19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Perancangan Sistem
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Sistem
Mulai
Menentukan Spesifikasi Alat
Menentukan Topologi Jaringan
Konfigurasi Software dan Alat
Pengujian
Capture TCP
Capture CommView
Berfungsi
Analisis Data
Selesai
ya tidak
3.2. Spesifikasi Alat
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis unjuk kerja TCP pada kejadian roaming internal WLAN. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat
sebagai berikut :
3.2.1. Spesifikasi Hardware
3.2.1.1. RB951Ui-2HnD
RB951Ui-2HnD digunakan sebagai server hotspot yang berfungsi untuk menyebarkan alamat ip ke AP access point. Spesifikasi RB951Ui-
2HnD adalah sebagai berikut[19]: Tabel 3. 1 Spesifikasi RB951Ui-2HnD[19]
Details Product code
RB951Ui-2HnD CPU nominal frequency
600 MHz CPU core count
1 Size of RAM
128 MB Wierless standarts
802.11bgn
3.2.1.2. TP-Link WR740N
TL-WR740N digunakan sebagai access point yang berfungsi untuk menerima alamat ip dari server. Spesifikasi TL-WR740N adalah sebagai
berikut[20]:
Tabel 3. 2 Spesifikasi TP-Link WR740N[20]
HARDWARE FEATURES Interface
4 10100Mbps LAN Ports 1 10100Mbps WAN Ports
Wireless Standards IEEE 802.1n, IEEE 802.11g, IEEE 802.11b
WIRELESS FEATURES Frequency
2.4 – 2.4835 GHz
Signal Rate 11n: Up to 150Mbps dynamic
11g: Up to 54Mbps dynamic 11b: Up to 11Mbps dynamic
Wireless Security 64128152-bit WEPWPAWPA2,WPA-PSK
WPA2-PSK
3.2.2. Spesifikasi Software
3.2.2.1. CommView For WiFi
CommView for WiFi merupakan aplikasi jaringan nirkabel yang baik dan dapat memantaumeng-analyzer jaringan pada frekuensi 802.11
abgn. Dibuat dengan fitur yang mudah dan lengkap, CommView for WiFi mampu menggabungkan kinerja dan fleksibilitas[21].
Gambar 3. 2 Commview for wifi
3.2.2.2. Wireshark
Wireshark merupakan salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh Network administrator untuk
menganalisis kinerjajaringannya
terrmasuk protokol
didalamnya. Wireshark banyak disukai karenainterfacenya yang menggunakan
Graphical User Interface GUI atau tampilan grafis.
Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang melintas dalam jaringan.Semua jenis paket informasi dalam berbagai
format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisis. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atauinformasi yang
berjalan dalam jaringan yang terlihat dan semua jenis informasi inidapat dengan mudah dianalisis yaitu dengan memakai sniffing , dengan sniffing
diperoleh informasi penting seperti password email account lain. Wireshark merupakan software untuk melakukan analisis lalu-lintas
jaringankomputer, yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi professional jaringan,administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang
piranti lunak jaringan[22].
Gambar 3. 3 Wireshark
3.2.2.3. Winbox
Winbox adalah software untuk melakukan remote GUI ke Router Mikrotik melalui operating system windows. Semua fungsi antarmuka
Winbox dibuat sedekat mungkin dengan fungsi Console: semua fungsi Winbox persis dalam hierarki yang sama di Terminal Konsol dan
sebaliknya kecuali fungsi-fungsi yang tidak diimplementasikan dalam Winbox. Seperti perubahan alamat MAC pada sebuah interface.
Gambar 3. 4 Winbox
3.2.2.4. FileZilla FTP Server
FTP File Transfer Protocol adalah suatu protokol yang berfungsi untuk pertukaran file dalam suatu jaringan komputer yang mendukung
protokol TCPIP. Dua hal pokok pada FTP yaitu FTP Server dan FTP Client. FTP juga bisa dikatakan sebuah protokol Internet yang berjalan di
dalam lapisan aplikasi yang merupakan standar untuk pentransferan berkas
file komputer antar mesin-mesin dalam sebuah framework. FTP merupakan salah satu protokol Internet yang paling awal dikembangkan,
dan masih digunakan hingga saat ini untuk melakukan pengunduhan download dan pengngunggahan upload berkas-berkas komputer antara
FTP Client dan FTP Server. FileZilla adalah program aplikasi jaringan yang berguna untuk
transfer file via protokol FTP di jaringan komputer atau Internet.
Gambar 3. 5 FileZilla
3.3. Menentukan Topologi Jaringan
Topologi jaringan yang dibangun disesuaikan dengan konsep internal wireless roaming dengan arsitektur tipe External Service Set ESS. Gambar dibawah ini
memperlihatkan topologi jaringan yang dibangun.
server router
switch
AP1 AP2
Gambar 3. 6 Topologi Jaringan
192.168.10.7 192.168.10.1
192.168.20.1
3.3.1. Penjelasan Topologi
3.3.1.1. Server
Computer server, penulis menggunakan computer server untuk menyimpan data yang akan didownload untuk melakukan pengujian. Pada
computer server, diinstall sebuah software FileZilla sebagai ftp server untuk data yang akan didownload.
3.3.1.2. Router
Router pada gambar diatas adalah RB 951Ui-2hnd. Penggunaan router ini diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan sebagai DHCP
server.
3.3.1.3. Access Point
Access point pada gambar diatas adalah TP-Link model TL- WR740N, yang akan diinstal firmware DD-WRT bertujuan agar konsep
internal wireless roaming yang dibangun dapat tercapai dan juga berfungsi sebagai DHCP forwarder.
3.3.1.4. Mobile StationClient
Perangkat mobile
station yang
akan digunakan
adalah notebooklaptop. Penggunaan laptop sebagai mobile station digunakan
untuk melakukan proses download dengan aktivitas roaming berpindah dari AP1 ke AP2. Mobile station ini juga digunakan sebagai alat sniffer.
3.4. Konfigurasi Alat Pengujian
Pada konfigurasi alat pengujian, penulis melakukan proses instalasi firmware DD-WRT pada access point dilakukan melalui dua tahap. Pertama melakukan
upgrade dengan mengguakan firmware DD-WRT versi factory-to-ddwrt.bin. Setelah proses upgrade firmware tersebut berhasil, kemudian dilakukan upgrade
firmware DD-WRT menggunakan versi tl-wr740n-webflash.bin. Setelah berhasil melakukan instalasi tl-wr740n-webflash.bin maka firmware
DD-WRT terlihat
pada gambar
3.7 Kemudian
penulis melanjutkan
mengkonfigurasi access point.
Gambar 3. 7 Tampilan Awal Firmware DD-WRT
3.4.1. Konfigurasi Access Point
Beberapa konfigurasi harus diterapkan pada setiap access point agar didapatkan sistem seperti yang diharapkan. Dalam pembuatan wireless
roaming, access point yang digunakan dibuat sama untuk mempermudah proses konfigurasi. Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 3. 8 Konfigurasi IP Address AP 1 Gambar 3.8 menjelaskan konfigurasi awal yang dilakukan pada access
point pertama. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi nama pada access point, dalam hal ini access point pertama diberi nama AP 1
dengan IP address 192.168.1.1 dan subnet mask 255.255.255.0. Kemudian WAN connection type di-disable, begitu juga konfigurasi yang harus
dilakukan pada access point kedua. Gambar 3.9 menujukkan konfigurasi IP address pada access point kedua.
Gambar 3. 9 Konfigurasi IP Address AP 2 Pada gambar 3.10 menujukkan konfigurasi DHCP untuk setiap access
point. Access point tidak berfungsi sebagai DHCP server melainkan berfungsi sebagai DHCP forwarder yang meneruskan IP DHCP dari router yang
memiliki fungsi sebagai DHCP server.
Gambar 3. 10 DHCP Forwarder
Gambar 3. 11 Konfigurasi SSID pada Access Point 1 Gambar 3.11 menujukkan konfigurasi pemberian nama SSID dan wireless
channel yang digunakan oleh Access Point AP pertama. SSID yang digunakan adalah “novan”.
Gambar 3.12 Konfigurasi SSID pada Access Point 2
Pada gambar 3.12 menjelaskan konfigurasi SSID pada AP kedua. Konfigurasi pada AP kedua tidak jauh berbeda dengan AP pertama.
Pemberian nama pada SSID haruslah sama di semua AP karena DHCP forwarder bekerja berdasarkan SSID yang sama, sedangkan wireless channel
harus berbeda agar tidak terjadi interferensi antar frekuensi.
Gambar 3. 13 Konfigurasi Security untuk setiap Access point Langkah selanjutnya adalah konfigurasi security yang akan digunakan di
setiap AP. Untuk WPA shared key yang digunakan adalah “novan123”
seperti yang terlihat pada gambar 3.13
3.4.2. Konfigurasi Server Mikrotik
Konfigurasi mikrotik bertujuan untuk membuat server dan dapat memenuhi syarat tercapainya jaringan hotspot yang menggunakan internal
wireless roaming. Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut : 1.
Penulis masuk terminal dengan bantuan software winbox.
2. Penulis memberi nama pada router server. Pemberian nama ini untuk
mempermudah penulis mengidentifikasi file, ketika router di-reset. Dengan memasukkan perintah :
system identity set name=Server 3.
Penulis memberi nama “Backbone”pada interface ether2.Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah :
interface set name=Backbone ether2 4.
Penulis mengkonfigurasi interface Backbone yang berfungsi sebagai DHCP Client. Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah :
ip dhcp-client add interface=Backbone disabled=no 5.
Penulis mengkonfigurasi interface ether3 memberian nama “Hotspot”. Pada interface Hotspot ini berfungsi sebagaiserver hotspot untuk
memberi IP pada client. Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah:
interface set name=Hotspot ether3 6.
Penulis menambahkan ip address pada interface Hotspot dengan perintah :
ip address add address=192.168.20.124 interface=Hotspot 7.
Penulis mengkonfigurasi hotspot setup dengan perintah sebagai berikut :
Gambar 3. 14 Konfigurasi router mikrotik
3.4.3. Konfigurasi Komputer Server
Komputer server berfungsi sebagai server FTP untuk transfer file dan terhubung ke access point dengan kabel.Aplikasi yang digunakan untuk
transfer file adalah Filezilla server. Client akan mendownload file dari server sebesar 100MB. Berikut tampilan Filezilla server.
Gambar 3. 15 FileZilla FTP Server
Dengan Filezilla dapat menentukan folder atau drive mana yang akan digunakan untuk menempatkan file upload atau download.Selain itu dapat
menentukan username dan password user yang akan login ke server.
Gambar 3. 16 Shared Folder pada FileZilla
Setelah pengaturan di atas ,maka aktifkan filezilla dengan masukan server address “127.0.0.1” dan password “novan”.
Gambar 3. 17 Pengaturan User pada FileZilla
3.4.4. Konfigurasi Komputer Client
3.4.4.1. Konfigurasi Client SACK ON
Berikut adalah perintah yang digunakan untuk menghidupkan SACK pada terminal ubuntu 14.04 , nilai SACK adalah 1, yang berarti
SACK hidup.
Gambar 3. 18 Pengaturan SACK ON pada Client
3.4.4.2. Konfigurasi Client SACK OFF
Berikut adalah capture terminal ubuntu 14.04 untuk mematikan SACK, yaitu nilai SACK=0.
Gambar 3. 19 Pengaturan SACK OFF pada Client
3.5. Skenario Pengujian
Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, penulis menggunakan skenario pengujian sebagai berikut :
server router
switch
AP1 AP2
Gambar 3. 20 Skenario Pengujian Pengujian akan dilakukan dengan melaukan proses download dari server FTP
ke client, besar file yang akan didownload sebesar 50MB. Pengujian dibedakan menjadi 3 skenario, client akan melakukan download file dengan bergerak atau
roaming dari area jangkauan AP1 menuju ke area jangkauan AP2 dengan kecepatan berjalan yang berbeda dan kondisi SACK yang berbeda. Skenario
pengujian sebagai berikut :
Skenario A : Roaming kecepatan berjalan lambat
≈ 0,5 � � ⁄
Skenario pengujian pertama yaitu skenario A, klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan lambat. Mula-mula klien terkoneksi dengan AP1 lalu
melakukan download file ke FTP Server sebesar 50MB, bersamaan dengan itu klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan lambat sekitar 0,5 meter per
second menuju ke area AP2 sehingga klien berpindah koneksi ke AP2.
A. 1 : Roaming kecepatan berjalan lambat kondisi SACK ON
Penulis melakukan pengujian skenario pertama yaitu skenario A melakukan roaming dengan kecepatan berjalan lambat dengan kondisi
SACK ON. A.
2 : Roaming kecepatan berjalan lambat kondisi SACK OFF
Penulis melakukan pengujian skenario pertama yaitu skenario A melakukan roaming dengan kecepatan berjalan lambat namun kali ini
dengan kondisi SACK OFF.
Skenario B : Roaming kecepatan berjalan sedang
≈ 1 � � ⁄
Skenario pengujian kedua yaitu skenario B, klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan sedang yaitu 1 meter per second. Kecepatan berjalan
pada skenario B lebih cepat dari pada skenario A. Mula-mula klien terkoneksi dengan AP1 lalu melakukan download file ke FTP Server sebesar 50MB,
bersamaan dengan itu klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan sedang sekitar 1 meter per second menuju ke area AP2 sehingga klien berpindah koneksi
ke AP2.
B. 1 : Roaming kecepatan berjalan sedang kondisi SACK ON
Penulis melakukan pengujian skenario kedua yaitu skenario B melakukan roaming dengan kecepatan berjalan sedang dengan kondisi
SACK ON. B.
2 : Roaming kecepatan berjalan sedang kondisi SACK OFF
Penulis melakukan pengujian skenario kedua yaitu skenario B melaukan roaming dengan kecepatan berjalan sedang namun kali ini
dengan kondisi SACK OFF.
Skenario C : Roaming kecepatan berjalan cepat
≈ 2 � � ⁄
Skenario pengujian ketiga yaitu skenario C, klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan cepat yaitu 2 meter per second. Kecepatan berjalan
pada skenario C lebih cepat dari pada skenario A dan B. Mula-mula klien terkoneksi dengan AP1 lalu melakukan download file ke FTP Server sebesar
50MB, bersamaan dengan itu klien melakukan roaming dengan kecepatan berjalan cepat sekitar 2 meter per second menuju ke area AP2 sehingga klien
berpindah koneksi ke AP2.
C. 1 : Roaming kecepatan berjalan cepat kondisi SACK ON
Penulis melakukan pengujian skenario ketiga yaitu skenario C melakukan roaming dengan kecepatan berjalan cepat dengan kondisi
SACK ON.
C. 2 : Roaming kecepatan berjalan cepat kondisi SACK OFF
Penulis melakukan pengujian skenario ketiga yaitu skenario C melaukan roaming dengan kecepatan berjalan cepat namun kali ini dengan
kondisi SACK OFF. Pada skenario pengujian diatas, data diambildicapture dengan
menggunakan Wireshark untuk melakukan analisis TCP.
40
BAB IV
ANALISIS DAN PENGAMBILAN DATA
4.1. Analisis Proses Roaming 4.1.1.