Hak-Hak Narapidana Menurut Undang Undang

BAB III HAK-HAK NARAPIDANA

A. Hak-Hak Narapidana Menurut Undang Undang

Hak-hak seorang narapidana selama menghuni Lembaga Pemasyarakatan sangat jelas diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 14, yaitu: 1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran. 4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. 5. Menyampaikan keluhan. 6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang. 7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya. 8. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukan. 9. Mendapatkan pengurangan masa pidana remisi. 10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. 11. Mendapatkan pembebasan bersyarat. 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas. 13. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan yang berlaku. Syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 yang meliputi beberapa bagian yakni antara lain : 1. Ibadah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 pasal 1 dan 2 telah menjamin setiap warga negara untuk memeluk dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Hal ini tidak terhapuskan meskipun seseorang tersebut sedang menjalani masa pidana atau menjadi narapidana. Setiap narapida diperkenankan untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaannya. Pelaksanaan ibadah tidak hanya dilaksanakan didalam LAPAS namun juga dilaksanakan diluar LAPAS sesuai dengan program pembinaan yang telah diatur oleh LAPAS. Namun biasanya kebanyakan LAPAS lebih memilih untuk melaksanakan program pembinaan di dalam LAPAS dengan alasan keamanan. Pelaksanaan program pembinaan pada bagian ibadah atau keagamaan ini, setiap LAPAS diwajibkan untuk menyediakan petugas untuk memberikan pendidikan dan bimbingan keagamaan. Jumlah petugas disesuaikan dengan keperluan tiap-tiap LAPAS berdasarkan pertimbangan kepala LAPAS dan dapat mengadakan kerjasama dengan instansi terkait, badan kemasyarakatan atau perorangan. Pendidikan dan pembinaan keagamaan wajib untuk diikuti setiap narapidana. 2. Perawatan rohani dan perawatan jasmani Setiap narapidana berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani. Adapun hak tersebut adalah sebagai berikut : a Perawatan rohani Perawatan rohani yang dimaksud dapat diberikan melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti adalah meliputi sopan santun atau tata krama dalam pergaulan hidup sehari-hari. LAPAS wajib menyediakan petugas dan dapat bekerjasama dengan instansi terkait, badan kemasyarakatan atau perorangan. b Perawatan jasmani Perawatan jasmani yang diberikan berupa : 1 pemberian kesempatan melakukan olah raga dan rekreasi Jenis olah raga yang diadakan antara lain sepak bola, tenis meja, bola voley, bulu tangkis, catur, atau senam. Sedangkan jenis rekreasi yang diadakan antara lain berupa penayangan televisi, penyelenggaraan kesenian yang dilakukan oleh narapidana atau petugas Pemasyarakatan, atau pertunjukan kesenian yang didatangkan dari luar LAPAS. 2 pemberian perlengkapan pakaian Perlengkapan pakaian yakni : a dua stel pakaian seragam b satu stel pakaian kerja c dua buah celana dalam d satu lembar kain sarung e satu pasang sandal jepit. 3 pemberian perlengkapan tidur dan mandi Perlengkapan tidur dan mandi yakni meliputi tempat tidur, kasur atau tikar, sprei, bantal, selimut, sabun mandi, handuk, sikat dan pasta gigi. 3. Pendidikan dan pengajaran LAPAS wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dan wajib menyediakan petugas pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, LAPAS dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan atau badan-badan kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dilaksanakan di dalam LAPAS dan diselenggarakan menurut kurikulum yang berlaku pada lembaga pendidikan yang sederajat. Kurikulum yang berlaku pada lembaga-lembaga pendidikan yang sederajat adalah kurikulum yang berlaku di pendidikan dasar dan pendidikan menengah negeri. Apabila tidak tersedia di dalam LAPAS, maka dapat dilaksanakan di luar LAPAS. Wujud pendidikan yang pelaksanaannya di luar LAPAS berupa : a belajar di sekolah negeri b belajar di tempat latihan kerja yang dikelola oleh LAPAS pertanian, peternakan, perikanan dan sebagainya c belajar di tempat latihan kerja milik Instansi Pemerintah lainnya Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran menjadi tanggung jawab Kepala LAPAS. Kepala LAPAS mengadakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dan pengajaran di dalam LAPAS dengan mendapat bahan pertimbangan dari Tim Pengamat Pemasyarakatan. Setiap narapidana yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang berwenang. 4. Pelayanan kesehatan dan makanan Setiap Narapidana berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dan mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan. a Pelayanan kesehatan LAPAS menyediakan poliklinik beserta fasilitasnya perlengkapan kesehatan, termasuk didalamnya perlengkapan kefarmasian, misalnya alat-alat suntik, rontgen, dan obat-obatan dan disediakan sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang tenaga kesehatan lainnya perawat atau bidan. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter LAPAS. Apabila berhalangan, maka pelayanan kesehatan tertentu pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kewenangan dari tenaga kesehatan yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu bulan dan dicatat dalam kartu kesehatan. Apabila narapidana ada keluhan mengenai kesehatannya, maka dokter atau tenaga kesehatan lainnya di LAPAS wajib melakukan pemeriksaan. Bila dari hasil pemeriksaan kesehatan, ditemukan adanya penyakit menular atau membahayakan, maka penderita tersebut dirawat secara khusus menempatkan penderita di tempat tertentu atau di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya penularan. Dalam hal penderita memerlukan perawatan lebih lanjut, dokter LAPAS memberikan rekomendasi kepada Kepala LAPAS agar pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit umum Pemerintah di luar LAPAS serta wajib dikawal oleh Petugas LAPAS, dan bila diperlukan dapat meminta bantuan petugas kepolisian. Pelayanan kesehatan bagi penderita di rumah sakit harus mendapat izin tertulis dari Kepala LAPAS. Biaya perawatan kesehatan di rumah sakit bagi penderita dibebankan kepada Negara. Kepala LAPAS harus segera memberitahukan kepada keluarga narapidana apabila ada narapidana yang sakit sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut berdsarkan surat keterangan sakit dari dokter. Apabila dalam LAPAS ada narapidana yang meninggal dunia karena sakit atau sebab lain, maka Kepala LAPAS segera tidak lebih dari satu kali dua belas jam memberitahukan kepada keluarganya. Jenazah narapidana yang tidak diambil keluarganya dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam sejak meninggal dunia dan telah diberitahukan secara layak kepada keluarga atau ahli warisnya termasuk juga jenazah narapidana yang karena keluarganya tidak mampu kemudian menyerahkan penguburannya kepada LAPAS, dengan surat penyerahannya secara tertulis, penguburannya dilaksanakan oleh LAPAS, sesuai dengan tata cara agama atau kepercayaannya. Apabila narapidana diduga meninggal secara tidak wajar, maka Kepala LAPAS segera melapor kepada Kepolisian. Barang atau uang milik narapidana yang meninggal dunia, harus diserahkan kepada keluarga atau ahli warisnya dan dilakukan dengan Berita Acara. Apabila barang atau uang milik narapidana yang meninggal dunia tersebut tidak diambil oleh keluarga atau ahli warisnya dalam waktu enam bulan setelah diberitahukan, maka barang atau uang tersebut menjadi milik negara. Dalam hal barang milik narapidana yang meninggal dunia mengandung bibit penyakit yang berbahaya, maka barang tersebut segera dimusnahkan dan dibuatkan Berita Acara. b Pelayanan makanan Setiap narapidana berhak mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan Jumlah kalori sekurang-kurangnya dua ribu dua ratus lima puluh kalori untuk setiap orang perhari. Bagi narapidana yang berkewarganegaraan asing bukan penduduk Indonesia, atas petunjuk dokter dapat diberikan makanan jenis lain sesuai dengan kebiasaan di negaranya dan tidak melampaui satu satu per dua kali dari harga makanan yang telah ditentukan bagi narapidana. Narapidana yang sakit dan yang melakukan jenis pekerjaan tertentu bekerja di bengkel kerja, pertanian, perikanan, dapur, peternakan, perkebunan berhak mendapatkan makanan tambahan penambahan jumlah kalori di atas rata-rata jumlah kalori yang ditetapkan sesuai dengan petunjuk dokter. Pemberian makanan tambahan dimaksudkan untuk menjaga terpeliharanya kesehatan narapidana. Setiap narapidana yang berpuasa, diberikan makanan tambahan. Biaya tambahan bagi narapidana yang berpuasa minimum satu pertiga, maksimal satu per dua dari harga biaya makan seorang perhari. Kepala LAPAS bertanggung jawab atas pengelolaan makanan, yang meliputi : 1 pengadaan, penyimpanan, dan penyiapan makanan 2 kebersihan makanan dan dipenuhinya syarat-syarat kesehatan dan gizi 3 pemeliharaan peralatan masak, makan, dan minum. Mutu dan jumlah bahan makanan untuk kebutuhan narapidana harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yag berlaku. Setiap narapidana dapat menerima makanan dari luar LAPAS setelah mendapat izin Kepala LAPAS dan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Petugas LAPAS. 5. Keluhan Setiap narapidana berhak menyampaikan keluhan kepada Kepala LAPAS atas perlakuan petugas atau sesama penghuni terhadap dirinya. Keluhan tersebut disampaikan apabila perlakuan tersebut benar-benar dirasakan dapat menggangu hak asasi atau hak-hak narapidana yang bersangkutan atau narapidana lainnya. Keluhan dapat disampaikan secara lisan atau tulisan dengan tetap memperhatikan tata tertib LAPAS. 6. Bahan bacaan dan siaran media massa Setiap LAPAS menyediakan bahan bacaan, media massa yang berupa media cetak dan media elektronik yang bersifat menunjang program pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap LAPAS menyediakan sekurang-kurangnya 1 satu buah pesawat televisi, 1 satu buah radio penerima, dan media elektronik lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Narapidana dilarang membawa pesawat televisi dan radio atau media elektronik yang lain ke dalam LAPAS untuk kepentingan pribadi. Bagi yang berkeinginan membawa dan mendapat bahan bacaan atau informasi dari media massa dari luar LAPAS, harus mendapat izin dari Kepala LAPAS. 7. Kunjungan Setiap narapidana berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya handai taulan, rohaniwan. Kunjungan tersebut dicatat dalam buku daftar kunjungan. Setiap LAPAS wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 satu ruangan khusus untuk menerima kunjungan. Petugas Pemasyarakatan yang bertugas di tempat kunjungan wajib : a memeriksa dan meneliti keterangan identitas diri pengunjung b menggeledah pengunjung dan memeriksa barang bawaannya bila ditemukan keterangan identitas palsu atau adanya barang bawaan yang dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pengunjung untuk waktu selanjutnya dilarang dan tidak dibolehkan mengunjungi narapidana yang bersangkutan. Bagi terpidana mati yang permohonan grasinya ditolak dimungkinkan mendapat kunjungan orang-orang tertentu, yakni : keluarga, handai tolan, rohaniwan dan pengacara. 8. Upah dan premi Setiap narapidana yang bekerja berhak mendapatkan upah imbalan yang jasa diberikan kepada narapidana yang bekerja menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan atau premi imbalan jasa yang diberikan kepada narapidana yang mengikuti latihan kerja sambil berproduksi akan tetapi harus dititipkan dan dicatat di LAPAS. Upah atau premi diberikan kepada yang bersangkutan, apabila diperlukan untuk memenuhi keperluan yang mendasar selama berada di LAPAS atau untuk biaya pulang setelah selesai menjalani masa pidana. Dalam hal yang bersangkutan dipindah ke LAPAS lain, maka upah atau premi ikut dipindahkan. 9. Remisi Setiap narapidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik mentaati peraturan yang berlaku dan tidak dikenakan tindakan disiplin yang dicatat dalam buku register F selama kurun waktu yang diperhitungkan untuk pemberian remisi berhak mendapatkan remisi. Remisi dapat ditambah, apabila selama menjalani pidana, yang bersangkutan : a Berbuat jasa kepada Negara Contoh : 1 menghasilkan karya dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk pembangunan dan kemanusiaan. 2 mencegah pelarian Tahanan, Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. b Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan Contoh : 1 ikut menanggulangi bencana alam 2 menjadi donor organ tubuh atau donor darah yang telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. c Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan LAPAS. Contoh : pekerjaan yang dilakukan oleh Narapidana yang diangkat sebagai pemuka kerja oleh Kepala LAPAS Bagi narapidana yang menunggu grasi sambil menjalani pidana juga berhak untuk mendapatkan remisi. 10. Asimilasi dan cuti Setiap narapidana berhak mendapatkan asimilasi dan cuti dengan ketentuan sebagai berikut : a Asimilasi Asimilasi diawali dengan memperkenalkan narapidana yang berada di dalam dengan pengunjung dari luar LAPAS baik dari instansi pemerintah maupun dari organisasi swasta setelah menjalani satu pertiga dari masa pidana. Ketentuan asimilasi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan pasal 37 ayat 1 antara lain : 1 Setelah menjalani pembinaan satu perdua atau setengah masa pidana 2 Dapat mengikuti program pembinaan dengan baik 3 Berkelakuan baik. Asimilasi dapat dicabut kembali apabila narapidana melanggar ketentuan asimilasi. Terhadap Narapidana yang sedang melaksanakan asimilasi dilakukan pembinaan dan atau pembimbingan dengan ketentuan pasal 38 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan sebagai berikut : 1 untuk kegiatan pendidikan, latihan keterampilan, kegiatan sosial, dan pembinaan lainnya di luar LAPAS, dilaksanakan oleh Petugas LAPAS. 2 Untuk kegiatan bekerja pada pihak ketiga, bekerja mandiri, dan penempatan di LAPAS Terbuka dilaksanakan oleh Petugas LAPAS dan diberitahukan secara tertulis kepada Pemerintah Daerah, Kepolisian, dan Hakim Pengawas dan Pengamat setempat. Menurut pasal 39 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan Dalam hal asimilasi bagi narapidana dicabut, maka : 1 Narapidana untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti mengunjungi keluarga. 2 Narapidana yang dicabut asimilasinya untuk kedua kalinya maka yang bersangkutan tidak diberikan hak asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti mengunjung keluarga. b Cuti Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dapat diberikan cuti berupa : 1 Cuti mengunjungi keluarga 2 Cuti menjelang bebas. Diberikan paling lama dua hari atau dua kali dua puluh empat jam. Cuti mengunjungi keluarga dapat diberikan berupa kesempatan berkumpul bersama keluarga di tempat kediamannya. Izin cuti mengunjungi keluarga diberikan oleh Kepala LAPAS dan wajib diberitahukan kepada Kepala BAPAS Balai Pemasyarakatan setempat. 11. Pembebasan bersyarat Setiap narapidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat setelah menjalani pidana sekurang-kurangnya dua pertiga dari masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga masa pidana tersebut tidak kurang dari sembilan bulan. Bimbingan terhadap narapidana yang diberi pembebasan bersyarat dilaksanakan oleh BAPAS. BAPAS harus melakukan koordinasi dengan Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah, dan Pemuka Masyarakat setempat. Bimbingan dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok, dengan berkala dan berkesinambungan. Pembebasan bersyarat ditetapkan dengan Keputusan Menteri atas usul Kepala LAPAS. Menurut pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan, pembebasan bersyarat dapat dicabut oleh Menteri atas usul Kepala BAPAS dalam hal melanggar ketentuan mengenai pembebasan bersyarat. Pencabutan pembebasan bersyarat dapat dilakukan, bila Narapidana yang sedang melaksanakan pembebasan bersyarat : a Mengulangi melakukan tindak pidana. b Hidup secara tidak teratur dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat seperti, membuat onar, mabukmabukan, bermain judi, mengunjungi tempat mesum, mengganggu ketertiban umum atau masyarakat. c Malas bekerja. Dalam hal Narapidana yang pembebasan bersyaratnya dicabut, maka menurut pasal 47 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan: a Masa selama berada di luar LAPAS tidak dihitung sebagai masa menjalani pidana b Untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan pembebasan bersyarat tidak diberikan remisi, cuti menjelang bebas, dan cuti mengunjungi keluarga 12. Cuti menjelang bebas Cuti menjelang bebas dapat diberikan kepada narapidana yang telah menjalani dua pertiga masa pidana sekurang-kurangnya sembilan bulan berkelakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang diterimanya paling lama enam bulan. Cuti menjelang bebas diberikan oleh Kepala Kanwil Departemen Kehakiman setempat atas usul dari Kepala LAPAS. Cuti menjelang bebas berakhir tepat pada saat bersamaan dengan hari bebas yang sesungguhnya. Pembimbingan dan pengawasan selama cuti menjelang bebas dilaksanakan oleh Petugas BAPAS. 13. Hak-hak lain Hak-hak lain yang dimaksud adalah hak politik, hak memilih dan hak keperdataan lainnya. Hak politik bagi Narapidana adalah hak menjadi anggota partai politik sesuai dengan aspirasinya, walaupun yang bersangkutan berada di LAPAS tidak berarti menyebabkan keanggotaan dalam partai politik menjadi hilang. Hak memilih bagi Narapidana yakni narapidana diberi kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum. Hak keperdataan lainnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan pasal 52 ayat 1 meliputi : a Surat menyurat dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya Narapidana dapat mengirim surat keluar LAPAS dan menerima surat dari luar LAPAS. Surat dimaksud termasuk surat kawat, paket, dan barang-barang cetakan dan segala tulisan-tulisan serta barang-barang lain yang dapat digunakan untuk memberitakan apapun. Surat tidak dapat langsung dikirim atau diterima oleh Narapidana melainkan harus lewat pemeriksaan atau pertimbangan petugas keamanan atau yang ditunjuk. b Izin keluar LAPAS dalam hal-hal luar biasa. hal-hal luar biasa adalah yang sungguh-sungguh luar biasa sifatnya meliputi : 1 meninggalnyasakit keras ayah, ibu, anak, cucu, suami, istri, adik atau kakak kandung 2 menjadi wali atas pernikahan anaknya 3 membagi warisan.

B. Pelaksanaan Hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB

Dokumen yang terkait

Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan

5 92 134

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II-ATanjung Gusta Medan)

0 23 148

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

0 0 91

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN SKRIPSI

0 0 40

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo) SKRIPSI

0 0 53