Regulasi Mengenai Broadband Wireless Access BWA

19 ketiga adalah reactively loaded dual frequency patch antenna, yaitu satu jenis antena mikrostrip yang diberi beban reaktif reactive load tambahan sehingga secara keseluruhan antena tersebut akan beresonansi pada dua frekuensi yang berbeda. Gambar 2.7 menunjukkan metode-metode untuk memperoleh antena mikrostrip dual-band. Gambar 2.7 Teknik Mendapatkan Antena Mikrostrip Dual-band

2.7 Regulasi Mengenai Broadband Wireless Access BWA

Secara umum, Broadband Wireless Access BWA Wireless Broadband dideskripsikan sebagai komunikasi data yang memiliki kecepatan tinggi, kapasitas tinggi dengan media wireless. Definisi rentang kecepatan layanan broadband bervariasi dari 200 Kbps sd 100 Mbps. Mengacu pada Peraturan Menkominfo Nomor: 07PERM.KOMINFO012009 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband, layanan pita lebar nirkabel wireless broadband adalah layanan telekomunikasi nirkabel yang kecepatan transmisi datanya sekurangkurangnya 256 kbps [11]. Mengingat frekuensi wireless broadband merupakan frekuensi yang strategis dan fundamental, maka diperlukan penataan dalam hal penggunaannya Single-point Dual-point Stacked Co-planar Stubs Notches Pins and capacitor Slot probe slot slots EMC probe slot dipoles cross-subarray coaxial microstrip inset spur-line pins capacitors Slots and pins slots Universitas Sumatera Utara 20 yang diatur dalam Peraturan Menkominfo Nomor: 07PERM.KOMINFO012009 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband. Dalam Peraturan Menteri tersebut, penataan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband telah ditetapkan pita frekuensi 300 MHz, 1.5 GHz, 2 GHz, 2.3 GHz, 3.3 GHz dan 10.5 GHz. Izin penggunaan frekuensi tersebut berdasarkan izin pita frekuensi radio. Sedangkan untuk pita frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz, izin penggunaan frekuensinya berdasarkan izin kelas [11]. Berdasarkan White Paper “Penataan Frekuensi Radio Layanan Akses Pita Lebar Berbasis Nirkabel” yang dikeluarkan oleh Ditjen Postel pada tahun 2006, rentang pita frekuensi radio untuk keperluan layanan BWA adalah sebagai berikut: a. Pita frekuensi radio 300 MHz memiliki rentang frekuensi 287 - 294 MHz dan 310 - 324 MHz. b. Pita frekuensi radio 1.5 GHz memiliki rentang frekuensi 1428 - 1452 MHz dan 1498 - 1522 MHz. c. Pita frekuensi radio 2 GHz memiliki rentang frekuensi 2053 - 2083 MHz. d. Pita frekuensi radio 2.3 GHz memiliki rentang frekuensi 2300 – 2390 MHz. e. Pita frekuensi radio 3.3 GHz memiliki rentang frekuensi 3300 - 3400 MHz. f. Pita frekuensi radio 5.8 GHz memiliki rentang frekuensi 5725 - 5825 MHz. g. Pita frekuensi radio 10.5 GHz memiliki rentang frekuensi 10150 - 10300 MHz berpasangan dengan 10500 - 10650 MHz. Universitas Sumatera Utara 21 2.8 Software Simulator Strutur Frekuensi Tinggi Simulator Strutur Frekuensi Tinggi adalah suatu simulator medan elektromagnetika untuk pemodelan tiga dimensi perangkat pasif berstruktur frekuensi tinggi yang memiliki kelebihan sangat mudah dan interaktif digunakan pada sistem operasi microsoft windows grafical user interface. Dalam simulatornya terintegrasi visualisasi, pemodelan volumetrik dan kemudahan dalam interaktif dimana solusi permasalahan pemodelan tiga dimensi diperoleh dengan cepat dan akurat. Simulator Strutur Frekuensi Tinggi dapat digunakan untuk mengkalkulasi beberapa parameter diantaranya parameter S, frekuensi resonan dan medan elektromagnetika. Simulator Strutur Frekuensi Tinggi menggunakan Finite Element Methode FEM untuk simulator gelombang elektromagnetik. Untuk aplikasi antena secara umum, FEM bisa memodelkan problem yang memiliki dielektrika yang beraneka- ragam. FEM mendiskritisasikan volume yang dimilikinya ke dalam volume yang kecil-kecil, biasanya digunakan tetrahedral. Setiap tetrahedral yang kecil ini dapat terdiri dari material yang berbeda-beda, tanpa memperkompleks problema yang harus disolusikan. Matriks yang terbentuk dengan FEM biasanya juga hanya terisi sedikit disebut juga sparse matrix, yang relatif lebih efisien untuk diinversikan. FEM adalah metode yang bekerja pada problem tertutup. Sehingga untuk aplikasi antena, haruslah digunakan batasan fiktif, yang berfungsi untuk menutup ruangan yang akan diamati dan didiskritisasi. Permukaan penutup wilayah ini adalah bidang yang berbentuk lapisan-lapisan yang mampu menyerap gelombang. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antena mikrostrip merupakan jenis antena yang banyak digunakan dalam teknologi komunikasi wireless, khususnya pada perangkat mobile. Hal ini dikarenakan antena mikrostrip memiliki beberapa keunggulan diantaranya bentuk fisik yang relatif kecil, ringan, serta mudah dalam perancangan dan pabrikasinya. Namun demikian, antena mikrostrip juga memiliki kekurangan, yaitu gain yang rendah, dan bandwidth yang sempit. Saat ini antena mikrostrip banyak dikembangkan untuk mendukung teknologi Broadband Wireless Acces BWA. BWA merupakan teknologi akses yang dapat menawarkan akses datainternet berkecepatan tinggi dan berkemampuan menyediakan layanan kapan dan di manapun dengan menggunakan media nirkabel. Di Indonesia, penataan pita frekuensi radio untuk keperluan BWA telah ditetapkan dalam Peraturan Menkominfo Nomor: 07PERM.KOMINFO012009 yaitu menggunakan pita frekuensi 300 MHz, 1,5 GHz, 2 GHz, 2,3 GHz, 3,3 GHz dan 10,5 GHz. Izin penggunaan frekuensi tersebut berdasarkan izin pita frekuensi radio. Sedangkan untuk pita frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz, izin penggunaan frekuensinya berdasarkan izin kelas. Dalam Tugas Akhir ini akan dirancang antena mikrostrip dipole dualband untuk frekuensi 2,3 GHz dan 3,3 GHz, dimana kedua frekuensi tersebut termasuk dalam frekuensi yang digunakan pada teknologi BWA. Antena mikrsotrip dipole dipilih karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan antena mikrostrip konvensional, yaitu bandwidth yang lebih lebar, serta bentuk yang lebih kompak. Universitas Sumatera Utara