Analisis Usaha Tani Dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)

1

ANALISIS USAHA TANI DAN PEMASARAN ANTHURIUM
GELOMBANG CINTA
( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :
NENCY VERAWATY S.
040304014
AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


2

ANALISIS USAHA TANI DAN PEMASARAN ANTHURIUM
GELOMBANG CINTA
SKRIPSI

Oleh :
NENCY VERAWATY S.
040304014
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Menyetujui,
Komisi Pembingbing

Ketua,

Ir. A.T.Hutajulu, MS
Nip : 130877998


Anggota,

Ir.Hasudungan Butar-butar,MSi

Nip : 131639808

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRAK
Nency Verawaty Siahaan, dengan judul skripsi Analisis Usahatani dan
Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta , Studi Kasus di Desa Bangun Sari

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah
bimbingan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Hasudungan Butar Butar, MSi selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Kecamatan Tanjung
Morawa. Daerah penelitian ditentukan secara purpossive dengan dasar
pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengusaha usahatani Anthurium
Gelombang Cinta dengan jumlah populasi petani sebanyak 10 KK dengan luas
lahan rata rata 75 m2 / KK dan jumlah produksi rata rata 881.5 pot / KK /
tahun, dan penarikan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu seluruh
pengusaha ( pemilik usahatani ) Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun
Sari dijadikan sampel.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Penelitian ini memiliki beberapa identifikasi masalah yang dianalisis dengan
metode analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriftif dan dan analisis tabulasi
sederhana untuk menghitung curahan tenaga kerja, biaya produksi, penerimaan
pendapatan dan efisiensi pemasaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa :
1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian
sudah intensif dengan teknik perbanyakan melalui biji dan pemeliharaan yang
baik.

2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta memberi kesempatan kerja kepada
tenaga kerja yang terdapat di daerah penelitian. sebesar 235, 12 HKP per
petani dan 133,37 HKP per 500 pot
3. Total biaya produksi untuk usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini adalah
sebesar Rp. 26.382.168,75 per petani dan Rp. 14.964.361,17 per 500 pot.
Adapun komponen biaya produksi terdiri dari biaya sarana produksi, biaya
tenaga kerja, biaya lahan dan biaya penyusutan antara lain :
 Biaya sarana produksi usahatani Anthurium Gelombang Cinta
adalah sebesar 68,02 % per petani dan 68,02 % per 500 pot.
 Biaya tenaga kerja usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah
sebesar 22,28 % per petani dan 22,27 % per 500 pot.
 Biaya lahan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar
Rp. 4,27 % per petani dan 4,26 % per 500 pot.
 Biaya penyusutan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah
sebesar 5,44 % per petani dan 5,43 % per 500 pot.
4. Total penerimaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah
sebesar Rp. 57.802.500 per petani dan Rp. 32.786.443,56 per 500 pot dan
pendapatan bersih usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah
sebesar Rp. 31.420.331,25 per petani dan Rp. 17.822.082,39 per 500 pot.
5. Saluran pemasaran pada pemasaran Anthurium Gelombang Cinta yaitu

saluran dimana petani langsung menjual ke konsumen.
6. Besarnya biaya pemasaran pada usahatani Anthurium Gelombang Cinta yang
berumur 3 4 bulan sebesar Rp. 5.950 per pot, tanaman yang berumur 5 6

Universitas Sumatera Utara

ii
bulan sebesar Rp. 7.800 per pot , tanaman yang berumur 7 9 bulan sebesar
Rp. 10.340 per pot dan tanaman yang berumur 10
12 bulan sebesar
Rp. 12.500 per pot.
7. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian efisien dimana
tingkat efisiensinya lebih kecil dari 50 %.
8. Masalah yang dihadapi pengusaha dalam usahatani Anthurium Gelombang
Cinta di daerah penelitian adalah terbatasnya modal untuk membangun rumah
kasa dan sulitnya dalam penyediaan pupuk dan obat obatan. Masalah dalam
pemasaran antara lain harga Anthurium Gelombang Cinta mahal maka
peminat atau konsumen Anthurium Gelombang Cinta terbatas dan Anthurium
Gelombang Cinta ini belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga
pemasarannya kurang lancar.

9. Upaya untuk mengatasi masalah usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini
adalah petani ini meminjam modal kepada bank, lembaga perkreditan ataupun
kerabat dan terdapat jalinan kerjasama antara petani dan pedagang anthurium
tersebut dan pembentukan koperasi bagi pemilik usahatani. Upaya dalam
masalah pemasaran melakukan promosi dan mengikuti pameran tanaman hias
yang dilakukan Dinas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara

iii

RIWAYAT HIDUP
Nency Verawaty Siahaan lahir pada tanggal 22 Januari 1986 di
Rantau Prapat, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
E. Siahaan dan Ibunda T. Simorangkir.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1.

Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Santo Antonius Medan, dan tamat
tahun 1998.


2.

Tahun 1998 masuk Sekolah Menegah Pertama Santo Thomas 1 Medan dan
tamat tahun 2001.

3.

Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 1 Medan dan
tamat tahun 2004.

4.

Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.

5.

Bulan Juli 2008 melaksanakan PKL di Desa Nagasaribu Kecamatan
Pamatang Silimahuta Kabupaten Simalungun.


6.

Bulan April 2008 melakukan penelitian di Desa Bagun Sari Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala barkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, menyelesaikan masa
perkulihan dan dapat menyelesaikan skrisi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul

Analisis Usahatani dan Pemasaran Anthurium

Gelombang Cinta yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar

besarnya

kepada :
1.

Ibu Ir. A.T. Hutajulu, MS, selaku Ketua Komisi pembimbing yang telah
memberi bimbingan dan arahan serta saran

saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.
2.

Bapak Ir. Hasudungan Butar

Butar MSi, selaku Anggota Komisi


pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan serta saran

saran

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. .
3.

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian.

4.

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian

5.

Seluruh Staf Pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian.


Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................
Identifikasi Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Kegunaan Penelitian .............................................................................

1
7
8
9

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka ..................................................................................
Landasan Teori .....................................................................................
Kerangka Pemikiran.............................................................................
Hipotesis Penelitian...............................................................................
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................
Metode Pengumpulan Data..................................................................
Metode Pegambilan Sampel .................................................................
Metode Analisis Data ............................................................................
Defenisi dan Batasan Operasional.......................................................

10
15
21
24

25
25
25
26
28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI
SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian................................................................. 30
Karakteritik Petani Sampel ................................................................. 35

Universitas Sumatera Utara

vi
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta ...................... 37
Kesempatan Kerja ................................................................................ 48
Biaya Produksi ...................................................................................... 49
Penerimaan Dan Pendapatan Bersih Usahatani ................................ 54
Saluran Pemasaran ............................................................................... 57
Sistem Pemasaran ................................................................................. 59
Masalah Masalah ............................................................................... 61
Upaya Upaya ...................................................................................... 62

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................ 63
Saran ...................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR TABEL
No

Keterangan

Halaman

1

Spesifikasi Pengumpulan Data

26

2

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Desa Bangun Sari Tahun 2007

31

3

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata
Pencaharian di Desa Bangun Sari Tahun 2007

32

4

Distribusi
Penduduk
Menurut
Tingkat
Pendidikan Formal di Desa Bangun Sari 2007

32

5

Distribusi Luas Wilayah dan Penggunaan
Tanah di Desa Bangun Sari Tahun 2007

33

6

Sarana Dan Prasarana di Desa Bangun Sari
Tahun 2007

34

7

Karakteristik Petani Bunga Anthurium
Gelombang Cinta di Desa Bangun Sari Tahun
2007

35

8

Perbandingan
Pengelolaan
Anthurium
Gelombang Cinta Antara Anjuran Literatur
Dengan Keadaan Di Daerah Penelitian

46

9

Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Anthurium Gelombang Cinta Per Petani
Selama 1 Tahun

48

10

Biaya Lahan Pada Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta

50

11

Biaya Sarana Produksi Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot
Selama 1 Tahun

50

12

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot
Selama 1 Tahun

51

Universitas Sumatera Utara

viii
13

Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani
Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan
Per 500 Pot Selama 1 Tahun

52

14

Total Biaya Produksi Pada Usahatani
Anthurium Gelombang Cinta Per Petani dan
Per 500 Pot

53

15

Total Penerimaan Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta Selama 1 Tahun

54

16

Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta Per Petani dan Per 500 Pot
Selama 1 Tahun

55

17

Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium
Gelombang Cinta Menurut Umur Selama 1
Tahun

56

18

Total Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang
Cinta Per Pot pada Pedagang Perantara

59

Universitas Sumatera Utara

ix

DAFTAR GAMBAR
No

Keterangan

Halaman
23

1

Skema Kerangka Pemikiran

2

Tongkol Anthurium Gelombang Cinta yang
Sudah Masak Buahnya

39

3

Buah Anthurium Gelombang Cinta Ditekan
untuk Mengeluarkan Bijinya

39

4

Biji Anthurium Gelombang Cinta

40

5

Biji yang Disemaikan

40

6

Biji yang Sudah Selesai Disemai

41

7

Biji yang Sudah Berkecambah

41

8

Anthurium Gelombang Cinta Berumur 3
Bulan

4

44

9

Anthurium Gelombang Cinta Berumur 5
Bulan

6

44

10

Anthurium Gelombang Cinta Berumur 7
Bulan

9

45

11

Anthurium Gelombang Cinta Berumur 10
Bulan

12

45

12

Skema Saluran Pemasaran

58

Universitas Sumatera Utara

x

DAFTAR LAMPIRAN
No

Keterangan

1

Karakteristik Petani Sampel Di Daerah Penelitian Tahun 2007

2

Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani dan Per 500 Pot Di Desa Bangun Sari Selama 1 Tahun

2a

Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Di Desa Bangun Sari Selama 3 4 Bulan

2b

Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Di Desa Bangun Sari Selama 5 6 Bulan

2c

Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Di Desa Bangun Sari Selama 7 9 Bulan

2d

Sarana Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Di Desa Bangun Sari Selama 10 12 Bulan

3

Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani dan Per 500 Pot
Di Desa Bangun Sari Selama 1 Tahun

3a

Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun
Sari Selama 3 4 Bulan

3b

Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun
Sari Selama 5 6 Bulan

3c

Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun
Sari Selama 7 9 Bulan

3d

Biaya Sarana Produksi Usahatani Per Petani Di Desa Bangun
Sari Selama 10 12 Bulan

4

Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

4a

Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 3 4 Bulan

4b

Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 5 6 Bulan

4c

Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 7 9 Bulan

Universitas Sumatera Utara

xi

4d

Curahan Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 10 12 Bulan

5

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

5a

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 3 4 Bulan

5b

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 5 6 Bulan

5c

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 7 9 Bulan

5d

Biaya Tenaga Kerja Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 10 12 Bulan

6

Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

6a

Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Selama 3 4 Bulan

6b

Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Selama 5 6 Bulan

6c

Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Selama 7 9 Bulan

6d

Biaya Penyusutan Usahatani Anthurium Gelombang Cinta Per
Petani Selama 10 12 Bulan

7

Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

7a

Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 3 4 Bulan

7b

Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 5 6 Bulan

7c

Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 7 9 Bulan

7d

Total Biaya Produksi Usahatani Anthurium Gelombang Cinta
Per Petani Selama 10 12 Bulan

Universitas Sumatera Utara

xii

8

Produksi Dan Penerimaan Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

9

Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani dan Per 500 Pot Selama 1 Tahun

9a

Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani Selama 3 4 Bulan

9b

Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani Selama 5 6 Bulan

9c

Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani Selama 7 9 Bulan

9d

Total Pendapatan Bersih Usahatani Anthurium Gelombang
Cinta Per Petani Selama 10 12 Bulan

10

Sistem Pemasaran Pada Saluran I Dari Petani ke Pedagang
Perantara Per Petani

11

Sistem Pemasaran Pada Saluran II Dari Pedagang ke
Konsumen Per Petani

12

Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada
Saluran I Produksi Umur 3 4 Bulan

13

Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada
Saluran I Produksi Umur 5 6 Bulan

14

Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada
Saluran I Produksi Umur 7 9 Bulan

15

Biaya Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta Per Pot Pada
Saluran I Produksi Umur 10 12 Bulan

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRAK
Nency Verawaty Siahaan, dengan judul skripsi Analisis Usahatani dan
Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta , Studi Kasus di Desa Bangun Sari
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah
bimbingan Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Hasudungan Butar Butar, MSi selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Kecamatan Tanjung
Morawa. Daerah penelitian ditentukan secara purpossive dengan dasar
pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat pengusaha usahatani Anthurium
Gelombang Cinta dengan jumlah populasi petani sebanyak 10 KK dengan luas
lahan rata rata 75 m2 / KK dan jumlah produksi rata rata 881.5 pot / KK /
tahun, dan penarikan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu seluruh
pengusaha ( pemilik usahatani ) Anthurium Gelombang Cinta di Desa Bangun
Sari dijadikan sampel.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Penelitian ini memiliki beberapa identifikasi masalah yang dianalisis dengan
metode analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriftif dan dan analisis tabulasi
sederhana untuk menghitung curahan tenaga kerja, biaya produksi, penerimaan
pendapatan dan efisiensi pemasaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa :
1. Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian
sudah intensif dengan teknik perbanyakan melalui biji dan pemeliharaan yang
baik.
2. Usahatani Anthurium Gelombang Cinta memberi kesempatan kerja kepada
tenaga kerja yang terdapat di daerah penelitian. sebesar 235, 12 HKP per
petani dan 133,37 HKP per 500 pot
3. Total biaya produksi untuk usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini adalah
sebesar Rp. 26.382.168,75 per petani dan Rp. 14.964.361,17 per 500 pot.
Adapun komponen biaya produksi terdiri dari biaya sarana produksi, biaya
tenaga kerja, biaya lahan dan biaya penyusutan antara lain :
 Biaya sarana produksi usahatani Anthurium Gelombang Cinta
adalah sebesar 68,02 % per petani dan 68,02 % per 500 pot.
 Biaya tenaga kerja usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah
sebesar 22,28 % per petani dan 22,27 % per 500 pot.
 Biaya lahan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah sebesar
Rp. 4,27 % per petani dan 4,26 % per 500 pot.
 Biaya penyusutan usahatani Anthurium Gelombang Cinta adalah
sebesar 5,44 % per petani dan 5,43 % per 500 pot.
4. Total penerimaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah
sebesar Rp. 57.802.500 per petani dan Rp. 32.786.443,56 per 500 pot dan
pendapatan bersih usahatani Anthurium Gelombang Cinta per tahun adalah
sebesar Rp. 31.420.331,25 per petani dan Rp. 17.822.082,39 per 500 pot.
5. Saluran pemasaran pada pemasaran Anthurium Gelombang Cinta yaitu
saluran dimana petani langsung menjual ke konsumen.
6. Besarnya biaya pemasaran pada usahatani Anthurium Gelombang Cinta yang
berumur 3 4 bulan sebesar Rp. 5.950 per pot, tanaman yang berumur 5 6

Universitas Sumatera Utara

ii
bulan sebesar Rp. 7.800 per pot , tanaman yang berumur 7 9 bulan sebesar
Rp. 10.340 per pot dan tanaman yang berumur 10
12 bulan sebesar
Rp. 12.500 per pot.
7. Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian efisien dimana
tingkat efisiensinya lebih kecil dari 50 %.
8. Masalah yang dihadapi pengusaha dalam usahatani Anthurium Gelombang
Cinta di daerah penelitian adalah terbatasnya modal untuk membangun rumah
kasa dan sulitnya dalam penyediaan pupuk dan obat obatan. Masalah dalam
pemasaran antara lain harga Anthurium Gelombang Cinta mahal maka
peminat atau konsumen Anthurium Gelombang Cinta terbatas dan Anthurium
Gelombang Cinta ini belum banyak dikenal masyarakat luas sehingga
pemasarannya kurang lancar.
9. Upaya untuk mengatasi masalah usahatani Anthurium Gelombang Cinta ini
adalah petani ini meminjam modal kepada bank, lembaga perkreditan ataupun
kerabat dan terdapat jalinan kerjasama antara petani dan pedagang anthurium
tersebut dan pembentukan koperasi bagi pemilik usahatani. Upaya dalam
masalah pemasaran melakukan promosi dan mengikuti pameran tanaman hias
yang dilakukan Dinas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara

11

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias merupakan tumbuhan yang biasa ditanam orang sebagai
hiasan. Umumnya pengertian hiasan adalah hiasan di halaman rumah, dalam
rumah, atau taman

taman umum, oleh karena ditanam di rumah atau ditanam di

rumah atau taman, otomatis ukuran tanaman tidak terlalu besar dan rimbun. Pada
umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias bunga dan
tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias dengan bagian
bunga yang menarik. Adapun tanaman hias daun merupakan tanaman dengan
daun yang menarik. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa organ daun terdiri dari
pelepah, tangkai, dan helaian, oleh karena itu tanaman yang mempunyai pelepah
menarik ( Prihmantoro, 1997 : 2 ).
Jumlah tanaman hias daun tidak dapat dihitung secara pasti karena makin
banyak tumbuhan liar yang kini digolongkan menjadi tanaman hias. Selain
tanaman liar, tanaman yang didatangkan dari luar negeri atau impor pun akan
menambah kekayaan jenis tanaman hias di suatu daerah. Belum lagi hibrida atau
hasil silangan tanaman yang kini banyak dihasilkan berkat campur tangan
manusia. Itulah sebabnya jumlah tanaman hias daun akan senantiasa bertambah
( Trubus, 1998 : 4 ).
Bagi penggemar tanaman hias di Indonesia, anthurium bukanlah nama
yang asing. Sudah cukup lama tanaman dari keluarga Araceae atau talas

talasan

ini dikenal, terutama sebagai tanaman hias indoor atau dalam ruangan.
Membicarakan anthurium biasanya yang langsung terbayang dalam benak adalah

Universitas Sumatera Utara

2
tanaman yang berdaun mirip talas dengan bunga berbentuk unik, seperti telapak
tangan membuka berwarna merah cerah dan sebentuk lilin batangan di tengahnya
atau tanaman dengan bentuk daun seperti jantung hati, berwarna hijau
bergaris

garis putih membentuk tulang daun. ( Tanjung dan Agus, 2007 : 1 ).

Anthurium, nama tanaman hias yang satu ini kini begitu fenomenal di
jagad bisnis tanaman hias. Padahal, tanaman dari keluarga Araceae ini tiga tahun
lalu tidak terdengar gaungnya. Tanaman berdaun kekar ini masih dianggap kalah
bersaing dengan tanaman

tanaman hias yang sudah populer sebelumnya, seperti

adenium, aglonema, dan euphorbia. Hanya beberapa orang yang tertarik dengan
keelokan daunya yang lebar dan tebal ( Junaedhie, 2007 : 4 ).
Anthurium adalah satu genus dari keluarga Araceae atau talas

talasan.

Tanaman ini berkerabat sangat dengan caladium, aglonema, dieffenbachia,
monstera, philodendron, scindapsus dan syngonium. Kata anthurium berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ekor. Hal ini karena bunga anthurium berbentuk
seperti ekor, mencuat dari tengah
mencolok. Di negara

tengah kelopak bunga yang warnanya

negara Eropa anthurium disebut juga pigtail plant atau tail

olant, alias bunga ekor ( Setiawan dan Agus, 2007 : 9 ).
Sebelumnya, anthurium daun termasuk tanaman yang bisa dikatakan
langka. Hanya kalangan tertentu yang memilikinya terutama mereka yang rumah
dan halamannya luas. Hal ini sangat beralasan karena sosok anthurium bisa
meraksasa. Konon jika dipajang di rumah, anthurium dapat menghadirkan kesan
eksklusif dan beribawa. Namun, bagi yang rumahnya berhalaman sempit jangan
memajangnya di dalam rumah. Ruangan dalam rumah akan habis hanya untuk
memajang satu atau dua anthurium ( Lanny, 2007 : 4 ).

Universitas Sumatera Utara

3
Daya tarik anthurium daun sebagai tanaman hias sudah tentu kerena
bentuk daunnya yang indah, beragam dan ukurannya yang besar. Daun
yang lebar berdaun hijau dan juga tebal. Urat
Daun

daunnya

urat daunnya tampak sangat jelas.

daun anthurium membentuk roset atau lingkaran yang rapat, bentuk daun

anthurium yang sangat indah dan berukuran besar tampak spektakuler
( Arie, 2007 : 4 ).
Anthurium dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu anthurium
berbunga cantik dan anthurium berdaun indah yang masing

masing terdiri atas

puluhan bahkan ratusan jenis. Karena ada lima ratusan jenis anthurium spesies
alam untuk pengenalannya akan lebih mudah dikelompokan berdasarkan bentuk
daunnya yakni anthurium berdaun jantung hati dan anthurium berdaun oval
( Tanjung dan Agus, 2007 : 5 ).
Anthurium berdaun jantung hati memiliki daun bulat seperti jantung hati.
Ukuran daunnya ada yang hanya selebar telapak tangan orang dewasa hingga
bergaris tengah 30 cm. Yang termasuk jenis ini antara lain Anthurium
macrophyllum, Anthurium concorde, Anthurium corong dan Anthurium daun
sirih. Anthurium berdaun oval memiliki daun berbentuk oval atau bulat telur
dengan tepi rata atau bergelombang, misalnya Anthurium hookeri, Anthurium
crassinervium,

Anthurium

jenmanii

dan

Anthurium

Gelombang

Cinta

( Tanjung dan Agus, 2007 : 10 ).
Anthurium Gelombang Cinta adalah salah satu jenis anthurium. Dalam
bahasa botaninya disebut Anthurium polwmanii . Dalam bahasa pasar dipanggil
gelombang cinta. Hal ini karena penampilan daunnya yang meliuk
gelombang

dan

mempunyai

kesan

membentuk

liuk seperti

imajinasi

cinta.

Universitas Sumatera Utara

4
Anthurium Gelombang Cinta ini mempunyai inner beauty, suatu kecantikan yang
berasal dari dalam . Inner beauty akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pengaruh konkretnya membuat tanaman menjadi
sehat. Daun Anthurium Gelombang Cinta ini rajin mengeluarkan minyak.
Kelenjar minyak ini membuat

daun

daunnya tampak berkilauan secara alami

( Tim Florihias, 2007 : 2 ).
Anthurium Gelombang Cinta ini cukup terkenal karena umurnya tergolong
panjang. Anthurium indukan yang memiliki jumlah daun lebih dari 20 daun bisa
berumur belasan hingga puluhan tahun. Betapa jauh waktu terbentang sejak
tanaman

ini

berbentuk

biji

hingga

menjadi

tanaman

indukan

( Junaedhie, 2007 : 56 ).
Biji, anakan, Anthurium dewasa dan indukan sama

sama mendatangkan

pendapatan yang berlimpah pada pemiliknya. Dampak nyata dari naiknya
tanaman hias ini adalah lahirnya jutawan

jutawan baru dari membudidayakan

dan memperdagangkan tanaman hias ini. Kesuksesan budidaya dan bisnis
Anthurium Gelombang Cinta tidak terlepas dari keberhasilan perbanyakannya.
Sistem dan teknik perbanyakan Anthurium ini menjadi salah satu kunci untuk
menghasilkan tanaman anthurium

anthurium yang berkualitas dalam usaha tani

Anthurium Gelombang Cinta ( Setiawan dan Agus, 2007 ).
Sektor pertanian sejak awal masa pembangunan merupakan sektor yang
mampu menyerap tenaga kerja yang paling besar. Mungkin hal tersebut lebih
disebabkan oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan beroperasi
sebagai petani. Penurunan kemampuan penyerapan tenaga kerja ternyata tidak
mengurangi pertambahan tenaga kerja di sektor pertanian melainkan menambah

Universitas Sumatera Utara

5
jumlah tenaga kerjanya. Ketersediaan tenaga kerja pertanian sangat besar dan
tidak terbatas ( Tim Penulis, 1995 : 76 ).
Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu
sendiri. Pengusaha tanaman hias yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga
kerja yang sedikit dan dapat dipenuhi oleh anggota keluarga sendiri. Namun untuk
pengusaha tanaman hias yang besar dan dilakukan secara intensif, penggunaan
tenaga kerja dari luar mutlak diperlukan.( Rahardi, dkk, 1994 : 12 ).
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,
baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya
produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, modal, biaya sarana produksi
untuk bibit, pupuk dan obat

obatan serta sejumlah tenaga kerja. Total

pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam
suatu proses produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produk fisik
dikalikan dengan harga produksinya ( Soekartawi, 1993 : 58 ).
Situasi pasar Anthurium Gelombang Cinta sekarang ini, baik kaum hobiis
maupun pebisnis sama
varian

sama maju. Para hobiis memburu anthurium ini dengan

varian barunya dan juga membidik Anthurium Gelombang Cinta,

sedangkan pebisnis membuka usaha bisnis Anthurium Gelombang Cinta ini. Ada
tiga segmen pasar yang dibidik. Pasar pembenihan, mereka sengaja membeli
indukan lalu nantinya menjual biji Anthurium Gelombang Cinta ini. Kemudian
pasar pembibitan, dimana mereka sengaja membibitkan Anthurium Gelombang
Cinta ini sampai Anthurium Gelombang Cinta ini berdaun 2

3 helai. Terakhir

segmen pasar pembesaran, mereka memelihara bibit beberapa waktu dan nantinya
dilempar ke pasar ( Tim Florihias, 2007 : 3 ).

Universitas Sumatera Utara

6
Pemasaran tercakup semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha
memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/ tata niaganya. Pasar dapat
diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan
mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha tanaman hias, pasar merupakan
tempat melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar dalam
usaha tani tanaman hias, seperti pasar khusus yang terdiri dari hotel, restoran,
rumah tangga, florist, dan pengsaha rental. Selain itu masih ada saluran distribusi
lain, seperti pasar swalayan, koperasi dan eksportir ( Soekartawi, 1993 : 94 ).
Sebelum sampai di tangan konsumen, produk dari usaha tani tanaman hias
hampir selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk dari produsen
dengan atau tanpa perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan
istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga. Tanaman hias dalam pot dijual
dengan jalur pemasaran yang sederhana, yaitu langsung ke konsumen atau melalui
perantara ( Rahardi, 1994 : 38 ).
Daerah yang mengusahakan Anthurium Gelombang Cinta ini paling
banyak di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang berdasarkan survey yang telah dilakukan. Selain di Desa Bangun Sari
masih ada yang mengusahakan Anthurium Gelombang Cinta tetapi menyebar
sehingga jumlahnya sedikit. Di Desa Bangun Sari terdapat sepuluh KK yang
mengusahakan Anthurium Gelombang Cinta. Usaha tani Anthurium Gelombang
Cinta ini sudah berjalan 1,95 tahun di Desa Bangun Sari.

Universitas Sumatera Utara

7
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah
penelitian ?
2. Seberapa besar kesempatan kerja yang tercipta dalam usaha tani
Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?
3. Berapa besar biaya produksi dalam usaha tani Anthurium Gelombang
Cinta di daerah penelitian ?
4. Berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani Anthurium
Gelombang Cinta di daerah penelitian ?
5. Bagaimana saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah
penelitian ?
6. Apakah sistem pemasaran Anthurium Gelombang Cinta sudah efisien di
daerah penelitian ?
7. Apa saja masalah

masalah yang dihadapi dalam usaha tani dan

pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian ?
8. Apa

saja

masalah

upaya

upaya

yang

dilakukan

dalam

mengatasi

masalah dalam usaha tani dan pemasaran Anthurium

Gelombang Cinta di daerah penelitian ?

Universitas Sumatera Utara

8
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui pengelolaan usaha tani Anthurium Gelombang Cinta di
daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui besarnya kesempatan kerja yang tercipta dalam usaha
tani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi dalam usaha tani Anthurium
Gelombang Cinta di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui besarnya penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani
Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di
daerah penelitian.
6. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di
daerah penelitian.
7. Untuk mengetahui masalah

masalah yang dihadapi dalam usaha tani dan

pemasaran Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian.
8. Untuk mengetahui upaya
masalah

upaya yang dilakukan dalam mengatasi

masalah dalam usaha tani dan pemasaran Anthurium

Gelombang Cinta di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

9
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian ini.
2. Sebagai bahan informasi bagi bagi petani dalam pengembangan usaha tani
dan pemasaran Anthurium Gelombang Cinta.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

10

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka
Anthurium Gelombang Cinta diperkirakan berasal dari Amerika Tengah
dan Amerika Selatan yang beriklim tropis. Di habitat aslinya, Anthurium
Gelombang Cinta hidup di bawah naungan atau tajuk pepohonan hutan.
Anthurium Gelombang Cinta ini diduga dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa
dan merupakan tanaman kesukaan istri

istri pejabat kolonial karena penampilan

bunganya yang elok dan berwarna ( Setiawan dan Agus, 2007 ).
Anthurium Gelombang cinta atau Anthurium polwmanii memiliki
klasifikasi botani sebagai berikut
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Araceales

Famili

: Araceae

Genus

: Anthurium

Spesies

: Anthurium polwmanii

( Tim Florihias, 2007 : 15 ).
Bentuk daun Anthurium Gelombang Cinta bergelombang rapat dan
keriting dengan permukaan mengkilap. Tekstur daunnya tebal dan tegas, bila
daunnya dipegang akan terasa lebih tebal. Warna daun Anthurium Gelombang
Cinta ini hijau pekat dengan urat

urat daunnya yang menonjol. Daunnya ini

ditopang tangkai yang pendek atau batang daun pendek, karena jarak antara

Universitas Sumatera Utara

11
tangkai daun dengan pangkal daunnya pendek. Arah pertumbuhan daun
Anthurium Gelombang Cinta ini mengarah ke atas ( Lanny, 2007 : 10 ).
Bunga pada Anthurium Gelombang Cinta ini sebenarnya adalah seludung
yang tumbuh sedemikian rupa sehingga menyerupai kelopak bunga. Bentuknya
seperti tongkol jagung berukuran kecil
yang mencuat di tengah

kecil memanjang menempel pada tangkai

tengah seludung. Bunga Anthurium Gelombang Cinta

ini terdiri atas tangkai, mahlota, dan tongkol. Bunga Anthurium Gelombang Cinta
tergolong bunga berumah satu. Artinya, baik bunga jantan ( tepung sari ) maupun
bunga betina ( putik ) berada dalam satu bunga ( Setiawan dan Agus, 2007 ).
Akar Anthurium Gelombang Cinta disebut akar serabut sedikit liar, warna
putih kehijauan. Akar pada batangnya menyembul ke atas permukaan media.
Buah Anthurium Gelombang Cinta berwarna merah dimana di dalam buah akan
terdapat biji

biji. Biji

biji yang segar berbentuk gembung, sedangkan biji yang

sudah tua akan kisut. Satu tongkol berisi 1000 sampai 2000 biji. Namun ada
tongkol yang panjangnya hingga 30

40 cm, tongkol yang sebesar lengan tangan

orang dewasa ini berisi 7000 biji ( Tim Florihias, 2007 : 17 ).
Anthurium Gelombang Cinta cukup sensitif terhadap kebutuhan sinar
matahari. Daunnya terlihat pucat dan lemas bila kekurangan sinar matahari.
Namun sebaliknya, bila daun terkena sinar matahari dalam tempo lama setiap
harinya, akibatnya daun Anthurium Gelombang Cinta menjadi kepucatan,
memutih, ada titik

titik terbakar dan bahkan terbakar total. Jadi lingkungan

sekitarnya diharapkan bersuasana semi teduh. Karena itu dibutuhkan naungan atau
paranet agar sinar matahari tidak langsung menerpanya sepanjang hari
( Junaedhie, 2000).

Universitas Sumatera Utara

12
Kebutuhan suhu berkaitan langsung dengan pembentukan klorofil.
Klorofil inilah yang membuat penampilan daun tampak hijau segar. Suhu yang
ideal sekitar 24º - 28 º Celcius siang hari dan 18º - 21º Celcius malam hari.
Anthurium Gelombang Cinta menyukai kelembapan tinggi seputar 70

80 %.

Jika kelembapan diatas 80 %, akan mengundang penyakit pada Anthurium
Gelombang Cinta ini. Sebaliknya, jika kelembapan dibawah 70 %, akan
menyebabkan Anthurium ini cepat layu ( Tim Florihias, 2007 : 46 ).
Media tanam yang lazim dipakai untuk menanam gelombang cinta berupa
campuran pakis, arang sekam, cocopeat dan pasir malang. Pakis dipakai sebagai
campuran media untuk menjaga media tetap porous. Maksudnya disini adalah air
tidak menggenang. Jika air menggenang akan menyebabkan pembusukan akar.
Sebelum pakis digunakan sebaiknya pakis dicuci bersih kemudian disiram air
mendidih dan ditutup 1

2 jam. Arang sekam berasal dari pembakaran sekam

padi kering. Arang sekam sebagai salah satu campuran media karena aerasi
udaranya baik. Pasir malang juga sebagai campuran media karena sifatnya porous
atau mampu menyerap air. Cocopeat adalah serbuk sabut kelapa merupakan
campuran media tanam ( Arie, 2007 ).
Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta dapat dilakukan secara
generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif adalah pengembangan tanaman
melalui perkawinan atau penyerbukan. Perbanyakan generatif dimulai dari proses
penyerbukan dan penyemaian biji. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif
adalah pengembangan tanaman diluar perkawinan atau penyerbukan. Perbanyakan
vegetatif dapat dilakukan dengan cara split anakan, pemotongan induk, dan stek
bonggol ( Tanjung dan Agus, 2007 : 46 ).

Universitas Sumatera Utara

13
Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara generatif lebih disukai
para pemilik usaha tani karena dengan cara ini dihasilkan ratusan tanaman muda.
Besarnya jumlah tanaman muda yang dihasilkan karena dalam sebuah tongkol
atau spadiks hasil penyerbukan bisa berisi 500

1000 biji. Dengan tingkat

kegagalan perkecambahan hanya 15 % dari 1000 biji akan dihasilkan 850 tanaman
muda ( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).
Kematangan buah sangat berpengaruh terhadap tingkat perkecambahan.
Buah yang matang benar tingkat perkecambahan bijinya bisa mencapai 85

90 %

dan akan berkecambah dalam waktu 2 minggu setelah semai. Sedangkan buah
yang belum matang, selain tingkat perkecambahan biji rendah juga baru bisa
berkecambah setelah 3

4 minggu disemai. Karena itu gunakan buah yang

matang

yang

benar.

Buah

matang

bisa

diketahui

dari

warnanya

( Tanjung dan Agus, 2007 : 37 ).
Buah

buah Anthurium Gelombang Cinta yang sudah matang kemudian

ditekan agar bijinya terpisah dari daging buah dan bisa segera disemaikan di atas
media semai yang telah disiapkan. Banyak jenis media semai yang bisa digunakan
untuk menyemaikan Anthurium Gelombang Cinta antara lain cacahan pakis,
sekam bakar, cocopeat, pasir halus, humus bamboo, dan humus eceng gondok
( Setiawan dan Agus, 2007 : 22 ).
Apapun media semai yang digunakan kemudian dimasukan ke dalam
wadah semai atau pot bermulut lebar, bisa menggunakan bak plastik. Buat lubang
di dasar wadah untuk mengalirkan air siraman dan taruh pecahan arang sebagai
drainasenya. Sesudah itu masukan media tanam sampai 2/3 ketinggian wadah,
padat dan ratakan (Tanjung dan Agus, 2007 : 38 ).

Universitas Sumatera Utara

14
Untuk mengurangi penguapan, bagian atas media semai ditutup plastik
bening bening. Selain agar tetap lembap penutupan ini juga membuat suhu media
semai hangat sehingga akan mempercepat perkecambahan . Selama biji belum
berkecambah, media semai harus dijaga kelembapannya dengan cara penyiraman.
Sebulan kemudian biji

biji biasanya segera berkecambah dan tutup plastik bisa

diambil (Tanjung dan Agus, 2007 : 40 ).
Perbanyakan Anthurium Gelombang Cinta secara vegetatif akan
menghasilkan daun

daun yang ukuranya hampir sama dengan induknya dan

tanaman baru tumbuh lebih cepat karena pada dasarnya tanaman tersebut memang
telah dewasa. Kelemahannya, tanaman muda yang dihasilkan jumlahnya hanya
sedikit

maksimum

empat

buah

dalam

sekali

perbanyakan

( Setiawan dan Agus, 2007 : 40 ).
Anthurium Gelombang cinta yang telah dewasa biasanya menghasilkan
anakan. Sebaiknya anakan itu dipisahkan ( di split ) dari induknya. Anakan
tersebut sekurang

kurangnya memiliki tiga daun dan akar sendiri. Selain spllit

anakan dapat dilakukan stek pucuk. Stek pucuk yakni melakukan pemotongan
tanaman yang telah memiliki bonggol dan berumur enam bulan. Pucuk tersebut
ditanam dan selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman baru. Dari bonggol ini
nantinya akan menghasilkan tunas

tunas baru ( Tim Florihias, 2007 : 48 ).

Stek bonggol juga dapat dilakukan . yang dimaksud dengan stek bonggol
adalah melakukan pemotongan tanaman Anthurium Gelombang Cinta yang sudah
cukup tua dengan ukuran bonggol yang sudah besar. Bonggol sengaja
dipotong

potong, dan setiap potongan bonggol panjangnya 5

mempunyai 2

10 cm dan

4 mata tunas. Jadi untuk satu pohon Anthurium Gelombang Cinta

Universitas Sumatera Utara

15
dapat dipisahkan menjadi 3 bagian yakni bonggol atas, bonggol tengah, dan
bonggol bawah ( Tim Florihias, 2007 : 49 ).
Seseorang yang akan memasarkan Anthurium Gelombang Cinta biasanya
bergerak sebagai breeder ( petani ) maupun grower ( bisnis pembesaran ). Sebagai
breeder ( petani ), biasanya mereka menjual biji masak ( siap semai ) dan menjual
bibit dengan asumsi tersendiri. Harga bibit Anthurium Gelombang Cinta
umumnya sama, kalaupun ada variasi harga tidak berbeda jauh. Sebagai grower
mereka menjual bibit Anthurium Gelombang Cinta dengan 2

3 daun dan 4

5

daun ( Junaedhie, 2000 : 34 ).

Landasan Teori
Sistem usahatani mengandung pengertian pola pelaksanaan usahatani
masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama
pertanian atau usahatani yang diterapkan sebagian besar petani adalah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga ( pola subistence ). Tetapi ada juga yang bertujuan
untuk dijual ke pasar atau market oriented (Daniel, 2002 : 48 ).
Prinsip ekonomi dalam proses produksi diartikan sebagai kaidah

kaidah

atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas
dalam poses produksi agar tercapai hasil yang optimal. Sumber daya diartikan
sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output tertentu. Input
produksi yang diperlukan dalam usaha tani berupa tanah, tenaga kerja, modal dan
manajemen. ( Prawirokusumo, 1990 : 27 ).
Masing

masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda

beda

dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka

Universitas Sumatera Utara

16
proses produksi tidak akan berjalan terutama tiga faktor yakni tanah, tenaga kerja
dan modal. Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja tentu saja proses
produksi atau usahatani tidak berjalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga
kerja siapa yang akan melakukan, begitu juga dengan faktor produksi yang
lainnya saling terikat (Daniel, 2002 : 50 ).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap
( fixed cost ) dan biaya variabel ( variable cost ). Yang dimaksud dengan biaya
tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi. Biaya lain

lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar

kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian
biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka
panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel ( Mubyarto, 1994 : 72 ).
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual.
TR = Y . Py
Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh
Py = Harga Y
( Soekartawi, 2002 ).
Pendapatan kotor usaha tani ( gross farm income ) didefinisikan sebagai
nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual
maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usaha tani ( total farm expense )
didefenisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan
di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani.

Universitas Sumatera Utara

17
Selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani
disebut pendapatan bersih usaha tani ( Soekartawi, 1986 : 79 ).
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pd = TR

TC

Dimana : Pd = Pendapatan usaha tani
TR = Total Penerimaan
TC = Total biaya
( Soekartawi, 2002 ).
Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses
produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran
pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan
harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi
petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah
podusen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya
ada satu pembeli (Daniel, 2002 : 154 ).
Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu
menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang
lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda. Oleh karena itu saluran
pemasaran muncul dalam kegiatan pemasaran ( Soekartawi, 1993 ).
Semakin panjang saluran pemasaran maka sitem pemasaran semakin tidak
efisien. Masing

masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang

mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan
membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat
arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk

Universitas Sumatera Utara

18
kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang
diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen
semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga
menurun sehingga pendapatan petani menurun ( Mubyarto, 1994 ).
Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang
terlibat dalm proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga niaga bisa merupakan
salah satu alternatif untuk memperkecil margin tataniaga dan memperkecil harga
yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima
produsen. Masing

masing lembaga tataniga mengeluarkan biaya tataniaga dan

akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin tataniaga
(Daniel, 2002 : 159 ).
Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu :
1. Mampu menyampaikan hasil

hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah

murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga
yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut
serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang barang itu.
( Mubyarto, 1994 ).
Setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat bagi manusia
bila ia berada pada suatu keadaan tertentu, tempat tertentu, waktu tertentu, dan
harga tertentu. Keempat poin ini merupakan syarat terjadinya transaksi jual beli
antara produsen dengan konsumen. Proses pengengkutan, perubahan bentuk dan
penyediaan merupakan fungsi dari tataniaga hasil pertanian. Fungsinya adalah
meningkatkan kegunaan tempat, kegunaan waktu, dan kegunaan persediaan

Universitas Sumatera Utara

19
barang sehingga bisa membentuk harga. Fungsi pemasaran jelas manfaatnya bagi
penyampaian hasil pertanian dari produsen ke konsumen (Daniel, 2002 : 156 ).
Tataniaga memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan
berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya tataniaga. Konsumen
yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan
hasil - hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses
pengolahan yang makin kompleks dan jasa

jasa sistem tataniaga yang makin

banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah
memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani
produsen menjadi semakin kecil ( Mubyarto, 1994 : 168 ).
Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek maka biaya
pengangkutannya kecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan
volume / mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan
semakin banyak perantara ( lembaga niaga ) yang terlibat dalam pemasaran, maka
biaya

pemasaran

semakin

tinggi,

dan

margin

tataniaga

( selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen ) juga
semakin besar. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen.
Lembaga pemasaran atau tataniaga yang terlibat dalam proses dapat lebih dari
satu (Daniel, 2002 : 158 ).
Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal
berikut :

Universitas Sumatera Utara

20
1. Macam komoditas yang dipasarkan
Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga
membutuhkan biaya tataniaga yang besar. Sebaliknya untuk komoditi
bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya tataniaga
lebih rendah.
2. Lokasi / daerah produsen
Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya
transportasi menjadi besar. Bila lokasi yang terpencil menjadi salah
satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.
3. Macam dan peranan lembaga niaga
Semakin banyak lembaga niaga yang terlibat semakin panjang rantai
tataniaga dan semakin besar biaya tataniaganya.
(Daniel, 2002 : 158 ).
Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh
lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran. Makin panjang tataniaga
maka semakin besar margin tataniaga. Secara teorotis, dapat dikatakan bahwa
semakin pendek rant