Sistem Politik Islam KERANGKA TEORI : ISLAM DAN POLITIK

C. Sistem Politik Islam

Berbicara tentang sistem politik islam, para pengamat Islam telah menulis sejumlah buku tentang teori politik islam dalam beberapa topik, seperti : sistem pemerintahan, hubungan pemerintah dengan rakyat dan jenis kekuasaan dalam islam batasan dan tugas-tugas. 19 Agaknya sudah merupakan kebiasaan orang-orang tertentu untuk agak menyamakan Islam dengan salah satu sistem kehidupan tertentu atau sistem kehidupan lainnya yang dewasa ini tengah menjadi wacana kontemporer. Ada yang mengatakan bahwa Islam adalah sebuah demokrasi, dan yang mereka maksudkan dengan ini adalah bahwa tidak ada perbedaan antara Islam dengan demokrasi yang kini tengah naik daun di barat. Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa komunisme tidak lain merupakan versi lain dari Islam yanag telah direvisi dan sangatlah cocok bagi kaum muslim untuk meniru eksperimen-eksperimen komunis soviet rusia. Yang lainnya lagi membisikan bahwa Islam mengandung unsur-unsur kediktatoran dan kita harus membangun kembali adat “taat kepada amir pemimpin”. 20 Seorang orientalis terkemuka, V. Fitzgerald dalam bukunya Mohamedian Law, mengatakan bahwa Islam bukanlah semata agama a religion , namun juga merupakan sebuah sistem politik a political sistem. Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat 19 Empan Supandi. Islam dan Politik Kajian Tentang Pemikiran Politik Al Ghazali.”, Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri,Jakarta,, 2006,h.16-26 20 Abu A’la Al Maududi. Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam. terj. Drs.Asep Hikmat Bandung : Mizan,1995. Cet.IV. h.144 Islam yang mengklaim sebagai kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gagasan pemikiran Islam dibangun atas fundamen bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Joseph Schacht, seorang orientalis lainnya, yang berpendapat bahwa Islam lebih dari sekedar agama, ia mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan yang lebih sederhana Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan negara secara bersamaan. Dengan demikian, seperti yang di kemukakan oleh H. A. R. Gibb, jelaslah bahwa Islam bukanlah sekedar kepercayaan agama individual, namun ia meniscayakan berdirinya suatu bangunan masyarakat yang independen. Ia mempunyai metode tersendiri dalam sistem kepemerintahan, perundang-undangan dan institusi. Pendapat dari para orientalis tersebut diperkuat oleh fakta-fakta sejarah. Misalnya sistem politik yang dibangun oleh Rasulullah SAW bersama kaum Mukmin di Madinah jika dilihat dari segi praksis dan diukur dengan variabel-variabel sistem politik modern, maka dapat dikatakan bahwa sistem itu adalah sistem politik par excellence, tetapi juga tidak disangkal jika dikatakan sebagai sistem relegius, karena dilihat dari tujuan-tujuan dan motif- motif dan fundamental maknawi tempat sistem itu berpijak. Sebagai sebuah sistem politik dalam perjalanan sejarahnya Islam diwarnai dengan dinamika pemikiran politik, seperti halnya perjalanan sejarah pemikiran politik agama-agama lain. Pemikiran politik Yahudi, Kristen, dan juga Islam tidak terlepas dari unsur kesejarahannya. Teori- teori politik tidak muncul begitu saja tetapi merupakan satu rangkaian proses dengan fenomena dan kejadian kesejarahan yang dikaji dan diteorisasi secara sistematis. Teori-teori politik yang muncul di Barat sebagaimana telah dimunculkan oleh Hocker, Hobbes, Locke, dan Rousseou merupakan kecenderungan-kecenderungan politik mereka dan perhatian mereka terhadap relasi nilai dan kekuasaan, agama dan kekuasaan, ideologi dan kekuasaan, kepentingan dan kekuasaan, yang sangat menonjol terjadi di zamannya, di negara-negara mereka atau di negara-negara yang menjadi perhatian mereka. Mustafa Muhammad dalam bukunya Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam, mengatakan bahwasanya sistem politik Islam adalah suatu sistem yang bertolak dari kaidah-kaidah umum, yakin kebebasan, kesetaraan, keadilan, dan supremasi hukum. Juga konsistensi terhadap pemilihan pemimpin, dan bahwa pemerintah adalah pelaksana hukum dan perundang-undangan, pelindung agama dan bertanggung jawab terhadap rakyat. Di antara rakyat adalah memberi nasihat, mengevaluasi, memecat dan menggantinya, jika diperlukan. Sistem politik harus ditegakkan di atas prinsip syura, dan syura menjadi sesuatu yang harus ditegakkan oleh penguasa. 21 Abu A’la al-Maududi mengatakan bahwasanya sistem politik Islam merupakan suatu sistem yang berlandaskan akidah, karena akidah merupakan suatu sistem yang berlandaskan akidah, karena akidah merupakan suatu sistem 21 Mustafa Muhamad, Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern, Solo: Era Intermedia,2000, cet ke-1, h. 47 politik Islam yang ditegakan oleh rasul. Aspek-aspek lain berkisar disekelilingnya. Akidah inilah yang menjadi landasan pijakan dan paradigma teori politik Islam. akidah juga merupakan dasar undang-undang politik Islam yang telah melahirkan bentuk ketahanan politik dan hukum ciptaan manusia, baik secara individu ijtihad fardli maupun kelompok ijtihad jam’I. Namun seseorang tidak mempunyai otoritas dalam memeaksakan kehendaknya yang menginginkan ijtihadnya diikuti dan dipatuhi. Pembuatan hukum Islam mutlak menjadi hak Allah, dan tidak ada campur tangan manusia. 22 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasannya al-Maududi dalam menjelaskan tentang sistem politik Islam adalah suatu sistem yang bermuara pada ketentuan undang-undangyang terdapat dalam al-Qur’an. Al-Nabani mengatakan bahwasannya sistem politik Islam adalah sistem yang membicarakan tentang kekhalifahan dan konsep-konsep pemerintahannya. Konsep pemerintahan Islam adalah sistem ”khilafah”, yang mempuyai pola yang unik yang berbeda dari pola pemerintahan lainnya. Syariat yang diterapkan untuk mewujudkan pemerintahan. Pengaturan urusan rakyat dan hubungan luar negerinya, berasal dari Allah Swt. Syariat tersebut bukan dari rakyat, bukan dari beberapa orang, atau seseorang. Sedangkan ciri- ciri khas khliafah yang menurut as-Sanhuri, ialah prinsip kesatuan umat. 22 Abul A’la al-Mandudi, Politik Alternatif: Suatu Perspekif Islam, terjemahan, Jakarta:Gema Insani Press, 1994, Cet. Ke-11, h. 35

D. Polemik Tentang Relasi Agama dalam Konteks Negara-