10
2. Perjanjian perkawinan jika terjadi pembagian harta bersama berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika laporan penulisan hukum yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan hukum. BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan dengan
judul dan masalah yang diteliti yang memberikan landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran. Kajian Pustaka
ini terdiri dari tinjauan tentang perjanjian perkawinan, tinjauan tentang perceraian dan tinjauan tentang pembagian harta
bersama. Selain itu, untuk mempermudah pemahaman alur berfikir di dalam bab ini juga disertai dengan kerangka
pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang membahas
tentang peran perjanjian perkawinan jika terjadi perceraian dan peran perjanjian perkawinan jika terjadi pembagian harta
bersama berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
11
BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan simpulan dari hasil pembahasan
dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Perjanjian Perkawinan a.
Pengertian Perjanjian Perkawinan
Perjanjian perkawinan adalah “perjanjian yang dibuat oleh pasangan calon pengantin, baik laki-laki maupun perempuan sebelum
perkawinan dilangsungkan dan isi perjanjian tersebut mengikat hubungan perkawinan mereka”Happy Susanto, 2008: 78.
Perjanjian perkawinan umumnya dilakukan sebelum kedua mempelai mengikat janji dalam sebuah pernikahan dan mulai berlaku
sejak perkawinan mereka dilangsungkan. Isi perjanjian perkawinan itu bermacam-macam, tergantung pada kepentingan calon istri terhadap
masa depan rumah tangga mereka, asalkan tidak melanggar kaidah hukum, agama, dan kesusilaan. Perjanjian perkawinan pada umumnya
mengatur ketentuan bagaimana harta kekayaan mereka akan dibagi, jika terjadi perpisahan hubungan antar keduanya, baik itu karena
perceraian maupun kematian. Meskipun demikian, sebenarnya perjanjian perkawinan tidak hanya memuat ketentuan tentang masalah
pembagian harta kekayaan yang menjadi milik suami atau isteri harta gono gini atau harta bawaan masing-masing pihak, jika terjadi
perceraian atau kematian. Perjanjian perkawinan itu juga memuat hal- hal yang berkenaan dengan kepentingan masa depan rumah tangga
mereka, seperti pengaturan anak, pendidikan, dan komitmen terhadap tidak adanya kekerasan dalam hubungan perkawinan.
Perjanjian perkawinan pada pasal 29 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan sebelum melakukan
perkawinan, kedua pihak dapat membuat perjanjian tertulis yang disahkan pegawai pencatat perkawinan selama tidak melanggar batas