Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut (Streblus asper) (Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), artinya daerah
penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Tempat yang menjadi daerah
penelitian yaitu desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang, dimana di desa ini terdapat banyak pengusaha tanaman hias dan juga
telah dikenal sebagai desa wisata bunga di Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Metode Pengambilan Responden
Responden adalah orang yang berperan sebagai informan yang mengetahui
ataupun paham serta dapat memberikan keterangan tentang sesuatu berupa
fakta/pendapat mengenai bonsai serut. Keterangan tersebut dapat disampaikan
dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket/lisan dan ketika menjawab
wawancara.
Pengambilan responden untuk Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA)
menggunakan teknik purposive sampling yaitu 1 orang dengan pertimbangan
bahwa responden tersebut dapat mewakili ASPENTA yang mengetahui tentang
penangkaran tanaman serut. Sedangkan untuk pemilik usaha sekaligus penangkar
bonsai serut dilakukan dengan metode


sensus, yaitu menggunakan seluruh

populasi pemilik usaha bonsai sebagai responden yang berjumlah 51 orang sesuai
dengan hasil pra survey. Responden untuk konsumen menggunakan metode
Accidental, yang berjumlah 14 orang.

28

Universitas Sumatera Utara

29

Tabel 3.1 Sumber dan Jumlah Responden
No. Sumber Responden
Jumlah Responden
(orang)
1.
Produsen
Bonsai
51

Serut
2.
Lembaga Pendukung
1
3.

Konsumen
Total
Sumber : Hasil Prasurvey

14
66

Keterangan
Petani/Pengusaha Bonsai
Serut
Asosiasi
Penangkar
Tanaman
Masyarakat Umum


3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara
langsung dengan responden menggunakan kuisioner yang telah disiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
penelusuran literatur-literatur terkait seperti buku, internet, skripsi, data dari
Badan Pusat Statistika (BPS).
Tabel 3.2 Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder
NO Jenis Data
Sumber
1.
Data Primer
- Karakteristik Sampel
Kuesioner
- Faktor Internal
Kuesioner
- Faktor Eksternal
Kuesioner
- Jumlah responden

Prasurvey
Data Sekunder
2.
- Jumlah petani/Pengusaha tanaman hias
Kantor Desa Bangun Sari

Universitas Sumatera Utara

30

3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Untuk Membuktian Hipotesis 1, Terdapat beberapa faktor yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam
mengembangkan usaha bonsai serut.
Untuk pembuktian Hipotesis 1 digunakan metode analisis deskriptif
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut di daerah penelitian.
3.4.2 Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Ada beberapa strategi pengembangan
usaha bonsai serut di daerah penelitian
Untuk pembuktian hipotesis 2 digunakan metode analisis SWOT untuk

menentukan strategi guna mendukung prospek yang ada.
Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut:
1. Metode SWOT yang merupakan metode penyusunan strategi dengan
mengevaluasi

kekuatan

(strengths),

kelemahan

(weakness),

peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada tujuan penelitian.
Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan
menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal

dan eksternal yang mempengaruhi peran Asosiasi Penangkar Tanaman
(ASPENTA) dalam pengembangan usaha bonsai serut.
b. Dari seluruh faktor tersebut pilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat
mempengaruhi pengembangan usaha bonsai serut. Faktor ini disebut sebagai
faktor strategis.

Universitas Sumatera Utara

31

c. Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh Asosiasi
Penangkar Tanaman (ASPENTA) atau faktor yang dimiliki oleh pelaku
usaha, konsumen, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam pengembangan
usaha bonsai serut, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat
dikendalikan oleh Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA).
2. Penentuan faktor SWOT berdasarkan skor.
Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian
disusun kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh
penilaian setiap faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4

sampai dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden,
kemudian dicari nilai rata-rata aritmatika dari seluruh responden sehingga
dapat ditentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam faktor eksternal
(peluang dan ancaman) atau faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada
internal 1 dan 2 termasuk kekuatan, 3 dan 4 adalah kelemahan. Pada eksternal
1 dan 2 termasuk peluang, 3 dan 4 termasuk ancaman.
3. Penentuan bobot.
Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap
faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan
dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini
menggunakan

model

Pairwise

Comparision

Scale


yaitu

dengan

membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki
berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.

Universitas Sumatera Utara

32

Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan
responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin
besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci
juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala
banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai
yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:
1 = Kedua faktor sama pentingnya
Dua faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan
dicapai

2 = Satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit mempengaruhi satu faktor disbanding
faktor yang lain
3 = Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya
Pengalaman dan penilaian mempengaruhi satu faktor dibanding faktor
lainnya
4. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden.
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap
responden selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan
menjadi bobot dari tiap faktor.
5. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden.
Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap
responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh
responden dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara

33

G = n√X1.X2.X3. … Xn

Dimana :

n

= Jumlah responden

X1

= Nilai faktor ke-i untuk responden 1

X2

= Nilai faktor ke-i untuk responden 2

X3

= Nilai faktor ke-i untuk responden 3

Xn


= Nilai faktor ke-i untuk responden n

6. Normalisasi dan rata-rata bobot.
Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata
tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor
strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Asosiasi
Penangkar Tanaman (ASPENTA)
7. Menentukan skor terbobot dan prioritas.
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan
cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam
tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
reaksi Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA) terhadap faktor strategis
eksternal dan faktor strategis internalnya.
8. Penyusunan hasil perhitungan skor dan bobot dari masing-masing faktor
internal dan eksternal sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 3.3. Matriks Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor Strategis Internal
Bobot
Kekuatan
1.
2.
3.
Total Skor Kekuatan
Kelemahan
1.
2.
3.
Total Skor Kelemahan
Sumber : Freddy Rangkuti, Analisis SWOT. 1997
Tabel 3.4 Matriks Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
Peluang
1.
2.
3.
Total Skor Peluang
Ancaman
1.
2.
3.
Total Skor Ancaman
Sumber : Freddy Rangkuti, Analisis SWOT. 1997
9.

Skor

BobotxSkor

Skor

BobotxSkor

Penentuan Matriks Posisi
Dari seluruh faktor internal dan eksternal, maka akan diperoleh selisih
antara faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan selisish faktor strategis
eksternal (peluang-ancaman). Dan akan menghasilkan matriks posisi sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

35

Opportunity (O)

(- , +)
Ubah Strategi
Weakness (W)

(+ , +)
Strategi Agresif

Kuadran III

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran II

(-,-)
Strategi Bertahan

Strength (S)

(+ , -)
Diversifikasi Strategi

Threath (T)
Gambar 3.1 Matriks Posisi Dalam SWOT
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan dan menandakan
sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi

sebelumnya.

Oleh

karenanya,

organisasi

disarankan

untuk

Universitas Sumatera Utara

36

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara segera memperbanyak
ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Fokus strategi perusahaan ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri (Anonimous , 2014)
10. Formulasi strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan
matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Universitas Sumatera Utara

37

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
Peluang (Opportunities) Strategi S-O
Strategi W-O
Ciptakan strategi
Ciptakan strategi yang
yang menggunakan
meminimalkan
kekuatan untuk
kelemahan untuk
memanfaatkan
memanfaatkan peluang
peluang.
Ancaman ( Threats)
Strategi S-T
Strategi W-T
Ciptakan strategi
Ciptakan strategi yang
yang menggunakan
meminimalkan
kekuatan untuk
kelemahan dan
mengatasi ancaman
menghindari ancaman
Sumber : Hisyam,Analisis SWOT. 1998
Gambar 3.2 Matriks SWOT
3.5 Definisi & Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan
penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
1. Bonsai merupakan sebutan untuk tanaman yang dikerdilkan baik di tanah
maupun di dalam pot dan memiliki usia yang dapat mencapai puluhan bahkan
ratusan tahun.
2. Bonsai Serut merupakan tanaman serut yang telah dikerdilkan dan dibentuk
sehingga memiliki nilai seni, dan keunikan yang khas baik dari pangkasan daun
maupun percabangan yang unik.
3. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan untuk
mensistematiskan masalah dan menyusun pilihan-pilihan strategi.
4. Kekuatan (Strenghts) adalah unsur-unsur yang jika digunakan dengan baik
akan memperkuat tujuan atau sasaran.
5. Kelemahan (Weakness) adalah unsur-unsur yang jika dbiarkan akan
menggerogoti kekuatan sehingga tujuan menjadi tidak tercapai atau gagal.

Universitas Sumatera Utara

38

6. Peluang (Opportunities) adalah kesempatan yang ada sehingga jika kita
mempergunaan kesempatan secara efektif dan tepat una memungkinkan
sasaran dapat dicapai dengan baik.
7. Ancaman (Threats) adalah bahaya atau gangguan yang terdapat dlam suatu
system yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan yang ada dan
membuat usaha semakin lemah.
8. Strategi Pengembangan adalah pendekatan tertentu yang dipilih serta memiliki
tujuan dalam pengembangan.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang.
2. Responden penelitian adalah petani/pengusaha bonsai serut, lembaga
pendukung, dan konsumen yang berada di daerah penelitian.
3. Waktu Penelitian adalah tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Bangun Sari berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 811 Ha, berada pada
ketinggian 30 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 1500-2500
mm/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara suhu siang 23°C dan malam 33°C,
dengan curah hujan 3-4 mm. Desa Bangun Sari berjarak 3,5 km dari Ibukota
Kecamatan Tanjung Morawa dan 16 km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang.
Dilihat dari jarak antara desa dengan ibukota kecamatan cukup dekat, maka desa
tersebut dapat menerima arus informasi yang berasal dari luar daerah, sehingga
akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan desa.
Adapun batas-batas Desa Bangun Sari adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis dan Ujung Serdang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Ujung Serdang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru (Expose , 2017)
4.1.2 Keadaan Penduduk
Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Bangun Sari :

39

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Presentase (%)
- Laki-Laki
9.051
50,53
- Perempuan
8.859
49,47
Total
17.910
100
Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Bangun Sari pada
tahun 2016 berjumlah 17.910 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 9.051 jiwa (50,53%) dan penduduk perempuan berjumlah
8.859 jiwa (49,47%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Berdasarkan jenis pekerjaan, mata pencaharian penduduk di Desa Bangun
Sari ada bermacam-macam, yaitu :
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2016
No Pekerjaan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1. Petani
407
2. Industri
2.817
3. Pedagang
1.313
4. Pegawai Negeri Sipil
130
5. Pengrajin/pedagang keramik
119
6. Wiraswasta
13.124
Jumlah
17.910
Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017
Dari Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian terbanyak di
Desa Bangun Sari adalah di wiraswasta yaitu sebanyak 13.124 jiwa, sedangkan
mata pencaharian terkecil adalah pengrajin/pedagang keramik yaitu sebanyak 119
jiwa.

Universitas Sumatera Utara

41

4.1.3 Fasilitas Pendidikan
Berikut jumlah sarana pendidikan di Desa Bangun Sari :
Tabel 4.3. Jumlah Sekolah Menurut Tingkatan Tahun 2016
No.
Tingkat Sekolah
Jumlah (Unit)
1.
Sekolah Dasar
4
2.
Sekolah Menengah Pertama
2
3.
Sekolah Menengah Atas
1
Jumlah
7
Sumber : Laporan Pemerintah Desa Bangun Sari Tahun 2017
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 4 unit sekolah dasar, 2 unit
sekolah menengah pertama, dan 1 unit untuk sekolah menengah atas yang ada di
Desa Bangun Sari.
4.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terbagi atas 3 komponen yang terdiri dari
pengusaha bonsai serut, konsumen, dan pengurus Asosiasi Penangkar Tanaman
(ASPENTA). Jumlah responden yang diambil untuk pengusaha bonsai serut
sebanayak 51 orang, konsumen 14 orang dan pengurus ASPENTA 1 orang.
Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi nama,
umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman.
4.2.1 Karakteristik Pengusaha Bonsai Serut
Dari hasil wawancara dengan pengusaha bonsai serut maka didapat
karakteristik sebagai berikut:
Tabel 4.4. Data Karakteristik Pengusaha Bonsai Serut
No. Uraian
Rentang (Tahun)
1. Umur
23 - 75
2. Tingkat Pendidikan
6 - 16
3. Pengalaman
2 - 35
Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Rataan (Tahun)
45
12
13,5

Universitas Sumatera Utara

42

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pengusaha
bonsai adalah 45 tahun. Hal ini menunjukkan pengusaha bonsai serut di Desa
Bangun Sari masih tergolong usia produktif (23 – 75) tahun yaitu masih potensial
dalam melakukan kegiatan usahanya.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat sekolah
dasar (SD) sampai sarjana. Rata-rata pendidikan petani adalah 12 tahun yaitu
setingkat dengan sekolah menengah atas (SMA), dengan tingkat pendidikan yang
paling rendah adalah sekolah dasr dan yang paling tinggi adalah setingkat sarjana.
Pemilik usaha bonsai serut sudah cukup lama dalam menjalankan usahanya,
dengan rata-rata selama 13,5 tahun.
4.2.2 Karakteristik Konsumen
Dari hasil wawancara dengan konsumen bonsai serut di Desa Bangun Sari
maka didapat karakteristik konsumen sebagai berikut:
Tabel 4.5. Karakteristik Konsumen
No. Uraian
1.
Umur
2.
Pendidikan
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2

Rentang (Tahun)
35 - 65
12 - 16

Rataan (Tahun)
48
13

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata umur konsumen
adalah 48 tahun. Dengan rentang umur dari 35-65 tahun. Pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai
sarjana. Rata-rata pendidikan konsumen adalah 13 tahun yaitu setingkat dengan
sekolah menengah atas (SMA), dengan tingkat pendidikan yang paling rendah
adalah sekkolah menegah atas (SMA) dan yang paling tinggi adalah setingkat
sarjana.

Universitas Sumatera Utara

43

4.2.3 Karakteristik ASPENTA
Responden dalam penelitian ini adalah pengurus ASPENTA, berusia 79
tahun dengan pendidikan terakhir STM.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pembuktian Hipotesis 1, Terdapat beberapa faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam mengembangkan
usaha bonsai serut.
5.1.1 Deskripsi Faktor Internal
A. Perencanaan usaha bonsai
Dalam memulai suatu bisnis atau usaha, perencanaan sangat dibutuhkan
untuk menjalankan usaha yang tetap berkelanjutan dan dapat memberi
keuntungan yang optimal. Perancanaan itu sendiri meliputi visi misi yang jelas,
menjamin apakah ada pasar yang dapat menampung produk ataupun jasa yang
ingin dipasarkan, memiliki mitra usaha yang dapat mendukung baik dalam
ketersedian input produksi, pemasaran, permodalan, dan lain-lain.
B. Ketersediaan bahan tanam
Ketersediaan bahan tanam sangat dibutuhkan dalam usaha bonsai serut.
Karena apabila bakalan bonsai tidak terpenuhi maka media untuk menuangkan
seni bonsai akan terhambat. Bakalan bonsai dapat diperoleh melalui tiga cara
yaitu menggunakan tunasnya sebagai bibit, melakukan pecangkokan dan stek.
Namun pecinta bonsai lebih menyukai bakalan yang berasal dari alam langsung,
karena pembentukan secara alami membuat bentuknya sangat indah dan menarik.
C. Pameran
Pameran merupakan media untuk memamerkan ataupun memperkenalkan
keindahan seni bonsai serut. Saat pameran biasanya ASPENTA akan
menyumbangkan

tanaman

yang

akan

di

pamerkan.

44

Universitas Sumatera Utara

45

D. Pembinaan Pengusaha
Pembinaan pengusaha bonsai serut sangat diperlukan dalam usaha bonsai
serut. masih kurangnya keterampilan pengusaha dan minimnya tenaga ahli dalam
membentuk bonsai akan menambah biaya untuk membayar tenaga ahli serta tidak
mencapai nilai seni yang benar-benar dapat di salurkan pada bonsai serut.
E. Partisipasi Pengusaha
Partisipasi

pengusaha

juga

dibutuhkan

dalam

keberlangsungan

ASPENTA. Karena pada ASPENTA para pengusaha dapat saling berbagi
pengalaman dalam menjalankan usaha bonsai serut. Partisipasi dapat berupa
keaktifan menghadiri kegiatan yang diadakan ASPENTA, memberikan gagasan
baru, membayar iuran, maupun mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal
A. Lokasi Usaha
Dalam memulai sebuah bisnis ataupun usaha, pemilihan lokasi usaha
adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Lokasi yang strategis menjadi
salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Lokasi
juga berpengaruh terhadap kenyamanan pembeli dan juga pemilik usaha. Lokasi
yang strategis ditafsirkan sebagai lokasi dimana ada banyak calon pembeli, dalam
artian lokasi ini mudah dijangkau, mudah dilihat konsumen dan lokasi yang
banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk atau
jasa yang dijual.
Desa Bangun Sari terletak di sisi jalan lintas Medan-Tanjung Morawa.
Desa Bangun Sari juga cukup dikenal oleh masyarakat sebagai desa pariwisata
bunga, hal ini dikarenakan sejumlah masyarakat yang tinggal di desa tersebut

Universitas Sumatera Utara

46

bekerja sebagai pengusaha bunga, dan lokasi usaha nya sendiri berada di
pekarangan rumah mereka. Desa Bangun Sari memiliki 14 dusun, penduduk di
hampir seluruh dusunnya memiliki usaha tanaman hias dan yang juga
mengusahakan bonsai serut.
Berikut merupakan peta wilayah administrasi pemerintahan Desa Bangun Sari

Gambar 5.1 Peta Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa Bangun Sari.
B. Permodalan
Modal merupakan salah satu faktor terpenting dari kegiatan produksi.
Modal biasanya digunakan untuk dapat mengembangkan usaha maupun
memperluas pangsa pasar dari bisnis dan usaha tersebut. Modal itu sendiri terdiri
dari dua jenis, yaitu modal pinjaman/utang dan modal sendiri.

Universitas Sumatera Utara

47

1. Pinjaman/ utang
Pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang siftanya
sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan
modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang di dapat atau berasal dari
pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan tersebut untuk waktu
yang tidak tentu lamanya (Riyanto, 1998).
Di Desa Bangun Sari, modal yang digunakan oleh para pengusaha secara
umum berasal dari modal sendiri. Memulai usaha dengan modal minim untuk
membuka usaha kecil-kecilan yang kemudian berkembang karena menggunakan
kembali keuntungan yang telah diperoleh sebagai modal untuk mengembangkan
usaha. Tidak sedikit dari pengusaha yang hanya melanjutkan usaha keluarga
untuk kemudian dikembangkan lagi.
C. Ketersediaan Input Produksi
Input produksi atau juga dikenal sebagi faktor produksi merupakan sumber
daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Dalam usaha
bonsai serut yang dilakukan para pengusaha, input produksi berupa bahan
tanaman ataupun bakalan bonsai serut, media tanam yang mendukung baik seperti
tanah, kompos dan polybag, pupuk dan pestisida, peralatan yang digunakan untuk
membentuk bonsai berupa gunting, sumber air yang memadai, serta pada
beberapa pengusaha ada yang menggunakan tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

48

D. Keterampilan pengusaha bonsai serut
Keterampilan

pengusaha

bonsai

dalam

artian

kreatiifitas

sangat

dibutuhkan dalam usaha bonsai serut. Dimulai dari pemilihan bakalan bonsai yang
berkualitas yakni yang berdaun warna hijau, sehat dan kebal dari serangan hama
penyakit. Tidak hanya pemilihan, pembentukan dan pemangkasan merupakan hal
wajib yang perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk bonsai. Keterampilan para
pengusaha serut untuk melakukan hal seperti ini ada yang didapat melalui
pelatihan dan ada pula yang belajar secara otodidak, yaitu melalui pengalamannya
selama memiliki usaha.
E. Pesaing
Pesaing merupakan perusahaan atau usaha yang dimiliki orang lain yang
menghasilkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk
yang kita tawarkan. Karena Desa Bangun Sari didominasi oleh usaha tanaman
hias, hal ini tidak menutup kemungkinan tingginya persaingan di desa ini. Namun
untuk sebagian pengusaha, mereka menganggap bahwa pengusaha lain
merupakan pesaing mereka, tetapi ada juga yang tidak beranggapan demikian.
Dan mereka juga beranggapan meskipun mereka saling bersaing, namun harus
tetap bersaing sehat .
F. Pemasaran Produk
Menurut Stanton (2001), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan
kebutuhan kepada pembeli.

Universitas Sumatera Utara

49

Para pengusaha bonsai serut tidak menetapkan harga baku untuk satu
pohon bonsai nya. Harga yang diberikan kepada konsumen sesuai dengan nilai
seni dan keunikan yang terkandung pada bonsai serut dan juga bergantung pada
selera konsumen untuk memilih. Dalam pendistribusian, hanya beberapa yang
menjajakan bonsai mereka kepada konsumen. Karena biasanya konsumen yang
datang langsung ke lokasi usaha. Konsumen biasanya berasal dari dalam dan luar
kota seperti Aceh, Pekanbaru, Batam, dan Jambi. Namun ada satu usaha bonsai
serut yang

mempromosikan bonsainya melalui situs jual beli OLX (OnLine

eXchange).
G. Pengalaman Pengusaha bonsai serut
Pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada keberhasilan
usaha skala kecil. Pengalaman ini bisa diperoleh berdasarakan pola asuh orangtua
yang berprofesi wirausaha, atau dari pengalaman mengelola usaha sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam berusaha diperoleh bila seseorang
terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan usaha.
Pengalaman yang dimiliki oleh pengusaha bonsai serut di Desa Bangun
Sari dapat menentukan tingkat kreatifitas dalam membentuk dan berinovasi
terhadap bonsai serut. Semakin lama pengalaman yang dimilki oleh pengusaha,
maka semakin paham dan semakin tinggi nilai seni yang dituangkan pada bonsai
serut.
H. Permintaan bonsai serut
Permintaan ialah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan atau diminta
atau mampu dibeli konsumen pada tingkat harga dan periode tertentu. Dalam
pengertian permintaan setidaknya terkandung unsur penting, yaitu jumlah barang

Universitas Sumatera Utara

50

atau jasa yang diminta (quantity demand) dan mampu dibeli oleh konsumen,
apakah keinginan konsumen terhadap barang atau jasa diikuti oleh kemampuan
membeli barang dengan harga yang ditentukan.
Di Desa Bangun Sari, faktor yang mempengaruhi permintaan bonsai serut
ialah selera konsumen dan nilai seni yang terkandung pada bonsai serut. Tingkat
permintaan bonsai serut di Desa Bangun Sari tidak menentu jumlahnya. Karena
bisa saja pada suatu waktu, konsumen untuk bonsai serut tidak ada, ataupun
sebaliknya.
I. Harga bonsai serut
Untuk penjualan bonsai serut, tidak ada harga baku yang ditetapkan oleh
penjual. Hanya ada kesepakatan harga antara penjual dan konsumen tergantung
dari selera dan nilai seni yang terkandung pada tanaman bonsai. Meskipun
demikian pengusaha menganggap bahwa usaha bonsai serut sebagai investasi,
karena saat bonsai serut tidak laku, bonsai masih dapat dibentuk dan diperindah
lagi untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
J. Eksistensi bonsai serut
Eksistensi atau pengenalan bonsai serut di kalangan masyarakat memang
cukup dikenal. Pada umumnya masyarakat awam tidak mengetahui apa nama
bonsai ini, namun mereka sudah sering menjumpai bonsai jenis ini. Karena
memang bonsai jenis ini yang paling sering digunakan untuk menambah nilai
estetika pada ruang terbuka maupun semi terbuka yang berguna untuk menambah
aksen hutan kecil untuk melengkapi komposisi ruangan baik di rumah, taman,
kantor, maupun ruang pertemuan.

Universitas Sumatera Utara

51

K. Kriteria bonsai Serut
Kriteria bonsai serut yang diminati umumnya yang sudah jadi, atau yang
sudah memiliki keunikan tersendiri. Namun tidak jarang juga ada konsumen yang
lebih memilih bonsai serut yang masih setengah jadi, karena mereka lebih ingin
memelihara dan membentuk bonsai sesuai dengan selera mereka sendiri dan dapat
memperoleh nya dengan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan bonsai
yang sudah jadi dan belum tentu bentuk dan keunikannya sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh konsumen.

Gambar 5.2 Bonsai Serut yang Sudah Jadi
L. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat berupa dukungan dalam memberikan bantuan
baik modal maupun tenaga penyuluh untuk menambah wawasana para pengusaha
tanaman hias. Di Desa Bangun Sari memang terdapat seorang penyuluh, namun
penyuluhan yang diberikan lebih ke tanaman pangan. Jikalaupun ada bantuan

Universitas Sumatera Utara

52

berupa bibit tanaman hias dari pemerintah, menurut para pengusaha tanaman hias
kualitas bibit kurang baik dan tidak tersalurkan secara merata.
5.1.3. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Skoring adalah mengidentifikasi antara faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Skor tersebut
menentukan apakah faktor tersebut tergolong ke dalam faktor internal sebagai
kekuatan atau kelemahan dan sebagai faktor eksternal menjadi peluang atau
ancaman.
Tabel 5.1. Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Faktor – Faktor Strategi

Skor Rata-rata

Faktor Internal
1.Perencanaan Usaha Bonsai
2. Ketersediaan Bahan Tanam
3. Pameran
4. Pembinaan Pengusaha Bonsai
5. Partisipasi Pengusaha Bonsai
Faktor Eksternal
1. Lokasi Usaha
2. Modal
3. Ketersediaan Input Produksi
4. Pesaing
5. Pemasaran produk
6. Keterampilan
O7. Pengalaman
8. Permintaan
9. Harga bonsai serut
10. Eksistensi bonsai serut
11. Kriteria Bonsai Serut
12. Kebijakan Pemerintah
Sumber : Data diolah dari lampiran 5

3
3
3
2
2

3,1
3,9
4
2,3
2,5
2,5
3,2
1,5
2,4
3,6
3,8
2

1
0
0
0
0
0

4,5
3,9
0
35,3
23,5
0
5,9
66,6
7,1
0
0
0

Distribusi Skor (%)
2
3
0
0
0
100
100

23
0
0
0
0
47
13,7
19,6
42,9
1,4
4,6
100

4

100
100
100
0
0

33,8
0
0
62,7
74,5
50,1
31,4
5,8
50
7,1
7,7
0

0
0
0
0
0

38,4
96,1
100
2
2
1,9
49
7,8
0
78,5
87,7
0

Berdasarkan pada Tabel 5.1 pada faktor strategis internal perencanaan
usaha bonsai, ketersediaan bahan tanam dan pameran merupakan faktor yang

Universitas Sumatera Utara

53

memiliki rata-rata skor paling tinggi yaitu sebesar 3 dan pembinaan pengusaha
bonsai serta partisipasi pengusaha bonsai yang memiliki rata-rata skor paling
rendah yaitu sebesar 2.
Hal tersebut disebabkan karena pada Asosiasi Penangkar Tanaman
(ASPENTA) telah memiliki visi dan misi yang jelas dalam merencanakan
pengembangan usaha. Ketersediaan tanaman yang ada pada ASPENTA juga telah
mencukupi kebutuhan, meskipun begitu masih tetap dilakukan penangkaran
tanaman untuk menyiapkan kebutuhan secara berkelanjutan. Dalam acara
pameran, ASPENTA juga sering mengikuti ataupun menyumbangkan tanamannya
untuk dipamerkan.
Meskipun demikian, pembinaan yang diberikan kepada pengusaha bonsai
mengenai tanaman baik cara pengembangan maupun perawatan nya masih belum
terlaksana dengan baik. Hal ini mengingat bahwa masih minimnya pelaku usaha
bonsai yang bergabung pada ASPENTA.
Pada faktor strategis eksternal, ketersediaan input produksi merupakan
faktor yang memiliki rata-rata skor paling tinggi sebesar 4. Ketersediaan input
produksi sangat berpengaruh terhadap pengembangan usah bonsai, karena para
pengusaha bonsai serut dapat meningkatkan produksi bonsainya. Sedangkan
permintaan merupakan faktor yang memiliki rata-rata skor paling rendah yaitu
sebesar 1,5. Jumlah permintaan bonsai serut memang masih jarang dan tidak tentu
waktunya mengingat harganya yang bisa dikatakan cukup tinggi. Namun jika
seseorang telah benar-benar gemar dengan bonsai serut, maka tak jarang
konsumen membeli meskipun dengan harga yang fantastis. Tak jarang juga bonsai

Universitas Sumatera Utara

54

serut dibeli dalam jumlah yang besar untuk menghiasi taman di instansi-instansi
tertentu.
Setelah mengetahui skor rata-rata masing-masing faktor baik faktor
internal maupun faktor eksternal, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor
internal yang termasuk kelemahan ataupun kekuatan. Faktor internal yang
memiliki skor rata-rata 3-4 termasuk ke dalam kekuatan dan faktor yang memilki
skor rata-rata 1-2 termasuk kelemahan. Faktor-faktor eksternal yang memilki skor
rata-rata 3-4 termasuk dalam peluang dan faktor yang memilki skor rata-rata 1-2
termasuk dalam faktor ancaman.
Tabel 5.2. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Strategi
Pengembangan Bonsai Serut
Faktor Strategis
Parameter
Keterangan
Faktor Strategis Internal
1.Perencanaan Usaha
 Perencanaan visi dan misi ASPENTA
• Kekuatan
Bonsai
yang jelas dalam menunjang usaha
tanaman hias
2.Ketersediaan Bahan
 ASPENTA tetap memiliki sejumlah
Tanam
tanaman yang dikelola di penangkaran
3. Pameran
 ASPENTA
ikut
menyumbangkan
tanaman dalam pameran


Kelemahan

1.Pembinaan Pengusah
Bonsai
2.Partisipasi Pengusaha
Bonsai serut

Faktor Strategis Eksternal
1. Lokasi Usaha
• Peluang
2. Modal Usaha
3. Ketersediaan Input
4. Pengalaman
5. Eksistensi Bonsai
6. Kriteria Bonsai

 Belum ada pembinaan khusus terhadap
pengusaha bonsai serut
 Masih jarang pengusaha bonsai serut
yang tergabung dalam ASPENTA
 Usaha bonsai serut berada di daerah
yang mudah dijangkau oleh konsumen
 Modal pemilik usaha merupakan modal
sendiri dan bukan pinjaman
 Input produksi yang dibutuhkan
tersedia
 Pemilik usaha sudah cukup lama
menekuni usaha bonsai serut
 Bonsai serut dikenali dan sering
dijumpai
 Baik bonsai serut yang sudah jadi
maupun setengah jadi, tetap memiliki

Universitas Sumatera Utara

55

nilai jual


 Pengusaha bonsai serut cukup banyak
di daerah penelitian
2. Pemasaran
 Pengusaha bonsai hanya memasarkan
di lokasi usaha
3.Keterampilan Pemilik
 Sebagian pengusaha bonsai serut
Usaha Bonsai
menggunakan tenaga ahli dalam
membentuk bonsai
4. Permintaan
 Konsumen bonsai tidak terlalu banyak
5. Harga
 Bonsai serut memiliki harga yang
cukup tinggi
 Kebijakan pemerintah masih kurang
6. Kebijakan Pemerintah
mendukung usaha bonsai serut
Sumber : Hasil Analisis Deskripsi di Lokasi Penelitian

Ancaman

1. Pesaing

5.2 Hasil Analisis Hipotesis 2, Ada beberapa strategi pengembangan usaha
bonsai serut di daerah penelitian
5.2.1. Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pembobotan

dilakukan

dengan

menggunakan

teknik

komparasi

berpasangan dengan nilai skala banding 1, 2 dan 3. Setelah diperoleh penilaian
tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan seluruh
responden dengan mencari nilai rata-rata geometris dengan menggunakan rumus
geometris dan kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk
mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai ini yang menjadi
bobot tiap faktor. Pembobotan faktor internal disajikan dalam Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Pembobotan Faktor Internal (IFAS)
No. Uraian
1.
Perencanaan Usaha Bonsai
2.
Ketersediaan Bahan Tanam
3.
Pameran
4.
Pembinaan Pengusaha Bonsai
5.
Partisipasi Pengusaha Bonsai
Total
Sumber : Data lampiran 17

Bobot
0,26
0,19
0,10
0,23
0,21
1,00

Universitas Sumatera Utara

56

Faktor perencanaan memiliki nilai bobot yang paling besar yaitu 0,26.
Faktor yang memiliki bobot paling kecil adalah pameran sebesar 0,10. Hal ini
merupakan kondisi dimana pameran dianggap kurang penting dalam penetapan
strategi. Alasannya ialah anggapan dimana pameran kurang memberi keuntungan
baik kepada ASPENTA maupun pemilik usaha bonsai serut. Dimana yang
menjadi pemenang dalam pameran selalu sama. Strategi pengembangan usaha
bonsai serut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Pembobotan eksternal
disajikan pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)
No. Uraian
1.
Lokasi Usaha
2.
Modal
3.
Ketersediaan Input Produksi
4.
Pesaing
5.
Pemasaran produk
6.
Keterampilan
7.
Pengalaman
8.
Permintaan
9.
Harga bonsai serut
10. Eksistensi bonsai serut
11. Kriteria bonsai
12. Kebijakan Pemerintah
Total
Sumber : Data lampiran 18

Bobot
0,05
0,11
0,09
0,06
0,05
0,12
0,08
0,07
0,11
0,07
0,12
0,07
1,00

Modal dan kriteria bonsai merupakan faktor yang memiliki bobot yang
paling besar yakni 0,13. Hal penting yang dibutuhkan saat mengembangkan
sebuah usaha ialah modal, selain itu kriteria bonsai serut yang unik juga
mendukung dalam pengembangan usaha bonsai serut ini.
Kemudian faktor yang memiliki bobot paling kecil adalah lokasi usaha dan
pemasaran produk sebesar 0,05. Pengusaha bonsai serut menganggap bahwa
dimana pun letak usaha mereka, konsumen tetap akan datang, karena konsumen

Universitas Sumatera Utara

57

akan membandingkan harga yang lebih terjangkau mengingat Desa Bangun Sari
memang terkenal dengan banyaknya pengusaha tanaman hias. Selain itu karena
konsumen yang sudah mengenal daerah ini dengan tanaman hias, maka mereka
hanya menunggu konsumen yang datang ke lokasi usaha mereka, tanpa ada
strategi pemasaran khusus yang dibuat.
5.2.2. Penentuan Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Berdasarkan Analisis
SWOT
Tahap selanjutnya adalah evaluasi strategi pengembangan usaha bonsai
serut di Desa Bangun Sari. Evaluasi strategi faktor internal dan eksternal
dilakukan dengan membuat tabel matriks evaluasi faktor strategis internal dan
faktor strategis eksternal. Adapun langkah yang dilakukan dalam evaluasi faktor
internal dan eksternal adalah membuat pembobotan, skoring dan mencari skor
yang terbobot (bobot x skor). Besar bobotnya diperoleh melalui perbandingan
kombinasi berpasangan. Sedangkan besar skor ditentukan peneliti berdasarkan
parameter yang ditetapkan, parameter tersebut ditetapkan berdasarkan data yang
diperoleh melalui hasil wawancara. Pada tahap penentuan skoring, skor
menunjukkan kekuatan dan kelemahan. Setelah itu dilakukan perhitungan hasil
skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor. Perkalian bobot dan skor faktor
strategi internal pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari disajikan
dalam tabel 5.5.

Universitas Sumatera Utara

58

Tabel 5.5. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS)
Faktor – Faktor Strategis Internal
Bobot Skor
Kekuatan
1. Perencanaan Usaha Bonsai
0,26
3
2. Ketersediaan Bahan Tanam
0,19
3
3. Pameran
0,10
3
Kelemahan
4. Pembinaan Pengusaha Bonsai
0,23
2
5. Partisipasi Pengusaha Bonsai
0,21
2
Total
1,00
13
Sumber : Data lampiran 19

Bobot x Skor
0,78
0,57
0,3
0,46
0,42
2,53

Pada tahap penentuan skoring, skor diberikan kepada faktor eksternal
untuk menentukan mana faktor yang menunjukkan peluang dan ancaman. Setelah
itu dilakukan perhitungan hasil skor dengan melakukan perkalian bobot dan skor.
Perkalian bobot dan skor faktor strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa
Bangun Sari disajikan dalam tabel 5.6.
Tabel 5.6. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
Faktor – Faktor Strategi Eksternal
Bobot Skor
Bobot x Skor
Peluang
1. Lokasi Usaha
3,10
0,16
0,05
2. Permodalan
0,11
3,90
0,43
3. Ketersediaan Input Produksi
0,09
4,00
0,36
4.Pengalaman
0,09
3,20
0,29
5. Eksistensi Bonsai
0,06
3,60
0,22
6. Kriteria Bonsai
0,12
3,80
0,46
Ancaman
7. Pemasaran
0,06
2,30
0,14
8. Keterampilan
0,05
2,50
0,13
9. Pesaing
0,12
2,50
0,30
10. Permintaan
0,07
1,50
0,11
11. Harga
0,11
2,40
0,26
12. Kebijakan Pemerintah
0,07
2,00
0,14
Total
1,00 34,80
2,40
Sumber : Data lampiran 20

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 5.7. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan
Eksternal Pengembangan Usaha Bonsai Serut
Faktor – Faktor Strategis
FAKTOR STRATEGIS INTERNAL
Kekuatan
1. Perencanaan Usaha Bonsai
2. Ketersediaan Bahan Tanam
3. Pameran
Total Skor Kekuatan
Kelemahan
4. Pembinaan Pengusaha Bonsai
5. Partisipasi Pengusaha Bonsai
Total Skor Kelemahan
Selisih (Kekuatan – Kelemahan)
FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
Peluang
1. Lokasi Usaha
2. Permodalan
3. Ketersediaan Input Produksi
4.Pengalaman
5. Eksistensi Bonsai
6. Kriteria Bonsai
Total Skor Peluang
Ancaman
7. Pemasaran
8. Keterampilan
9. Pesaing
10. Permintaan
11. Harga
12. Kebijakan Pemerintah
Total Skor Ancaman
Selisih (Peluang – Ancaman)
Sumber : Data lampiran 19 dan 20

Bobot

Skor

Bobot x Skor

0,26
0,19
0,10
0,55

3,0
3,0
3,0

0,78
0,57
0,30
1,65

0,23
0,21
0,44

2,0
2,0

0,46
0,42
0,88
0,77

0,05
0,11
0,09
0,09
0,06
0,12
0,52

3,10
3,90
4,00
3,20
3,60
3,80

0,16
0,43
0,36
0,29
0,22
0,46
1,92

0,06
0,05
0,12
0,07
0,11
0,07
0,47

2,30
2,50
2,50
1,50
2,40
2,00

0,14
0,13
0,30
0,11
0,26
0,14
1,18
0,74

Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal
(kekuatan – kelemahan) sebesar 0,77, ini artinya pengaruh kekuatan lebih besar
terhadap pengaruh kelemahan pada pengembangan bonsai serut di Desa Bangun
Sari. Hal ini berarti faktor kekuatan internal berupa perencanaan, ketersediaan
bahan tanam, serta pameran yang menjadi kekuatan untuk dapat mengembangkan
usaha bonsai serut.

Universitas Sumatera Utara

60

Selisih faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 0,74, ini artinya
pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh ancaman pada
pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari. Hal ini berarti faktor
peluang eksternal yang berupa lokasi usaha, modal, ketersediaan input produksi,
pengalaman, eksistensi bonsai, kriteria bonsai mampu meminimalkan ancaman
eksternal yang menghambat dalam mengembangkan usaha bonsai serut di Desa
Bangun Sari.
Setelah itu mencari posisi strategi pengembangan usaha bonsai serut di
Desa Bangun Sari dengan menggunakan matriks posisi. Posisi strategi
pengembangan ditunjukkan oleh titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih
faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor
eksternal (peluang-ancaman). Berdasarkan tabel 15 diperoleh nilai x > 0 yaitu
0,77 dan y > 0 yaitu 0,74. Posisi koordinat x dan y dapat dilihat pada diagram
cartesius pada gambar 5.3.

Universitas Sumatera Utara

61

O (Y +)
Kuadran III
Strategi Turn Around

1,5

0,74

Kuadran I
Strategi Agresif

1
0,5

0,77

W
X(–)

S
X(+)
0,5

Kuadran IV
Strategi Defensif

1

1,5

Kuadran II
Strategi Diversifikasi

Y (-) T
Gambar 5.3. Matriks Posisi Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut di
Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
Pada gambar 5.3 menunjukkan posisi strategi pengembangan usaha bonsai
serut di Desa Bangun Sari berada pada kuadran I yang berarti posisi strategi
pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari memiliki kekuatan dan
peluang yang besar dalam mengembangkan usaha bonsai serut.
Strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun Sari berada
pada kuadran I artinya ASPENTA memiliki faktor-faktor kekuatan yaitu
perencanaan yang tepat, ketersediaan bahan tanam, pameran namun ASPENTA
belum memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan usaha bonsai

Universitas Sumatera Utara

62

serut. Fokus strategi yang harus dilakukan yaitu memaksimalkan kekuatan dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Menurut Rangkuti (2015) menyatakan bahwa kuadran I merupakan situasi
yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang sebesar-besarnya. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan agresif (growth oriented strategy).
Hal ini mendukung penelitian Arnol Sitompul (2014) bahwa saat berada di
kuadran I memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan kekuatan
dan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang diterapkan adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
5.2.3 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut
Tahapan akhir adalah penentuan alternatif strategi pengembangan usaha
bonsai serut di Desa Bangun Sari dapat dilihat berdasarkan analisis SWOT yaitu
dibuat berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan-kelemahan)
maupun eksternal (peluang-ancaman). Berdasarakan matriks posisi analisis
SWOT pada gambar 7, maka dapat ditentukan alternatif strategi yang disusun atas
4 (empat) strategi utama, yaitu Strengts-Opportunities (SO), WeaknessOpportunities (WO), Strenghts-Threats (ST), dan Weakness-Threats (WT).
Penentuan alternatif strategi pengembangan usaha bonsai serut di Desa Bangun
Sari disajikan dalam tabel 5.8.

Universitas Sumatera Utara

63

Tabel 5.8. Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut
di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
IFAS
Kekuatan (Strength)
Kelemahan (Weakness)
1. Perencanaan Usaha
1. Pembinaan pengusaha
EFAS
Bonsai Serut
bonsai serut
2. Ketersediaan bahan
2. Partisipasi pengusaha
tanam
bonsai serut
3. Pameran
Peluang (Opportunity)
1. Lokasi usaha yang
mudah dijangkau
2. Modal usaha milik
sendiri
3. Ketersediaan input
produksi yang
memadai
4. Pengalaman pengusaha
bonsai serut yang
sudah cukup lama
5. Eksistensi bonsai
serutyang sudah cukup
dikenal masyarakat
6. Kriteria bonsai yang
tetap memiliki nilai
jual meskipun belum
terbentuk bonsai yang
jadi

Ancaman (Threats)
1. Pemasaran yang masih
sederhana, hanya
menunggu konsumen
di lokasi usaha
2. Keterampilan sejumlah
pengusaha bonsai
serut yang belum
memadai dan masih
menggunakan tenaga
ahli
3. Pesaing, dimana
terdapat banyak
pengusaha bonsai
serut lainnya
4. Permintaan bonsai

Strategi SO
1. Perencanaan usaha
yang matang
dimanfaatkan untuk
mengelola modal dan
input produksi yang
tersedia (S1,O1,O2)
2. Memanfaatkan
ketersediaan bahan
tanam untuk membuka
lebih banyak lagi
usaha/outlet di lokasi
yang mudah dijangkau
(S1,O1)
3. Memanfaatkan
pameran sebagai
wadah untuk lebih
memperkenalkan
eksistensi bonsai serut
yang memiliki
keunikan,daya tarik
dan bernilai seni tinggi
(S3,O5)
Strategi ST
1. Mengoptimalkan
perencanaan untuk
meningkatkan
pemasaran bonsai serut
(S1, T1)
2. Mengoptimalkan
ketersediaaan bahan
tanam sebagai bahan
latihan untuk
meningkatkan
keterampilan dan
kretifitas pengusaha
bonsai serut (S2, T2)
3. Mengoptimalkan
pameran sebagai

Strategi WO
1. Meningkatkan
pembinaan kepada
pengusaha bonsai serut
dan memanfaatkan
modal usaha dan
pengalaman yang
dimiliki pengusaha
bonsai serut (W1,O2,
O4)
2. Meningkatkan
partisipasi pengusaha
bonsai serut dengan
saling berbagi
pengalaman yang telah
dimiliki pengusaha
bonsai serut (W2, O4)

Strategi WT
1. Meningkatkan
pembinaan pengusaha
bonsai serut dengan
lebih mengoptimalkan
keterampilan dalam
membentuk bonsai
serut (W1, T2)
2. Meningkatkan
partisipasi pengusaha
bonsai serut untuk
menciptakan
persaingan yang sehat
serta membentuk
jaringan pemasran
yang lebih luas

Universitas Sumatera Utara

64

serut masih jarang dan
tidak tentu kapan
waktu nya
5. Harga bonsai serut
yang sudah jadi dan
bernilai seni cukup
mahal
6. Kebijakan pemerintah
yang kurang
mendukung usaha
bonsai serut

wadah pemasaran
bonsai serut (S3, T1)
4. Mengoptimalkan
perencanaan usaha
bonsai serut dan
pameran untuk
meningkatkan
permintaan bonsai
serut (S1,S3, T4)
5. Mengoptimalkan
perencanaan usaha
untuk menciptakan
persaingan yang sehat
meskipun banyak
pesaing (S1, T3)
6. Mengoptimalkan
ketersediaan bahan
tanam dan pameran
sebagai media bagi
pemerintah dalam
membuat kebijakan
yang mendukung (S1,
S2, T6)
Sumber : Hasil analisis SWOT

(W2,T1,T3)
3. Meningkatkan
pembinaan pengusaha
dengan
mengoptimalkan
kebijakan pemerintah
(W1, T6)

5.2.4 Evaluasi Strategi Pengembangan Usaha Bonsai Serut
Strategi SO (Strenght-Opportunity)
Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan usaha bonsai serut di
Desa Bangun Sari dengan melihat kekuatan dan peluang adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan usaha yang matang dimanfaatkan untuk mengelola modal dan
input produksi yang tersedia (S1,O1,O2)
2. Memanfaatkan ketersediaan bahan tanam untuk membuka lebih banyak lagi
usaha/outlet di lokasi yang mudah dijangkau (S1,O1)
3. Memanfaatkan pameran sebagai wadah untuk lebih memperkenalkan eksistensi
bonsai serut yang memiliki keunikan,daya tarik dan bernilai seni tinggi (S3,O5)

Universitas Sumatera Utara

65

Langkah utama dan merupakan persyaratan dasar untuk mengembangkan
usaha bonsai serut ialah dengan adanya perencanaan yang matang untuk
mempersiapkan dan memenuhi semua aspek yang dibutuhkan dari hal yang
terkecil sekalipun.
Oleh karena itu strategis di atas diperlukan dengan mengoptimalkan
beberapa kekuatan dan dengan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya
agar tujuan untuk mengembangkan usaha bonsai serut dapat tercapai.
Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan usaha bonsai serut
di Desa Bangun Sari dengan melihat kelemahan dan peluang yang dimiliki adalah
sebagi berikut :
1. Meningkatkan pembinaan kepada pengusaha bonsai serut dan memanfaatkan
modal usaha dan pengalaman yang dimiliki pengusaha bonsai serut (W1,O2,
O4)
2. Meningkatkan partisipasi pengusaha bonsai serut dengan saling berbagi
pengalaman yang telah dimiliki pengusaha bonsai serut (W2, O4)
Strategi di atas perlu dilakukan untuk menjamin penggunaan modal usaha
yang tepat dengan cara melakukan pembinaan. Pengalaman yang dimiliki oleh
setiap pengusaha bonsai serut juga dapat bertambah dengan saling bertukar
informasi dan ilmu yang diperoleh dari pengalamannnya selama menjalankan
usaha bonsai serut melalui partisipasi nya di ASPENTA.

Universitas Sumatera Utara

66

Strategi ST (Strenght-Threats)
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usah bonsai
serut di Desa Bangun Sari dengan melihat kekuatan dan ancaman yang dimiliki
adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan perencanaan usaha yang dimiliki untuk meningkatkan
pemasaran bonsai serut (S1, T1)
2. Mengoptimalkan ketersediaaan bahan tanam sebagai media untuk mengasah
keterampilan pengusaha bonsai serut (S2, T2)
3. Mengoptimalkan pameran sebagai wadah pemasaran bonsai serut (S3, T1)
4. Mengoptimalkan perencanaan usaha bonsai serut da