ribu ton dibanding tahun sebelumnya. Rendemen atau kandungan gula tebu tahun ini menurun dibanding sebelumnya. Rendemen gula secara
nasional turun dari 7,63 pada 2006 menjadi 7,42 pada 2007. Penurunan sebanyak 0,21 ini setara dengan kehilangan gula sedikitnya
70 ribu ton Toharisman, 2007.
3. Lahan
Departemen Pertanian Deptan memaparkan untuk mencapai swasembada gula diperlukan dukungan lahan perkebunan tebu seluas 600
ribu hektar ha. Saat ini luas lahan perkebunan tebu di Indonesia sekitar 450 ribu ha dengan produksi mencapai 2,7 juta ton per tahun. Untuk
mencapai swasembada gula diperlukan lagi tambahan perluasan lahan perkebunan tebu sekitar 150 ribu hektar sehingga total mencapai 600 ribu
hektar. Saat ini, untuk gula konsumsi dengan produksi 2,7 juta ton tersebut telah mampu mencapai swasembada namun gula industri masih harus
dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, untuk mencapai swasembada gula industri diperlukan peningkatan produksi gula dalam negeri hingga
mencapai 4,8 juta ton. Selain perluasan lahan sekitar 150 ribu ha, juga diperlukan peningkatan rendemen tanaman hingga delapan persen untuk
mencapai target produksi sebanyak itu Anonim
b
, 2009. Untuk mencapai swasembada gula dengan kebutuhan sebesar 4,8
juta ton per tahun, Indonesia masih membutuhkan ekstensifikasi lahan tebu seluas 150 ribu hektare. Untuk itu pemerintah sedang menjajaki
pembukaan lahan potensial di kawasan luar Jawa, yakni Lampung, Palembang, Riau, Kendari, Maluku, dan Merauke. Realisasi swasembada
gula tidak akan tercapai tanpa adanya upaya ekstensifikasi lahan di luar Jawa. Pasalnya, 450 ribu hektare kebun tebu di Jawa sudah mencapai titik
maksimal pembukaan lahan di pulau Jawa. Pengembangan di Jawa saat ini terbatas pada usaha intensifikasi pertanian. Pemilihan kawasan yang akan
dijadikan lahan tebu itu disesuaikan dengan kebutuhan budidaya tebu sebagai tanaman perkebunan semusim, yakni tanah kering-kering basah,
curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun, dan ketinggian kurang dari 500 m di atas permukaan laut Anonim
b
, 2010.
4. Gula
Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok staple food bagi masyrakat Indonesia. Untuk itu ketersediaan gula dalam jumlah
mencukupi kebutuhan seluruh pelosok tanah air dengan harga yang terjangkau oleh daya beli purchasing power merupakan impian dan
harapan masyarakat Indonesia Amrullah, 2003. Gula tebu terbuat dari bahan mentah yang dihancurkan dan diperas,
sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan biasanya di gunakan kalsium oksida untuk
menghilangkan ketidakmurnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian
dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan
biasanya sambil diaduk untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses
kristalisasi wilkipedia
b
, 2009. Menurut Supriyadi 1992, gula merupakan hasil dari pengolahan
batang tebu berupa bahan kering yang bersifat larut . Gula diperoleh dari rendemen yaitu perbandingan antara jumlah yang dihasilkan dengan
jumlah tebu yang digiling.
Gambar 1. Skema Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula Sabut 12,5
Bahan kering 20 Nira 87,5
Air 67,5
Larut 18 Tak larut 2
gula Bukan gula
Tebu 100
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras mesin press di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau
air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut
akan dihasilkan gula 5, ampas tebu 90 dan sisanya berupa tetes molasse dan air wilkipedia
b
, 2009. Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering
digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa
yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner,
gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis wilkipedia
b
, 2009.
5. Biaya Tetap dan Biaya Variabel