commit to user
departemen atau lebih yang didasarkan pada fakta-fakta dan tidak ketinggalan zaman.
2. Pengertian Pemungutan Pajak
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 18 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 13 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pengetian pemungutan
pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau
retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.
3. Tinjuan Tentang Pajak
a. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut pendapat dari beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Sommerfeld M., Anderson Herschel M., Brock Horace R dalam Mohammad Zain 2005 : 11 berpendapat bahwa pajak adalah suatu
pengalihan sumber dari sektor swasta kesektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. 2. Adriani dalam Mohammad Zain 2005 : 10 berpendapat bahwa
pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
3. S.I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi 2009 : 1 berpendapat bahwa pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan
commit to user
ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. 4. Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo 2006 : 1 berpendapat bahwa
pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal
kontraprestasi yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara b. Berdasarkan undang-undang
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjuk adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Fungsi Pajak
Pajak suatu Negara memiliki beberapa fungsi. Fungsi pajak menurut Mardiasmo 2006 : 1-2 terdapat dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Contoh : Dana yang dikumpulkan dari hasil pajak digunakan
pemerintah untuk membangun fasilitas-fasilitas umum. 2. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
commit to user
Contoh : ¾ Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras. ¾ Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. ¾ Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0 , untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.
c. Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo 2006 : 9-10 Tarif pajak dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1. Tarif Sebanding Proporsional Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh : Untuk Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Sebesar
10 . 2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh : Besarnya tariff Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 1.000,00.
3. Tarif Progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar. Contoh : Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
4. Tarif Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
commit to user
d. Pengelompokan Pajak
Menurut Mardiasmo 2006 : 5-6 Pajak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Menurut Golongannya a. Pajak Lansung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan. b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Pusat Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
commit to user
b. Pajak Daerah Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan
pembangunan Daerah. Pajak daerah terdiri atas :
¾ Pajak Daerah Tingkat I Propinsi Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
¾ Pajak Daerah Tingkat II Kotamadya Kabupaten Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan
Pajak Pengusaha Sarang Burung walet.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo 2006 : 2-3 agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut : a. Pemungutan pajak harus adil Syarat Keadilan
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-
undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil
dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak
commit to user
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang Syarat Yuridis Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian Syarat Ekonomis Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien Syarat Finansiil Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru. Contoh :
¾ Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menajadi 2 macam tarif.
¾ Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10 .
¾ Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan PPN yang
berlaku bagi badan maupun perseorangan orang pribadi.
5. Tata Cara Pemungutan Pajak