulu menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik pada anak. Penetapan ini dilakukan sendiri oleh perawat atau berkolaborasi dengan keluarga maupun dengan tenaga kesehatan profesional yang lain (Murwani, 2008).

Seperti Rumah Sakit Umum Herna Medan dan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, perawat masih membutuhkan tim kesehatan lainnya untuk dapat memperoleh bantuan di mana sewaktu waktu anak dalam keadaan darurat. Dan rencana asuhan keperawatan yang di rencanakan tidak mampu lagi di lakukan sehingga harus perlu rujukan ke rumah sakit yang lebih paham tentang kondisi dan situasi yang membuat anak bisa menjadi lebih tertolong, misalnya rumah sakit yang mempunyai dokter yang sudah berpengalaman tentang penyakit yang di derita anak, serta alat medis yang mendukung kesembuhan penyakitnya. Sehingga proses asuhan keperawatan yang telah di laksanakan sebulumnya bisa di lanjutkan


(52)

oleh tim kesehatan propesional lainnya untuk menciptakan kesejakteraan penderita (Roper, 2003).

2.1.4 Peran Perawat sebagai pembuat keputusan etik dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak

Berdasarkan data yang didapatkan, dalam memberikan perannya sebagai pembuat keputusan dilaksanakan dengan kategori baik oleh 83,3% responden. Hal ini menunjukkan bahwa perawat berperan penting didalam pengambilan keputusan yang tepat dan akurat sangat diperlukan bagi tenaga medis untuk dapat menyelamatkan pasien yang dihadapi. Pola-pola perilaku pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perawat ini melibatkan aspek-aspek fisik meupun psikis yang sangat besar, didalam memberikan pelayanan terhadap anak. dimana sewaktu-waktu anak membutuhkan pertolongan pada saat keadaan darurat perawat harus bisa berperan penting untuk melakukan pertolongan pertama sebelum ditangani lebih lanjut oleh dokter ahli (Berger, 2003).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada sekitar 16,7% responden penelitian yang melaksanakan perannya dengan kategori cukup. Perawat masih kurang optimal sebagai anggota tim kesehatan dalam menjalankan peran dan fungsinya yang bersifat mandiri, kolaboratif atau saling tergantung dengan anggota tim kesehatan yang lain, untuk dapat berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, diperlukan tenaga perawat yang mampu berpikir kritis dan logis untuk mengambil keputusan yang tepat dalam memecahkan masalah serta dapat memprakakarsai perubahan dampak yang terjadi pada anak selama di hospitalisasi. Oleh karena itu tenaga perawat harus menguasai ilmu biomedik,


(53)

ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu dan kiat keperawatan serta kepemimpinan dan keterampilan (Salim, 2002).

Seperti yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan Rumah sakit Umum Sari Mutiara Medan, masih banyak perawat yang belum berani untuk mengambil keputusan karena mungkin takut pada atasan, sehingga mengakibatkan resiko yang fatal bagi anak yaitu kematian. Disini perawat benar-benar tidak melakukan keterampilan yang dimiliki serta perannya sebagai perawat professional.

2.1.5 Peran Perawat sebagai konselor dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran perawat sebagai konselor dilaksanakan dengan kategori baik (50%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa setengah perawat sudah menyadari dan membantu anak mengatasi tekanan atau masalah yang dialami selama anak dihospitalisasi. Perawat juga berperan sebagai tempat konsultasi bagi keluarga anak terhadap masalah yang dialami atau mendiskusikan tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Selain hal tersebut perawat harus bisa membantu keluarga mengetahui dan mengklarifikasi masalah kesehatan, serta memilih pelatihan yang sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut. Disisi lain perawat harus bertanggung jawab dalam memberikan informasi, menjadi pendukung, pelayan, dan orang yang dapat dipercaya oleh keluarga anak. Perawat tidak harus membuat keputusan, tetapi lebih cenderung membantu keluarga anak. Dan perawat harus membantu keluarga didalam mengambil keputusan yang terbaik selama proses hospitalisasi (Paptianingsih, 2006).


(54)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada responden yang menjalankan perannya dengan kategori cukup 50%. Dengan demikian responden tersebut belum benar-benar mempersiapkan serta melakukan perannya sebagai konselor. Sementara perawat dituntut harus bisa mengatasi tekanan atau rasa takut akibat perasaan cemas yang dialami anak. Karena proses membantu untuk membangun hubungan interpersonal yang baik, untuk meningkatkan perkembangan anak dimana didalamnya harus diberikan dukungan dan intelektual (Mustikasar, 2007).

Berdasarkan penelitian dari (Ridwan 2003) ditemukan bahwa memberikan konseling atau bimbingan maupun arahan kepada keluarga anak yang di hospitalisasi dapat meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dalam mengurangi dampak hospitalisasi pada anak. Untuk itu perawat yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan harus bisa memberikan arahan kepada keluarga didalam membantu mengatasi masalah yang ada pada diri anak selama dihospitalisasi.

2.1.6 Peran Perawat sebagai perencana kesehatan dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak.

Berdasarkan data yang didapatkan peran perawat dalam perencanaan kesehatan terhadap anak yang dihospitalisasi dilaksanakan dengan kategori baik sebanyak 86,67% responden. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah menyadari peranannya sebagai perencana kesehatan. Terbukti dari dilaksanakannya tugasnya selama 24 jam, perawat terlebih dahulu membuat rencana kesehatan sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan anak selama proses pengobatan. Karena perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan


(55)

secara mendalam, tahap yamh sistematis dari proses keperawatan yang meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Tujuan dari perencana kesehatan yang dilakukan perawat terutama yang ada di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan yaitu untuk mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi dan situasi anak yang dihospitalisasi. Sesuai dengan pendapat Karpinito (1997), perencanaan kesehatan bertujuan untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada sekitar 13,33% responden penelitian yang melaksanakan perannya ini dengan kategori cukup. Perawat masih kurang optimal dalam melaksanakan tugasnya sebasgai mana mestinya perawat didalam merencanakan tugas atau kewajiban yang dilakukan dal;am merawat atau mencegah terjadinya dampak hospitalisasi pada anak selama menjalani pengobatan. Perencanaan kesehatan yang dilakukan terhadap anak yang dihospitalisasi sangat berperan penting untuk mengatasi masalag yang timbul terhadap anak, akibat tindakan atau sesuatu yang menakutkan pada anak. Tugas ataupun peran dari perawat disini haruslah mempunyai banyak cara di dalam merencanakan apa yang harus dilakukan sebagaimana mestinya perawat anak, karena apa yang biasa dilakukan perawat terhadap kliennya sangat berbeda sekali pelayanannya terhadap apa yang dilakukan untuk anak yang dihospitalisasi (Heymert, 2008).

Langkah-langkah didalam membuat perencanaan kesehatan ini merupakan prioritas utama didalam menentukan kriteria hasil yang diharapkan untuk


(56)

melaksanakan perannya didalam mencegah terjadinya dampak hospitalisasi pada anak. Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, sehingga perawat di sana dituntut untuk merencanakan apa yang paling utama dilakukan dalam mencegah masalah tersebut. Karena perawat harus menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk segera menetapkan apa yang penting sesuai dengan kebutuhan anak (Walgito, 2001).


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran hasil penelitian sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden terhadap anak menggambarkan bahwa peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di Ruangan Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan dan di Ruangan Merak Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak (73.3%) dan kategori cukup (26.6%).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran perawat sebagai pembela dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori baik sebanyak (63.3%) dan kategori cukup sebanyak (36.7%). Sebagai pendidik dikategori baik sebanyak (76.7%), sebagai koordinator dilaksanakan dan dikategorikan baik (83.3%), sebagai pembuat keputusan etik didapatkan hasil dengan kategori baik sebanyak (83.3%), sebagai konselor dilakukan dengan kategori baik sebanyak (50%). Dan untuk peran perawat sebagai perencana kesehatan dilaksanakan dengan kategori baik sebanyak (86.7%).

Dari rincian pelaksanaan peran perawat tersebut baik yang dikategorikan “ Baik maupun kategori Cukup,” dapat disimpulkan bahwa peran perawat sangat penting dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak yang manfaatnya dapat


(58)

dirasakan keluarga dan perawat dimana anak lebih tidak ketakutan terhadap tindakan-tindakan medis yang akan dilakukan kepada anak tersebut.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi pendidikan keperawatan

Peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak sangatlah penting untuk mencegah dan meminimalkan rasa cemas yang timbul pada anak yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan. Untuk itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inovasi dan informasi tambahan dalam pendidikan keperawatan agar lebih dipahami dan diimplementasikan di lapangan sebagai perawat professional.

6.2.2 Pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi acuan dan cerminan baru untuk melaksanakan tindakan medis secara komprehensif. Sehingga dapat dicapai mutu pelayanan yang lebih baik dan dapat meningkatkan kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.

6.2.3 Bagi perawat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perawat khususnya perawat anak dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas perannya yang mencakup peran sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan, sehingga semakin dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.


(59)

6.2.4 Bagi penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memiliki bagian jumlah sampel yang lebih besar agar hasilnya lebih representatif. Dan disarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang dampak hospitalisasi pada anak lebih spesifik lagi.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arsial. (2006). Keeperawatan Profesional, dibuka dari .tblog.com//pada tanggal 19 Juni 2010

Bafford, Dkk, (2006), Teori & Praktek Keperawatan, Pendekatan Integral Pada Asuhan Pasien, Jakarta EGC

Beger.K (2003). Pundamentals of nursing colaborating for optimal health. United states oa America; Simon and Schuter Bussiness and professional group.

Dadang. (2006). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Universitas Indonesia/Gaya Baru

Dorothy (1999), Dasar Dasar Riset Keperawatan, Jakarta : EGC

Gunarsa.S.D (2000), Pendekatan Psikologis Terhadap Anak yang dirawat dan sikap orang tua, diakses melalui

Hidayat, A.A 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 1, Salemba Medika, Jakarta

Hidayat.A.A (2000), Pengantar Ilmu Keperawatan, Edisi 1, Jakarta. Salemba Medika

Hidayat, A.A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medica

Kusnanto. S. R. (2007), Hubungan Motivasi Kerja dengan Karakteristik Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Madura, diakses melalui

Mubarak, W. H. (2006). Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto

Mustikasar (2007). Komunikasi dalam pelayanan keperawatan, diakses dari & sid = 139 pada tanggal 28 Juni 2010.

Notoademodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT: Rineka Cipta

Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Dan Bidan),


(61)

Polit & Hungler, (1995), Nursing Research Princip Les & Methods, Philadelphia Lippincot

Potter &Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Volume 1, edisi , EGC Rahmat. J. (2005). Psikologi Komunikasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Roper. N (2002). Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta : Essentia.

Satiadarma,M.P(2001),Persepsi orangtua membentuk perilaku anak : dampak pymalio terhadap keluarga

Setiadi. (2007). Konsep dan Penuisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sofiana.N.A (2004), Analisis Faktor lingkungan dan individu yang mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja perawat (study kasus instalasi rawat inap Rumah Sakit Annisa Cikarang, diakses melalui http://chigili.itb.ac.id/gdl.php?mod:browswe & op ; read & id = jbptsmit – gdl – nooraridas – 86 & 1 = factor pada tanggal 5 juli 2010.

Sujono. R. (2005) Kepuasan Kerja Perawat yang Profesional. Dibuka dari Pada tanggal 15 Juni 2010.

Supartini, Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC

Soediman. (2006 ), The Soediman jurnal of nursin, dibuka dari http//ojc,lib; unair.ac.id/indekx.php/SJN/article/view/1833/

Suan. C.G(2005), Nursing of Jumlah, Diakses dari

1822 pada tanggal 15 Juni 2010

Wong and Whaley’s, 2001, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Remaja

Rosda Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika Zaidin. A(2002), Dasar Dasar Keperawatan Propesional, Jakarta: Widia Medika


(62)

Kode :

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Peran Perawat Dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Di Rumah Sakit Umum di Medan.

Saya yang bernama Evelina simangunsong/ 091121078 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “ Peran Perawat Dalam Pencengahan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Di ruangan Merpati II RSU Herna Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi saudara/I dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi saudara/I dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.

Medan, april 2009

Peneliti, Responden


(63)

KUISIONER PENELITIAN

I. Kuisioner Data Demografi Petunjuk pengisian:

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak pilihan jawaban yangh menurut anda benar.

2. Isilah pernyataan pada kuisioner A (data demografi) sesuai dengan identitas diri anda.

A. DEMOGRAFI

1. Usia : ( ) tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Pendidikan : ( ) SPK

( ) DIII Keperawatan ( ) DIV Perwat Pendidik ( ) S1 Keperawatan 4. Lama Kerja : ( ) Tahun

5. Status : ( ) Menikah ( ) Belum menikah 6. Penghasilan : ( ) < Rp. 500.000,-

( ) Rp. 500.000,- s /d Rp. 1.000.000,- ( ) > Rp. 1.000.000,-


(64)

II. Kuesioner Peran Perawat dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi pada anak di ruangan Merpati II RSU Herna Medan dan di Ruangan Merak RSU Sari Mutiara Medan

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda check list/contreng (√) pada kolom pilihan yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang pernah anda alami.

No. Pertanyaan

Tidak

Pernah Kadang Sering Selalu

1 2 3 4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PEMBELA

Melindungi anak dari rasa takut terhadap tindakan medis atau keperawatan yang diberikan.

Menjaga hubungan baik dengan cara melakukan komunikasi terapeutik dan sikap empatik pada anak.

Bekerjasama dengan keluarga dalam memperoleh hak anak selama dihospitalisasi.

Memodifikasi suasana lingkungan kamar agar perasaan anak merasa nyaman. PENDIDIK

Menjelaskan kepada keluarga tentang prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan pada anak.

Memberikan keterangan kepada keluarga hal-hal yang mempengaruhi kekambuhan penyakit anak.

Menginformasikan kepada keluarga hal-hal apa yang dihindari dari penyakitnya. Menjelaskan kepada keluarga mengenai kondisi penyakit anak.


(65)

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. KONSELOR

Mendengarkan keluhan anak/keluarga tentang masalah yang dihadapi selama menjalani hospitalisasi.

Berdisikusi dengan keluarga tentang hal-hal yang dibutuhkan anak selama anak di hospitalisasi.

Dapat saling bertukar pikiran dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi anak maupun keluarga selama di hospitalisasi.

Membantu keluarga mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi selama anak menjalani perawatan.

KOORDINATOR

Bekerjasama atau berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak.

Bekerjasama dengan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar selama anak dihospitalisasi.

Melibatkan keluarga dalam membantu pemberian tindakan keperawatan pada anak.

Berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh selama anak dihospitalisasi.

PEMBUAT KEPUTUSAN ETIK Menghargai hak keluarga anak

Meminta pengunjung keluar jika jam berkunjung sudah selesai.

Berkolaborasi dengan dokter tentang pengobatan dan perawatan yang diberikan jika keluarga tidak setuju terhadap tindakan yang dilakukan kepada


(66)

20.

21.

22.

23.

24.

anak.

Memutuskan tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada anak.

PERENCANA KESEHATAN

Bekerjasama dengan pihak rumah sakit dalam menciptakan suasana yang nyaman dan bersih.

Berkolaborasi dengan dokter sebelum memberikan tindakan medis maupun keperawatan pada anak selama di hospitalisasi.

Bekerjasama dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang sesuai dengan kondisi anak.

Menyampaikan pendapat tentang hal-hal yang bisa meningkatkan pelayanan kesehatan anak.


(67)

Tabel distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran perawat sebagai pembela:

No Peran perawat sebagai pembela TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

PEMBELA

1 Melindungi anak dari rasa takut 0(0) 1(3) 12(40) 11(57) terhadap tindakan medis atau

keperawatan yang diberikan.

2 Menjaga hubungan baik dengan 1(3) 6(20) 12(40) 11(37) cara melakukan komunikasi terapeutik

dan sikap empatik pada anak.

3 Bekerjasama dengan keluarga 0(0) 9(30) 9(30) 12(40) dalam memperoleh hak anak selama

dihospitalisasi.

4 Memodifikasi suasana lingkungan 0(0) 9(30) 7(23) 13(43) kamar agar perasaan anak merasa


(68)

Tabel Distribusi Frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran perawat sebagai pendidik.

No Peran perawat sebagai pendidik TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

PENDIDIK

1 Menjelaskan kepada keluarga 1(3) 3(10) 13(43) 13(43) tentang prosedur pengobatan dan

perawatan yang diberikan pada anak.

2 Memberikan keterangan kepada 1(3) 4(13) 14(47) 11(37) keluarga hal-hal yang mempengaruhi

kekambuhan penyakit anak.

3 Menginformasikan kepada keluarga 1(3) 6(20) 8(27) 15(50) hal-hal apa yang dihindari dari

penyakitnya.

4 Menjelaskan kepada keluarga 0(0) 3(10) 13(43) 14(47) mengenai kondisi penyakit anak.


(69)

Tabel Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran perawat sebagai konselor.

No Peran perawat sebagai konselor TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

KONSELOR

1 Mendengarkan keluhan anak / keluarga 0(0) 6(20) 14(47) 10(33) tentang masalah yang dihadapi selama

menjalani hospitalisasi.

2 Berdiskusi dengan keluarga tentang 0(0) 8(27) 10(33) 12(40) hal-hal yang dibutuhkan anak selama anak

dihospitalisasi.

3 Dapat saling bertukar pikiran dengan 1(3) 8(27) 14(47) 7(23) keluarga tentang masalah yang

dihadapi anak maupun keluarga selama dihospitalisasi.

4 Membantu keluarga mencari alternatif 2(7) 13(43) 10(33) 5(17) pemecahan masalah yang dihadapi selama


(70)

Tabel Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan peran perawat sebagai koordinator

No Peran perawat sebagai koordinator TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

KOORDINATOR

1 Bekerjasama atau berkolaborasi 0(0) 5(17) 10(33) 15(50) dengan dokter dalam pembrian

asuhan keperawatan pada anak.

2 Bekerjasama dengan keluarga 1(3) 3(10) 16(53) 10(33) dalam pemenuhan kebutuha dasar

selama anak dihospitalisasi.

3 Melibatkan keluarga dalam 0(0) 6(20) 13(43) 11(37) membantu pemberian tindakan

keperawatan pada anak.

4 Berkoordinasi dengan tim kesehatan 0(0) 2(7) 15(50) 13(43) dalam pemberian asuhan

keperawatan yang menyeluruh selama anak dihospitalisasi.


(71)

Tabel Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran perawat sebagai pembuat keputusan etik.

No Peran perawat sebagai pembuat keputusan etik TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

PEMBUAT KEPUTUSAN ETIK

1 Menghargai hak keluarga anak 0(0) 1(3) 14(47) 14(47) 2 Meminta pengunjung keluar jika 1(3) 5(17) 8(27) 16(53)

jam berkunjung sudah selesai.

3 Berkolaborasi dengan dokter tentang 0(0) 1(3) 8(27) 21(0) pengobatan dan perawatan yang diberikan

jika keluarga tidak setuju terhadap tindakan yang dilakukan kepada anak.

4 Memutuskan tindakan keperawatan yang 4(13) 11(37) 8(27) 7(23) akan diberikan kepada anak.

Tabel Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran perawat sebagai perencana kesehatan.

No Peran perawat sebagai perencana kesehatan TP KK SE SL

n(%) n(%) n(%) n(%)

PERENCANA KESEHATAN

1 Bekerjasama dengan pihak rumah sakit dalam 0(0) 4(13) 11(37) 15(50) menciptakan suasana yang nyaman dan bersih.


(1)

Frequencies

Statistics

usia Jeniskelamin Pendidikan Lamabekerja status

Penghas ilan

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 1.17 2.00 2.10 2.40 1.47 1.57

Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid dewasa awal (20-40) 25 83.3 83.3 83.3

dewasa madia (41-54) 5 16.7 16.7 100.0 Total

30 100.0 100.0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid perempuan 30 100.0 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid diploma 28 93.3 93.3 93.3

D4 Perawat Pendidik 1 3.3 3.3 96.7

Sarjana 1 3.3 3.3 100.0


(2)

Lama bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0-3 tahun 6 20.0 20.0 20.0

>3-6 tahun 9 30.0 30.0 50.0 >6-9 tahun 12 40.0 40.0 90.0 >9 tahun 3 10.0 10.0 100.0 Total 30 100.0 100.0

status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid menikah 16 53.3 53.3 53.3

belum menikah 14 46.7 46.7 100.0 Total 30 100.0 100.0

status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid menikah 16 53.3 53.3 53.3

belum menikah 14 46.7 46.7 100.0 Total 30 100.0 100.0


(3)

(4)

(5)

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

PROPOSAL

Biaya kertas dan tinta print proposal Rp. 100.000 Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 10.000

Beli Buku Rp. 300.000

Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

Internet Rp. 50.000

PENGUMPULAN DATA

Izin penelitian Rp. 100.000

Transportasi Rp. 100.000

Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 60.000 ANALISA DATA DANN PENYUSUNAN LAPORAN

Biaya print Rp. 100.000

Penjilidan Rp. 80.000

Penggandaan laporan penelitian Rp. 150.000


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evelina Simangunsong

Tempat/ tanggal lahir : Porsea 6 Agustus 1987

Jenis kelamin : Wanita

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Narumonda IV Kecamatan Siantar Narumonda

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri. 173637 Narumonda

2. SMP 1 Narumonda

3. SMU Bintang Timur Balige

4. Akademi Keperawatan Herna Medan

5. Fakultas Keperawatan USU Medan