BAB III HAK-HAK NARAPIDANA
A. Hak-Hak Narapidana Menurut Undang Undang
Hak-hak seorang narapidana selama menghuni Lembaga Pemasyarakatan sangat jelas diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada
pasal 14, yaitu: 1.
Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 2.
Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. 3.
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran. 4.
Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. 5.
Menyampaikan keluhan. 6.
Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.
7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya.
8. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukan.
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana remisi.
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat.
12. Mendapatkan cuti menjelang bebas.
13. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan yang berlaku.
Syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1999 yang meliputi beberapa bagian yakni antara lain : 1.
Ibadah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 pasal 1 dan 2 telah
menjamin setiap warga negara untuk memeluk dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Hal ini tidak terhapuskan meskipun
seseorang tersebut sedang menjalani masa pidana atau menjadi narapidana. Setiap narapida diperkenankan untuk beribadah sesuai agama dan
kepercayaannya.
Pelaksanaan ibadah tidak hanya dilaksanakan didalam LAPAS namun juga dilaksanakan diluar LAPAS sesuai dengan program pembinaan yang
telah diatur oleh LAPAS. Namun biasanya kebanyakan LAPAS lebih memilih untuk melaksanakan program pembinaan di dalam LAPAS dengan
alasan keamanan. Pelaksanaan program pembinaan pada bagian ibadah atau keagamaan
ini, setiap LAPAS diwajibkan untuk menyediakan petugas untuk memberikan pendidikan dan bimbingan keagamaan. Jumlah petugas disesuaikan dengan
keperluan tiap-tiap LAPAS berdasarkan pertimbangan kepala LAPAS dan dapat mengadakan kerjasama dengan instansi terkait, badan kemasyarakatan
atau perorangan. Pendidikan dan pembinaan keagamaan wajib untuk diikuti setiap narapidana.
2. Perawatan rohani dan perawatan jasmani
Setiap narapidana berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani. Adapun hak tersebut adalah sebagai berikut :
a Perawatan rohani
Perawatan rohani yang dimaksud dapat diberikan melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti
adalah meliputi sopan santun atau tata krama dalam pergaulan hidup sehari-hari. LAPAS wajib menyediakan petugas dan dapat bekerjasama
dengan instansi terkait, badan kemasyarakatan atau perorangan. b
Perawatan jasmani Perawatan jasmani yang diberikan berupa :
1 pemberian kesempatan melakukan olah raga dan rekreasi
Jenis olah raga yang diadakan antara lain sepak bola, tenis meja, bola voley, bulu tangkis, catur, atau senam. Sedangkan jenis
rekreasi yang diadakan antara lain berupa penayangan televisi, penyelenggaraan kesenian yang dilakukan oleh narapidana atau
petugas Pemasyarakatan, atau pertunjukan kesenian yang didatangkan dari luar LAPAS.
2 pemberian perlengkapan pakaian
Perlengkapan pakaian yakni : a
dua stel pakaian seragam b
satu stel pakaian kerja c
dua buah celana dalam d
satu lembar kain sarung e
satu pasang sandal jepit. 3
pemberian perlengkapan tidur dan mandi Perlengkapan tidur dan mandi yakni meliputi tempat tidur,
kasur atau tikar, sprei, bantal, selimut, sabun mandi, handuk, sikat dan pasta gigi.
3. Pendidikan dan pengajaran
LAPAS wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dan wajib menyediakan petugas pendidikan dan pengajaran.
Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, LAPAS dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi bidang
Pendidikan dan Kebudayaan, dan atau badan-badan kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dilaksanakan di dalam LAPAS dan diselenggarakan menurut kurikulum yang berlaku pada lembaga
pendidikan yang sederajat. Kurikulum yang berlaku pada lembaga-lembaga pendidikan yang sederajat adalah kurikulum yang berlaku di pendidikan
dasar dan pendidikan menengah negeri. Apabila tidak tersedia di dalam LAPAS, maka dapat dilaksanakan di luar LAPAS. Wujud pendidikan yang
pelaksanaannya di luar LAPAS berupa : a
belajar di sekolah negeri b
belajar di tempat latihan kerja yang dikelola oleh LAPAS pertanian, peternakan, perikanan dan sebagainya
c belajar di tempat latihan kerja milik Instansi Pemerintah lainnya
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran menjadi tanggung jawab Kepala LAPAS. Kepala LAPAS mengadakan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dan pengajaran di dalam LAPAS dengan mendapat bahan pertimbangan dari Tim Pengamat Pemasyarakatan. Setiap narapidana
yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang berwenang.
4. Pelayanan kesehatan dan makanan
Setiap Narapidana berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dan mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori
yang memenuhi syarat kesehatan.
a Pelayanan kesehatan
LAPAS menyediakan
poliklinik beserta
fasilitasnya perlengkapan
kesehatan, termasuk
didalamnya perlengkapan
kefarmasian, misalnya alat-alat suntik, rontgen, dan obat-obatan dan disediakan sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang tenaga
kesehatan lainnya perawat atau bidan. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter LAPAS. Apabila berhalangan, maka pelayanan kesehatan
tertentu pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kewenangan dari tenaga kesehatan yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu bulan dan dicatat dalam kartu kesehatan. Apabila narapidana ada
keluhan mengenai kesehatannya, maka dokter atau tenaga kesehatan lainnya di LAPAS wajib melakukan pemeriksaan. Bila dari hasil
pemeriksaan kesehatan, ditemukan adanya penyakit menular atau membahayakan, maka penderita tersebut dirawat secara khusus
menempatkan penderita di tempat tertentu atau di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya penularan.
Dalam hal penderita memerlukan perawatan lebih lanjut, dokter LAPAS memberikan rekomendasi kepada Kepala LAPAS agar pelayanan
kesehatan dilakukan di rumah sakit umum Pemerintah di luar LAPAS serta wajib dikawal oleh Petugas LAPAS, dan bila diperlukan dapat
meminta bantuan petugas kepolisian. Pelayanan kesehatan bagi penderita
di rumah sakit harus mendapat izin tertulis dari Kepala LAPAS. Biaya perawatan kesehatan di rumah sakit bagi penderita dibebankan kepada
Negara. Kepala LAPAS harus segera memberitahukan kepada keluarga narapidana apabila ada narapidana yang sakit sakit yang memerlukan
perawatan lebih lanjut berdsarkan surat keterangan sakit dari dokter. Apabila dalam LAPAS ada narapidana yang meninggal dunia
karena sakit atau sebab lain, maka Kepala LAPAS segera tidak lebih dari satu kali dua belas jam memberitahukan kepada keluarganya. Jenazah
narapidana yang tidak diambil keluarganya dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam sejak meninggal dunia dan telah diberitahukan
secara layak kepada keluarga atau ahli warisnya termasuk juga jenazah narapidana
yang karena
keluarganya tidak mampu
kemudian menyerahkan
penguburannya kepada
LAPAS, dengan
surat penyerahannya secara tertulis, penguburannya dilaksanakan oleh LAPAS,
sesuai dengan tata cara agama atau kepercayaannya. Apabila narapidana diduga meninggal secara tidak wajar, maka Kepala LAPAS segera
melapor kepada Kepolisian. Barang atau uang milik narapidana yang meninggal dunia, harus
diserahkan kepada keluarga atau ahli warisnya dan dilakukan dengan Berita Acara. Apabila barang atau uang milik narapidana yang meninggal
dunia tersebut tidak diambil oleh keluarga atau ahli warisnya dalam waktu enam bulan setelah diberitahukan, maka barang atau uang tersebut
menjadi milik negara. Dalam hal barang milik narapidana yang
meninggal dunia mengandung bibit penyakit yang berbahaya, maka barang tersebut segera dimusnahkan dan dibuatkan Berita Acara.
b Pelayanan makanan
Setiap narapidana berhak mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan Jumlah
kalori sekurang-kurangnya dua ribu dua ratus lima puluh kalori untuk setiap orang perhari. Bagi narapidana yang berkewarganegaraan asing
bukan penduduk Indonesia, atas petunjuk dokter dapat diberikan makanan jenis lain sesuai dengan kebiasaan di negaranya dan tidak melampaui satu
satu per dua kali dari harga makanan yang telah ditentukan bagi narapidana.
Narapidana yang sakit dan yang melakukan jenis pekerjaan tertentu bekerja di bengkel kerja, pertanian, perikanan, dapur,
peternakan, perkebunan berhak mendapatkan makanan tambahan penambahan jumlah kalori di atas rata-rata jumlah kalori yang
ditetapkan sesuai dengan petunjuk dokter. Pemberian makanan tambahan dimaksudkan untuk menjaga terpeliharanya kesehatan narapidana. Setiap
narapidana yang berpuasa, diberikan makanan tambahan. Biaya tambahan bagi narapidana yang berpuasa minimum satu pertiga, maksimal satu per
dua dari harga biaya makan seorang perhari. Kepala LAPAS bertanggung jawab atas pengelolaan makanan,
yang meliputi : 1
pengadaan, penyimpanan, dan penyiapan makanan 2
kebersihan makanan dan dipenuhinya syarat-syarat kesehatan dan gizi
3 pemeliharaan peralatan masak, makan, dan minum.
Mutu dan jumlah bahan makanan untuk kebutuhan narapidana harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yag berlaku.
Setiap narapidana dapat menerima makanan dari luar LAPAS setelah mendapat izin Kepala LAPAS dan harus diperiksa terlebih dahulu
oleh Petugas LAPAS. 5.
Keluhan Setiap narapidana berhak menyampaikan keluhan kepada Kepala
LAPAS atas perlakuan petugas atau sesama penghuni terhadap dirinya. Keluhan tersebut disampaikan apabila perlakuan tersebut benar-benar
dirasakan dapat menggangu hak asasi atau hak-hak narapidana yang bersangkutan atau narapidana lainnya. Keluhan dapat disampaikan secara
lisan atau tulisan dengan tetap memperhatikan tata tertib LAPAS. 6.
Bahan bacaan dan siaran media massa Setiap LAPAS menyediakan bahan bacaan, media massa yang berupa
media cetak dan media elektronik yang bersifat menunjang program pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana dan tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap LAPAS menyediakan sekurang-kurangnya 1 satu buah
pesawat televisi, 1 satu buah radio penerima, dan media elektronik lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Narapidana dilarang membawa pesawat televisi dan radio atau media elektronik yang lain ke dalam LAPAS untuk kepentingan pribadi. Bagi yang
berkeinginan membawa dan mendapat bahan bacaan atau informasi dari media massa dari luar LAPAS, harus mendapat izin dari Kepala LAPAS.
7. Kunjungan
Setiap narapidana berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya handai taulan, rohaniwan.
Kunjungan tersebut dicatat dalam buku daftar kunjungan. Setiap LAPAS wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 satu ruangan khusus untuk
menerima kunjungan. Petugas Pemasyarakatan yang bertugas di tempat kunjungan wajib :
a memeriksa dan meneliti keterangan identitas diri pengunjung
b menggeledah pengunjung dan memeriksa barang bawaannya
bila ditemukan keterangan identitas palsu atau adanya barang bawaan yang dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
pengunjung untuk waktu selanjutnya dilarang dan tidak dibolehkan mengunjungi narapidana yang bersangkutan.
Bagi terpidana mati yang permohonan grasinya ditolak dimungkinkan mendapat kunjungan orang-orang tertentu, yakni : keluarga, handai tolan,
rohaniwan dan pengacara. 8.
Upah dan premi Setiap narapidana yang bekerja berhak mendapatkan upah imbalan
yang jasa diberikan kepada narapidana yang bekerja menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan atau premi imbalan jasa yang
diberikan kepada narapidana yang mengikuti latihan kerja sambil berproduksi akan tetapi harus dititipkan dan dicatat di LAPAS. Upah atau
premi diberikan kepada yang bersangkutan, apabila diperlukan untuk memenuhi keperluan yang mendasar selama berada di LAPAS atau untuk
biaya pulang setelah selesai menjalani masa pidana. Dalam hal yang bersangkutan dipindah ke LAPAS lain, maka upah atau premi ikut
dipindahkan. 9.
Remisi Setiap narapidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan
baik mentaati peraturan yang berlaku dan tidak dikenakan tindakan disiplin yang dicatat dalam buku register F selama kurun waktu yang diperhitungkan
untuk pemberian remisi berhak mendapatkan remisi. Remisi dapat ditambah, apabila selama menjalani pidana, yang bersangkutan :
a Berbuat jasa kepada Negara
Contoh : 1
menghasilkan karya dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk pembangunan dan kemanusiaan.
2 mencegah pelarian Tahanan, Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan. b
Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan Contoh :
1 ikut menanggulangi bencana alam
2 menjadi donor organ tubuh atau donor darah yang telah memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan.
c Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan LAPAS.
Contoh : pekerjaan yang dilakukan oleh Narapidana yang diangkat sebagai pemuka kerja oleh Kepala LAPAS
Bagi narapidana yang menunggu grasi sambil menjalani pidana juga berhak untuk mendapatkan remisi.
10. Asimilasi dan cuti
Setiap narapidana berhak mendapatkan asimilasi dan cuti dengan ketentuan sebagai berikut :
a Asimilasi
Asimilasi diawali dengan memperkenalkan narapidana yang berada di dalam dengan pengunjung dari luar LAPAS baik dari instansi
pemerintah maupun dari organisasi swasta setelah menjalani satu pertiga dari masa pidana.
Ketentuan asimilasi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan
hak warga binaan pemasyarakatan pasal 37 ayat 1 antara lain : 1
Setelah menjalani pembinaan satu perdua atau setengah masa pidana 2
Dapat mengikuti program pembinaan dengan baik 3
Berkelakuan baik. Asimilasi dapat dicabut kembali apabila narapidana melanggar
ketentuan asimilasi. Terhadap Narapidana yang sedang melaksanakan asimilasi dilakukan pembinaan dan atau pembimbingan dengan ketentuan
pasal 38 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan sebagai berikut :
1 untuk kegiatan pendidikan, latihan keterampilan, kegiatan sosial, dan
pembinaan lainnya di luar LAPAS, dilaksanakan oleh Petugas LAPAS.
2 Untuk kegiatan bekerja pada pihak ketiga, bekerja mandiri, dan
penempatan di LAPAS Terbuka dilaksanakan oleh Petugas LAPAS dan diberitahukan secara tertulis kepada Pemerintah Daerah,
Kepolisian, dan Hakim Pengawas dan Pengamat setempat. Menurut pasal 39 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan Dalam hal asimilasi bagi narapidana
dicabut, maka : 1
Narapidana untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan cuti mengunjungi keluarga. 2
Narapidana yang dicabut asimilasinya untuk kedua kalinya maka yang bersangkutan tidak diberikan hak asimilasi, pembebasan bersyarat,
cuti menjelang bebas, dan cuti mengunjung keluarga. b
Cuti Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dapat
diberikan cuti berupa :
1 Cuti mengunjungi keluarga
2 Cuti menjelang bebas.
Diberikan paling lama dua hari atau dua kali dua puluh empat jam. Cuti mengunjungi keluarga dapat diberikan berupa kesempatan
berkumpul bersama keluarga di tempat kediamannya. Izin cuti mengunjungi keluarga diberikan oleh Kepala LAPAS dan wajib
diberitahukan kepada Kepala BAPAS Balai Pemasyarakatan setempat. 11.
Pembebasan bersyarat Setiap narapidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat setelah
menjalani pidana sekurang-kurangnya dua pertiga dari masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga masa pidana tersebut tidak kurang dari
sembilan bulan. Bimbingan terhadap narapidana yang diberi pembebasan bersyarat
dilaksanakan oleh BAPAS. BAPAS harus melakukan koordinasi dengan Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Pemerintah Daerah, dan Pemuka Masyarakat setempat. Bimbingan dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok, dengan berkala dan
berkesinambungan. Pembebasan bersyarat ditetapkan dengan Keputusan Menteri atas usul Kepala LAPAS.
Menurut pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan
pemasyarakatan, pembebasan bersyarat dapat dicabut oleh Menteri atas usul Kepala BAPAS dalam hal melanggar ketentuan mengenai pembebasan
bersyarat. Pencabutan pembebasan bersyarat dapat dilakukan, bila Narapidana yang sedang melaksanakan pembebasan bersyarat :
a Mengulangi melakukan tindak pidana.
b Hidup secara tidak teratur dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat
seperti, membuat onar, mabukmabukan, bermain judi, mengunjungi tempat mesum, mengganggu ketertiban umum atau masyarakat.
c Malas bekerja.
Dalam hal Narapidana yang pembebasan bersyaratnya dicabut, maka menurut pasal 47 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan:
a Masa selama berada di luar LAPAS tidak dihitung sebagai masa
menjalani pidana b
Untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan pembebasan bersyarat tidak diberikan remisi, cuti menjelang bebas, dan cuti mengunjungi
keluarga 12.
Cuti menjelang bebas Cuti menjelang bebas dapat diberikan kepada narapidana yang telah
menjalani dua pertiga masa pidana sekurang-kurangnya sembilan bulan berkelakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang
diterimanya paling lama enam bulan. Cuti menjelang bebas diberikan oleh Kepala Kanwil Departemen Kehakiman setempat atas usul dari Kepala
LAPAS.
Cuti menjelang bebas berakhir tepat pada saat bersamaan dengan hari bebas yang sesungguhnya. Pembimbingan dan pengawasan selama cuti
menjelang bebas dilaksanakan oleh Petugas BAPAS. 13.
Hak-hak lain Hak-hak lain yang dimaksud adalah hak politik, hak memilih dan hak
keperdataan lainnya. Hak politik bagi Narapidana adalah hak menjadi anggota partai politik
sesuai dengan aspirasinya, walaupun yang bersangkutan berada di LAPAS tidak berarti menyebabkan keanggotaan dalam partai politik menjadi hilang.
Hak memilih bagi Narapidana yakni narapidana diberi kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum.
Hak keperdataan lainnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan
hak warga binaan pemasyarakatan pasal 52 ayat 1 meliputi : a
Surat menyurat dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya Narapidana dapat mengirim surat keluar LAPAS dan menerima
surat dari luar LAPAS. Surat dimaksud termasuk surat kawat, paket, dan barang-barang cetakan dan segala tulisan-tulisan serta barang-barang lain
yang dapat digunakan untuk memberitakan apapun. Surat tidak dapat langsung dikirim atau diterima oleh Narapidana melainkan harus lewat
pemeriksaan atau pertimbangan petugas keamanan atau yang ditunjuk. b
Izin keluar LAPAS dalam hal-hal luar biasa. hal-hal luar biasa adalah yang sungguh-sungguh luar biasa
sifatnya meliputi :
1 meninggalnyasakit keras ayah, ibu, anak, cucu, suami, istri, adik atau
kakak kandung 2
menjadi wali atas pernikahan anaknya 3
membagi warisan.
B. Pelaksanaan Hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB