19
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka Tbk
2.3.1 Kualitas Audit
Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang berkualitas yang akan berguna bagi para pemakai laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baikakan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien
tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup perusahaannya. Maksudnya, auditor harus memberikan pendapatnya
mengenai kelangsungan hidup perusahaan auditee, dalam IAI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion atau pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas unqualified opinion with explanatory language
. Penelitian De Angelo 1981 menyatakan bahwa auditor skala
besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih
cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti
bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti
klien terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil
Universitas Sumatera Utara
20
2.3.2 Opini audit sebelumnya
Penelitian oleh Carcello dan Neal Eko dkk 2006:9 dalam putri 2011 memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang
diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going
concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun
berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan
auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
2.3.2 Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan kenyataannya.Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern purba, 2011.Kondisi ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah perusahaan
dalam kondisi baik sehat atau dalam kondisi buruk sakit. Perusahaan yang baik sehat mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung
memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika
profitabilitasnya rendah Purba, 2011. Kondisi keuangan perusahaan dalam hal ini diukur dari tingkat likuiditas.Likuiditas diukur dengan
perbandingan antara aset lancar dibagi dengan kewajiban lancar.Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
21
rasio lancar sebesar 100.Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan
current ratio kas terhadap kewajiban lancar.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besaraktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,
perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
Menurut Sartono 1997 dalam puba 2011, analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan
kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang.
Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio tersebut
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang
cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
Universitas Sumatera Utara
22
2.3.4 Leverage