Kecerdasan Emosional dan Kompetensi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Di PT INTI Bandung
(2)
(3)
(4)
Nama : Parid Abdulrahman
TTL : Bandung, 10 November 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki
Gol Darah : B
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Sunda
Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum menikah
Nomor HP : 08112206470/ 022-7315607 E-Mail : paridabdulrahman@yahoo.com
Alamat : Jl. Gatot Subroto Gg.Maleer Selatan No.269/117
Pendidikan :
1. SDS Kebon Gedang 3 Kota Bandung Tahun Lulus 2005 2. SMP Kartika X-1 Kota Bandung Tahun Lulus 2008 3. SMK Negeri 4 Kota Bandung Tahun Lulus 2011
4. Universitas Komputer Indonesia Kota Bandung Semester 8 (Berjalan) Organisasi :
1. Anggota Pramuka SMK Negeri 4 Kota Bandung Tahun 2008-2011 2. Saka Bhayangkara Kota Bandung Tahun 2010
Keahlian :
1. Menguasai basic Microsoft Word dan Excel 2. Menguasai Bahasa Inggris
(5)
Emotional Intelligence And Competence Influence On Employee
Performance In PT. INTI (PERSERO) Bandung
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
PARID ABDULRAHMAN 21211702
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016
(6)
vi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan Mengucapakan Syukur Alhamdulilah kepada allah SWT, atas
segala Rahmat dan Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini berjudul: “KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KOMPETENSI PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. INTI (PERSERO) BANDUNG” Disusun sebagai salah satu syarat sidang
guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada program study Manajeman
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.
Penulis banyak bantuan terutama dari pihak orang tua Ayah dan Ibu yang
selalu membantu baik moril maupun materil dan spiritual serta kasih sayang yang
tak terhingga, terimakasih atas doa dan semangatnya.
Oleh Karena Itu dalam kesempatan ini juga, dengan segala hormat dan
kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-sebesarnya
kepada:
1. Dr.Ir Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof.Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen,
Manajemen Pemasaran, serta Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi
(7)
4. Ibu Isniar Budiarti SE., M.Si selaku Pembimbing yang telah senantiasa
meluangkan waktu serta membimbing penulis.
5. Bapak Kasnanta Suwita selaku an. Ka. Urusan Pengembangan Karyawan
PT. INTI (Persero) Bandung.
6. Bapak Andik Eko K.P. Ssi MT yang senantiasa mau membantu dan
bersedia menjadi pembimbing dari PT. INTI (Persero) Bandung.
7. Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si., selaku Dosen Wali Manajemen-2
yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing saya.
8. Bapak Ibu Staff Dosen fakultas ekonomi jurusan ekonomi, yang selama ini
masih membekali ilmu perkuliahan.
9. Terimakasih kepada staff secretary of management yang selalu memberi
masukan. (Teh Maya dan Teh Karin).
10. Sahabat-sahabat penulis di kampus makasih sudah membantu penulis
dalam mengerjakan Skripsi ini.
11. Partner, Amelia Julianti Hidayat yang selalu membantu dan berjuang
bersama.
12. Dan Teman-Temanku semuanya, saya tidak bisa menuliskan satu per satu
terima kasih atas semangat partisipasi dan dukunganya.
Semoga bantuan dan doa serta amal kebajikan yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan Skripsi ini, baik dari segi penulisan, maupun dari segi yang lainnya.
(8)
Akhir kata penulis berharap mudah-mudahan isi dari Skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang
menggunakannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, September 2016
Penulis
(9)
ix
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
MOTTO ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT...v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ...1
1.2. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ...10
1.2.1 Identifikasi Masalah ...10
1.2.2 Rumusan Masalah ...11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...11
1.3.1 Maksud Penelitian ...11
1.3.2 Tujuan Penelitian...11
1.4 Kegunaan Penelitian ...12
1.4.1 Kegunaan Praktis...12
(10)
1.5. Lokasi dan waktu Penelitian ...13
1.5.1 Lokasi Penelitian ...13
1.5.2 Waktu Penelitian ...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka...14
2.1.1 Kecerdasan Emosional ...14
2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ...14
2.1.1.2 Komponen Kecerdasan Emosional ...15
2.1.1.3 Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional ...16
2.1.1.4 Langkah-langkah Membangun Kecerdasan Emosional ...17
2.1.1.5 Dimensi Kecerdasan Emosional...18
2.1.2 Kompetensi...20
2.1.2.1 Pengertian Kompetensi...20
2.1.2.2 Kategori Kompetensi...21
2.1.2.3 Tipe Kompetensi...23
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi ...28
2.1.2.5 Dimensi Kompetensi...30
2.1.3 Kinerja Karyawan ...31
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan ...31
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...33
2.1.3.3 Indikator Kinerja Karyawan...35
2.1.3.4 Penilaian Kinerja ...35
(11)
2.2 Kerangka Pemikiran...41
2.2.1 Keterkaitan Kecerdasan Emosional Pada Kinerja Karyawan ...42
2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Pada Kinerja Karyawan…...42
2.3 Hipotesis ...44
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...45
3.2 Metode Penelitian ...46
3.2.1 Desain Penelitian...48
3.2.2 Operasionalisasi Variabel...50
3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data ...53
3.2.3.1 Sumber Data ...53
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data...53
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ...58
3.2.4.1 Uji Validitas...59
3.2.4.2 Uji Reliabilitas...64
3.2.4.3 Uji MSI (data ordinal ke interval) ...66
3.2.5 Rancangan Analisis dan Perancangan Hipotesis ...67
3.2.5.1 Rancangan Analisis ...67
3.2.5.1.1 Analisis Deskriftif ...67
3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif...68
(12)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan...77
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...77
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ...84
4.1.3 Deskripsi Jabatan...86
4.2 Karakteristik Responden ...95
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...95
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...96
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...96
4.3 Analisis Deskriptif ...97
4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ...98
4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi...105
4.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Karyawan...111
4.4 Analisis Verifikatif...118
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ...118
4.4.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan...122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...130
5.2 Saran ...131
DAFTAR PUSTAKA ...134 LAMPIRAN
(13)
134
Parametrik. Edisi Pertama, Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Brophy, M. & T. Kiely,2002. Competencies: A New Sector. Journal Of European Industrial Training, 26 (2-4):165-176.
Byrd, E. 2011. Mantra Paling Ampuh untuk Melejitkan Karier Say The Magic Word.PT. Tangga Pustaka. Jakarta.
Dessler, Gary. 2006. MSDM, Jilid II, PT. Indeks, Jakarta.
Gibson, James L., Invancevich, John M., dan Donnelly, Jame H. Jr., 1996.
Organisasi, alih bahasa Ir. Nunuk Ardiani, MM. Jakarta: Bina Aksara, 1996, hal. 70. ISSN : 2337-6198 Vol. 1 No. 2 Hal. 93 – 104
Goleman, D. 2005.Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Kinerja.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
…………... 2006.Emotional Intelligence.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
………….., 1999. “Emotional Intelligence” Presentation at IPD Confference. Vol. 4 No. 2 Desember 2009 : 40 – 45
……..…, 2000,Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ,Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta ISSN 2338-7637
Gomes, F. Ladorso. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset, Jakarta.
Habibah, 2001, Meningkatkan Kinerja Melalui Mekanisme 360 Derajat. Telaah Bisnis.2(1):27-37
Harsey, Blanced D, terjemahan Thoha, 2001. Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai Anda, Jakarta, Akasara Baru. ISSN :1829-524X Volume 9 Nomor 2
…….., Paul dan Ken Blanchard, 1995, Manajemen Perilaku Organisasi, Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Penerjemah : Agus Dharma Penerbit Erlangga.Jakarta ISSN :1829-524X Volume 9 Nomor 2
(14)
Koesmono, 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi & Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu, Disertasi. Universitas Airlangga, Surabaya.
Mangkunegara, A A. Anwar Prabu, 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Bandung
Masdar, Sjahrazad, Sulika & Jusuf, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Untuk Pelayanan Publik, Surabaya: Airlangga University Press.
Michael Amstrong, 2003, Manajemen Sumber Daya Strategik. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Vol. 4 No. 2 Desember 2009 : 40 – 45
Moh. Nazir, Ph.D, 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Mudrajad Kuncoro, 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga.
Noe, Raymond A. 2002.Employee Training and Development.Second Edition. McGraw-Hill Irwin.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Refika Aditama, Bandung
Puspaningsih, Abriyani. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kupuasan Kerja dan Kinerja Perusahaan Manufaktur. JAAI.Vol.8 No. 1. Juni:65:80.
Rivai, V. 2005 PerformanceAppraisal Raja Grafindo Persada Jakarta
Robbins, Stephen P. 2008.Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Edisi Lengkap. Penerbit Indeks, Jakarta. ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-IV
Salovay, P, Mayer. 1990.Emotional Intelligence, Imagination, Cognition and personality.Bloomsberry, Great Britain. . ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-IV
Simanjutak, Payama J. 2005.Manajemen & Evaluasi Kinerja,Jakarta: FE UII.
Spencer, M. Lyle and Spencer m> Signe, 1993. Competence at Work: Models For Superior Performance, Johan Willy & Sun, Inc, New Yorkm USA.
(15)
Sudjana, 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung. PT. Remaja Rusdakarya.
Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
………..., 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
……….... 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Trihandini, R.A. Fabiola Meirnayanti, 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan. Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro.
Umi Narimawati:2008.Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.Bandung.Unikom.
Umi Pratiwi, dan Sri Harmaediyanti. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemeriksa Internal Inspektorat di Wilayah Kabupaten Banyumas”.Solusi ISSN1412-5331, Volume 11: 1-12
Wibowo. 2007. Manajemen Kerja. Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada.
Zwell, Michael. (2000). Creating a Culture of Competence. New York: John Wiley & Sons, Inc.
(16)
14
2.1 Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis menguraikan konsep tentang apa yang penulis
teliti agar dapat memudahkan dan memaparkan secara lebih rinci tentang apa saja
variable yang telah penulis teliti.
2.1.1 Kecerdasan Emosional
2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2000:61) dalam Indra Gunawan et,al (2014:1281)
memberi pengertian kecerdasan emosi merajuk pada kemampuan untuk
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi secara baik pada diri sendiri dan
dalam hubungannya dengan orang lain.
Menurut Stephen P.Robin (2008:151) dalam Paisal (2010:103), kecerdasan
emosional adalah kemampuan, ketrampilan, kapabilitas dan kompetensi non
kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Sedangkan menurut Salovey and Mayer (1990: 65) dalam Paisal
(2010:103), kecerdasan emosional diartikan sebagai suatu kemampuan yang
menunjukkan bagaimana seseorang secara efektif mampu berhadapan dengan
emosi baik dari dalam dirinya maupun dari orang lain. Menurut Meyer (2007: 58)
(17)
khusus membaca perasaan terdalam orang yang melakukan kontak, dan
menangani relasi secara efektif. Sementara pada saat yang sama dapat memotivasi
diri sendiri dan memenuhi tantangan manajemen relasi. Kemampuan ini pada
dasarnya dimiliki oleh ahli strategi, motivator, pelatih, negosiator dan semua
pengembang sumber daya manusia, mereka juga mendengar katakata yang tak
terucapkan, pesan yang tak terdengar, melalui wajah dan bahasa tubuh sehingga
dapat menyampaikan berita yang memiliki arti penting.
2.1.1.2 Komponen Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (1999) dalam Lies Indriyatni (2009:41) dapat
dirumuskan bahwa ada beberapa komponen yang membentuk kecerdasan
emosional, yaitu :
> Manajemen Diri
o Yaitu kemampuan seseorang untuk mengontrol atau mengarahkan dorongan
hati dan suasana hati yang akan mengatur prilakunya.
> Pemahaman Diri
o Adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami suasana hati dan
kepercayaan diri, dan penilaian diri yang realistis.
> Pemahaman Sosial
o Ialah kemampuan untuk memahami karakter, emosi orang lain dan juga
ketrampilan memperlakukan orang lain sesuai dengan reaksi emosional
(18)
> Ketrampilan Sosial
o Yaitu kemampuan untuk mengelola hubungan orang-orang yang ada di
lingkungannya dan membangun jaringan kerja.
Jadi kecerdasan emosional bisa memainkan peran penting dalam pelaksanaan
pekerjaan seseorang, artinya kecerdasan emosional lebih penting dari pada
kecerdasan akademik. Seseorang yang mempunyai level kecerdasan emosional
yang tinggi akan mempunyai kinerja yang lebih tinggi. Sehingga kecerdasan
emosional menjadi ciri orang yang berkinerja tinggi dan mempunyai kemampuan
untuk dapat berhubungan lebih baik dangan orang lain.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional meliputi :
1) Faktor yang bersifat bawaan genetik. Faktor yang bersifat bawaan
genetik misalnya temperamen. Ada 4 temperamen, yaitu penakut, pemberani,
periang, pemurung.Anak yang penakut dan pemurung mempunyai sirkuit emosi
yang lebih mudah dibangkitkan dibandingkan dengan sirkuit emosi yang dimiliki
anak pemberani dan periang.
Temperamen atau pola emosi bawaan lai1nnya dapat dirubah sampai
tingkat tertentu melalui pengalaman, terutama pengalaman pada masa kanak
kanak.Otak dapat dibentuk melalui pengalaman untuk dapat belajar membiasakan
diri secara tepat (anak diberi kesempatan untuk menghadapi sendiri masalah yang
ada, kemudian dibimbing menangani kekecewaannya sendiri dan mengendalikan
(19)
2) Faktor yang berasal dari lingkungan Kehidupan keluarga merupakan
sekolah pertama kita untuk mempelajari emosi, dalam lingkungan yang akrab ini
kita belajar begaimana merasakan perasaan kita sendiri dan bagaimana orang lain
menanggapi perasaan kita, bagaimana berfikir tentang perasaan ini dan
pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan
mengungkap harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi bukan hanya melalui
hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung pada
anak-anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu
menangani perassaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara
suami dan istri. Ada ratusan penelitian yang memperhatikan bahwa cara orang tua
memperlakukan anak-anaknya entah dengan disiplin yang keras atau
pemahamanyang empatik, entah dengan ketidakpedulian atau kehangatan, dan
sebagainya berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional anak.
2.1.1.4 Langkah-langkah Membangun Kecerdasan Emosional
Ada beberapa langkah yang dibutuhkan untuk dapat membangun kecerdasan
emosional, (Michael Armstrong, 2003) dalam Lies Indriyatni (2009:41), yaitu :
1. Menilai, kecerdasan emosional seperti apa yang dibutuhkan oleh
suatu jabatan.
2. Menilai secara pribadi tingkat kecerdasan emosional mereka yang akan
menempati jabatan tersebut.
3. Mengukur kesiapan orang-orang untuk mau memperbaiki
kecerdasan emosionalnya.
(20)
akan lebih bermanfaat.
5. Memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas.
6. Mencegah adanya penurunan kemampuan yang tidak dapat dihindari
7. Memberi umpan balik kinerja
8. Mendorong orang-orang untuk mau melakukan aplikasi kemajuan
dalam praktek kerja.
9. Memberikan model perilaku yang diinginkan
10. Mendorong dan menciptakan iklim untuk memperbaiki diri sendiri.
11.Mengevaluasi, dengan ukuran hasil kinerja yang dapat diandalkan.
2.1.1.5 Dimensi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2009) dalam Indra Gunawan et,al (2014:1281-1282)
kecerdasan emosional meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut :
1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan
emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,
yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri adalah waspada
terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang wasapada
maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan
salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah
(21)
2. Mengatur Diri Sendiri (Self-Regulation)
Mengatur diri sendiri merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan yang
meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan utuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
3. Motivasi Diri (Self-Motivation)
Kemampuan untuk bertahan dan terus menerus berusaha menemukan
banyak cara demi mencapai tujuan. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan
ini adalah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, optimis dalam mengahadapi
keadaan yang sulit, cukup terampil dan fleksibel dalam menemukan cara
alternative agar sasaran tercapai, serta cukup mampu memecahkan tugas yang
berat menjadi tugas kecil yang mudah dijalankan. Individu yang memiliki
keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun
yang mereka kerjakan.
4. Empati (Empathy)
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan
(22)
mampu menangkap sinyal sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan
apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
5. Memelihara Hubungan Sosial (Interpersonal Skill)
Dengan Orang Lain Mampu menangani emosi orang lain merupakan inti
dari membina hubungan dengan orang lain yang merupakan salah satu aspek dari
kecerdasan emosi. Untuk mengatasi emosi orang lain dibutuhkan dua
keterampilan emosi yaitu manajemen diri dan empati. Dengan landasan ini,
keterampilan berhubungan dengan orang lain akan menjadi matang. Kemampuan
seseorang seperti ini memungkinkan seseorang membentuk suatu hubungan untuk
menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan,
meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain merasa nyaman.
2.1.2 Kompetensi
2.1.2.1 Pengertian Kompetensi
Menurut Moeheriono (2012, 5) pengertian dan arti kompetensi oleh
Spencer adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan
efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu
yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau
pada situasi tertentu.
Menurut Masdar et,al (2009, 113-114) kompetensi merupakan alat
(23)
pekerjaannya sebagai bagian penting dalam perencanaan sumber daya manusia
bagi organisasi.
Mc Clelland mengatakan bahwa kompetensi adalah sebagai karakteristik
dasar personel yang menjadi factor penentu sukses tidaknya seseorang dalam
mengerjakan suatu pekerjaan atau pada suatu situasi tertentu. Selanjutnya menurut
perspektif French Approach kompetensi merupakan kumpulan dari beberapa
elemen sikologis seseorang yaitu dengan menggunakan “self image” sebagai
landasannya.
2.1.2.2 Kategori Kompetensi
Michael Zwell dalam Wibiwo (2007) memberikan lima kategori
kompetensi yang terdiri dari :
1. Task achievement merupakan kategori kompetensi yang berhubungan
dengan kinerja baik. Kompetensi yang berkaitan dengantask achievement
ditunjukkan oleh orientasi pada hasil, mengelola kinerja, memengaruhi,
inisiatif, inovasi dan keahlian teknis.
2. Relationship merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan
komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan
kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan relationship
meliputi kerjasama, orientasi pada pelayanan, kepeduliaan antar pribadi,
penyelesaian konflik.
3. Personal attribute merupakan kompetensi instrinsik individu dan
menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan
(24)
integritas dan kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas
keputusan, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.
4. Managerialmerupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan
pengelolaan, pengawasan, dan mengembangkan orang lain.
Kompetensi
manajerialberupa : memotivasi, memberdayakan, dan mengembangkan
orang lain.
5.Leadership merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin
organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi.
Kompetensi berkenaan dengan leadership meliputi kepemimpinan
visioner, berpikir strategis, membangun komitmen organisasional.
Wibowo (2007) mengatakan strata kompetensi dapat dipilah-pilah
menurut stratanya dapat dibagi menjadi core competencies, managerial
competencies, danfunctional competencies.
1. Core competencies merupakan kompetensi inti yang dihubungkan dengan
strategi organisasi sehingga harus dimiliki oleh semua karyawan dalam
organisasi.
2. Managerial competencies merupakan kompetensi yang mencerminkan
aktivitas manajerial dan kinerja yang diperlukan dalam peran tertentu.
3. Functional competencies merupakan kompetensi yang menjelaskan
tentang kemampuan peran tertentu yang diperlukan dan biasanya
dihubungkan dengan keterampilan profesional atau teknis. Merupakan
(25)
2.1.2.3 Tipe Kompetensi
Menurut Moeheriono (2009) mengatakan tipe kompetensi dapat dibagi
menjadi dua tipe kompetensi yaitu sebagai berikut :
1. Kompetensi Individu
Dalam kompetensi individu ini dapat dikategorikan atau dikelompokkan
menjadi dua, terdiri atas (1) threshold competence atau dapat disebut kompetensi
minimum, yaitu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seseorang, misalnya
kemampuan pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan mambaca dan
menulis. Contohnya jika seseorang menjadi manajer keuangan, minimal harus
mempunyai pengetahuan dan keahlian khusus akuntansi atau keuangan. Dan (2)
differentiating competence, yaitu kompetensi yang membedakan seseorang
berkinerja tinggi atau berkinerja rendah dengan karyawan lainnya, misalnya
seseorang yang yang memiliki orientasi motivasi tinggi biasanya yang
diperhatikan adalah pada tujuan melebihi apa yang ditargetkan oleh organisasi
dalam standar kerja. Akan tetapi, justru kompetensi dari pengetahuan dan
keterampilan atau keahlian labih mudah untuk dikembangkan apabila akan
menambah atau meningkatkan kompetensi tersebut yaitu dengan cara menambah
program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang masih dianggap kurang
kompetensinya.
Secara rinci, ada lima dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh
semua individu, yaitu sebagai berikut :
1. Task skills, yaitu keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin
(26)
2. Task management skills, yaitu keterampilan untuk mengelola serangkaian
tugas yang berbeda yang muncul dalam pekerjaan.
3. Contingency management skill, yaitu keterampilan mengambil tindakan
yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah dalam pekerjaan.
4. Job role environment skill, yaitu keterampilan untuk bekerjasama serta
memelihara kenyamanan lingkungan kerja.
5. Transfer skill,yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan
kerja baru.
Tingkatan atau level kompetensi individu seseorang dapat dibedakan
tergantung pada pekerjaan atau jabatannya pada tempat ia bekerja. Level
kompetensinya dapat dibedakan menjadi beberapa tiga level.
1. Level 1 : level yang menunjukkan seseorang karyawan mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada
pemahaman prosedur kerja atau instruksi tetapi masih dibawah
pengawasan dan pembinaan atasan langsung.
2. Level 2 : level yang menunjukkan seseorang karyawan mampu
melaksanakan tugas tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada
pemahaman prosedur kerja atau instruksi dengan secara mandiri tanpa
pengawasan dan pembinaan atasan langsung.
3. Level 3 : level yang menunjukkan seseorang karyawan mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada
pemahaman prosedur kerja atau instruksi dengan secara mandiri, tanpa
(27)
masalah pekerjaan, mampu memecahkan masalah tersebut,
mampu memberikan masukan dan ide kepada atasan, dan mampu
melakukan koordinasi dengan bagian lain.
2. Kompetensi Jabatan
Moeheriono (2009) Seseorang agar mendapat kinerja tinggi secara
maksimal seharusnya kompetensi individu yang dimiliki harus sesuai atau cocok
dengan kompetensi jabatan yang diembannya, hal ini akan mengakibatkan terjadi
kecocokan dengan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan standar
kompetensi pada kompetensi jabatan, tercakup dua komponen yang mendasar,
yaitu kompetensi utama dan kompetensi pendukung yang rinciannya adalah
sebagai berikut :
1. Kompetensi utama, merupakan kompetensi yang harus dimiliki
seseorang berkaitan dengan suatu jabatan atau tugas pekerjaan pada
lingkup tertentu. Seperti : Akuntabilitas, organisasi pembelajar, dan
menentukan masalah dan memecahkannya.
2. Kompetensi pendukung, adalah kompetensi yang diperlukan
untuk membantu atau mendukung terwujudnya pelaksanaan
jabatan tertentu,yang terdiri atas berikut : komunikasi, dan
teknologi informasi.
Sedangkan rincian kompetensi jabatan pada organisasi publik atau
instansi pemerintah bagi karyawan negeri sipil terdiri atas
(28)
Keputusan dan Kompetensi Bidang berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Badan Kepegawaian Negara No.46a Tahun 2003 adalah sebagai berikut :
1. Kompetensi Dasar
a) Integritas, yaitu bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai
kebijakan organisasi dan kode etik profesi.
b) Kepemimpinan, yaitu tindakan membujuk, meyakinkan dan
memengaruhi atau memberi kesan orang lain agar mereka
mengikuti dan mendukung rencana organisasi.
c) Perencanaan dan pengorganisasian, yaitu menyusun rencana
kerja dan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk unit
kerjanya dan unit kerja lainnya demi kelancaran pelaksanaan
tugas.
d) Kerjasama, yaitu dorongan kemampuan untuk bekerjsama dengan
orang lain dan menjadi bagian dari suatu kelompok dalam
melaksanakan tugas.
e) Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dan
bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbeda
dengan berbagai individu atau unit kerja lain, menyesuaikan
diri dan menghargai pendapat yang berbeda.
2.. Kompetensi Bidang
Moeheriono (2009), kompetensi bidang adalah kompetensi yang tersedia
(29)
instansi pemerintah untuk mewujudkan tujuan organisasi sesuai dengan tugas dan
jabatan selalu pada masing-masing jabatan atau standar jabatan.
Ada beberapa tipe dimensi yang seringkali terjadi dan dipergunakan
dalam kompetensi jabatan, antara lain sebagai berikut :
1. Intensitas atau derajat penyelesaian kegiatan. Dimensi ini merupakan skala
utama dari kompetensi yang menggambarkan intensitas yang dimaksud
kompetensi tersebut dan selesainya tindakan untuk merealisasikan.
2. Besarnya dampak. Pada dimensi ini menggambarkan jumlah dan posisi
seseorang yang terkena pengaruh dampak atau sejauh mana orang tersebut
dapat dipengaruhi. Dimensi ini juga menunjukkan ruang lingkup masalah
yang terlibat, seberapa besar lingkup kerja dan level organisasi
berpengaruh terhadap dimensi ini dan akan lebih berguna lagi jika
membandingkan pekerjaan dengan pekerjaan lainnya dari pada
membandingkan individu dalam pekerjaan yang sama.
3. Kompleksitas. Dimensi kompleksitas merupakan skala utama dari
beberapa kompetensi, terutama untuk kompetensi pemikiran.
4. Besarnya usaha. Dimensi ini menyatakan besarnya usaha tambahan atau
waktu ekstra yang harus diberikan dalam kaitannya dengan dimensi
kompetensi pertama.
5. Dimensi unik. Beberapa kompetensi memiliki dimensi khusus yang unik
yang tidak tercakup dalam keempat dimensi kompetensi yang telah
(30)
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Michael Zwell dalam Wibowo (2007) mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Keyakinan dan Nilai-nilai
Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat
mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak
kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru
atau berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu, setiap orang harus
berpikir positif baik tentang dirinya maupun terhadap orang lain.Dan
menunjukan ciri orang yang berpikir ke depan.
2. Keterampilan
Dengan memperbaiki keterampilan berbicara didepan umum dan menulis,
individu akan meningkat kecakapannya dalam kompetensi tentang
perhatian terhadap komunikasi. Pengembangan keterampilan yang secara
spesifik berkaitan dengan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya
organisasi dan kompetensi individual.
3. Pengalaman
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman
mengorganisasi orang,komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan
(31)
4. Karakteristik kepribadian
Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian manajer dan pekerja dalam
sejumlah kompetensi, termasuk dalam penyelesaian konflik, menunjukan
kepedulian interpesonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan
pengaruh dan membangun hubungan.
5. Motivasi
Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah.
Dengan memberikan dorongan, apresiasi, terhadap pekerjaan bawahan,
memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat
mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seorang bawahan.
6. Isu em osional
Mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan akan memperbaiki
penguasaan dalam banyak kompetensi. Akan tetapi, tidak beralasan
mengharapkan pekerja mengatasi hambatan emosional tanpa bantuan
banyak diantaranya dianggap tabu dalam lingkungan kerja.
7. Kemampuan Intelektual
Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran
konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki melalui
setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi. Sudah tentu faktor
seperti pengalaman dapat meningkatkan kecakapan dalam kompetensi
(32)
8. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumber daya manusiadalam
kegiatan sebagai berikut :
a. Praktik rekruitmen dan seleksi karyawan mempertimbangkan siapa
diantara pekerja yang dimasukkan dalam organisasi dan tingkat
keahliannya tentang kompetensi.
b. Sistem penghargaan mengkomunikasikan pada pekerja bagaimana
organisasi menghargai kompetensi.
c. Praktik pengambilan keputusan memengaruhi kompetensi dalam
memberdayakan orang lain, inisiatif, dan memotivasi orang lain.
d. Filosofi organisasi misi dan visi dan nilai-nilai berhubungan dengan
semua kompetensi.
e. Kebiasaan dan prosedur memberi informasi kepada pekerja tentang
berapa banyak kompetensi yang diharapkan.
f. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan mengomunikasikan pada
pekerja tentang pentingnya kompetensi tentang pembangunan
berkelanjutan.
g. Proses organisasional yang mengembangkan pemimpian secara
langsung memengaruhi kompetensi kepemimpinan.
2.1.2.5 Dimensi Kompetensi
Menurut Moeheriono (2014:14) kompetensi meliputi dimensi-dimensi
(33)
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang pada
bidang tertentu atau ada area tertentu.
2. Keterampilan atau keahlian (skill) yaitu kemampuan untuk melakukan
tugas tertentu, baik secara fisik maupu mental.
3. Sifat (traits), yaitu yang membuat seseorang mempunyai sikap perilaku
atau bagaimanakah orang tesebut merspon sesuatu dengan cara tertentu.
Misalnya percaya diri (self confident), control diri (self control), ketabahan
atau daya tahan (hardiness).
4. Bakat (talent), yaitu sesuatu yang diingakan seseorang atau secara
konsisten dipikirkan dan diinginkan yang mengakibatkan suatu tindakan
atau dasar dari dalam yang bersangkutan untuk melakukan suatu tindakan.
2.1.3 Kinerja Karyawan
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Gibson dalam Latifah Hanum (2013:97) dikatakan bahwa kinerja adalah
tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Batasan tersebut mengandung makna bahwa
kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai
dengan baik.
Sedangkan Harsey dan Blanchard dalam Shinta Wahyu (2013:3)
menyatakan kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesedian
(34)
cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Achamd Amins (2009) mengatakan kinerja pada dasarnya ditentukan tiga
hal, yaitu : 1). Kompetensi, 2). Keinginan, 3). Lingkungan Kerja. Dengan kata
lain dapat dinyatakan kinerja merupakan hasil kerja baik kuantitas maupun
kualitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang
menjadi tanggung jawabnya. Pemaknaan kinerja mengarah pada tiga fokus
yaitu 1) Individual centered, pemaknaan kinerja yang mengarah pada kualitas
personal Karyawan, 2) Job centered adalah pemaknaan kinerja yang mengarah
pada unjuk kerja dalam bidang atau tugas yang menjadi tanggung jawab
karyawan, dan 3)Objective centered, pemaknaan kinerja yang mengarah pada
hasil kerja atau prestasi kerja, Ruky (2007, dikutip oleh Ahcmad Amins, 2009).
Adapun tujuan kinerja karyawan menurut Basri dan Rivai (2005, dalam
Rokhamaloka Habsoro, 2011) :
1. Untuk perbaikan hasil kinerja karyawan, baik secara kualitas dan
kuantitias
2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu karyawan
dalam memecahkan masalah yang kompleks, dengan serangkaian
aktivitas yang terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab
yang diberikan organisasi.
3. Memperbaiki hubungan antar personal karyawan dalam aktivitas
(35)
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara
satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah pengawasannya.
Walaupun karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka
tidaklah sama. Menurut Gomes (2003, dalam Hardino Febriansyah, 2012) secara
garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: faktor individu
dan situasi kerja. Ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku
dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:
1. Variabel individual, terdiri dari:
a. Kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik
b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian
c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin
2. Variabel organisasional, terdiri dari:
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Imbalan
d. Struktur
e. Desain pekerjaan.
3. Variabel psikologis, terdiri dari:
a. Persepsi
b. Sikap
c. Kepribadian
(36)
e. Motivas i
Menurut Mangkunegara (2001) ada dua variabel yang dapat
mempengaruhi kinerja, yaitu:
1. Variabel individual meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik,
minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan,
dan lain sebagainya.
2. Variabel situasional:
a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, kondisi dan
desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik
(penyinaran, temperatur dan ventilasi).
b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan
organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem
upah dan lingkungan sosial.
Gomes (2003) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu:
1. Faktor Kemampuan
a. Pengetahuan: pendidikan, pengalaman, latihan dan minat.
b. Keterampilan: kecakapan dan kepribadian.
2. Faktor Motivasi
a. Kondisi sosial: organisasi formal dan informal, kepemimpinan.
b. Serikat kerja kebutuhan individu: fisiologis, sosial dan egoistik.
c. Kondisi fisik lingkungan kerja.
(37)
a. Mempunyai keahlian yang tinggi
b. Kesediaan untuk bekerja
c. Lingkungan kerja yang mendukung
d. Adanya imbalan yang layak dan mempunyai harapan masa depan
2.1.3.3 Indikator Kinerja Karyawan
Adapun indikator kinerja karyawan menurut Stephen P. Robbins
(2006:260):
1. Kualitas Kerja : Kesesuaian antara kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan
2. Kemampuan Kerja : kemampaun mengerjakan tugas utama
3. Kuantitas Kerja : jumlah pelaksanaan kegiatan dalam bulanan dan
pertahun
4. Ketepatan Waktu: menyelesaikan tugas tepat waktu
5. Kemandirian : perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri.
2.1.3.4 Penilaian Kinerja
Menurut Dessler (2006, dalam Lucky Wulan, 2011) penilaian kinerja
merupakan upaya membandingkan prestasi aktual karyawan dan prestasi kerja
yang diharapkan darinya. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka untuk
menyusun rencana peningkatan kinerja. Dalam penilaian kinerja karyawan tidak
hanya menilai secara fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan
(38)
hubungan kerja, atau hal – hal khusus sesuai dengan bidang dan tingkatan
pekerjaan.
Manfaat Penilaian Kinerja Mangkuprawira (2001) mengatakan bahwa
Penilaian Kinerja karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam presepktif
pengembangan organisasi, khususnya manajemen sumber daya manusia yaitu
sebagai berikut :
1. Perbaikan Kinerja
Umpan balik bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personal
dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
2. Penyesuaian kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa
yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah
dan bonus yang didasarkan pada sistem merit.
3. Keputusan Penempatan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja
masa lalu dan antisipatif; misalnya dalam bentuk penghargaan.
4. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindentifikasi sebuah kebutuhan untuk melakukan
pelatihan kembali. Setiap karyawan hendaknya mampu mengembangkan
diri.
5. Perencanaan dan pengembangan karir
Umpan balik kinerja mambantu proses pengambilan keputusan tentang
(39)
6. Defisensi proses penempatan staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan
dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.
7. Ketidakakuratan informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasi kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
8. Kesalahan rancangan pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gej ala dari rancangan pekerjaan
yang keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan
tersebut.
Menurut Moeheriono (2014:139) ada lima faktor dalam penilaian kinerja :
1. Hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan kerja
biasanya terukur, seberapa besar yang telah dihasilkan.
2. Perilaku, yaitu aspek tindak tanduk karyawan dalam melaksanakan
pekerjaan, pelayanan, kesopanan, sikap, dan perilakunya, baik terhadap
sesama karyawan maupuan kepada pihak luar.
3. Kompetensi, yaitu kemahiran dan penguasaan karyawan sesuai tuntutan
jabatan, pengetahuan, keterampilan, dan keahliannya, seperti
kepemimpinan, inisiatif, dan komitmen.
4. Komparatif, yaitu membandingkan hasil kinerja karyawan dengan karyawan
lainnya yang selevel dengan yang bersangkutan.
Dalam melakukan penilaian kinerja karyawan diperlukan langkah-langkah,
(40)
1. Mendefinisikan pekerjaan, yang berarti memastikan bahwa atasan dan
bawahan sepakat tentang tugas-tugas dan standar jabatan.
2. Menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual bawahan dengan
standar kerja yang telah ditetapkan dan ini mencakup beberapa jenis
tingkat penilaian.
3. Sesi umpan balik, berarti kinerja dan kemajuan bawahan dibahas
dan rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar
penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga
dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini:
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan
1 Yosef Rizal, Musa Hubeis, Sjafri
Mangkuprawir a dan Agus Maulana ISSN 2085-8418 Pengaruh Faktor Kompetensi Terhadap Kinerja Individu Di Perusahaan Agroindustry Go Public Faktor kompetensi memiliki pengaruh positif untuk meningkatkan kinerja. Dalam hal ini factor utama yang mempengaruhi kompetensi adalah komitmen, pemikiran konseptual dan operasional. Memiliki persamaan pada variabel independen X1(Kompetens i) dan variabel dependen Y (Kinerja). Metode analisis yang digunakan berbeda.
(41)
No Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan 2 Indra Gunawan, H.Sutadji, dan Erwin Resmawan ISSN : 2338-7637 Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara parsial dan deskriptif variabel kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Variabel Kecerdasan Emosional sebagai variabel Independen dan kinerja sebagai variable Dependen Metode Analisis yang digunakan berbeda dan Variabel independen lainnya yaitu Komitmen Organisasi 3 Evi Wahyuningsih , Mahlia Muis, dan Indrianty Sudirman ISSN: 2303-100X Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Angkasa Pura 1 Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan Variabel Kompetensi sebagai Independen Metode Analisis yang digunakan berbeda dan Ada 2 variabel lainnya yaitu Motivasi dan disiplin. 4 Safwan, Nadirsyah, Syukriy Abdullah ISSN 2302-0164 Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Pidie Jaya Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja, kompetensi dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Variabel Kompetensi sebagai Independen dan kinerja sebagai dependen Metode analisis yang digunakan berbeda dan variable independen berbeda
5 Lies Indriyatni Vol. 4 No.2 Des 2009:40-45 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepemimpinan Dan Organisasi Kepemilikan kecerdasan emosional yang tinggi merupakan atribut yang penting untuk keberhasilan seorang pemimpin Variabel independen kecerdasan emosional Variabel dependen yang digunakan berbeda
(42)
No Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan 6 Paisal dan Susi
Anggraini ISSN 2085-1375 Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada LBPP LIA Palembang Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual memiliki pengaruh positif baik secara parsial dan simultan Variabel independen kecerdasan emosional dan kinerja karyawan variable dependen Metode analisis yang digunakan berbeda dan variable independen berbeda
7 Moh. Djasuli Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional Dan Spiritual Terhadap Kinerja Dengan Variabl Moderasi Kompetensi Di Kabupaten Lamongan Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual berdampak pada kinerja dan vvariablekomp etensi berpengaruh terhadap kompetensi Memiliki variable independen sama (kecerdasan emosional) dan dependen (kinerja) Metode Analisis berbeda dan pengujian yang berbeda 8 Marliana Budhiningtias Winanti Vol.7, No.2 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia Wilayah Jawa Barat Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Terdapat Independen dan dependen yang sama Tidak ada variable kecerdasan emosional dan metode analisis yang berbeda
9 Dr. Parul Deshwal ISSN 2278-6236 Impact Of Emotional Intelligence On Organizational Performance Kecerdasan emosional berdampak pada kinerja organisasi dengan ukuran yang telah ditentukan Memiliki variable independen sama (Kecerdasan emosional) Variabel dependen berbeda dan model analisis berbeda
10 Sri Rahardjo ISSN 2278-6236 The Effect Competence, Leadership And Work Environment Kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh Memiliki Variabel independen kompetensi Model analisis berbeda
(43)
Towards
Motivation And Its Impact On The
Performance Of Teacher Of Elementary School In Surakarta City, Central Java, Indonesia
terhadap motivasi dan berdampak pada kinerja guru baik secara parsia maupun simultan
2.2 Kerangka Pemikiran
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja,
karyawan yang dapat mengelola emosinya dengan baik akan memiliki motivasi
yang tinggi sehingga kinerjanya akan meningkat dengan ukuran kesadaran diri
kemampuan mengatur diri sendiri, motivasi, empati, memelihara hubungan social
menurut Slovey dalam Goleman (2010:58) sedangkan kompetensi merupakan cara
bagi seorang karyawan untuk tetap dapat bersaing dan bertahan didalam
perusahaan. Pengembangan dan pembinaan kompetensi secara rutin akan mampu
menjaga dan meningkatkan kinerja karyawan dengan ukuran motif, sifat, konsep
diri, pengetahuan, keterampilan menurut Spencer And Spencer (1993:9-11).
Dalam dunia kerja, kinerja karyawan merupakan salah satu factor yang
dapat menentukan tinggi atau rendahnya pencapaian target perusahaan. Kinerja
karyawan merupakan suatu kemampuan seorang karyawan untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaannya sesuai dengan tujuan perusahaan. Seseorang harus
memiliki derajat kesedian dan tingkat kemampuan tertentu, kesediaan dan
keterampilan seseorang tidak akan efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
(44)
mengerjakannya. Untuk memperoleh kinerja yang baik, maka perusahaan perlu
memikirkan strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan yaitu melalui
pengembangan kompetensi dan menjaga kecerdasan emosional yang dimiliki oleh
setiap karyawan agar tetap stabil dengan ukuran kualitas kerja, kuantitas kerja,
ketepatan waktu dan efektivitas menurut Stephen P. Robbins (2006:260)
2.2.1 Keterkaitan Kecerdasan Emosional Pada Kinerja Karyawan
Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis dan Chermiss dalam
Moh. Djasuli (2005, 26) menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki skor
kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik yang
dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan
tersebut terhadap perusahaan. Sedangkan penelitian Trihandini dalam Moh.
Djasuli (2005, 27) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap kinerja, dimana hal ini sama seperti pemaparan penelitian
yang diatas.
2.2.2 Keterkaitan Kompetensi Pada Kinerja Karyawan
Menurut Spencer (1993) dalam Marliana, hubungan antara kompetensi
karyawan dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya ada
dan kuat akurat, bahkan karyawan apabila ingin meningkatkan kinerjanya
seharusnya mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tugas pekerjaannya.
Kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi kinerja
seseorang artinya jika mempunyai kompetensi yang tinggi, maka akan
(45)
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan paradigma
mengenai kecerdasan emosional dan kompetensi pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Kecerdasan Emosional
(X1) - Kesadaran diri - Kemampuan
mengatur diri sendiri - Motivasi - Empati - Memelihara
hubungan social Goleman (2009) dalam
Indra Gunawan et,al (2014:1281-1282)
Kinerja Karyawan (Y) - Kualitas kerja - Kuantitas kerja - Ketepatan waktu - Efektivitas - Kemandirian Stephen P. Robbins,
(2006:260)
Kompetensi (X2) - Pengetahuan - Keterampilan - Sifat
- Bakat
(46)
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009: 96), menjelaskan tentang hipotesis sebagai
berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.
Berdasarkan model dan data yang telah dipaparkan diatas maka peneliti
mengajukan sebuah hipotesis sebagai berikut:
1. Kecerdasan Emosional cukup stabil, Kompetensi cukup tinggi dan
Kinerja Karyawan memenuhi standar perusahaan di PT. INTI (Persero)
Bandung.
2: Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan
PT. INTI (Persero) Bandung.
3: Kompetensi memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan PT. INTI
(47)
45
3.1 Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian menurut Umar Husein (2005:303) adalah
sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai
topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang
berjudul :“ Kecerdasan Emosional Dan Kompetensi Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Karyawan di PT. Industri Telekomunikasi (Persero) Bandung”.
Didalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan
diteliti. Adapaun variabel yang akan diteliti didalam peneitian ini adalah:
1. Variabel Indpendent (Variabel Bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas).
Varibelindependent (Variabel X1) dalam penelitian ini adalah Kecerdasan
Emosional dan (variabel X2) Kompetensi.
2. Variabeldependent(variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi
oleh variabel independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam
(48)
Kecerdasan emosional dan kompetensi merupakan faktor penyebab,
sedangkan kinerja karyawan faktor akibat. Objek penelitian ini dilakukan pada
PT. INTI Pusat Jl. Moh-Toha No.77 Bandung 40253, Indonesia.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data
sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan
kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok
permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan
diperoleh. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan verifikatif.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2012:3) pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan verifikatif.
Menurut Moh.Nazir (2011:54) pengertian dari metode deskriptif analisis adalah :
“Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.”
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah
satu sampai dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan
(49)
dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah
dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Mudjarad Kuncoro (2001:102) mendefinisikan
Pendekatan kuantitatif yaitu:
“Pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manejerial dan ekonomi dimana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, mencari solusi, menguji solusi, menganalisa hasil dan mengimplemasikan hasil.”
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam
Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat
lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”
Dalam hal ini dimana variabel X1 adalah kecerdasan emosional, variable X2 adalah kompetensi dan variabel Y adalah kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang variabel kecerdasan emosional dan
kompetensi terhadap kinerja karyawan. Sedangkan, pendekatan yang digunakan
dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data pengaruh kecerdasan
emosional dan kompetensi terhadap kinerja karyawan yang diperoleh dari
penelitian ini berupa data kuantitatif.
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah
yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan
dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang
(50)
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik dan sistematis.
Menurut Moh. Nazir (2005:84) desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:249)menyatakan
bahwa :
“Desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur – prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam
melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30)
adalah :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
(51)
2. Mengidentifikasi permasalahan dari kecerdasan emosional, kompetensi
dan kinerja karyawan yang terjadi pada PT. INTI (Persero) Bandung.
3. Menetapkan rumusan masalah dari peningkatan kinerja karyawan yang
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan kompetensi.
4. Menetapkan tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan kinerja
karyawan yang dipengaruhi olehkecerdasan emosional dan kompetensi.
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan
teori.
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian
yang digunakan.
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik
pengumpulan data.
8. Melakukan analisis data deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif)
untuk kecerdasan emosional, kompetensi dan kinerja karyawan.
9. Menyusun pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian X1
X2
(52)
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel
adalah sebagai berikut:
“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.
Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu
Peningkatan Kinerja Karyawan yang dipengaruhi oleh Kecerdasan Emosional
dan Kompetensi, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X1) dan (X2)
Variebel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Kecerdasan Emosional(X1) dan Kompetensi (X2).
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau
mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan.
Kecerdasan Emosional, Kompetensi dan Kinerja Karyawan ditentukan
dengan skala ordinal, data-data diperoleh dari hasil wawancara pada karyawan
(53)
Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam
tabel operasional di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Kecerdasan Emosional) Variabel dan
Konsep Indikator Ukuran
Nomer Kuisioner Skala Kecerdasan Emosional (X1) Kecerdasan emosional adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara evolusi dan emosi juga sebagai perasaan dan fikiran-fikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Daniel Goleman (2002:7)
1. Kesadaran diri Kesadaran emosi 1 Ordinal 2. Kemampuan mengatur diri sendiri Pengendalian diri 2
3. Motivasi Komitmen 3
4. Empati Memahami
orang lain 4 5. Memelihara hubungan sosial Kemampuan komunikasi 5
(54)
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Kompetensi) Variabel dan
Konsep Indikator Ukuran
Nomer Kuisioner Skala Kompetensi (X2) Kompetensi adalah sebagai karakteristik yang mendasar seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Moeheriono (2014:14) 1. Pengetahuan Tingkat pendidikan yang dimiliki 6 Ordinal
2. Keterampilan Kemampuan dalam
menyelesaikan pekerjaan
7
3. Sikap Kerjasama
dalam
menyelesaikan pekerjaan
8
4. Bakat Tingkat
kreatifitas dalam melaksanakan pekerjaan 9 Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Kinerja Karyawan) Variabel dan
Konsep Indikator Ukuran
Nomer
Kuisioner Skala Kinerja Karyawan
(Y)
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya. Stephen P. Robbins, (2006:26)
1. Kualitas kerja Tercapainya target kerja
10
Ordinal
2. Kuantitas kerja Beban tugas utama
11
3. Ketepatan waktu Ketepatan menyelesaikan pekerjaan
12
4. Efektivitas Efisiensi biaya 13
5. Kemandirian Inisiatif dalam bekerja
(55)
3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi dalam dua jenis,
yaitu sebagai berikut
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti
baik dari pribadi (responden) maupun dari satu instansi yang mengolah
data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, dalam hal ini adalah di PT. INTI (Persero)
Bandung.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data
sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan
memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,
serta catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan
pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:
1. Populasi
Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah:
“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik
tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit
(56)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua karyawan
bagian HCM yang ada di PT. INTI Bandung sebanyak 777 karyawan.
Tabel 3.4 Tabel Populasi
NO Bagian Populasi
1 Divisi Penjualan & Pemasaran 44
2 Divisi Produksi dan Operasi 358
3 Divisi Teknologi Informasi & Umum 81
4 Divisi Pengembangan Bisnis 26
5 Divisi Pengadaan 18
6 Divisi Material Manajemen 46
7 Divisi HCM 62
8 Divisi Satuan Pengawasan Intern 124
9 Divisi Sekretaris Perusahaan & Hukum
21
10 Divisi Keuangan & Akuntansi 38
11 Tim Account 8
12 Divisi Pengembangan Produk 18
13 Divisi Project 1 34
14 Divisi Project 2 20
JUMLAH 898
2. Sampel
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),
maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek
dalam populasi terlalu luas maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut.
Menurut Adi Supangat (2007:4) menyatakan bahwa:
“sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadkan sebagai
(57)
tersebut dapat mewakili (reprensentatitive) terhadap populasinya.”
Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dalam
penelitian dilakukan dengan teknik simple random sampling.
Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk pengukuran
kuesioner adalah karyawan bagian HCM PT. INTI (Persero) Bandung. Sedangkan
untuk menentukan jumlah sampel (n) Husein Umar (2004:78) menentukan sampel
digunakan rumus sebagai berikut:
݊ = 898 1 + 898(0.1)²
݊ = 898 9.98
݊ = 89.49 = 89
݊ = 89
Jadi Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel dalam
penelitian ini ditetapkan menjadi 89 karyawan di PT. INTI (Persero) Banndung.
Dari perhitungan diatas, maka diketahui responden sebanyak 89
responden. Ukuran alokasi sampel pada masing-masing bagian dengan
n = N
(58)
menggunakan alokasi sampel proposional dapat ditentukan dengan menggunakan
rumusNewmansebagai berikut:
݊ = ே × ݊
Dimana :
݊i : besarnya sampel pada strata ke-i
Ni : besarnya populasi paada strata-i
N : besarnya populasi keseluruhan ݊ : besar ukuran sampel
Berdasarkan rumus diatas diperoleh responden tiap stratum dan alokasinya
pada setiap unit yang terpilih sebgai berikut :
1. Divisi Penjualan & Pemasaran
݊ = × 89= 3,6 = 4 2. Divisi Produksi & Operasi
݊ = × 89= 35,1 = 35 3. Divisi Teknologi Informasi & Umum
݊ = × 89= 7,2 = 7
4. Divisi Pengembangan Bisnis
݊ = × 89= 1,8 = 2
5. Divisi Pengadaan
݊ = × 89= 0,9 = 1
(59)
݊ = × 89= 4,5 = 5
7. Divisi HCM
݊ = × 89 =5,4 = 5
8. Divisi Satuan Pengawasan Intern
݊ = × 89 =11,7 = 12
9. Divisi Sekretaris Perusahaan & Hukum
݊ = × 89 =1,8 = 2
10.Divisi Keuangan & Akuntansi
݊ = × 89 =3,6 = 4
11.Tim Account
݊ = × 89 =0,72 = 1
12.Divisi Pengembangan Produk
݊ = × 89 =0,9 = 1
13.Divisi Project 1
݊ = × 89 =2,7 = 3
14.Divisi Project 2
݊ = × 89 =1,8 = 2
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka alokasi jumlah sampel
minimum pada masing-masing bagian di PT. INTI (Persero) Bandung secara
(60)
Table 3.5 Populasi dan sampel
NO Bagian Populasi Sampel
1 Divisi Penjualan & Pemasaran 44 4
2 Divisi Produksi dan Operasi 358 35
3 Divisi Teknologi Informasi &
Umum
81 7
4 Divisi Pengembangan Bisnis 26 2
5 Divisi Pengadaan 18 1
6 Divisi Material Manajemen 46 5
7 Divisi HCM 62 5
8 Divisi Satuan Pengawasan
Intern
124 12
9 Divisi Sekretaris Perusahaan &
Hukum
18 2
10 Divisi Keuangan & Akuntansi 38 4
11 Tim Account 8 1
12 Divisi Pengembangan Produk 18 1
13 Divisi Project 1 34 3
14 Divisi Project 2 20 2
JUMLAH 898 89
Sumber: Laporan Tahunan PT. INTI (Persero) 2014 (Data diolah)
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakna dalma penelitian ini adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer
yang diperoleh dengan cara:
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langkung dilokasi
(61)
ini dilaksanakan di PT. INTI (Persero) Bandung.
b. Kuisioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakuakan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis berbentuk
formulir kepada seseorang atau sekumpulan orang (responden) untuk
mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan
oleh peneliti. Peneliti memberikan kuesioner yang berisi beberapa
pertanyaan yang terkait dengan kecerdasan emosional dan
kompetensi terhadap Kinerja Karyawan. Kuisioner yang digunakan
adalah kuisioner tertutup yang telah di beri skor, dimana data tersebut
nantinya akan dihitung secara statistik.
c. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang
di bahas. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan di PT. INTI
(Persero) Bandung dengan salah satu karyawan yang terpilih.
d. Dokumentasi
Merupakan proses pengumpulan data dengan mempelajari,
menganalisa, dan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada
perusahaan berkaitan dengan pengaruh kecerdasan emosional dan
kompetensi terhadap Kinerja Karyawan.
3.2.4.1 Uji Validitas
(62)
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti.Jadi suatu penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti.
Dari definisi diatas validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik
dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat tes (kuesioner) dalam
mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur
disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa
yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk
menggambarkan variabel kecerdasan emosional (X1), kompetensi (X2), dan
Kinerja Karyawan (Y).
Tabel 3.6 Standar Penelitian Untuk Validitas Validity
Good 0,50
Acceptable 0,30
Marginal 0,20
Poor 0,10
Sumber : Barker et al, 2002:70
Menurut Sugiyono (2012:268) validitas adalah Instrument yang digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian kualitatif, temuan
atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
(63)
Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara
masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus dari korelasi pearson
adalah sebagai berikut:
(Sumber: Umi Narimawati 2010: 42)
Keterangan:
r = Nilai Korelasi Pearson
X = Jumlah Hasil Pengamatan Variabel X Y = Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y
XY = Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y
Xn = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan
Y n = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah
DikuadratkanUji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t
(taraf signifikansi
(64)
Dimana :
n = ukuran sampel
r = Koefisien Korelasi Pearson
Pengujian ini dilakukan untuk menguji keaslian setiap item pernyataan
dalam mengukur variabelnya. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji
validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment.
Apabila nilai koefisien yang sedang diuji lebih besar dari r tabel sebesar (0.3),
maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas
kuesioner untuk variabel yang diteliti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Variabel Kecerdasan Emosional Variabel Item
Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan
X1 – Kecerdasan
Emosional
1 0.840 0.30 Valid
2 0.796 0.30 Valid
3 0.802 0.30 Valid
4 0.656 0.30 Valid
5 0.661 0.30 Valid
Sumber :Data Yang Diolah 2016
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas
kuisioner kecerdasan emosional memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30.
(65)
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Variabel Kompetensi Variabel Item
Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan
X2 -Kompetensi
6 0.870 0.30 Valid
7 0.839 0.30 Valid
8 0.847 0.30 Valid
9 0.536 0.30 Valid
Sumber :Data Yang Diolah 2016
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner kompetensi memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30 sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh kuisioner kompetensi valid .
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Variabel Kinerja Karyawan Variabel Item
Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan
Y – Kinerja Karyawan
10 0.740 0.30 Valid
11 0.865 0.30 Valid
12 0.902 0.30 Valid
13 0.864 0.30 Valid
14 0.890 0.30 Valid
Sumber: Data Yang Diolah 2016
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas
kuisioner kinerja karyawan memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30. sehingga
(66)
3.2.4.2 Uji Reliabilitas
Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau
kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji
validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau
tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode
yang digunakan untuk uji reliabilitas adalahSplit Half Method (Spearman–Brown
Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara
memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi
menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara
kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian
dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II
b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor
total untuk kelompok I dan kelompok II
c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II
d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item
Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua Keputuasan pengujian reliabilitas instrumen dengan
Ґ1 = Ґb +Ґb
(67)
menggunakan taraf signifikan 5 % satu sisi adalah :
1. Jika thitunglebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 %
maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan
2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka instrument dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan.
Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS.
Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki
nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7. Untuk
menghitungnya, penulis menggunakan bantuan sofwareSPSS 17.00 for windows,
setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, dan diperoleh hasil data yang
bersifat valid dan reliabel, maka analisis lebuh lanjut dapat dilakukan untuk
memperoleh kesimpulan akhir dengan resiko kesalahan kecil dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji
instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach. Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilits bernilai positif
dan lebih besar dari pada 0.6. adapun hasil dari uji reliabilitas adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Variabel
Indeks reliabili
tas
Nilai
kritis Keterangan
Kecerdasan emosional (X1) 0.899 0.7 Reliabel
Kompetensi (X2) 0.894 0.7 Reliabel
(68)
Sumber: Data Yang Diolah 2016
Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel
yang sedang diteliti lebih besar dari 0.7 hasil ini menunjukkan bahwa butir-butir
pertanyaan pada kuesioner andal untuk mengukur variabelnya.
3.2.4.3 Uji MSI (Method of Succesive Interval)
Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal
menjadi interval adalah sebagai berikut:
a. Ambil data ordinal hasil kuesioner
b. Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori
jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.
c. Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi
kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah
kurva normal.
d. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan
memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.
e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval
Dimana:
Means of Interval = Rata-Rata Interval
Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah
(69)
Under Upper Limit = Daerah di bawah batas Area
Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah
f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan
menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala
Minimal + 1
Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan
pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan
persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam
proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program
softwareMSI.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis
3.2.5.1.1 Analisis Deskriftif
Analisis Deskriptif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri
responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.
Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi
untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk
dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.
Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian
dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual
diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi
(1)
Akibatnya model tersebut akan mengalami kesulitan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya (Mandala, 2001:268-270 dalam Ervan Agus Purmanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 20011:198). Jiaka terdapat kolerasi yang kuat diantara sesame variabel independen maka konsekuensinya adalah :
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefesien regresi semakin besar, yang mengakibatkan standar error nya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoloniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Menurut Gujarati (2003:362), jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas.
C. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati (2005:406), situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efesien dan hasil dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkolerasikan masing-masing variabel bebas tehadap nilai
(2)
absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpilan terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).
1. Analisis Korelasi
Menurut Sujana (1989:152), pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus:
Dimana: -1≤r≤+1 r = koefisien korelasi
x =Store Atmosphere,Kualitas Pelayanan y = Loyalitas Pelanggan n = jumlah responden
Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada Tabel 3.12 dibawah ini:
Tabel 3.12
Tingkat Keeratan Korelasi
0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak hubungan) 0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah
0.41 – 0.60 Korelasi sedang
0.61 – 0.80 Cukup tinggi
0.81 – 1 Korelasi tinggi
(3)
2. Analisis Koefisien Determinasi
Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual
didapat dari R2= SSreg/SStot . Dimana:
d : Koefisien determinasi r : Koefisien Korelasi
100% = Pengali yang menyatakandalam persentase 3. Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel X1 dan Variabel X2 terhadap Y (Pengaruh kecerdasan emosional dan kompetensi terhadap kinerja karyawan) secara parsial.
Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Gujarati (2003:172)adalah sebagai berikut:
Sumber: Gujarati (2003:172)
(4)
Keterangan:
ᵝ = Beta (nilaistandardized coefficients)
Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat Dimana apabila :
Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah. Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat.
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Pengaruh kecerdasan emosional dan kompetensi terhadap kinerja karyawan pada PT. INTI(Persero) Bandung. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.
Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut : 1) Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikat hipotesis sebagai berikut:
a. Rumus uji t yang digunakan adalah
thitungdiperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.
(5)
b. Hipotesis
H1.β = 0, Kecerdasan Emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja Karyawan di PT. INTI (Persero) Bandung. H1. β ≠0, Kecerdasan Emosiona berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. INTI (Persero) Bandung.
H2.β = 0, Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. INTI (Persero) Bandung. H2. β ≠0, Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. INTI (Persero) Bandung.
c. Kriteria pengujian
H0 ditolak apabila thitung< dari ttabel (α = 0,05) Kriteria Penarikan Pengujian:
Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :
a. Jika thitung≥ttabelmaka H0ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya diantara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.
b. Jika thitung ≤ ttabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya.
(6)
Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0dan daerah penerimaan H1:
Daerah pen ola kan
H0 Daerah peneriman
H0
Daerah
penolak an H0
-ttabe
Sumber:
Sugiyono(2009:185)l
Gambar 3.2
ttabel