HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Diri Para Pengguna Handphone

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang informan yang merupakan pelajar kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Brumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Peneliti berhenti pada informan ke tiga, dikarenakan peneliti merasa telah cukup mendapatkan data yang diinginkan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian yang berpedoman kepada tujuan penelitian. Hal ini dianggap sudah cukup dan memiliki data jenuh yang artinya penambahan informan tidak lagi memberikan informasi yang baru dan berarti bagi penelitian yang dilakukan. Peneliti memilih para pelajar kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara, khususnya yang menggunakan handphone dengan jenis smartphone untuk melihat bagaimana konsep diri para pelajar tersebut dan interaksi yang mereka lakukan dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai pelajar yang berada pada usia remaja penting untuk menanamkan konsep diri kepada mereka. Konsep diri para pengguna handphone dikalangan pelajar ini mempengaruhi interaksi yang mereka lakukan terhadap lingkungan sekitar mereka. Bagaimana interaksi para pengguna handphone ini dapat dilihat melalui prilaku yang mereka munculkan. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita akan dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah pikiran mind, diri self, dan masyarakat society. Self diri memiliki kaitan terhadap penyingkapan diri self disclosure. Para informan pada penelitian ini juga menggunakan Universitas Sumatera Utara beberapa fasilitas yang ada di handphone untuk melakukan peyingkapan diri mereka melalui sosial media seperti path, instagram, line, dan lain- lain.

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi pada sebuah sekolah tingkat atas di kecamatan Barumun. Sekolah tersebut adalah SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Sekolah ini beralamat di jalan Kihajar Dewantara no. 43 Sibuhuan Kode Pos 22763 Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Jumlah siswa keseluruhan sekolah ini adalah 623 orang siswa dan terbagi ke dalam 3 jurusan dan ditampung dalam 16 ruangan kelas. Sekolah ini memiliki 82 pelajaran ditambah 11 jenis ekstrakurikuler yang diasuh oleh 80 orang guru. Peneliti mengambil 3 orang informan dari kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Sekolah yang didominasi oleh pelajar yang beragama Islam dan bersuku Mandailing ini dikelilingi oleh pagar tembok setinggi lebih kurang 1 meter. Bapak Drs. H.M Sayuti Lubis selaku kepala sekolah mengaku bangga memimpin sekolah tersebut karena dapat memperhatikan kualitas dan nama baik sekolah dan lulusannnya.

4.1.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian diawali dengan mencari satu orang individu yang sesuai dengan karakteristik dari subjek penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah peneliti menemukan satu individu yang dianggap memenuhi kriteria seperti yang telah ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian, kemudian peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada informan pertama tersebut berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun. Wawancara pertama yang dilakukan terhadap informan pertama yaitu B.A.N pada tanggal 6 April 2015 sekitar pukul 09.30 Wib yang berlokasi di dalam kelas XI IPA-1 SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Pada saat Universitas Sumatera Utara itu kelas informan sedang dalam kondisi istirahat pertama pada jam pelajaran hari tersebut. Pada pertemuan pertama tersebut, peneliti hanya menanyakan tentang kesediaan informan untuk diwawancarai oleh peneliti sehubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Setelah mendapatkan kesediaan dari informan pertama untuk diwawancarai, selanjutnya peneliti membuat janji kepada B.A.N akan melakukan wawancara mendalam selanjutnya pada keesokan harinya. Seperti yang telah dijanjikan peneliti terhadap B.A.N pada hari sebelumnya, maka pada hari yang telah dijanjikan tersebut peneliti kembali menjumpai informan pertama untuk melakukan wawancara mendalam selanjutnya. Lokasi wawancara masih berada di lingkungan sekolah tempat B.A.N menuntut ilmu, tepatnya di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Waktu menunjukkan pukul 09.30 Wib pagi pada saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap B.A.N dimulai. Sebelum peneliti melakukan wawancara terhadap B.A.N, peneliti sudah melakukan pengamatan awal terhadap para calon informan khususnya pelajar di sekolah tempat peneliti mengadakan penelitian yang menggunakan handphone dengan jenis smartphone. B.A.N adalah pelajar perempuan di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara yang menduduki kelas XI IPA 1. Informan perempuan berhijab ini menggunakan handphone jenis android dengan merek Samsung baru sekitar 3 bulan yang lalu. Alasan tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman menjadi salah satu penyebab dari kepemilikan alat canggih tersebut disamping sebagai media komunikasi dan fasilitas yang dapat melengkapi kebutuhan sekolah informan pertama ini. Fitur canggih yang mumpuni dari benda yang satu ini dirasakan oleh B.A.N dapat membantunya dalam pemenuhan kebutuhan baik dalam hal komunikasi, hiburan, maupun sebagai sarana pembelajaran. Selama wawancara berlangsung antara peneliti dengan B.A.N, handphone berukuran 5 inchi tersebut tidak pernah lepas dari genggaman informan yang memiliki kesukaan travelling ini. Pandangan mata B.A.N Universitas Sumatera Utara juga kerap tertuju kepada benda berwarna perak tersebut diikuti dengan gerakan ibu jari tangan kanan B.A.N yang lincah menggeser-geser layar handphone sambil sesekali terlihat menyunggingkan senyum tipis dan menggumam pelan. Namun demikian, setiap pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti ditanggapi baik oleh B.A.N dan perempuan bersuku mandailing ini selalu memberikan jawaban yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti sudah dijawab oleh B.A.N pada hari itu. Namun tidak lama berselang setelah itu, B.A.N meminta izin kepada peneliti untuk menghentikan wawancara tersebut karena B.A.N masih mempunyai tugas catatan sekolah yang belum dirampungkannya. Informan pertama ini berjanji akan meluangkan kembali waktunya di lain hari jika masih ada pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh peneliti terhadapnya. Kemudian peneliti menyetujui dan bersepakat akan melakukan wawancara lagi pada hari berikutnya karena memang masih ada beberapa hal lagi yang masih harus ditanyakan oleh peneliti kepadanya. Masih pada hari dan tempat yang sama, peneliti kemudian melakukan wawancara kepada informan kedua, F.H yang merupakan teman sekelas B.A.N. Anak pertama dari dua bersaudara yang mengenakan hijab ini juga menggunakan handphone jenis smartphone dengan merek Oppo. Pertama sekali yang ditanyakan peneliti terhadap F.H adalah kesediaan untuk meluangkan sedikit waktunya agar diwawancara oleh peneliti dalam hal mencari data dalam penelitian yang sedang dilakukan terhadap para pelajar pengguna handphone. Anggukan kepala sebagai pertanda setuju dan bersedia ditampakkan oleh F.H kepada peneliti seraya mengambil posisi duduk berhadapan dan menampilkan senyum lebar yang menampilkan deretan gigi geliginya yang putih bersih. Berbeda dengan informan pertama tadi, F.H yang baru sekitar 4 bulan menggunakan android ini menyimpan handphonenya dalam saku kemeja seragam sekolahnya selama wawancara berlangsung. Dalam perbincangan yang terjadi, F.H menceritakan tentang kesehariannya dalam Universitas Sumatera Utara menggunakan handphone, tujuannya menggunakan alat canggih tersebut dan bagaimana perubahan yang terjadi pada dirinya sebelum dan sesudah penggunaan benda tersebut. Data yang dibutuhkan oleh peneliti terkait penelitiannya ini pun diberikan oleh F.H kepada peneliti dengan lengkap. Suasana ruang kelas pagi itu cukup kondusif sekalipun guru yang harusnya mengajar tidak sedang berada di dalam kelas para informan ini. Hal ini dimanfaatkan oleh peneliti untuk menanyai para informan yang cukup memiliki waktu untuk diwawancara. Beberapa pertanyaanpun sudah dijawab oleh informan yang kedua ini, beberapa data yang dibutuhkan oleh peneliti sudah berhasil didapatkan. Namun demikian, masih ada beberapa pertanyaan lagi dan beberapa data yang masih harus dikumpulkan dari informan kedua ini. Sejurus kemudian, F.H mengatakan kepada peneliti bahwa dirinya harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya yang pada saat wawancara berlangsung sedang mengadakan rapat para dewan guru di ruangan kantor sekolah tersebut. Peneliti dapat memaklumi hal tersebut dan kemudian membuat janji kepada F.H untuk mewawancarainya di lain hari ketika tersedia waktu luang dari F.H sehingga proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada F.H tidak akan mengganggu jadwal sekolah dan pembelajarannya. Setelah mengucapkan terima kasih dan bersepakat untuk menghentikan wawancara pada pagi itu, kesepakatan untuk berbincang di lain waktu juga sudah dibuat. F.H yang berpamitan kepada peneliti untuk melanjutkan kembali kegiatannya membuat bangku yang semula ditempati oleh informan kedua ini menjadi kosong sekarang. Peneliti melemparkan pandangannya ke segala penjuru ruangan kelas pagi itu. Sampai akhirnya mata peneliti tertuju kepada seorang siswa laki-laki yang tengah memainkan handphone di tangannya. Tanpa harus membuang waktu, peneliti segera menjumpai siswa tersebut ke bangkunya. Sapaan peneliti membuat siswa tersebut mendongakkan kepala dan melihat ke arah pemilik suara tersebut. Senyum mengembang dari keduanya dan peneliti menjabat tangan calon informan ketiga ini mengajak berkenalan. Nama sudah disebut dan maksud serta tujuan dari kegiatan Universitas Sumatera Utara yang ingin dilakukan juga sudah diuraikan. Sambutan baik serta ramah tamah dari siswa tersebut membuat peneliti menetapkan bahwa dirinya adalah informan ketiga dari penelitian ini. Kriteria dari informan yang sudah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya juga dimiliki oleh laki-laki tersebut, yakni antara lain adalah pelajar sekolah tingkat atas dan menggunakan handphone dengan jenis telepon pintar smartphone. Basa basi dilakukan oleh peneliti termasuk menanyakan kesediaan dirinya untuk dijadikan informan pada penelitian yang sedang dijalankan oleh peneliti. Informan ketiga ini bernama M.D.N dan menggunakan smartphone dalam 6 bulan terakhir dengan mengusung Advan sebagai merk handphone yang digunakannya. Pemilihan merk handphone yang digunakan oleh para informan ini adalah berdasarkan kebutuhan dan kemampuan finansial yang dimiliki. Begitu juga halnya yang dilakukan oleh laki-laki berkulit puth ini. M.D.N yang bersedia diwawancara oleh peneliti pada pagi itu sudah berpindah duduk bersama peneliti ke salah satu tempat kosong yang berada di sudut ruang kelas yang biasa ditempati oleh siswa yang pada hari itu sedang tidak sekolah karena sedang dalam keadaan sakit. Hal tersebut dilakukan oleh mereka berdua supaya selama wawancara berlangsung mereka dapat melakukan perbincangan dengan tidak mengganggu siswa- siswa lain di dalam kelas tersebut. Kondisi serupa terjadi antara peneliti dan informan ketiga ini yaitu dengan meletakkan handphone mereka di meja yang berada di hadapan keduanya. Dan selama perbincangan berlangsung, M.D.N sesekali mengambil dan membuka handphonenya ketika lampu sinyal benda tersebut menyala sebagai pertanda ada pesan masuk atau hal lainnya. Hampir serupa dengan para informan sebelumnya, M.D.N juga menceritakan kesan dan kegiatannya sehari-hari dalam menggunakan benda tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan peneliti terhadap M.D.N juga dijawab dengan gaya sehari-hari khas anak sekolah. Namun dikarenakan pada saat wawancara tersebut berlangsung adalah pada jam kosong pelajaran maka data yang telah berhasil dikumpulkan belumlah Universitas Sumatera Utara seluruhnya dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan seperti pada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti. Dan wawancara penelitian pada pagi itu hanya sampai pada tahap perkenalan dengan informan dan menanyakan kesediaan mereka saja. Wawancara akan dilanjutkan pada waktu dan tempat yang telah disepakati oleh kedua belah pihak di hari-hari selanjutnya. Kemudian pada tanggal 7 April 2015 tepatnya pada pukul 10.00 Wib dan bertempat di ruang kelas XI IPA 1 sekolah tersebut diadakan kembali wawancara mendalam terhadap para informan. Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, wawancara kedua ini dilakukan oleh peneliti dengan menanyai B.A.N. Dalam wawancara yang dilakukan kali ini, pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat ditanyakan sebelumnya kembali ditanyakan oleh peneliti terhadap informan pertama, antara lain adalah tentang penggunaan handphone di dalam keseharian mereka. Pada wawancara kedua ini, B.A.N terlihat tidak selalu memegang handphonenya dan ketika hal tersebut ditanyakan oleh peneliti, B.A.N menjawab kalau pada hari itu dia sedang kehabisan paket data sehingga aktivitas handphonenya agak sepi dari biasanya. Beberapa pertanyaan yang belum ditanyakan oleh peneliti kepada B.A.N pada hari itu dilontarkan oleh peneliti. Semua data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara yang dilaksanakan pada hari tersebut. Selama proses wawancara berlangsung, antara peneliti dan B.A.N terlibat dalam komunikasi yang akrab dan intim. Terlebih lagi pada saat peneliti menceritakan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah yang sama tempat peneliti menghabiskan masa SMAnya. Namun sedikit perbedaannya adalah pada waktu peneliti masih berseragam putih abu-abu dulu peneliti belum menenteng android seperti sekarang yang sudah dimiliki oleh para informan. Wawancara pada hari itu sudah dirasa cukup untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya. B.A.N dan peneliti telah menyepakati untuk menyudahi wawncara pada hari tersebut. Peneliti dan informan pertama ini saling berdiri dan berjabatan tangan Universitas Sumatera Utara sambil mengucapakan terima kasih atas kesempatan dan kesediaan untuk diwawancara oleh peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Selanjutnya, wawancara akan dilanjutkan dengan menanyai informan kedua. Seperti yang telah dijanjikan pada wawancara pertama lalu, hari ini adalah hari dimana wawncara kedua akan dilanjutkan. Informan yang akan diwawancara pada hari tersebut adalah F.H yang pada hari itu mengenakan jam tangan bulat berwarna kuning. Senyuman mengembang dari bibir informan kedua ini ketika peneliti menyambanginya ke bangku tempat duduknya. Basa basi dilakukan dengan seadanya, karena hubungan diantara peneliti dan F.H sudah dapat dikatakan akrab dan intim. Pada wawancara mendalam yang dilakukan hari tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat ditanyakan pada wawancara terdahulu pada kali ini ditanyakan oleh peneliti kepada informan ke dua. Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan dan wawancara mendalam dengan para informan pun sudah dilakukan. Peneliti menyudahi wawancaranya terhadap F.H pada hari itu. Tetapi masih ada satu lagi informan yang sudah memiliki janji dengan peneliti untuk berbincang pada hari tersebut. Akhirnya wawancara pun dilanjutkan terhadap informan terakhir yaitu M.D.N. Informan terakhir ini sepertinya sudah tidak sabar untuk ditanya- tanyai oleh peneliti. Karena sedari tadi M.D.N sudah siap dan berada di samping F.H untuk menunggu gilirannya diwawancara. Setelah peneliti selesai mewawancarai F.H dan sekarang adalah giliran M.D.N yang akan ditanyai. Pertanyaan-pertanyaan yang belum ditanyakan oleh peneliti pada hari sebelumnya, kini ditanyakan terhadap informan terakhir ini. M.D.N sebagai informan ke tiga dalam penelitian ini memberikan semua jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Dan semua data yang dibutuhkan oleh peneliti berhasil dikumpulkan dari informan ini. Universitas Sumatera Utara Akhirnya penelitin yang dilakukan oleh peneliti sudah rampung dan wawancara pada hari itu ditutup dengan perbincangan terhadap informan M.D.N. Peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada para informan karena telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancara. Para informan pun merasa senang karena bisa membantu peneliti dalam pengumpulan data penelitian yang sedang dilakukan, terlebih karena peneliti merupakan kakak stambuk dari para informan ini. Peneliti pun bersiap untuk selanjutnya mengolah data yang sudah berhasil dikumpulkan dari lapangan dengan cara mewawancarai para informan tersebut.

4.1.3 Latar Belakang Informan

4.1.3.1 Informan 1 B.A.N

B.A.N lahir di daerah Gunung Tua pada tanggal 20 April 1998 dan sekarang duduk di kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Perempuan berhijab ini lahir dari ayah yang bersuku mandailing dan memiliki nama marga Nasution. Anak ke dua dari empat bersaudara ini mengaku memiliki hobby travelling dan aktif di beberapa sosial media yang dimiliki, antara lain line, facebook dan instagram. Informan pertama ini mewarisi kecantikan wajah dari ibunya, berkulit putih dan memiliki hidung yang mancung. Namun demikian, B. A. N memiliki sifat pemalu tetapi tegas dalam berbicara. Hal tersebut didapat dari ayahnya yang juga bersikap tegas baik dalam perkataan maupun tindakan. Di samping itu, anak kedua pasangan bapak A. K. N dan ibu S. P ini memiliki bibir yang tipis dan deretan gigi geligi yang dibalut oleh behel menjadikan penampilan fisiknya semakin indah dipandang. B.A.N mendapat uang saku dari orangtuanya sebesar Rp. 200.000,- bulan. Nominal tersebut ditambah lagi dengan biaya pulsa dan biaya internet yang juga diterimanya setiap bulan. Pemilik idline bimel20 ini baru menggunakan handphone jenis android sejak 3 bulan terakhir. Alasan Universitas Sumatera Utara untuk mengikuti tren dari alat canggih tersebut yang mendasari penggunaan smartphone yang mengusung merek Samsung dari perempuan manis yang murah senyum ini. Menurut pengakuannya, B.A.N selalu menggunakan handphonenya pada setiap kesempatan yang ada. Sehingga media komunikasi tersebut bukan hanya sebagai alat komunikasi. Lebih dari itu, handphone dianggap sebagai pendongkrak kepercayaan diri dan meningkatkan gengsi pada penggunanya termasuk B.A.N yang saat ini berstatus pelajar tingkat atas.

4.1.3.2 Informan 2 F.H

Perempuan berhijab ini lahir di Sibolga dan berulang tahun pada 19 Januari 1999. Makan dan nonton adalah termasuk hobby perempuan berdarah Jawa ini. Anak sulung dari pasangan bapak M dan ibu H ini duduk di kelas XI IPA1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Sejak sekitar 4 bulan lalu, F.H menggunakan android dengan biaya pulsa dan internet sebesar Rp. 100.000,-bulan ini. Uang saku diperoleh dari orang tuanya sebulan sekali, namun demikian F.H masih sering diberikan uang tambahan mengingat selalu ada saja biaya tidak terduga yang terkadang dibutuhkan oleh F.H. Perempuan bermata coklat ini mampu menyeimbangkan waktu antara kegiatan sekolah dan penggunaan handphone untuk kepentingan pergaulan di dunia maya. Beberapa sosial media yang selalu digunakan F.H adalah path, whatsaap, instagram dan Blacberry Messanger atau yang sering disingkat bbm. Sesuai dengan pengakuan F.H, dirinya merasa lebih percaya diri semenjak menggunakan handphone dengan jenis yang paling mutakhir ini. Hal tersebut mampu mendukung sifat dari informan kedua ini yang ramah dan mudah bergaul. Selain untuk manfaat sebagai media komunikasi jarak jauh, handphone yang digunakan oleh F.H dapat pula memberikan manfaat lain seperti koneksi internet dan hiburan. Universitas Sumatera Utara Selain dimanfaatkan untuk bermain games, F.H menggunakan handphonenya untuk melakukan percakapan online dengan sesama teman pengguna akun sosial media lainnya. Hal tersebut biasanya dilakukan F.H untuk menyakan PR atau berbagi informasi seputar pelajaran di sekolahnya.

4.1.3.3 Informan 3 M.D.N

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki. Informan dengan inisial M.D.N ini lahir dari sebuah keluarga suku batak. Ayahnya bapak R. Hasibuan adalah seorang laki-laki keturunan mandailing dan ibunya R. Napitupulu adalah seorang berdarah batak toba. M.D.N lahir dari pasangan suami istri yang menganut agama Islam ini akan merayakan ulang tahunnya pada tanggal 13 April. Laki-laki kelahiran tahun 1998 ini sekarang menduduki kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Penampilan fisiknya sebagai seorang anak lelaki termasuk rapid an bersih dalam hal berbusana. Sekalipun M. D. N memiliki kegemaran olah raga di luar ruangan, namun informan laki-laki ini memiliki kulit putih yang diturunkan dari ibunya. Mata sipit dan hidung mancungnya merupakan warisan fisik dari ayah informan yang satu ini. Seperti kebanyakan anak laki-laki seusianya, bermain sepak bola dan renang menjadi kesukaan anak ke lima dari tujuh bersaudara ini. M.D.N mengaku mengeluarkan biaya pulsa dan biaya internet hanya Rp. 50.000,-bulan. Sementara uang saku yang diberikan oleh orangtuanya sebesar Rp. 50.000,-minggu, dengan kata lain dalam satu bulan nominal tersebut adalah Rp. 200.000,-. Uang tersebut digunakan M.D.N untuk jajan dan biaya lain di sekolahnya. M.D.N menggunakan handphone jenis android sejak 6 bulan yang lalu. Sebelumnya, M.D.N hanya menggunakan handphone biasa yang hanya dapat digunakan untuk menelpon dan sms saja. Karena perkembangan zaman yang menyebabkan perkembangan teknologi semakin canggih, M.D.N memutuskan untuk mengganti handphonenya Universitas Sumatera Utara dengan jenis yang lebih modern dan up to date. Hal tersebut diharapkan dapat membantu tidak saja dalam hal kemudahan berkomunikasi tetapi juga untuk menambah sarana dan prasarana penunjang keperluan sekolahnya. Dari ketiga informan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti akan merangkum profil para informan tersebut ke dalam sebuah tabel berikut : Tabel 1. 4 Tabel Karakteristik Informan No. Keterangan Inf 1 Inf 2 Inf 3 1. Nama B.A.N F.H M.D.N 2. Tempat Lahir Gunung Tua Sibolga Pasir Julu 3. Tanggal Lhir 20 April 1998 19 Januari 1999 13 April 1998 4. KelasSekolah XI IPA 1 SMAN 1 Sibuhuan XI IPA 1 SMAN 1 Sibuhuan XI IPA 1 SMAN 1 Sibuhuan 5. Nama Ayah : Drs. H. A. K. N M R. H 6. Nama Ibu Hj. S. P H R. N 7. Suku Mandailing Jawa Mandailing 8. Agama Islam Islam Islam 9. Anak ke...dari... 2 dari 4 1 dari 2 5 dari 7 10. Hobby Travelling Makan dan nonton Sepak bola dan renang 11. Uang saku Rp. 200.000 Rp. 100.000 Rp. 200.000 12. Biaya pulsa dan internet Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 50.000 13. Sosial Media Fb, line, ig Fb, bbm, ig Fb, bbm Universitas Sumatera Utara 14. Jenis handphone Android samsung Android oppo Android Advan Sumber : Peneliti 2015 4.1.4 Konsep Diri 4.1.4. a Konsep Diri sebelum menggunakan handphone  Informan 1 : B. A. N Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Dalam berinteraksi ini individu akan mendapatkan tanggapan, tanggapan yang diterima tersebut akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Konsep diri adalah bagaimana individu melihat dirinya sendiri meliputi gambaran mengenai diri dan kepribadian yang diinginkan. Konsep diri yang dimiliki oleh informan satu adalah penilaian yang dilakukannya terhadap dirinya dan bagaimana dia memandang dirinya sendiri, seperti pada penuturannya berikut ini : “hmmmm...mel tu kak orangnya harus gaul, gak boleh ketinggalan zaman kak...udah gitu trendy, supel, rapi dan harus teliti juga kak. Pokoknya harus kelihatan terpelajar gitu kak...” Berdasarkan kutipan wawancara peneliti dengan informan 1 di atas, dapat dilihat bahwa B.A.N memandang dirinya sebagai seorang pelajar yang memiliki penampilan rapi dan trendy. Bagi B.A.N bahwa dirinya harus bisa mengikuti perkembangan zaman sehingga tidak tertinggal dalam hal teknologi yang semakin hari semakin maju. Termasuk dalam memilih jenis perangkat genggam yang dianggap dapat mewakili kepribadiannya yang supel dan mengedepankan ketelitian. Alasan pemilihan smartphone dengan merek Samsung yang dapat dikatakan memiliki tingkat harga yang tinggi adalah dikarenakan alat tersebut dinilai dapat memenuhi kebutuhannya dalam hal komunikasi dan fasilitas pada Universitas Sumatera Utara benda tersebut. Berikut alasan yang diungkapkan B.A.N terkait smartphone yang dimilikinya : “Udah kak....karena ayah juga pake yang sama seperti ini, kalo ibu pake Blackberry kak. Memang harganya mahal sih kak...tapi mel bilang sama ayah kalo mel perlu untuk keperluan sekolah, untuk cari PR di Google, terus supaya bisa bbman sama ibu dan ayah. Jadi orangtua gak was-was kalo misalnya mel pulang telat dari sekolah atau ada kegiatan ekskul yang dirubah jadwalnya. Gitu kak...Apalagi smartphone ini kak banyak fitur canggihnya kak, bisa email, bisa untuk baca e-book, hmmm apa lagi ya, banyak kak selain bisa untuk sosmed kak. Kan penting juga itu untuk bergaul kak, bentuknya keren kak jadi mel juga semakin kerenlah pokoknya... ” Dalam pembentukan konsep diri seseorang, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain adalah orangtua, saudara, teman sebaya, atau orang lain. Sesuai dengan penuturan B.A.N di atas tadi bahwa orangtua informan 1 ini memiliki andil dan peranan dalam pembentukan konsep dirinya. Setiap orangtua akan menuntun anaknya kepada hal-hal yang baik dan ikut membantu pembentukan konsep diri anak tersebut melalui penilaian orangtua terhadap anaknya tersebut. Melalui saran ataupun kritikan dari orangtua serta teguran kepada anaknya, orangtua dalam hal ini menjadi significant other terhadap anak dalam proses terbentuknya konsep diri bagi anak tersebut. Dalam kesempatan ini, peneliti mendapat kesempatan berkunjung ke rumah informan pertama ini. Ketika peneliti melakukan wawancara di rumah B. A. N, tampak perempuan muda yang cantik ini kerap memegang handphone di tangannya. Tidak jarang peneliti mencoba mengulang lagi pertanyaan yang diajukan karena konsentrasi perempuan ini terpecah karena pembicaraan dilakukan sambil membuka benda canggihnya tersebut. “Gimana yah kak...kadang-kadang suka ditegur juga kalo terlalu asik apalagi sampe lupa waktu. Tapi semenjak pake handphone kak, terutama handphone mel yang sekarang ini banyak sekali kemudahan yang bisa di dapat kak...kalo dulu nanya PR sama ayah atau ibu mereka suka gak ngerti atau udah lupa pelajaran mereka zaman dulu, tapi semenjak ada handphone ini kak mel gak kuatir lagi, ada PR yang susah pun kan bisa cari di Google. Udah gitu kak, dulu kan handphonenya gak bisa bbm kak, nah yang sekarang udah bisa. Jadi sama teman atau saudara yang jauh gak Universitas Sumatera Utara ilang kontak, bisa liat fotonya lagi kak. Kadang sama sepupu- sepupu juga suka sharing tentang hal-hal baru, misalnya mode baju yang lagi popular, atau kalo kita lagi ada di mana gitu, kita bisa kasi tau orang lain, selain itu kak yang paling utama yah untuk Googling tadi lah kak...” Selain orangtua, teman juga memiliki peran dalam membentuk konsep diri seseorang. Melalui orang lain perlahan-lahan konsep diri kita dapat terbentuk yang bisa kita terima lewat pujian, penghargaan, komentar yang baik dan lain sebagainya. B.A.N menerima hal tersebut dari teman- temannya dan menyebabkan B.A.N menilai dirinya sendiri secara baik dan positif. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan B.A.N di bawah ini : “Iya kak...biasanya temen-temen langsung komen kak. Ada yang kasi komen bagus tapi ada juga yang komen gak bagus..” Kalo komennya bagus kak yah senang lah...kadang mel balas dengan kalimat yang bagus lagi kepada orang tersebut. Tapi kalo yang komennya gak enak, yah...pendapat orang kan beda-beda kak, baik menurut mel belum tentu menurut orang lain juga bagus. Biasanya mel jadiin bahan koreksi diri aja, mungkin emang iya gak bagus. Jadi lain kali gak nampilin yang seperti itu lagi” Berdasarkan beberapa petikan wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan 1 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa B.A.N memiliki konsep diri yang positif, ditandai dengan penilaian B.A.N sendiri terhadap dirinya bahwa dirinya merupakan seorang yang baik dan dapat diterima di dalam lingkungan dan orang-orang sekitarnya. B.A.N juga dapat melihat gambaran dirinya melalui penilaian orang lain terhadapnya serta memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri. Menerima pujian dari orang lain tanpa adanya rasa malu juga merupakan salah satu ciri dari konsep diri positif yang dimiliki oleh B.A.N. Orangtua sebagai significant other yang memiliki ikatan dan kedekatan emosional juga memiliki peranan yang berarti dalam pembentukan konsep diri B.A.N. Orangtua mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan serta mengarahkan tindakan terhadap B.A.N. Di samping itu teman-teman B.A.N juga memiliki andil dalam pembentukan konsep dirinya yang dilakukan dengan cara memberi pujian, penghargaan dan kritikan serta saran kepada informan 1 ini. Universitas Sumatera Utara  Informan 2 : F. H Konsep diri seseorang dapat terbentuk melalui pengalaman dari hidupnya. Seperti yang dialami oleh informan kedua ini, F.H yang selama mengenyam pendidikan di SMA tidak berada dalam satu rumah dengan ayah, ibu dan saudara kandungnya melainkan tinggal bersama kerabat dari ayahnya. F.H juga merupakan anak sulung dari dua orang bersaudara, hal ini membantu F.H dalam pembentukan konsep dirinya sehingga F.H menilai dirinya sebagai seorang yang mandiri dan bertanggung jawab. “Aku kak ? hahahaaa..tertawa, aku gimana ya...kalo menurut ku sih kak aku tu orangnya bertanggung jawab kak, bisa memegang janji, mandiri, hmmm apa lagi yah kak...gitu lah kak kalo menurut diriku sendiri. Kalo menurut orang lain misalnya papa kak bilang aku tu dewasa, maksudnya kan aku anak pertama jadi aku bisa membimbing adikku kak, terus papa juga bilang aku tuh baik kak, penurut...kalo teman-teman bilang aku tuh keibuan kak...hahahaaa tertawa lebar” Kondisi dan pengalaman yang dialami oleh F.H menuntutnya menjadi seorang yang harus dapat mengatur diri dan hidupnya, hal ini menjadi salah satu faktor yang membantu pembentukan konsep diri F.H. Informan kedua ini tinggal bersama bibi atau adik perempuan dari ayahnya. Jauh dari orangtua membuat F.H memiliki sikap yang bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dan lingkungan dimana dia berada. “Aku tinggal sama tante kak, adiknya papa. Tanteku itu kan baru menikah kak dan belom punya anak, jadi aku diajak tinggal sama biar ada kawan tanteku kak, karena suaminya tanteku sering tugas keluar kota dari kantornya. Sama ada sepupunya suami tanteku kak, cowok baru tamat kuliah kak, lagi nyari- nyari kerja dia kak” Begitu juga dalam hal penggunaan perangkat genggam yang dipunyainya, F.H memilih handphone dengan jenis telepon pintar yang dapat membantu F.H dalam melakukan aktivitas dan dapat memenuhi kebutuhannya terhadap komunikasi dan informasi. Universitas Sumatera Utara “4 bulan kak, ini hadiah ulang tahun dari papa kak. Karena papa udah janji kalo nilai sekolah aku bagus papa mau beliin aku hand phone kayak gini kak..sambil tersenyum” Perangkat genggam yang dimiliki oleh F.H digunakan olehnya sebagai media komunikasi antara dirinya dengan keluarganya yang tidak serumah, selain itu juga F.H menggunakannya sebagai alat yang dapat membantu menunjang kegiatan dan kebutuhannya sebagai seorang pelajar menengah atas yang dituntut untuk selalu menerima informasi yang aktual dan terkini. Wawancara kali ini dilakukan peneliti di depan tempat les dari informan kedua ini. Dalam pembicaraan yang dilakukan di sela-sela waktu luang informan yang sedang menunggu jam lesnya tiba ini terlihat informan berhijab ini dengan santun menjawab beberapa pertanyaan dari peneliti. Handphone dari informan ini tidak terlihat di genggaman, melainkan ada di dalam tas dan sebelum wawancara dilakukan, F. H sudah meminta waktu kepada peneliti untuk mensilentkan dering handphonenya. “Teleponan. Smsan...hmmm...seraching internet, sosmed, apalagi ya kak...gitu lah kak kayak orang-orang juga pake handphone buat apa aja. Kebutuhan komunikasi lah kak, aku kan gak tinggal sama ortu, jadi yah supaya mereka bisa tetap ngubungin aku kapan aja...” “Udah pasti lah kak, orang yang beliin papa kok. Waktu itu papa kan udah janji mau beliin handphone yang canggih asalkan aku bisa tunjukkin dulu sama papa nilai sekolahku baik semua. Nah, kemaren itu kan pas semester 1 nilaiku memuaskan kak, aku masuk 5 besar jadi ya udah lah aku tagih janji papa. Tapi papa bilang nilai sekolahku gak boleh turun kalo udah pake handphone ini, malah harusnya bisa semakin bagus karena handphonenya udah canggih, heheee. Emang sih kak, aku yang minta handohone jenis kayak gini, alasanku karena ada internetnya biar belajarku makin gampang kak. Sekarang kan zamannya kayak gitu kak, apa-apa cari di internet, aku juga kalo cari-cari yang berhubungan dengan sekolah dari internet kak, lebih praktis kak gak ribet..”  Informan 3 : M. D. N Salah satu penentu berhasil atau gagalnya seseorang dalam kehidupan adalah konsep diri. Konsep diri yang ada pada seorang individu merupakan suatu bentuk keyakinan dirinya bahwa dia mampu dan bisa Universitas Sumatera Utara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Konsep diri seseorang dapat dilihat melalui sikap dirinya dalam lingkungannya. “Aku seorang laki-laki yang suka olah raga kak, suka tantangan juga, ngikutin mode kak tapi kadang-kadang teman-temanku bilang aku alay kak, mungkin gak cocok gayaku sama model zaman sekarang, tapi aku santai lah kak, asal aku nyaman, yah memang begini lah gayaku terserah penilaian orang. Kadang kita gak harus jadi seperti yang orang bilang, jadi diri sendiri aja kak, sekali-sekali boleh lah penilaian orang jadi masukan tapi yang paling penting bagaimana kita rasa nyaman yah begitu lah...” Informan ketiga ini mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri adalah bahwa dirinya seorang laki-laki yang aktif, salah satunya dengan kegemarannya dalam bidang olah raga dan sebagai laki-laki M.D.N juga menyukai tantangan. Penggunaan handphone jenis smartphone yang dimilikinya sekarang dipilihnya sebagai sebuah benda kepunyaan yang diangapnya mampu membantu mewakili kepribadiannya yang aktif tersebut. Handphone yang dimilikinya tersebut biasa digunakan M.D.N untuk berkomunikasi dan game, selain itu juga M.D.N menggunakannya untuk keperluan jejaring sosial dan kebutuhan sekolah. “Seperti orang-orang kak, sms, telpon, bbm, sosmed, main game, apa lagi ya kak...itulah kira- kira kak” Handphone yang dimiliki M.D.N sudah mendapat persetujuan dari orangtua dalam hal penggunaannya. Orangtua M.D.N juga menggunakan handphone sejenis sebagai bentuk pemanfaatan teknologi zaman sekarang. “Udah pasti lah kak, kalo gak diijinin pasti gak pake handphone ini la sekarang. Orangtua pun pasti ngerti la kak perkembangan zaman sekarang, ayah pun pake android juga kak. Tapi ayah selalu ingetin jangan sampe handphonenya disalahgunakan untuk hal-hal yang gak ada manfaatnya dan jangan sampe merusak nama baik keluarga dan nama baik sendiri gara-gara make handphone untuk hal- hal yang gak terpuji” Dalam hal ini, orangtua ikut membantu dalam proses pembentukan konsep diri yang dimiliki oleh M.D.N. Didikan keluarga terutama ayah, membantu seorang M.D.N memiliki konsep diri positifnya. Dimana sebagai seorang laki-laki harus mampu mempertanggung jawabkan Universitas Sumatera Utara tindakannya dalam kehidupan sehari-hari baik bagi diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Termasuk dalam penggunaan handphone ini, M.D.N sebagai seorang remaja yang memiliki status pelajar mampu menanamkan nilai dan etika yang dijadikan pedomannya dalam bertingkah laku. “Iya kak, tapi gak tau juga kak, buktinya rata-rata semua siswa bawa handphone tiap hari ke sekolah. Paling kalo pas ada razia baru heboh kak, tapi kalo aku santai aja, kan handphoneku gak ada apa-apanya, maksudku gak ada situs terlarangnya kak....Kalo menurut ku sih pihak sekolah melarang bukan soal membawa handphonenya tapi soal penggunaannya kapan dan untuk apa aja...kalo pas jam belajar iyalah dilarang, tapi pas istirahat yah boleh-boleh aja. Terus kalo isinya gak ada yang aneh-aneh gak papanya kak...buktinya kalo handphonenya bersih dikembalikan laginya kak, kecuali kalo kedapatan isinya yang gak bagus barulah ditindak kak...dipanggil orangtuanya kak...” 4.1.4. b Konsep Diri setelah menggunakan handphone  Informan 1 : B. A. N Seperti diungkapkan di atas bahwa konsep diri bisa terbentuk seiring berjalannya waktu yang didapat individu dari pengalaman sosialnya. Setiap individu dapat menilai dirinya melalui pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri. Dalam artian jika kita mengetahui orang lain memiliki penilaian baik terhadap kita maka kita dapat memandang diri kita sendiri adalah orang yang baik. Dan oleh beberapa penyebab penilaian tersebut dapat berubah tergantung kepada diri kita sendiri untuk mengkonsepkan diri kita sebagai apa dan bagaimana. Perubahan terjadi pada B.A.N saat sebelum dan sesudah penggunaan telepon pintarnya tersebut. Penuturan berikut disampaikan oleh B.A.N sehubungan dengan perubahan dirinya : “Jadi tambah pede kak...di sekolah juga tambah yakin kak sama pelajaran. Karena ada Google tadi kak, jadi kalo ada yang gak tau atau kurang paham langsung cari dari Google. Udah gitu kak temen juga jadi nambah banyak dari bbm atau facebook. Bisa jadi temenan sama orang luar negeri juga kak, kan bisa sambil belajar bahasa asing kak...biasanya mel sering up date status pake bahasa inggris kak..karena punya temen dari luar juga. Jadinya kan Universitas Sumatera Utara tambah keren kak, nampak gaul kak seperti remaja masa kini yang up to date dan gak jadul alias jaman dulu...tertawa lebar” B.A.N yang dari semula menggambarkan dirinya sebagai seorang yang terpelajar dan harus selalu mengikuti perkembangan zaman merasa bahwa setelah B.A.N mengganti handphonenya dari jenis yang terdahulu kepada smartphonenya yang sekarang menjadi semakin bertambah dan meningkat kepercayaan dirinya. Karena perangkat genggamnya tersebut mampu mewakili dirinya yang digambarkannya sebagai seorang pelajar yang gaul dan berpenampilan trendy, memiliki sifat supel atau mudah bergaul dan memiliki teman yang tidak terbatas hanya di sekolah saja. Hal di atas juga dipertegas dengan penuturan B.A.N yang merasakan perubahan terhadap dirinya setelah menggunakan smartphone miliknya. Seperti yang terlihat dalam pengakuan B.A.N berikut ini yang saat wawancara berlangsung peneliti dan B. A. N sedang berada di sebuah warung di depan sekolah. Pada percakapan hari tersebut, B. A. N tidak sedang memegang handphonenya, hal tersebut bisa saja disebabkan oleh teguran yang disampaikan oleh peneliti terhadapnya agar saat di wawancara hendaknya dapat menghentikan sementara waktu aktivitas membuka handphone, sehingga pembicaraan dapat berlangsung dengan baik. Informan tersebut mengiyakan dan menuruti permintaan dari peneliti yang merupakan kakak stambuknya di sekolah tersebut. Berikut petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap B. A. N : “Kalo dulu kak masih jadul, handphonenya masih item putih kak, ada senternya lagi...hehehee. Dulu pas pake handphone yang lama kalo lagi ada di mana gitu kak handphonenya dikantongin aja, nah kalo sekarang handphonenya dipegang terus. Bukan maksudnya mau pamer kak, enggak...bukan gitu. Tapi handphone yang sekarang membuat aktivitas jadi bertambah, misalnya bales-bales chattingan temen, kadang suka share apa yang lagi mel rasain ntah sedih atau seneng, ntah lagi galau atau...apa aja lah kak. Kalo ada foto baru, langsung mel posting, biar eksis kak...Pokoknya biar nampak gaul kak...” Dalam beberapa kutipan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan 1, B.A.N seperti yang tertuang di atas bahwa B.A.N Universitas Sumatera Utara memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri positif ditandai oleh beberapa hal seperti kemampuan untuk menerima kenyataan terhadap dirinya yang bermacam-macam termasuk mampu memperbaiki dirinya dan mampu mengungkapkan aspek-aspek kepribadiannya serta menerima pujian dari orang lain tanpa rasa malu serta dapat mengevaluasi diri dan berusaha untuk merubahnya. Hal ini seperti yang dituturkan B.A.N berikut : “Liat-liat kritik juga kak, karena gak semua kritik bisa jadi masukan supaya diri kita bisa jadi lebih baik. Kalo menurut mel itu ada benarnya ya mel terima jadi masukan, tapi kalo mel rasa gak cocok ya mel tetap jadi diri mel sendiri aja, pede aja kak..Tapi kalo yang ngasi kritik ayah atau ibu atau sodara-sodara dekat, itu pasti ada benarnya, mel turutin lah. Kalo udah orangtua yang kasi saran pasti yang terbaik untuk anaknya...”  Informan 2 : F. H Secara kasat mata bisa dilihat konsep diri yang dimiliki oleh F.H adalah bersifat positif, dimana F.H selalu memiliki tanggung jawab yang dapat ditunjukkan dari keseharian termasuk dalam hal penggunaan perangkat genggam atau handphonenya saat ini. Pendapat peneliti akan hal ini dapat dikuatkan oleh pengakuan F.H dalam kutipan wawancara peneliti terhadap F.H berikut ini : “Udah pasti lah kak, orang yang beliin papa kok. Waktu itu papa kan udah janji mau beliin handphone yang canggih asalkan aku bisa tunjukkin dulu sama papa nilai sekolahku baik semua. Nah, kemaren itu kan pas semester 1 nilaiku memuaskan kak, aku masuk 5 besar jadi ya udah lah aku tagih janji papa. Tapi papa bilang nilai sekolahku gak boleh turun kalo udah pake handphone ini, malah harusnya bisa semakin bagus karena handphonenya udah canggih, heheee. Emang sih kak, aku yang minta handohone jenis kayak gini, alasanku karena ada internetnya biar belajarku makin gampang kak. Sekarang kan zamannya kayak gitu kak, apa-apa cari di internet, aku juga kalo cari-cari yang berhubungan dengan sekolah da ri internet kak, lebih praktis kak gak ribet..” Salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki konsep diri positif adalah dapat merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan Calhoun dan Acocella, 1990:65-67. Berdasarkan pendapat ahli di atas dan sesuai dengan apa yang dituturkan oleh F.H, dapat dilihat bahwa benar memiliki konsep diri yang positif sesuai dengan salah satu ciri yang tersebut di atas. Dalam proses pembentukan konsep diri seseorang di dalam hidupnya, terdapat peranan beberapa orang termasuk orangtua sebagai significant other atau orang-orang yang emiliki kedekatan dan ikatan emosional terhadap individu tersebut. Dalam hal ini, orangtua F.H terutama ayanya menjadi significant other bagi F.H melaui didikan dan aturan yang diberlakukan oleh ayahnya terhadap dirinya khususnya dalam hal penggunaan handphone. Seperti yang tertuang dalam kutipan wawancara berikut : “Fasilitas internetnya kak...selain itu ya untuk sms atau telpon, sosmed lah kak...Tapi papa pesan kalo pake internet hanya untuk hal-hal yang baik saja, yang bisa membantu menambah pengetahuan, kalo yang gak boleh dilihat jangan dilihat, pande- pande lah menggunakannya jangan sampe slah gunakan untuk hal- hal yang gak baik, gitu lah kak. Maksud papa itu gak boleh lihat yang porno-porno kak, karena namanya internet kana pa aja bisa dilihat kan kak, jadi tergantung gimana kitanya aja kak. Aku sih pegang janjiku sama papa lah kak, karena papa udah ijinkan aku pake handphone kayak gini aku juga harus tunjukkin sama papa aku bisa menggunakannya dengan baik, jangan sampe papa kecewa lah kak...” Dari beberapa petikan wawancara di atas yang dilakukan peneliti kepada F.H, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peranan orangtua sebagai significant other dapat membantu proses pembentukan konsep diri F.H, sehingga informan kedua ini memiliki konsep diri yang positif serta dapat dilihat dari bentuk tanggung jawabnya dalam penggunaa handphone miliknya. Sebagai seorang yang menamai dirinya adalah pelajar, dimana dirinya harus dituntut untuk selalu memiliki pengetahuan yang baik terutama dalam kapasitasnya sebagai pelajar, F.H merasakan adanya perubahan ke arah yang yang semakin baik sejak dirinya menggunaan Universitas Sumatera Utara handphone. Manfaat yang didapatkan selama menggunakan handphonenya, terutama penggunaan secara baik dan bertanggung jawab, mampu meningkatkan rasa percaya diri dari seorang F.H dalam kesehariaanya. “Jujur aku jadi tambah yakin dan percaya diri kak. Karena benda ini bisa membantu aku dalam banyak hal, aku gak usah kuatir ketinggalan informasi atau malah ketinggalan zaman kak istilah anak-anak sekarang, jadul, gaptek, dan lain-lain. Kalo kepribadian kayaknya aku gak ada perubahan lah kak. Paling dalam hal komunikasi dan pengetahuan lah, sekarang aku bisa mencari tau apa yang ingin aku tau dengan cepat dan praktis kak. Sebagai pelajar kan kita harus peduli dengan peristiwa-peristiwa di luar sana kak, nah supaya gak tertinggal dalam beritanya bisa aku akses dari internet kak. Sebagai pelajar kan harus pintar kak, gitu juga lah aku kak, aku harus pintar sebagai bukti aku adalah seorang pelajar. ” Selain orangtua, teman bagi F.H juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhinya dalam pembentukan konsep dirinya. Beberapa saran dan kritik dari teman-temannya mampu membuat F.H mengevaluasi dirinya dan F.H menerima saran maupun kritik tersebut dengan senang hati sebagai dasar dalam melakukan perubahan kepada arah yang lebih baik lagi. “Itulah kak kayak yang aku bilang tadi, kritik boleh-boleh aja, tapi liat dulu kritiknya yang gimana. Kadang kita bisa tau bagaimana kita kan dari orang lain juga kak, oooo...berarti aku begini karena orang menilai aku begini...gitu kan kak. Sportif aja kak, kalo orang kasi kritik itu kan artinya orang lain ada perhatian sama kita dan peduli terhadap kita” “Biasanya kalo komen mereka baik dan aku rasa bisa bermanfaat untuk aku, aku pasti terima dan saran dari mereka pasti aku laksanakan, begitu juga kalo orangtua yang kasi saran pasti langsung aku terima. Tapi kalo ada komentar yang menjatuhkan, aku cuek aja kak, pede aja, yang tau siapa aku kan aku sendiri kak. Tapi itu jadi pertimbangan juga sih buat aku, jadi lain kali aku bisa berubah, kalo memang kea rah yang baik pasti aku mau merubahnya, tapi kalo gak baik yah aku tetap menjadi diriku sendiri aja..” Universitas Sumatera Utara  Informan 3 : M. D. N M.D.N mampu membedakan waktunya kapan harus menggunakan handphone dan kapan harus belajar. Demikian juga dalam pemilihan dan pemanfaatan fitur dan fasilitas handphonenya. Sebagai remaja, dalam hal ini M.D.N berada dalam masa mencari dan menemukan dirinya sendiri. Hal tersebut erat kaitannya dengan konsep dirinya terutama keluarga atau orangtua sebagai significant other yang ikut andil dalam proses pembentukkan konsep dirinya. Selain dari keluarga, orang lain yang ada dilingkungan sekitar kita semisal teman-teman atau tetangga, juga memiliki peran dalam proses pembentukan konsep diri. Setiap individu dapat melihat dirinya dan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri melalui pandangan dan penilaian orang lain terhadap kita. Intinya, kita bisa mengetahui seperti apa kita dari bagaimana orang menilai kita. Di dalam lingkungan sekitar tempat tinggalnya M.D.N adalah remaja yang dapat bergaul terutama dengan remaja sebayanya dengan tetap mempertahankan konsep dirinya sebagai seorang pelajar dan dapat memiliki etika dalam pergaulannya. Seperti saat wawancara kali ini dilangsungkan, peneliti dan M. D. N sedang berada di dekat rumah informan tersebut, dimana tempat tersebut yang biasa dijadikan M. D. N dan teman-temannya untuk berkumpul pada saat malam libur sekolah. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan laki-laki ini, tampak M. D. N tidak memegang handphonenya. Hanya pada saat bunyi pertanda pesan masuk atau dering telepon saja M. D. N membuka handponenya. Itupun setelah terlebih dahulu meminta izin kepada peneliti untuk melihat akivitas handphonenya. “Baik-baik aja kak...sama pemuda-pemuda tetangga di sekitar gang rumah kami tu kak kadang aku ikut ngumpul kalo malam minggu atau libur sekolah, ngobrol-ngobrol kadang ada juga abang-abangan yang gabung. Kami juga biasanya main badminton kak kalo sore-sore nunggu maghrib, kadang main futsal juga. Ada lapangan kecil di dekat rumahku itu kak, biasanya disitu kami ngumpul rame-rame. Ada juga kawan-kawanku sebagian disitu yang udah mulai merokok kak, tapi aku gak mau ikut-ikutan, aku kan masih sekolah kak, darimana uangku beli rokok. Lagian Universitas Sumatera Utara gak baik juga buat kesehatan kak....kubilang juga sama orang tu. Nanti aja kalo mau kekgitu kalo udah kerja bisa cari uang sendiri jadi bukan uang orangtua kan kak...kalo bisa pun gak usah merokok, karena ayah ku gak merokok kak jadi aku harus bisa kayak ayah...” Dalam membentuk konsep dirinya, peranan seorang ayah sangat besar bagi M.D.N dan dapat dilihat dari cara bergaul M.D.N denagn teman-temannya tanpa terpengaruh hal-hal yang dapat merugikannya. Demikian juga dalam penggunaan handphone, M.DN mampu menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pelajar sehingga dapat memanfaatkan handphonenya untuk kebutuhan yang benar-benar sesuai untuk seorang pelajar. M.D.N juga memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi dengan kemampuannya untuk menjadi diri sendiri, namun tetap mempertimbangkan hal-hal yang merupakan kritik atau saran baginya. “Komentar yang aku terima itu kak aku jadikan semangat supaya aku bisa lebih baik. Orang itu mau merhatiin aku itu kan karena mereka peduli sama aku kak, aku terima saran atau kritik orang- orang kak, mana yang kurasa cocok kukerjakan, kuikuti, tapi kalo kurasa kurang cocok yah aku jadi diriku sendiri aja kak. Aku kan pede kak jadi pede aja lagi, hehehee..” Oleh sebab beberapa hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa M.D.N mempunyai konsep diri yang positif dan ditandai dengan etika dalam pergaulannya dan kepercayaan dirinya yang tinggi. Peran orangtua juga sangat memiliki andil besar dalam pembentukan konsep diri bagi seorang M.D.N. Didikan dari ayah kepada M.D.N menjadikan dirinya sebagai seorang yang memiliki konsep diri positif yang kuat. Berdasarkan uraian di atas, berikut ini peneliti membuat perbedaan konsep diri dari para informan baik sebelum dan sesudah menggunakan handphone dalam bentuk tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel : 2.4 Perbedaan konsep diri dari para informan No . Keterangan Nama Informan B. A. N F. H M. D. N 1. Konsep Diri sebelum menggunakan handphone  Ingin terlihat gaul, ingin up to date, trendy, teliti, bertanya pelajaran kepada orangtua atau buku.  Dewasa, mandiri, bertanggung jawab, memiliki prestasi akademis baik peringkat 10 besar di sekolah.  Menyukai tantangan, olah raga, kurang mengerti fashion. 2. Konsep Diri setelah menggunakan handphone  Semakin keren, bertambah percaya diri. Mendapat referensi pelajaran dari internet, up to date dalam informasi.  Mendapat banyak informasi, prestasi meningkat, menunjukkan sikap terpuji sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kepercayaan yang diperoleh dari orangtua.  Mengetahui banyak informasi terutama tentang bahaya rokok, mode fashion, dan dapat menyalurka n hobby olah raga melalui game yang terdapat di handphone. Sumber : Peneliti 2015 Universitas Sumatera Utara 4.1.5 Interaksi Sosial 4.1.5 a Interaksi Sosial sebelum menggunkan handphone  Informan 1 : B. A. N Interaksi merupakan suatu hubungan timbal balik yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, bisa kepada satu orang lainnya, kepada satu kelompok ataupun terhadap antar kelompok. Dalam berinteraksi manusia melakukannya dengan cara komunikasi baik melalui komunikasi verbal maupun non verbal yang memiliki tujuan akhir adalah memaknai lambang atau simbol berdasarkan kesepakatan bersama diantara mereka. Interaksi simbolik menggunakan simbol-simbol atau lambang-lambang dalam komunikasi dan interaksinya, sehingga individu akan berperilaku tertentu sesuai respon dari individu lainnya. Di dalam lingkungan sekitarnya, B.A.N melakukan interaksi melalui komunikasi baik secara kata-kata maupun melalui isyarat symbol yang dapat berupa senyuman, lambaian tangan dan lain sebagainya. “Jarang berinteraksi dengan tetangga, lebih sering dengan teman lewat bbm, ig atau line. Kalo sama orang sekitar rumah kak palingan hanya negur kalo pas jumpa, senyum atau kalo pas lagi uduk di teras terus ada tetangga yang lewat disapa, gitu kak. Kadang kalo sama anak-anak tetangga biasanya dadah-dadah kak atau senyum aja kalo papasan...” B.A.N menggunakan isyarat berupa bahasa tubuh seperti senyuman atau anggukan sebagai simbol dari sikap sopan santun dan sapaan kepada orang lain. Senyuman dan anggukan memiliki makna sebagai suatu bentuk keramah tamahan atau kesopan santunan kepada orang lain yang telah disepakati secara bersama-sama tentang pemaknaannya. Bahasa yang digunakan oleh informan 1 ini merupakan kunci dari simbol-simbol yang digunakan dan mengandung arti yang telah disepakati dalam interaksinya di lingkungan sekitar. Tidak hanya terhadap lingkungan sekitarnya, B.A.N juga melakukan interaksinya terhadap teman-teman di sekolahnya. Komunikasi yang terjalin biasanya berupa Universitas Sumatera Utara percakapan langsung maupun melalui interaksi di dunia maya dengan menggunakan akun media sosial mereka. “Kalau lagi di sekolah yah seperti biasanya aja kak, ngobrol, main, diskusi kadang-kadang gosipan juga tertawa. Kalo lagi gak sama atau gak deketan biasanya dari bbm kak...kalo smsan paling sama temen-temen yang gak ada bbmnya. Kalo sama temen-temen yang jenis handphonenya sama kayak mel biasanya dari chatting bbm atau fb, kadang dari line atau ig juga kak. Suka komen-komen statusnya temen, atau kadang mereka komen status mel juga...ganti-gantian l ah kak...” Bahasa yang digunakan sebagai bentuk ungkapan dari pikiran dan perasaan yang diungkapkan B.A.N kepada teman-temannya dalam interaksi merupakan isyarat seperti tertawa yang dimengerti sebagai pertanda perasaan senang dan bahagia. Selain itu B.A.N juga melakukan komunikasi secara verbal kepada teman-teman di sekolahnya dengan percakapan langsung yang diselingi dengan gerak tubuh seperti menggeleng atau mangangguk, menatap, merangkul, dan lain-lain. Sejauh ini B.A.N belum merasakan masalah yang timbul dalam interaksinya kepada teman-temannya di sekolah maupun kepada orang-orang di sekitarnya. “Selama ini belum ada masalah kak, paling-paling jadi jarang ngobrol langsung kak, enakan ngobrolnya dari chattingan aja. Kalo mel sih coba mengatur diri aja kak, tetap usahain bisa bicara langsung sama temen. Kan gak enak juga nanti sama yang lain kalo terus-terusan dari handphone, apalagi kalo temen yang lain gak ada bbmnya, nanti disangkain sok dan jaga jarak. Jadi kalo lagi ngumpul rame-rame mel bicara langsung aja, ngobrol-ngobrol bareng yang lain juga sama-sama kak jadi gak ada kesenjangan kan kak...”  Informan 2 : F. H Konsep diri juga dapat terbentuk melalui interaksi seseorang terhadap lingkungannya. Bagaimana orang lain melihat dan menilai diri kita bisa dilihat dari hubungan seseorang dalam pergaulannya di masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, seseorang memiliki konsep diri yang bisa diterima atau tidak tergantung respon atau reaksi dari orang lain dalam interaksi seseorang tersebut. Hal itu juga membantu Universitas Sumatera Utara seseorang dalam mengetahui konsep tentang dirinya, apakah positif atau diterima atau tidak. Di dalam lingkungan tempat tingalnya, F.H merupakan seseorang yang termasuk aktif dalam kegiatan seperti kegiatan keagamaan melalui perkumpulan remaja mesjid yang diikutinya. “Baik kak...aku harus menjaga nama baik sebagai pelajar kak, jadi harus kelihatan seperti terpelajar lah kak. Udah gitu aku gak mau buat kecewa keluarga, gak mau buat malu papa, udah gitu aku kan tinggal sama tante, biasanya kalo orang taunya anak yang gak tinggal sama orangtuanya agak liar, aku gak mau seperti anggapan orang itu kak. Harus bisa nunjukin sama orang-orang bahwa aku anak sekolahan yang berpendidikan gitu kak. Makanya aku ikut remaja mesjid kak, supaya aku bisa aktif di lingkungan rumah kak, lagian kan positifnya banyak kak pahala juga nambah kak, amiinn..” Lingkungan tempat dimana F.H tinggal memiliki penilaian yang baik terhadap para remaja usia sekola menengah atas. Gambaran pelajar masa kini yang banyak memiliki kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah diberikan masyarakat sekitar tempat tinggalnya berdasarkan pengalaman para tetangga ruma F.H yang sebagian besar juga mempunyai anak usia sekolah seperti F.H. Para tetangga sekitar tempat tinggal F.H memaklumi bahwa anak seusia F.H yang berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas pasti tidak akan memiliki cukup waktu untuk terlalu sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar, hal tersebut karena kegiatan sebagai seorang pelajar masa kini dianggap cukup menyita waktu mereka. Namun, ada kalanya di saat-saat tertentu, misalnya pada saat malam libur atau paling tidak satu kali dalam seminggu, para pelajar tersebut masih bisa menyempatkan waktu mereka untuk bergaul dalam sebuah wadah yang positif semisal perkumpulan remaja mesjid. “Aku jarang main ke tetangga kak, aku pulang sekolah kan les lagi, kadang ada kerja kelompok atau ekskul. Pulang sekolah udah sore, mandi, makan, sholat, masuk kamar dan belajar. Paling keluar rumah kalo disuruh ke warung beli sabun atau mie instant gitu aja kak...Tetangga-tetangga pun maklum karena mereka juga punya anak yang sebaya aku gini kak...kadang ada yang nyampe rumah abis magrib karena abis sekolah langsung bimbel kak...jadi ya tetangga-tetangga taunya kalo anak sekolah zaman sekarang Universitas Sumatera Utara pulangnya pasti lama karena banyak kegiatannya. Tapi kalo ada kesempatan misalnya pas pulang cepat dan gak les, aku sholat maghrib di mesjid dekat rumah kak. Barulah jumpa sama ibu-ibu dekat rumah dan aku juga ikut remaja mesjid kak tapi Cuma jadi anggota aja bukan pengurusnya. Gitu lah kak bergaul aku dengan lingkungan...”  Informan 3 : M. D. N Sebagai manusia, setiap individu memuliki kebutuhannya dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Melalui komunikasi yang dilakukan oleh setiap individu dapat terjadi sebuah interaksi atau hubungan timbal balik dengan adanya respon atau tanggapan dari lawan komunikasi kita. “Kalo sama tetangga paling nyapa kalo ketemu, atau minimal senyum lah kak sama tetangga-tetangga dekat rumah. Kalo pas lagi jalan ada yang manggil aku ngangkat tangan la sambil nengok siapa yang manggil. Kalo sama teman-teman dekat rumah ini paling main futsal sama kami kak sore-sore atau hari minggu, ngumpul sekali-sekali kalo pas malam minggu sama anak-anak dekat rumah, main gitar atau ngobrol-ngobrol...

4.1.5 a Interaksi Sosial sebelum menggunkan handphone

 Informan 1 : B. A. N Berbicara tentang komunikasi secara langsung, B.A.N mengaku jarang sekali melakukannya, terlebih pada saat sekarang ini fasilitas untuk melakukan percakapan online sudah banyak terdapat di smartphone sebagai bagian dari fitur canggihnya. Interaksi dunia maya sekarang ini seperti tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sehari-hari pengguna smartphone dan pemilik akun jejaring sosial. Seperti juga B.A.N yang memiliki akun media sosial seperti facebook, line, dan instagram selalu digunakan untuk chatting dengan teman-temannya yang juga memiliki akun seperti dirinya. “Handphone ini juga bisa untuk chatting kak...kan mel punya akun media sosial kak, jadi sesama temen yang punya akun bisa chatting online kak. Kalo sama temen-temen yang jenis handphonenya sama kayak mel biasanya dari chatting bbm atau fb, kadang dari line atau ig juga kak. Suka komen-komen statusnya temen, atau kadang mereka komen status mel juga...ganti-gantian lah kak...” Universitas Sumatera Utara Dalam beberapa petikan wawancara peneliti kepada B.A.N dapat dilihat bahwa informan 1 ini memiliki hubungan yang baik terhadap lingkungan sosialnya. Komunikasi dapat terjalin tidak hanya melalui perkataan namun dilakukan juga melalui bahasa yang mengisyaratkan tentang pemahaman sebuah makna yang sama terhadap lingkungan sosialnya. Dapat dilihat bahwa bagaimana B.A.N melalui interaksinya dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya melalui bahasa yang digunakan dalam komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.  Keterbukaan Diri Keterbukaan diri atau biasa juga disebut pengungkapan diri merupakan suatu proses membagikan informasi dan perasaan kepada orang lain. Informasi yang dibagikan bisa dapat berupa perasaan, pikiran, rencana, maupun pengalaman pribadi yang ada pada diri kita kepada orang lain, biasanya yang kita percayai atau jalinan hubungannya sudah akrab sehingga kita merasa nyaman untuk melakukan pengungkapan diri tersebut. Konsep diri yang dimiliki B.A.N memberikan pengaruh terhadap keterbukaan dirinya baik terhadap keluarga maupun teman-teman di lingkungan sekitarnya. Saat ini B.A.N tinggal bersama keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, kakak perempuannya dan dua orang adik laki- lakinya. “Dengan orangtua kak, ada ayah, ibu, ada abang dan adik- adik... ” Seperti kebanyakan remaja lainnya, B.A.N juga memiliki teman-teman yang dianggapnya dapat dipercaya sebagai tempat untuk melakukan keterbukaan dirinya. “Semua temen sama kak, deket semua. Tapi ada dua orang temen perempuan yang paling deket kak, biasanya mel kalo curhat atau bicara yang agak rahasia sama mereka berdua inilah kak...kami berteman sudah sejak SMP pas masuk SMA kami sama-sama diterima di sini jadi yaaa bisa sama-sama terus. Udah gitu emang Universitas Sumatera Utara udah cocok kak bertemannya, ngobrolnya nyambung kalo sama mereka, rahasia juga aman kak gak mungkin dibocorin mereka ” Keterbukaan diri seseorang dapat dilihat dari keterbukaannya dalam bergaul dengan teman-temannya, apakah seseorang tersebut memiliki teman yang banyak atau hanya beberapa orang saja dan apakah dalam memilih teman seseorang tersebut memilih-milih teman yang dianggapnya cocok atau pantas bergaul dengannya. Hal ini diungkapkan B.A.N bahwa semua teman baik yang memiliki handphone yang sama seperti dirinya maupun yang berbeda jenis tetap dijadikan teman olehnya. “Gak lah kak, semua mel temenin kak, yang punya handphone canggih yang handphonenya jadul, bahkan temen yang gak ada handphonenya pun mel kawanin juga. Tapi kalo temen yang gak punya handphone jadi agak ribet kak, kalo ada perlu yang mau dibilang harus didatangin kerumahnya kak...tapi mel kawanin juga kak, gak boleh pilih-pilih teman kata ayah kak, selama dia bisa jadi teman yang baik yah temenin aja, tapi kalo memang gak baik dan bisa membuat kita kita terjerumus yah ditemenin sekedar aja, malah kita harus ingetin dia jangan sampe dia terjerumus terlalu jauh..” B.A.N merupakan orang yang tidak sembarangan dalam melakukan keterbukaan dirinya. Untuk menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi biasanya B.A.N melakukannya kepada orang-orang terdekatnya, seperti ibu dan kakaknya. Namun beberapa teman dekatnya juga dipercaya oleh B.A.N sebagai tempat untuk mengungkapkan beberapa rahasia dan hal-hal pribadinya. Keterbukaan diri yang dilakukan oleh B.A.N bukan hanya kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dekat kepadanya, biasanya B.A.N akan mengungkapkannya melalui dinding akun media sosialnya. “Biasanya sama kakak dan ibu...tapi kalo masalahnya gak boleh diketahui orang lain biasanya mel curahkan aja lewat status... ”  Informan 2 : F. H Terhadap teman-teman di sekolahnya, F.H mengaku masih melakukan interaksi yang sama seperti pada saat F.H belum menggunakan telepon pintarnya. Interaksi yang terjalin melalui komunikasi baik secara Universitas Sumatera Utara kata-kata maupun gerak tubuh tidak menimbulkan banyak perubahan. Hanya saja, F.H mengakui bahwa sejak dirinya menggunakan smartphone ini hubungan komunikasi dapat juga dilakukan melalui media social seperti akun instagram dan yang paling sering dilakukan adalah melalui pesan Blackberry atau BBM Blackberry Messenger. “Kayaknya gak ada perubahan ya kak, gimana aku dulu sebelum pake handphone yang ini sama sekarang setelah pake android ini, aku fine-fine aja sama teman-teman. Palingan yang berubah yah berteman dari bbm kak...Kalo sehari-hari sama aja kak dulu dan sekarang”. Pikiran sebagai awal dari tindakan merupakan salah satu ide dasar dari interaksi yang terjadi. Melalui pengembangan pikiran dapat dilakukan sebuah interaksi dalam lingkungan dengan kemampuan mengartikan sebuah makna atau simbol yang yang digunakan. Tindakan yang diambil oleh F.H, misalnya adalah dengan mengikuti sholat berjama’ah atau kegiatan remaja mesjid merupakan sebuah simbol atau lambang yang memiliki makna religius atau agamis. Orang-orang yang dapat melakukan kegiatan ini dinilai sebagai orang yang memiliki kehidupan keagaman yang baik dan jauh dari kesan negatif. Melalui hal tersebut F.H melakukan interaksinya dengan orang-orang yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selanjutnya melalui pengetahuan F.H tentang dirinya, F.H mampu merefleksikan dirinya dari penilaian dan sudut pandang orang lain. Maksudnya adalah bahwa interaksi merupakan hubungan yang terjalin dari aksi dan reaksi. Aksi yang dilakukan oleh F.H diawali oleh mind pikiran yang selanjutnya dilakukan melalui pemberian makna terhadap simbol atau lambang yang digunakan dan reaksi dari orang lain yang diterima oleh F.H atas penggunaan simbol atau lambang tersebut memiliki pemahaman terhadap makna tersebut adalah sama. Dalam artian, F.H memiliki pemahaman terhadap mesjid sebagai tempat ibadah dan orang-orang yang rajin mengunjungi mesjid pastilah melambangkan seseorang yang baik dalam hal kehidupan keagamaannya. Demikian juga masyarakat dalam memaknai lambang tersebut, dimana Universitas Sumatera Utara orang-orang yang datang ke mesjid untuk menunaikan ibadahnya adalah orang-orang yang baik dalam hal keagamaannya. Sehingga, peneliti mengambil kesimpulan bahwa informan kedua ini melaksanakan interaksinya melalui pemaknaan simbol atau lambang yang memiliki kesamaan makna yang berkembang di masyarakat. Interaksi terhadap teman-teman inforan kedua ini juga melalui pemaknaan lambang atau simbol dan juga melalui komunikasi secara verbal melalui kata-kata yang dilakukan setiap hari dalam lingkungan sekolahnya. Dan sejauh ini, F.H belum merasakan ada masalah yang berarti dalam kehidupan interaksinya terhadap orang lain dan lingkunan sekitarnya. Berikut penuturan F.H dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada F.H : “Seperti yang udah aku bilang tadi kak, menurut ku aku belum pernah merasakan masalah yang berarti sejak menggunakan handphone ini kak, malah manfaatnya yang banyak kurasakan. Menurutku semua tergantung orangnya aja sih kak...kalo emang orangnya gak mau bergaul meskipun gak pake handphone tetap aja gak berinteraksi namanya. Jadi walaupun pake handphone tapi kalo orangnya bisa ngatur hubungannya dengan orang lain tetap aja gak mengurangi interaksi verbalnya. Liat orangnya juga lah kak, tergantung masing- masing aja gimana”  Keterbukaan Diri Sebagai salah satu komponen dasar dari interaksi simbolik, kedirian the self ikut memberikan pengaruh terhadap keterbukaa diri self disclosure seseorang. Dimana, keterbukaan diri self disclosure itu sendiri adalah kemampuan seseorang dalam membagikan informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain dalam hubungan yang akrab. Membagi informasi diri yang bersifat pribadi tidak dilakukan kepada sembarang orang, dalam artian orang lain yang kita ingin membagi informasi tentang diri kita kepadanya adalah seseorang yang sudah kita kenal dengan baik bahkan hubungan yang dimiliki juga sudah termasuk kepada hubungan yang intim atau akrab. Bisa dilakukan kepada ayah, ibu, saudara, teman, atau orang lain yang memiliki hubungan karib dengan diri kita. F.H mengaku memiliki banyak teman baik di sekolah maupun di sekitar tempatnya tinggal. Namun, ada seorang teman yang dianggap F.H aalah Universitas Sumatera Utara orang yang hubungannya paling dekat dan dipercaya F.H dapat dijadikan tempat sebagai teman dalam mengungkap diri pribadinya. “Teman yang paling dekat ada sih kak, tapi semua teman dekat kok...Cuma kalo teman yang paling aku percaya dan paling cocok ada kak. Tapi dia sekolah di Jakarta, karena keluarganya pindah kesana. Kami berhubungan dari sosmed kak, sesekali kami video call juga dari handphone. Kalo teman sekelas ini, semua aku dekat, laki-laki atau perempuan semuanya aku temani. Tapi kalo untuk urusan rahasia dan hal-hal pribadi gak aku bagi sama mereka, paling sama temanku yang di Jakarta itu lah, Papa atau mama, sekali- sekali sama tanteku di rumah...” Membuka diri atau mengungkapkan hal pribadi tentang diri bukanlah hal yang mudah dilakukan siapa saja. Termasuk F.H, informasi tentang dirinya tidak begitu saja dibagikan F.H kepada orang lain. Biasanya jika tidak ada satu orangpun yang dianggap F.H mampu untuk menerima pengungkapan dirinya, F.H akan melakukannya melalui fasilitas media sosial dengan menuliskan status tentang apa yang sedang dipikirkannya atau kegiatan yang sedang dilakukannya di dinding akun media sosialnya. “Bikin status kak, hhahahaaa...tertawa lebar. Tapi kalo emang lagi pengen diceritain, orang pertama yang aku ajak cerita yah teman aku yang di Jakarta itu kak. Kalo sama orangtua, takutnya mereka jadi kepikiran dan kuatir sama aku kak, tapi kadang tanteku itu kuajak sharing juga kak, dia kan lebih dewasa dari aku pasti dia bisa bantu kasi solusi. Lagian namanya tante, pasti dia kasi yang terbaik la, nasehat-nasehatnya, dia udah kuanggap mamaku, karena mama kan gak serumah samaku. Tapi kalo udah pas liburan aku pulang dan ketemu mama, barulah semua aku ceritakan sama mama kak...” Dengan melakukan pengungkapan diri melalui media sosial, pasti akan mengundang komentar atau tanggapan dari orang lain yang membacanya. F.H menanggapi komentar ini sebagai dasar dalam melakukan evaluasi dirinya untuk melakukan tindakan selanjutnya. “Iya kak, aku kalau lagi galau suka bikin status kak, terus kawan- kawan biasanya kasi komentar, ada juga yang kasi teguran supaya jangan sering-sering galau atau hati-hati kalau bikin status, itu kan dibaca orang banyak, gitu kak. Iya juga sih kak, tapi yah gitu lah kak, kadang aku gak tau lagi mau curhat sama siapa, yah palingan bikin status aja...Biasanya papa langsung telpon, atau Universitas Sumatera Utara mama yang telpon karena mungkin papa cerita ke mama kalo aku lagi pasang status galau. Nanti kalo udah semangat lagi aku pasang status yang semangat juga, heheee. Atau aku pasang foto di instagram kak, biasanya foto selfie sih...biar tetap eksis kak” Media sosial yang dipilih F.H dalam melakukan pengungkapan dirinya merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dari fasilitas handphone canggih yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan oleh F.H dalam membagi informasinya kepada orang lain melalui ungkapan dari perasaan yang sedang dipikirkannya atau kegiatan yang sedang dilakukannya. Kadang kala, F.H juga menampilkan foto dirinya melalui akun media sosialnya sebagai bentuk ungkapan dirinya dan sebagai salah satu cara yang dipiih F.H dalam menunjukkan eksistensi dirinya di dunia maya.  Informan 3 : M. D. N Kegemaran M.D.N dalam bidang olah raga kembali ditunjukkannya melalui interaksinya dengan lingkungan sekitar rumahnya. Bersama para pemuda lain di dekat rumahnya, M.D.N aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan kegemaran dan hobbynya tersebut. Interaksi M.D.N secara simbolik diperlihatkan M.D.N melalui gerak tubuh dan sikapnya yang mengutamakan kesehatan melalui hobbynya tersebut. Sebagai remaja yang tidak merokok M.D.N menilai dirinya sebagai seorang yang sehat ditambah lagi dengan aktivitas olah raga yang sering dilakukannya. Komunikasi dengan para tetangga dilakukan M.D.N melalui sapaan, teguran dan percakapan sederhana sehari-hari. Sedangkan dengan teman-teman di sekolahnya, M.D.N lebih senang menggunakan fasilitas BBM untuk berinteraksi dalam kesehariannya. “Kayak biasa aja kak, gak ada yang berubah sih..Tapi kalo temanku itu punya bbm atau akun sosmed, biasanya chattingan la kak..tapi seringnya ngobrol langsung kalo lagi bersama kecuali udah gak sama misalnya udah dirumah atau gimana ya dari chatt ingan la kak..” Universitas Sumatera Utara  Keterbukaan Diri Kegiatan membagi perasaan dan informasi kepada orang lain yang dipercaya dan memiliki hubunagan yang akrab adalah sebuah kegiatan yang dinamakan keterbukaan diri. Hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja, dalam artian laki-laki dan perempuan. Begitu juga dengan M.D.N yang pernah melakukannya walau tidak sering. “Biasanya sama teman sih kak, lagian kalo anak cowok jarangnya mau curhat..paling kalo lagi suntuk aku main game lah..itu ajanya kak. Tapi kalo emang ada hal serius yang ingin aku bicarakan biasanya aku sama mamak dulu ngomongnya kak...mamakku lah yang paling ngerti aku kak...kalo sama kawan paling hal-hal yang biasa aja bukan yang serius. Karena orang tu kan sebaya sama aku jadi pengalamannya pun belum banyak. Tapi kalo mamakku kak kan udah orangtua p asti lebih mengerti kak...” Dalam pergaulannya M.D.N memiliki banyak kawan dan dia bukan termasuk orang yang memilih-milih kawan. Namun tidak berarti dia bisa saja menceritakan urusan pribadinya kepada teman-temannya tersebut. M.D.N tetap memilih orangtua sebagai tempat yang paling dipercaya untuk membuka informasi pribadinya. Jika memang tidak ada seseorang yang benar-benar bisa dijadikan tempatnya untuk mencurahkan hatinya, biasanya M.D.N hanya diam dan melepaskannya melalui fasilitas game yang ada di handphonenya tersebut. Tidak seperti informan yang terdahulu yang sering menjadikan media sosial sebagai tempatnya untuk membagi informasi pribadi melalui status di dinding akun, M.D.N tidak melakukan hal demikian. Media sosial bukan tempat yang dipercaya olehnya sebagai wadah melakukan keterbukaan dirinya. Media sosial hanya digunakan M.D.N sebagai ajang pertemanan di dunia maya. “Palingan bbm lah kak, kalo sosmed aku sekedar punya aja kak, paling facebook dan instagram. Tapi aku jarang up date status atau apa lah gitu, palingan posting foto di instagram, sekali-sekali aja kak...Biasanya yang sering up date itu kan cewek kak, kalo anak cowok jarang lah...tapi kalo ada inbox yah aku balas-balas aja...” M.D.N merupakan sosok yang tidak gampang membuka informasi dirinya terhadap orang lain, meskipun memiliki banyak teman dalam Universitas Sumatera Utara pergaulannya bukan berarti M.D.N dapat membagi semua urusan pribadinya kepada semua temannya. Sebagai orang yang paling dipercaya adalah ibu, yang dianggap M.D.N memiliki pengalaman hidup yang cukup sehingga dapat membantunya dalam mencarikan solusi atas permasalahan dan sebagai orangtua ibu pastinya sangat dipercaya untuk mengetahui daerah paling pribadi dari M.D.N. Berdasarkan uraian di atas, berikut ini peneliti membuat perbedaan interaksi sosial yang dilakukan oleh para informan baik sebelum dan sesudah menggunakan handphone dalam bentuk tabel berikut : Tabel : 3.4 Perbedaan Interaksi Sosial dari para informan No . Keterangan Nama Informan B. A. N F. H M. D. N 1. Interaksi Sosial sebelum menggunakan handphone  Mind bahasa Bertegur sapa, senyuman, ngobrol, bermain, diskusi dengan teman, menggunakan bahasa daerah di rumah, menggunakan bahasa Indonesia di sekolah.  Self Mampu melakukan evaluasi diri  Mind bahasa tidak pernah main ke rumah tetangga, bermain dan ngobrol dengan teman sekolah, menggun akan bahasa Indonesi a di  Mind bahasa Tegur sapa dengan tetangga, bermain dengan teman sebaya di lingkungan rumah, berkumpul dengan teman sebaya di sekitar rumah, menggunaka n bahasa Universitas Sumatera Utara terhadap komentar dari orang lain yang memberikan penilaian terhadapnya di sosial media. Dapat menunjukkan tindakan yang sesuai seperti yang diharapkan oleh orangtua, saudara, dan yang lainnya.  Society Melakukan interaksi yang sedikit sekali dengan lingkungan sekitar, karena lebih sering melakukan interaksi lewat dunia maya dengan teman sesama pengguna sosmed. rumah dan di sekolah.  Self Mandiri, bertanggu ng jawab dan memiliki prestasi yang baik di sekolah.  Society Aktif di lingkungan sekitar, anggota remaja mesjid. Indonesia di rumah dan di sekolah.  Self Mampu meneladani tindakan dan sikap dari ayah yang tidak merokok, menggunaka n benda pribadi secara baik dan bertanggung jawab.  Society Berkumpul dengan teman sebaya, berolah raga bersama. Universitas Sumatera Utara 2. Interaksi Sosial setelah menggunakan handphone  Mind bahasa Tetap bertegur sapa dengan tetangga, memberi senyum, ngobrol dan diskusi dengan teman sekolah, menggunakan bahasa Indonesia di rumah dan di sekolah, chatting online, membuat status dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.  Self Dapat menampilkan profil sebagai seorang pelajar yang berkesan terpelajar baik di lingkungan  Mind bahasa lebih sering chatting online, menggunakan bahasa Indonesia di rumah dan di sekolah.  Self Mampu mempertahan kan prestasi sebagai bentuk tanggung jawab dan kepercayaan dari orangtua, menampilkan kesan seorang terpelajar seperti teman- teman sesama pelajar di lingkungan sekitar, membuat status tentang apa yang sedang dirasakan.  Mind bahasa Berkumpul dan bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah dan di sekolah.  Self Dapat membagika n informasi kepada teman- teman lainnya, membuat status berupa foto.  Society Tetap aktif di lingkungan sekitar rumah, melaksanak an ibadah sholat dan kegiatan olah raga Universitas Sumatera Utara sekolah dan lingkungan sekitar rumah.  Society Jarang melakukan interaksi dengan tetangga, lebih sering terhadap teman sesama pengguna handphone dan sosial media.  Society Tetap aktif di lingkungan, anggota remaja mesjid yang aktif. bersama teman di sekitar rumah. 3. Keterbukaan Diri Sebelum menggunakan handphone  Membagi informasi pribadi kepada orangtua dan saudara sekandungnya, ada juga teman yang dipercaya dapat menjaga rahasianya.  Membagi cerita pribadi kepada seorang sahabat jauh, kepada orangtua dan tantenya yang tinggal serumah dengannya.  Meceritakan kepada teman yang dipercaya dan orangtua. 4. Keterbukaan Diri Setelah menggunakan  Selain kepada orangtua dan saudara ataupun  Tetap membagi cerita kepada  Tidak sering curhat, biasa menggantin Universitas Sumatera Utara handphone teman, dinding akun media sosialnya juga menjadi salah satu tempat berbagi informasi pribadinya lewat status yang ditulisnya. sahabat, orangtua dan tantenya ditambah lagi lewat status di media sosial yang dimiliki. ya dengan bermain game di handphone. Sumber : Peneliti 2015

4.2 Pembahasan 4. 2. 1 Konsep Diri Masing-masing Informan

B.A.N yang menggunakan android samsung sejak 3 bulan terakhir mengaku sejak menggunakan handphone dengan jenis terbaru ini menjadi semakin percaya diri dan mudah dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari yang berkaitan dengan komunikasi. Informan yang dalam sehari-harinya mengenakan hijab ini menggunakan handphonenya untuk kepentingan komunikasi dan koneksi internet sebagai penambah referensi atau bahan belajar untuk sekolahnya. Hampir setiap waktu digunakan B.A.N untuk menggunakan handphonenya, hanya pada waktu-waktu tertentu saja dia melepaskan benda tersebut dari genggamannya. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Calhoun dan Acocella 1990:65-67 bahwa konsep diri dapat dibedakan menjadi konsep diri positif dan negatif. Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Hal ini sesuai dengan konsep diri yang dimiliki oleh informan pertama dalam penelitian ini, dimana B.A.N menggunakan handphonenya selain untuk manfaat sebagai sarana komunikasinya dengan orang lain benda tersebut Universitas Sumatera Utara juga digunakan B.A.N untuk menambah materi belajarnya yang dapat diaksesnya melalui jaringan koneksi internet. Pihak sekolah tempat B.A.N menuntut ilmu, memberlakukan pelarangan membawa dan menggunakan alat canggih tersebut, bahkan pernah juga dilakukan razia kepada seluruh siswa dan siswi di sekolah tersebut. Menanggapi hal ini, B.A.N adalah salah satu siswi yang tidak setuju akan hal tersebut. Alasannya adalah bahwa handphone dapat digunakannya sebagai alat bantu dalam mencari bahan pelajaran tambahan yang tidak ditemukannya di dalam buku pelajaran yang tersedia. Dengan demikian, B.A.N menggambarkan dirinya sebagai seorang pelajar masa kini yang membutuhkan sebuah alat canggih yang dapat membantunya baik dalam hal komunikasi maupun keperluan yang mendukung proses belajarnya lewat jaringan dan koneksi dengan internet. Seperti yang telah dituturkan oleh informan ini di atas tadi, bahwa penggunaan handphone dapat menaikkan rasa kepercayaan dirinya dalam berkomunikasi ditambah lagi dengan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kebutuhannya yang bisa didapatnya melalui sebuah alat bernama handphone. Larangan dari pihak sekolah maupun dari orang tua ditanggapi tidak setuju olehnya dengan alasan bahwa benda tersebut sudah sangat membantunya dalam hal komunikasi maupun sebagai media belajarnya. Dan penggunaan secara bertanggung jawab akan benda tersebut dapat dibuktikan dengan prestasi belajar yang baik dan bertambahnya jaringan pertemanannya di dunia maya. Pembentukan konsep diri pada remaja sangat penting karena akan mempengaruhi kepribadian, tingkah laku, dan pemahaman terhadap dirinya sendiri. Remaja memiliki konsep diri yang cenderung menetap dan stabil, yang sudah terbentuk sejak mulai masa kanak-kanak. Seiring dengan perkembangannya konsep diri akan ditinjau kembali melalui pengalaman sosial dan pribadi yang baru Hurlock, 1999:239. Konsep diri dapat didasarkan pada penilaian lingkungan terhadap keadaan individu. Dalam artian bahwa jika lingkungan sekitar memandang diri kita sebagai seorang yang dapat diterima maka individu tersebut akan menampakkan Universitas Sumatera Utara kepercayaan diri yang baik pula karena menyadari bahwa keberadaannya dapat diterima dengan baik oleh sekitarnya. Dengan kata lain, informan pertama ini memiliki penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai seorang pelajar yang harus selalu tampil up to date dan hal tersebut dapat diperolehnya dengan perangkat genggam yang canggih bernama handphone. Benda tersebut dimanfaatkan oleh B.A.N tidak hanya sebagai sarana komunikasi tetapi juga sebagai alat bantu untuk mendapatkan materi tambahan melalui internet yang dapat mendukung proses belajarnya di sekolah. Penerimaan oleh lingkungan sekitarnya dapat mendongkrak kepercayaan diri informan berhijab ini. Konsep dirinya yang dapat diterima ini membantu pembentukan kepribadian, tingkah laku, dan pemahaman terhadap dirinya sendiri. Pemahaman terhadap diri sendiri yang baik inilah yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar dalam melihat dan menilai kepribadian individu yang bersangkutan. Tidak jauh berbeda dengan informan pertama tadi, F.H juga menampilkan reaksi tidak setuju terhadap larangan membawa handphone dan menggunakannya sewaktu jam pelajaran berlangsung. F.H memiliki alasan akan mengalami kesulitan berkomunikasi kepada orangtuanya seandainya tidak membawa alat komunikasi tersebut. Alasan tersebut dikarenakan F.H tidak tinggal serumah dengan ayah ibunya, sehingga kebutuhannya akan komunikasi terhadap orangtuanya menjadi alasan atas penolakan peraturan larangan membawa handphone dari sekolahnya. Selain itu, melalui handphone yang dimiliki olehnya dapat membantunya dalam mengakses materi tambahan yang tidak didapatkannya dari buku pelajaran ataupun guru di sekolahnya. Hal ini yang menjadikan F.H mengambil keputusan untuk menggunakan handphone dengan jenis smartphone. Sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan ini adalah konsep diri sebagai suatu bentuk keyakinan dirinya bahwa ia mampu dan bisa untuk menyelesaikan Universitas Sumatera Utara berbagai persoalan yang dihadapinya. Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang dapat dibentuk karena adanya orang-orang yang paling penting dalam kehidupannya. Sebagai contoh, orangtua, saudara sekandung, paman, bibi, dan seterusnya yang dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri seorang anak, mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan, mengarahkan tindakan dan membentuk pikiran individu tersebut. Informan kedua ini hidup dan tinggal tidak serumah dengan ayah, ibu dan saudara sekandungnya, namun pembentuka konsep diri yang diperoleh sebelumnya dari keluarganya tersebut mampu menanamkan perilaku baik dan bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana F.H dalam menggunakan perangkat genggamnya kepada hal-hal yang sesuai dengan kebutuhannya sebagai pelajar. Konsep diri yang dimiliki oleh informan kedua ini terhadap penggunaan handphone adalah bahwa alat canggih tersebut dapat membuat penggunanya menjadi semakin percaya diri. Hal tersebut karena jaringan dan koneksi internet yang dimiliki oleh benda tersebut dapat memberikan informasi akurat dan disisi lain sebagai alat komunikasi yang canggih, tidak hanya digunakan untuk mendengarkan suara dari penelepon atau membaca pesan namun lebih dari itu bisa dengan menggunakan fasilitas video yang menjadikan komunikasi lebih asik dan menyenangkan. Melalui konsep diri positif yang dimiliki seseorang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam tentang dirinya sendiri termasuk evaluasi yang dilakukan terhadap dirinya yang bersifat positif pula. Individu yang demikian ini dapat merancang tujuan- tujuan yang sesuai dengan realitas dan mampu menghadapi kehidupan di depannya. Seperti yang banyak diketahui oleh masyarakat bahwa seorang anak yang tidak tinggal bersama dengan orangtuanya biasanya sering dikaitkan dengan kehidupan yang bebas dan tidak terkendali. Namun, F.H memiliki konsep diri yang dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya dengan memanfaatkan penggunaan perangkat genggamnya sebagai alat Universitas Sumatera Utara komunikasi kepada ayah-ibunya yang dilakukan melalui telepon maupun pesan via BBM. Informan yang terakhir ini juga menuturkan hal yang tidak jauh berbeda dari informan-informan sebelumnya. Penggunaan handphone dianggap mampu menjadikan pemiliknya lebih up to date karena dapat mengakses informasi-informasi terkini melalui handphone yang disebut dengan istilah telepon pintar ini. Manfaat dari penggunaan benda yang satu ini disebut dapat menambah teman dan menambah referensi untuk bahan pelajaran di sekolahnya. Selain dari hal tersebut di atas, M.D.N mengungkapkan bahwa dengan adanya handphone pintar ini dirinya menjadi jarang keluar rumah. Karena untuk berkomunikasi dengan orang lain, misalnya teman atau saudara sekalipun berada dalam jarak yang berjauhan cukup dengan berkomunikasi lewat benda tersebut. Ataupun untuk mengetahui perkembangan zaman saat ini dapat di akses melalui internet yang tersedia di handphone pintarnya. Jadi tidak perlu keluar dari rumah untuk menjumpai orang lain atau pergi kesuatu tempat untuk mendapatkan berita terkini. Informan ketiga ini memiliki konsep diri bahwa sesuatu yang dimiliki harus dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat memberikan kemudahan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Seperti penuturannya di atas tadi bahwa handphone yang digunakannya harus dapat membantunya dalam hal komunikasi yang praktis. Selain itu juga M.D.N meletakkan dirinya sebagai seseorang yang harus selalu mendapatkan informasi terkini dari peristiwa yang terjadi, sehingga sebuah telepon pintar yang dapat disambungkan dengan internet dapat membantunya dalam hal informasi yang dibutuhkan tersebut dari seluruh dunia. Selama menggunakan telepon pintarnya, M.D.N belum merasakan masalah yang cukup berarti, dalam artian yang dapat merugikan dirinya ataupun orang lain disekitarnya. Justru beberapa manfaat diperolehnya dari alat tersebut sehingga memantapkan keputusannya untuk memiliki dan menggunakannya di setiap kesempatan. Penggunaan telepon pintar bagi Universitas Sumatera Utara M.D.N dapt menaikkan rasa percaya dirinya karena tidak perlu khawatir akan ketinggalan berita dan informasi terkini. Berdasarkan analisis hasil dan pengamatan yang dilakukan oleh penelti, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut : Dari ketiga orang informan yang sudah diwawancarai oleh peneliti, dapat dilihat bahwa penggunaan handphone dapat membuat para informan menjadi semakin percaya diri dan menaikkan gengsi penggunanya. Disamping itu, kemudahan dalam berkomunikasi juga menjadi alasan dari penggunaan handphoene tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh masing- masing informan bahwa dengan menggunakan handphone jenis telepon pintar tersebut, akses komunikasi dan informasi menjadi semakin mudah dan menyenangkan. Hal tersebut karena didukung oleh fasilitas-fasilitas yang dimiliki benda canggih tersebut. Kebutuhan akan komunikasi dapat dipenuhi dengan penggunaan handphone yang paling mutakhir ini. Komunikasi terjalin melalui kesamaan pemahaman terhadap simbol-simbol yang disepakati oleh komunikan dan komunikatornya. Kondisi ini sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Effendy 1989: 352 yang menyatakan bahwa interaksi simbolik merupakan suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan. Peneliti mendefinisikan interaksi simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol objek tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu. Universitas Sumatera Utara Kemudahan lain yang didapat oleh pengguna handphone jenis pintar ini adalah jalan untuk melakukan keterbukaan diri yang bisa dilakukan melalui media sosial seperti facebook, line, instagram, dan lain- lain. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Keterbukaan diri bagi para pengguna handphone memiliki manfaat antara lain adalah sebagai pengungkapan ekspresi nonverbal, hal ini sesuai dengan Darlega dan Grzelak dalam Dayakisni, 2003:90-92. Disamping itu masih ada beberapa manfaat lain seperti penjernihan diri self clarification, keabsahan sosial social validation dan sebagai kendali sosial.

4.2.2 Interaksi Sosial Masing-masing Informan

Walgito 2003 : 65 yang menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terjadi hubungan yang saling timbal balik. Interaksi dapat terjadi oleh satu individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok lainnya. Informan pertama dalam penelitian ini melakukan interaksi atau hubungan sosialnya tidak hanya dengan teman sesama pengguna handphone di sekolahnya, tetapi juga hubungan yang terjalin adala dengan keluarga di rumah dan terhadap tetangga dalam lingkunagan masyarakat. Namun diakui oleh B.A.N bahwa hubungan yang terjadi lebih sering terhadap teman khususnya yang sama-sama menggunakan handphone dan biasanya dilakukan dengan cara chatting secara online melalui sosial media. Sehingga pembicaraan atau percakapan secara Universitas Sumatera Utara langsung menjadi sangat jarang dilakukan sekalipun sedang dalam kondisi berdekatan. Komunikasi secara tatap muka menjadi lebih kecil frekuensinya termasuk kepada keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar di lingkungan tempat tinggal. Hal ini menjadi perhatian khusus dari orangtua informan pertama ini yang terkadang memberi teguran terhadapnya karena terlalu sering menggunakan handphone dan jarang berbicara secara langsung. Dalam menjalin komunikasi terhadap orang lain memang dapat tidak hanya dengan cara tatap muka atau berbicara secara langsung. Di zaman sekarang ini sudah banyak sarana yang dapat membantu kita dalam melakukan komunikasi terhadap orang lain, salah satunya dengan menggunakan alat komunikasi seperti handphone. Hal yang menjadi sangat penting dari keberhasilan komunikasi adalah adanya umpan balik sehingga interaksi atau hubungan dapat terjadi dengan baik. Bagi para pengguna handphone, terdapat banyak cara dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Misalkan saja informan pertama ini, interaksi sosialnya biasa dilakukan melalui akun sosial media yang dimiliki bersama sesama para pengguna handphone yang memiliki akun jejaring sosial juga. Hal yang biasa dilakukan oleh informan pertama ini adalah dengan membuat status atau sesuatu yang sedang difikirkan maupun hal yang sedang dilakukan olehnya melalui akun facebook miliknya. Terkadang informan pertama ini juga memberikan komentar kepada teman terhadap apa yang sedang dituliskan temannya pada dinding facebook tersebut. Dan hal sebaliknya juga kerap terjadi dimana teman- teman dari informan pertama ini biasanya menuliskan komentar terhadap apa yang dituliskan olehnya. Hubungan timbal balik yang tercipta tersebut menjadi sebuah interaksi dimana terdapat aksi dan reaksi yang melibatkan lebih dari satu orang. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya dalam hidup, dimana manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dan membutuhkan orang lain. Universitas Sumatera Utara Selama menggunakan android ini, B.A.N mengaku lebih sering memanfaatkan chatting dengan teman yang sama-sama memiliki akun di sosial media. Menurut B.A.N curhat dengan teman dengan menggunakan sosial media lebih terjaga rahasianya dan lebih aman. Dengan demikian sesuai dengan beberapa penuturan dari informan pertama di atas dapat kita lihat bagaimana B.A.N melakukan interaksi atau hubungan timbal baliknya terhadap orang lain. Meskipun hubungan tersebut tidak dilakukan secara langsung atau bertatap muka, B.A.N dengan alasan tertentu dan pertimbangan dapat terjaga kerahasiaannya melakukan hal tersebut melalui interaksi di dunia maya dengan menggunakan media sosial yang dimilikinya. Melalui media sosial inilah B.A.N mempelajari keterampilan sosialnya dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah hubungan antara individu dengan mengharapkan respon atau tanggapan terhadap stimulus yang dikirimkan oleh komunikator dan tanggapan yang diberikan oleh komunikan sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik yang disebut interaksi. Interaksi dapat dilakukan dengan beberapa cara baik secara langsung dengan bertatap muka maupun melalui sebuah sarana sebagai alat bantu semisal handphone. Pada zaman sekarang sudah banyak yang menggunakan perangkat genggamnya sebagai alat bantu dalam melakukan interaksi yang dapat dilakukan melalui jejaring sosial. Pengakuan F.H tentang interaksinya terhadap tetangga dan masyarakat lingkungan sekitar tempatnya tinggal menjadi sangat jarang terjadi. Hal ini dapat dikarenakan kegiatan F.H sebagai pelajar yang sangat menyita waktu dalam kesehariannya. Biasanya interaksi yang dilakukan oleh F.H hanya terhadap sesama temannya pengguna handphone saja. Media sosial sangat berkembang pesat saat ini karena begitu banyak memberikan kemudahan bagi para penggunanya. Seseorang tidak harus bertatap muka atau bertemu saat melakukan sebuah interaksi seperti berbicara. Seseorang juga dapat mengetahui dengan mudah dan cepat berbagai informasi yang diperlukannya yang tersedia didalam media Universitas Sumatera Utara sosial. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial banyak orang yang merasa perlu untuk memiliki sebuah akun pada media social yang diinginkannya Sesuai dengan penuturannya, F.H menjadi lebih dekat dan lebih sering berinteraksi dengan teman-teman yang sama-sama menggunakan handphone. Interaksi biasa dilakukan dengan cara chatting lewat akun media sosial yang mereka miliki, semisal facebook ataupun BBM. Interaksi yang dilakukan oleh para informan dalam penelitian ini adalah melalui dunia maya, dimana hal tersebut dapat dilakukan tanpa bertemu langsung. Tentu saja hubungan tersebut dapat dilakukan dengan cara menghemat waktu dan tenaga karena para individu tersebut dapat melakukannya dalam jarak yang jauh sekalipun. Ini adalah sebagian dari manfaat yang dapat diperoleh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini. Selain beberapa alasan di atas, F.H juga mengaku menggunakan handphonenya untuk melakukan komunikasi atau perbincangan dunia maya lewat akun media sosial yang dimilikinya. Pengakuan F.H sejak menggunakan android, menjadikannya semakin jarang berkomunikasi secara langsung. Biasanya hal tersebut dilakukannya dengan fasilitas chatting via bbm dengan sesama teman pengguna smartphone. Hal yang tidak jauh berbeda juga diperlihatkan oleh informan terakhir pada penelitian ini. M.D.N banyak memanfaatkan fasilitas dari handphone untuk membantunya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya khususnya dengan teman-temannya. Yang biasa dilakukan oleh M.D.N adalah dengan ber-chatting kepada teman sesama pengguna handphone melalui media sosial seperti facebook. Masalah yang mungkin dapat timbul disebabkan oleh interaksi ini diakui jarang muncul terhadap dirinya sendiri. Jikapun ada hanyalah sebatas jumlah interaksi secara langsung saja, karena M.D.N biasanya melakukan hubungan timbal baliknya melalui handphone dengan cara chatting lewat BBM atau facebook. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan pengertiannya bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dapat terjadi anta satu orang dengan orang lain, satu orang dengan keompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Demikian juga yang terjadi terhadap informan ketiga ini, dimana interaksi sosialnya lebih banyak terjadi terhadap dirinya dengan kelompoknya yaitu teman-teman yang sama-sama menggunakan handphone dan memanfaatkan akun media sosial untuk berkomunikasi diantara mereka. Interaksi sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk menggunakan media komunikasi handphone. Yang terpenting adalah tujuan dari komunikasi dapat terwujud dan terdapat hubungan aksi-reaksi diantara individu yang melakukannya. Di saat sekarang ini, kecanggihan dari alat komunikasi bernama handphone sudah sangat banyak membantu para penggunanya dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi dengan hadirnya jenis telepon pintar yang dapat dengan cepat mengakses internet sehingga informasi dapat diperoleh dari berbagai penjuru dunia dengan mudah dan murah. Demikian juga dengan hubungan terhadap sesama manusia dapat dilakukan tanpa harus berjumpa dan bertatap muka langsung, melainkan hal ini dapat dilakukan dengan cara percakapan online melalui jejaring sosial para pemilik akunnya. Dari ketiga informan di atas, peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa interaksi yang dilakukan oleh para informan dilakukan secara simbolik melalui lambang-lambang dan simbol-simbol yang dimaknai sebagai suatu kesepakatan bersama diantara pelaku komunikasi. Menurut pengakuan dari ketiga informan tersebut, interaksi dilakukan secara online melalui akun media sosial yang dimiliki baik terhadap seseorang lain maupun di dalam kelompok yang sering disebut grup dalam istilah dunia maya. Interaksi yang terjadi berlangsung secara timbal balik karena pemilik akun bukan hanya dapat mencatatkan tentang hal yang sedang dipikirkan atau kegiatan yang sedang dilakukan. Namun, pemilik akun serupa yang menjalin pertemanan dunia maya tersebut dapat memberikan Universitas Sumatera Utara komentar ataupun sekedar merespon dengan tanda suka atau tidak suka terhadap status seseorang. Selain itu, pemilik akun dapat meletakkan gambar atau foto maupun sekedar menuliskan tentang lokasi dan keberadaan mereka di suatu tempat sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Manfaat lain yang dapat diterima adalah bertambah luasnya jaringan pertemanan bahkan bisa mencapai keseluruh penjuru dunia dengan syarat memiliki akun yang sama dan terikat dalam pertemanan. Hal-hal tersebut di atas tentu dapat menjadikan pengalaman baru dan keterampilan sosial sebagai salah satu tujuan dari inetraksi dapat dicapai oleh para pengguna handphone berjenis smartphone tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN