PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRACT

CANGGET LEARNING USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) IN SMAN I MELINTING

EAST LAMPUNG

by

GALUH SUKMAWATI

The problem in this research is how cangget learning process using cooperative learning model of type (Inside Outside Circle) IOC in SMAN I Melinting East Lampung. This study aimed to describe the cangget dance lessons using IOC models of teaching and learning activities in SMAN I Melinting.

This research uses descriptive qualitative. The technique used to collect the data are observational participate (participation), interviews, documentation, and testing practices. Source of data in this study were students of class XI Science in SMAN I Melinting totaling 24 students.

Cooperative Learning Model type IOC cangget applied to learning from the initial meeting to the ninth meeting. Cangget learning process by using a model of the IOC can be done with five stages. The first stage is to present information, the second stage of organizing students into study groups, the third stage of group work and study guide, guiding the fourth stage results of the discussion, and the fifth stage of evaluation.

Cangget learning outcomes using IOC model in class XI Science at SMAN I Melinting shows that students are able to demonstrate dance well. Students well enough to receive and capture lessons given by teachers through the IOC model.


(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

Oleh

GALUH SUKMAWATI

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe (Inside Outside Circle) IOC di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran tari cangget dengan menggunakan model IOCpada kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri I Melinting.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi berperan serta (partisipasi), wawancara, dokumentasi, dan tes praktik. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting yang berjumlah 24 siswa.

Model Cooperative Learning tipe IOCditerapkan pada pembelajaran cangget dari pertemuan awal hingga pertemuan kesembilan. Proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model IOC dapat dilakukan dengan lima tahap. Tahapan pertama yaitu menyajikan informasi, tahapan kedua mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, tahapan ketiga membimbing kelompok bekerja dan belajar, tahapan keempat membimbing hasil diskusi, dan tahapan kelima evaluasi.

Hasil pembelajaran cangget dengan menggunakan model IOC pada kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memeragakan gerak cangget dengan baik. Siswa-siswa cukup baik menerima dan menangkap pembelajaran yang diberikan oleh pengajar melalui model IOC.


(3)

(4)

Oleh

GALUH SUKMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(5)

xiv

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

PERSETUJUAN ... iii

MENGESAHKAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8

2.2 Makna Pembelajaran ... 10

2.3 Makna Model Pembelajaran ... 10

2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC) ... 11

2.4 Pengertian Tari ... 14

2.5 Cangget ... 14


(6)

xiv

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.3.1 Teknik PartisipanObservation ... 27

3.3.2 Wawancara ... 28

3.3.3 Dokumentasi ... 28

3.3.4 Tes Praktik ... 29

3.4 Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 43

4.1.1 Profil Singkat SMA Negeri I Melinting ... 44

4.1.2 Keadaan Guru ... 44

4.1.3 Keadaan Siswa ... 45

4.1.4 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 46

4.1.5 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 47

4.2Hasil Pembahasan Penelitian ... 48

4.2.1 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1.1Permohonan Izin ... 48

4.2.1.2 Pertemuan Pertama ... 49

4.2.1.3 Pertemuan Kedua ... 58

4.2.1.4 Pertemuan Ketiga ... 67

4.3.1.5 Pertemuan Keempat ... 75

4.3.1.6 Pertemuan Kelima ... 82

4.3.1.7 Pertemuan Keenam ... 96

4.3.1.8 Pertemuan Ketujuh ... 108

4.3.1.9 Pertemuan Kedelapan ... 122

4.3.1.10 Pertemuan Kesembilan ... 133

4.3.1.11 Pertemuan Kesepuluh (Evaluasi) ... 143

4.2.2 Penyajian Data ... 142

4.3 Pembahasan ... 150

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 153

5.2 Saran ... 154 DAFTAR PUSTAKA


(7)

xix

Diagram Halaman

4.1 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 1 ... 58

4.2 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 2 ... 66

4.3 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 3 ... 74

4.4 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 4 ... 82

4.5 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 5 ... 95

4.6 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 6 ... 108

4.7 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 7 ... 122

4.8 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 8 ... 133

4.9 Diagram Aktifitas Siswa Pertemuan 9 ... 143


(8)

xviii

Gambar Halaman

1. Motif Gerak Sembah (Wanita) ... 18

2. Motif Gerak Ngetir ... 19

3. Motif Gerak Samber Melayang/Kenui Melayang ... 19

4. Motif Gerak Sembah (Pria) ... 20

5. Motif Gerak Igel ... 20

6. Motif Gerak Kenui Tahabang ... 21

7. Busana Penari Wanita ... 23

8. Busana Penari Laki-laki ... 24

9. SMA Negeri I Melinting ... 43

10. Pengenalan Tari dan Unsur-Unsur di dalamnya ... 50

11. Pemahaman Materi Tentang Pengertian Tari dan Unsur-Unsur Yang Terdapat dalam Sebuah Tarian dengan Menggunakan Model IOC ... 52

12. Pengenalan Siswa Terhadap Cangget ... 59

13. Penerapan Model IOC terhadap Materi Cangget dan Macam-Macam Jenisnya ... 61

14. Presentasi Siswa TentangPengertian Cangget dan Macam-Macam Jenisnya ... 62

15. Siswa Masih Perlu Bantuan untuk Membentuk Lingkaran... 69

16. Siswa Menyampaikan Materi Tentang Gerak Dasar Cangget, dan Busana yang Dikenakan Kepada Kelompok Lain ... 69

17. Siswa Berkordinasi Menyapaikan Materi dengan Model IOC ... 77

18. Siswa Meniru Gerak Ngetir ... 83

19. Siswa Memeragakan Gerak Kenui Melayang, dan Ngetir ... 85

20. Siswa Memeragakan Gerak Ngetir di depan Kelas... 98

21. Siswa Meniru Gerak Kenui Tahabang ... 109

22. Siswa Memeragakan Gerak Kenui Tahabang dengan Menggunakan Model IOC ... 111

23. Siswa Memeragakan Gerak Sembah, Kenui Melayang, dan Ngetir,Diiringi dengan Musik ... 123


(9)

xviii

25. Siswa Memeragakan Gerak Kenui Tahabang Dengan Diiringi Musik dan Mengunakan Model IOC... 136


(10)

xvi

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif IOC ... 12

3.1 Instrument Penilaian Praktik Gerak Cangget Putri ... 29

3.2 Instrument Penilaian Praktik Gerak Cangget Putra ... 32

3.3 Lembar Istrument Penilaian Test Praktek ... 34

3.4 Penentuan Patokan Dengan Perhitungan Persentase Untuk Skala Lima ... 38

3.5 Instrument Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 39

3.6 Instrumen Penilaian Model IOC ... 41

3.7 Instrument Penilaian Guru Pembimbing Terhadap Penerapan Model IOC... 42

4.1 Keadaan Guru SMA Negeri I Melinting pada Tahun Pelajaran 2013/ 2014 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah ... 44

4.2 Keadaan Siswa SMA Negeri I Melinting Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 45

4.3 Data Nama Siswa XI IPA ... 49

4.4 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Pertama Terhadap Proses IOC ... 54

4.5 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 57

4.6 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kedua Terhadap Proses IOC ... 63

4.7 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 65

4.8 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Ketiga Terhadap Proses IOC ... 71

4.9 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga ... 73

4.10 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Keempat Terhadap Proses IOC ... 79

4.11 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keempat ... 81

4.12 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kelima ... 87

4.13 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kelima Terhadap Proses IOC ... 92


(11)

xvi

Proses IOC ... 105

4.17 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keenam ... 107

4.18 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Ketujuh ... 113

4.19 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Ketujuh Terhadap Proses IOC ... 119

4.20 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketujuh ... 121

4.21 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kedelapan Berdasarkan Aspek Wirama ... 127

4.22 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kedelapan Terhadap Proses IOC ... 130

4.23 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedelapan ... 132

4.24 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan Berdasarkan Aspek Wirama ... 138

4.25 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan Terhadap Proses IOC ... 141

4.26 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kesembilan ... 143

4.27 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan Kesembilan (Evaluasi) ... 145


(12)

(13)

(14)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S Ar Ra’d 13:11

)

Ketika tidak ada lagi bahu untuk bersandar, kamu masih punya dahi untuk

bersujud. . .

(Mario Teguh)

When haters were busy talking, i was busy making it happen. When they were

busy mocking, i was busy walking. When they were busy loughing, i was busy

running. I HAVE ONLY JUST BEGUN. . .

(Agnes Monica)


(15)

(16)

ix

Segala puji syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan nikmat dan rahmat yang selalu menyertai dalam kehidupan keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu menyayangiku. Segala yang telah diberikan kuucapkan beribu-ribu limpahan terima kasih.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada

1. Ayah tercinta alm. Bapak Sumarno, yang dulu selalu memberi semangat, menasehati, dan mengajarkan tanggung jawab. Sampai akhir hayat masih sempat mendoakan, dan bekerja keras untuk membiayai sekolah, dari Sekolah Dasar, sampai dengan kuliah.

2. Ibu Rohayati, yang selalu mendoakan, menasehati, memberi semangat, mengajarkan ketegaran dan tanggung jawab. Kuucapkan terima kasih segala doa dan cucuran keringat yang selama ini telah bekerja keras membiayai sekolah, dari Sekolah Dasar sampai Sarjana.

3. Saudara yang sangat kusayangi, Wisnu Wahyudi yang selalu memberi semangat dan doa.


(17)

ix

skripsi. Pembahas yang selalu sabar membahas skripsi dan bimbingannya. 5. Teman terkasih yang selalu di hati yang telah memberikan semangat,

memotivasi, menghargai arti waktu, dan selalu mendoakan.

6. Teman-teman seni tari angkatan 2010, yang selalu memberikan semangat dan selalu membantu selama studi.


(18)

Penulis di lahirkan di Sribhawono pada 05 September 1992, yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan alm. Bapak Sumarno dan Ibu Rohayati. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) PGRI pada 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Sribhawono pada 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar Sribhawono pada 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Sribhawono pada 2010. Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Seni Tari. Tahun 2013 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs. Ittihad, Ngambur Pesisir Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Mekar Asri Pesisir Barat, dan melakukan penelitian di SMA Negeri I Melinting untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan bermasyarakat (Hamalik, 2001:3).

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang terbentuk dari kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Dari arti kata itu maka dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa (Purwanto, 2013:19).

Undang-undang No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembeajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengadilan diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.


(20)

Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan menjadi salah satu wadah bagi manusia untuk belajar dan mengembangkan potensi diri. Selain itu, pendidikan menjadi sarana untuk memberikan suatu pengarahan serta bimbingan bagi peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk membentuk kepribadian yang berilmu, kreatif, mandiri, bertakwa kepada Tuhan, dan membentuk karakteristik peserta didik menuju kedewasaan.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya (Hamalik, 2001:3).

Tari merupakan perpaduan gerakan-gerakan indah dan ritmis yang disusun atau ditata sehingga dapat memberikan kesenangan dan kepuasan bagi pelaku dan penikmatnya. Seni tari seperti halnya seni-seni yang lain merupakan pernyataan budaya yang sifat, gaya dan fungsinya selalu tidak terlepas dari kebudayaan yang menghasilkannya, karena lahirnya tari dilingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan tumbuhnya peradaban manusia.

Cangget secara umum diartikan sebagai pentas adat (gawi) yang di dalamnya terdapat berbagai macam seni pertunjukan. Salah satu diantaranya merupakan pertunjukan tari yang disebut dengan cangget yang di dalam bahasa Lampung berarti tari. Cangget merupakan salah satu tarian khas provinsi Lampung yang beradat Pepadun. Cangget umumnya berupa gerakan-gerakan bebas, yang ditampilkan pada suatu upacara adat. Cangget merupakan suatu tarian yang


(21)

dilakukan oleh gadis (muli), putri penyimbang adat yang berhadapan dengan bujang atau (meranai) yang disaksikan oleh para tetua adat (Martiara, 2012:8).

Cangget merupakan salah satu seni pertunjukan yang digunakan dalam upacara perkawinan atau pada saat pemberian adat (cakak pepadun) di kalangan masyarakat Lampung yang beradat pepadun (I Wayan Mustika, 2012:10).

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Trianto, 2010:51).

Kinerja seorang guru harus lebih maksimal dan menyenangkan di dalam proses pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang efektif, sehingga peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan oleh seorang pendidik. Dalam penerapan serta pengembangan proses pembelajaran Seni Budaya di dalam kelas, model pembelajaran mempunyai pengaruh besar dalam menentukan keberhasilan pendidik untuk menyampaikan materi ajar kepada peserta didik. Semakin baik model mengajar yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka semakin baik pula peserta didik dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh pendidik. Salah satu model yang dianggap cocok untuk dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan dapat meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik adalah model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC)


(22)

Cooperative Learning type Inside Oudside Circle (IOC) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi bersama, dengan singkat dan teratur. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model yang menekankan pada peserta didik agar lebih aktif, dan mampu berinteraksi dengan peserta didik lain. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan mengkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan untuk semua tingkatan kelas (Suprijono, 2009:97).

SMA Negeri I Melinting merupakan sekolah negeri yang ada di desa Wana Bunut, kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur. Di sekolah ini, pendidikan seni khususnya seni tari belum berkembang dengan baik. Pembelajaran tari di sekolah ini hanya berkutat dengan tari bedana dan tari sigekh saja. Pembelajaran dan wawasan tentang tari lain di daerah Lampung belum dikembangkan dengan baik. Siswa/i di SMA Negeri I Melinting hanya mengenal gerak dan tariannya saja tanpa mengerti makna kostum dan aksesoris yang mereka kenakan. Guru yang mengajar seni budaya bukan merupakan guru yang berlatar belakang seni, sehingga di dalam proses belajar mengajar kurang menguasai materi seni budaya, khususnya seni tari. Selain itu, di SMA Negeri I Melinting belum ada penggunaan model pembelajaran di dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, diperlukan pengajaran menggunakan model pembelajaran yang tepat dan efektif.


(23)

Mata pelajaran seni budaya merupakan mata pelajaran yang dituntut dapat mengembang kreatifitas peserta didik. Sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, lembaga pendidikan dituntut untuk lebih profesional dalam menciptakan kualitas pendidik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian yang

berjudul “Pembelajaran Cangget dengan Menggunakan Model Cooperative

Learning Tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan masalah lebih rinci sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperatif Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran tari cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri 1 Melinting Lampung Timur.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:


(24)

2. Agar siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model Cooperatif Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).

3. Agar guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang seni tari, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Agar sekolah dapat memberikan ilmu yang berguna dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

5. Agar peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengelaman melalui penelitian tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian adalah kelas XI IPA SMA Negeri I Melinting Lampung Timur.

2. Objek penelitian adalah penerapan pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC) di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur.

3. Tempat penelitian di SMA Negeri I Melinting Lampung Timur. 4. Waktu penelitian adalah semester genap tahun pelajaran 2013/2014.


(25)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada, penelitian ini dikatakan orisinal. Belum ada yang mencatat tentang pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe IOC di SMA Negeri I Melinting.

Konsep pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang bertujuan untuk membantu orang belajar (Karwono, 2010:11).

Konsep tujuan pembelajaran adalah memengaruhi peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif, efisien dan terarah pada tujuan yang ditetapkan (Karwono, 2010:9).

Cangget adalah suatu tarian berupa gerakan-gerakan yang bebas, yang ditampilkan pada suatu upacara adat. Oleh karena itu, bagi sebagian orang Lampung, cangget adalah sebuah tari adat. Tari ini dilakukan oleh seluruh putri penyimbang adat di dalam sesat atau balai adat (Martiara, 2012:08).


(26)

Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik (Hamzah, 2007:01).

Model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Cirlcle) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu, dimana individu – individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan dijadikan dalam suatu kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok yang nantinya akan membentuk dua lingkaran, yaitu satu lingkaran besar, dan satu lingkaran kecil. Kelompok dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprijono, 2009:96).

2.1Landasan Teori

Ensiklopedia Indonesia, teori (Yunani: Teori, pandangan, tinjau), umumnya berarti pandangan yang gunanya untuk memberi keterangan bagi suatu hal tertentu. Teori dalam ilmu pengetahuan berguna untuk membari keterangan bagi gejala-gejala tertentu; tapi umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa sistem yang berdiri atas berbagai dalil (yang dikutip dari dunia pengalaman) dan hipotesa-hipotesa yang keduanya berdasar pada asas tertentu. Seterusnya istilah teori itu sering pula dipakai sebagai lawan terhadap pengertian praktek atau pengalaman.


(27)

Teori merupakan prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan dari proposisi-proposisi. Teori tersusun secara kausalitas atas fakta, fariabel atau konsep, dan proposisi. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah:

a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar. b. Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran. c. Mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar. d. Mengkaji kejadiaan belajar dalam diri seseorang.

e. Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.

Fungsi teori belajar adalah sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena belajar (Suprijono, 2013:15).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).

Teori pembelajaran digunakan untuk mengungkap proses dalam pembelajaran tari cangget di SMA Negeri I Melinting. Teori Pembelajaran dipandang sangat tepat untuk melihat proses pembelajaran setiap pertemuan selama melakukan penelitian.

Dilihat dari fungsi tari cangget sebagai tari yang dianggap sakral atau disakralkan, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan adat. Seperti fungsinya yang disakralkan, didalamnya tersirat makna pedoman masyarakat Lampung, yaitu falsafal piil pesenggiri. Didalam piil pesenggiri terdapat nilai-nilai budi pekerti luhur masyarakat Lampung yang dijadikan sebagai pondasi dalam bermasyarakat.


(28)

2.2Makna Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, atau perbuatan mempelajari (Suprijono, 2013:13)

Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Gagne, Briggs, dan Wagner, mengutarakan pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik (Karwono, Mularsih, 2010:11)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran merupakan serangkaian proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.

2.3 Makna Model Pembelajaran

Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (Hamzah, 2007:01)

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat


(29)

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk untuk mencapai tujuan belajar. (Suprijono, 2013:46).

Berdasarkan pengertian model pembelajaran di atas, model pembelajaan merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan belajar siswa di sekolah. Dengan adanya penerapan model pembelajaran yang baik di sekolah, akan mempermudah guru untuk mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, seorang guru arus mampu memahami kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran yang akan diterapkan. Selain itu, guru harus mampu memilih model mengajar serta mampu menelaah ciri – ciri model yang dianggap baik dalam penerapan proses belajar mengajar di sekolah.

2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC)

Roger, dkk pada tahun 1992, menyatakan bahwa pembelajaran kooperaif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Huda, 2011:29)

Cooperative Learning type IOC (Inside Oudside Circle) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi bersama, dengan singkat dan


(30)

teratur. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan untuk semua tingkatan kelas.

Metode pembelajaran kooperatif IOC terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Separuh kelas atau seperempat kelas (jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil, kemudian mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar, kemudian mereka berdiri berhadap ke dalam. Pola bentukan dari kedua lingkaran ini adalah: siswa-siswa dalam lingkaran kecil akan berada di dalam lingkaran siswa siswa yang membentuk lingkaran besar, sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya akan berhadapan dengan siswa yang berada di lingkaran besar. Kemudian masing-masing akan menjadi pasangan.

2. Misalnya, anggap saja dalam satu ruangan kelas terdapat 24 siswa. Siswa 1-12 membentuk lingkaran dalam, sedangkan 13-24 membentuk lingkaran luar. Siswa 1 akan berhadapan dengan siswa 13, siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 14, siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 15, begitu seterusnya dalam bentuk lingkaran.

3. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu. Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaliknya, tugas yang diberikan pasangan asal itu sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran yang telah dirumuskan. Berikan waktu secukupnya kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi.

4. Kemudian siswa yang berada dilingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser beberapa langkah searah perputaran


(31)

jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi lagi. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Pergerakan dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.

5. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.

6. Di penghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside outside circle guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Inside Oudside Circle (IOC)

Fase Penjelasan

1. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.

2. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru membentuk kelompok, dengan membuat siswa menjadi 2 kelompok yang nantinya akan membentuk lingkaran untuk menentukan pasangan dalam kelompok.

3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing-masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi. 4. Membimbing hasil

diskusi

Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengutarakan hasil diskusi

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.


(32)

2.4 Pengertian Tari

Tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai, berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Unsur yang terdapat didalam tari juga dikenal sebagai wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni.

1. Wiraga (tubuh), yaitu gerak kaki sampai kepala yang merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai sesuai dengan bentuk yang tepat misalnya seberapa jauh badan merendah tangan merentang, kaki diangkat atau ditekuk dan seterusnya.

2. Wirama (tempo/irama), atau suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat musik yang mengiringi.

3. Wirasa (penghayatan), merupakan tingkat penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan gerak tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian seperti, sedih, gembira, tegas, marah, dll.

4. Wirupa (wujud), memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya (Mustika, 2012:22)

2.5 Cangget

Masyarakat suku Lampung terdiri atas dua kelompok masyarakat adat yaitu, masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat Lampung Saibatin.


(33)

Masyarakat Lampung pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara timur dan tengah provinsi ini. Masyarakat Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka menumbuhkembangkan seni tari yang berfungsi sebagai hiburan juga sebagai penanda jati diri. Satu diantara beragam kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung adalah tari cangget. Cangget merupakan tari adat masyarakat adat Lampung pepadun. (Abdulah, 2013:240)

Diperkirakan tahun 1942, cangget selalu ditampilkan pada setiap acara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti upacara mendirikan rumah, panen raya, dan digunakan untuk mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat tari dipentaskan, orang-orang akan berkumpul menyaksikan pertunjukan ini, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan, hal ini bertujuan selain untuk mengikuti upacara, juga digunakan untuk berkenalan dengan sesamanya. Cangget ini biasa ditarikan oleh pemuda dan pemudi. Ketika cangget ditarikan, biasanya para orang tua memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung.


(34)

Depdikbud dalam Ensiklopedi Tari Indonesia, Jakarta 1984. Cangget adalah tari tradisi Lampung yang dilakukan oleh sedikitnya 20 orang penari wanita dan 2 orang penari pria yang berpakaian adat. Seorang wanita menari di atas talam dengan gerak tangan kenui melayang.

Cangget merupakan tari, pentas adat (gawi) pada masyarakat Lampung pepadun, yang merupakan ungkapan rasa gembira dan keagungan dari upacara adat yang baru saja dilaksanakan. Cangget merupakan sarana pertemuan muda-mudi di balai adat sebagai wakil dari orang tua mereka yang ditempatkan sesuai kedudukan kepenyimbangan orang tuanya (Martiara, 2012:171). Cangget secara sempit diartikan sebagai tarian wanita, namun cangget bermakna pula sebagai “pesta adat” atau gawi. Gawi adalah sebutan untuk “kerja adat” dalam melaksanakan perkawinan. Bersamaan dengan perkawinan, maka kedua pengantin dianggap “naik tahta adat” menjadi golongan pemimpin, sehingga upacara perkawinan tersebut disebut juga begawi cakak pepadun. Sebagai ungkapan kegembiraan, maka seluruh kaum kerabat mewujudkannya dengan “menari” di sesat (balai pertemuan adat). Akan tetapi arti kata “menari” dalam bahasa indonesia tidak dapat di sepadankan dengan kata cangget dalam bahasa Lampung. Kata “tari” bagi masyarakat Lampung lebih diartikan sebagai “suatu kegiatan menghibur oleh sekelompok kaum (perempuan) untuk kaum lainnya (laki – laki), sehingga kata “tari” bagi orang Lampung cenderung berkonotasi negatif. Inilah juga yang menyebabkan penggunaan kata atau istilah dalam bahasa lokal dipilih sebagai bahan analisis fungsi pada cangget (Martiara, 2013:5)


(35)

Tari cangget adalah suatu tarian khusus yang dipertunjukkan upacara adat (begawi). Tari cangget yang menjadi ciri khas masyarakat adat Pepadun Lampung ini memiliki beberapa macam, yaitu

1. Cangget Agung

Cangget Agung adalah tari yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi kepala adat (cakak pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini apabila si kepala adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung, dan setelah itu dia akan dianugrahi gelar inten, pujian, indoman atau dalom batin.

2. Cangget Bakha

Cangget Bakha adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulan purnama atau setelah selesai panen (pada saat panen raya).

3. Cangget Penganggik

Cangget penganggik adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru, yang dimaksud sebagai anggota baru adalah para pemuda atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melakukan upacara busepei (kikir gigi).

4. Cangget Pilangan

Cangget Pilangan adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya (melepas lajang) yang akan menikah dan pergi ke luar desa, mengikuti isteri atau suaminya.


(36)

Cangget Ulam Sambai/Nyambuk Temui adalah tarian yang dibawakan oleh pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.

Walaupun Tari cangget ini terdiri dari beberapa macam, namun pada dasarnya tarian ini memiliki gerakan-gerakan yang relatif sama.

2.5.1 Gerak Dasar Cangget

Tari cangget dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah manjadi gerak inti penari wanita seperti

1. Gerak Sembah (gerak memberi hormat)

Gambar 2.1 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan: Posisi badan tegak, tidak

membungkuk, tangan ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan

diletakkan di depan dada. Gerak ini merupakan pengungkapan rasa hormat penari terhadap tetua adat dan para tamu yang hadir.

2. Gerak ngetir

Keterangan:

Posisi badan tegak dengan tangan lurus kedepan, telapak tangan


(37)

Gambar 2.3 (Foto, Lina: 2014)

menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Kemudian, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, sampai sejajar dengan perut.

3. Gerak Samber Melayang atau Kenui Melayang

Gambar 2.2 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan: Posisi badan tegak, tangan

direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri dan ujung jari tangan menghadap ke atas, kemudian telapak tangan diukel.


(38)

Sedangkan untuk gerak cangget penari laki-laki diantaranya:

1. Gerak sembah

Gambar 2.4 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Posisi badan duduk tidak

membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan

diduduki. Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum dan sejajar dengan dada.

2. Gerak igel

Gambar 2.5 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Gerakan ini merupakan gerakan kaki yang digerakan bersamaan dengan gerak kenui tahang

melambangkan keperkasaan. Sikap badan tegak tidak membungkuk, pandangan mata ke depan, dengan posisi kedua kaki membentuk sudut 900, kemudian kaki diangkat seperti jalan di tempat,namun dengan ritme atau hitungan yang lebih cepat.


(39)

3. Gerak kenui tahabang

Gambar 2.6 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Posisi badan tegak tidak membungkuk, kedua tangan direntangkan, telapak tangan menguncum dengan ujung jari menghadap ke atas, tangan kiri sejajar dengan telinga dan tangan kanan di atas kepala, pergelangan tangan diukel berlawanan arah dengan jarum jam. Gerakan ini melambangkan kepercayaan diri yang tinggi

(Pamungkas, 2013:42) 2.5.2 Tata Rias dan Busana Cangget

Tata rias merupakan suatu cara atau metode untuk menutup muka dengan memakai goresan yang mempunyai unsur keindahan, dan bertujuan untuk mendapatkan bentuk karakter atau peran sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri (Mustika : 2009).

Busana yang dipakai penari cangget tidak jauh beda dengan tari sigekh panguten atau tari sembah, busana penari wanita diantaranya:

1. Siger, berupa hiasan kepala yang terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan.


(40)

2. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.

3. Gelang rui, merupakan gelang berbentuk seperti duri

4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiasan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.

5. Tapis, adalah kain tapis yang mempunyai motif-motif atau hiasan yang beragam.

6. Bebe (tutup dada), berupa kain tapis tipis yang berwarna merah jambu dan melambangkan ketulusan dan menghormati setiap makhluk hidup.

7. Bulu sertai, ikat pinggang yang terbuat dari kain bludru berwarna merah, yang memiliki unsur kebesaran dan kemewahan dari citra seseorang gadis Lampung.

8. Tanggai, merupakan sarung kuku atau hiasan yang terdapat pada jari-jari tangan pda penari putri Lampung dan sebagian besar digunakan pada saat upacara.

9. Kebaya panjang berwarna putih, merupakan baju kebaya berlengan panjang berwarna putih.

10. Bunga Melati, merupakan hiasan kepala wanita menyerupai bunga melati. 11. Sanggul, rambut palsu yang digunakan oleh penari wanita

12. Peneken, merupakan hiasan berupa kain berwarna merah dan berhias manik-manik menyerupai uang logam namun berwarna keemasan, yang kemudian diikatkan di dahi penari.


(41)

13. Kaos kaki berwarna putih. 14. Anting atau Giwang.

Gambar 2.7: Busana penari wanita (Foto: Hemi, 2014)

Busana yang dikenakan oleh penari pria, diantaranya;

1. Ikat pandan, merupakan kopiah yang yang terbuat dari besi berwarna kuning keemasan.

2. Tapis, tapis yang digunakan oleh penari pria lebih pendek dibandungkan dengan tapis penari wanita

3. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.


(42)

4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiaan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.

5. Celana dasar berwarna hitam dan baju kemeja putih berlengan panjang. 6. Jubah, berupa tapis penutup punggung.

7. Baju sebelah, merupakan baju berwarna putih berlengan panjang 8. Peci Lampung, merupakan peci atau penutup kepala khas lampung

Gambar 2.8 Busana penari laki-laki (Foto: Hemi,2014)

2.5.3 Musik Pengiring Tari Cangget

Peralatan musik yang diguakan untuk mengiringi tarian ini diantaranya adalah canang lunik 8 sampai 12 buah, bende sebuah, gujeh sebuah, gong 2 buah, gendang 1 buah dan pepetuk 2 buah (Pamungkas, 2014:44)

Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan perlengkapan-perlengkapan dan pendukung lainnya, yaitu:


(43)

1. Jepana (tandu usungan), dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat atau pun putri kepala adat.

2. Tombak dan keris, dipakai pada saat igel

3. Talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan tetua adat dari jepana memasuki sesat agung atau pun sebaliknya.

4. Payung adat yang berwarna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan)

2.5.4 Tempat dan Waktu Pementasan Tempat pementasan tari cangget biasanya digelar pada saat upacara gawi adat di Sesat atau Balai Adat Lampung. (Abdulah, 2013:241)

2.6 Nilai-Nilai Budaya Terkandung di dalam Cangget

Cangget sebagai tarian khas Lampung pepadun mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para penarinya dan mengandung nilai kerukunan, dan kesyukuran.

Nilai kerukunan dalam fungsi tari tersebut adalah sebagai ajang berkumpul dan berkenalan baik bagi orang tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Saat berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam satu kampung atau desa untuk merayakan suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama dan akhirnya akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa tersebut. Nilai rasa syukur dalam tarian tersebut adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta. (Abdulah, 2013:244)


(44)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada, penelitian ini dikatakan orisinal. Belum ada yang mencatat tentang pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe IOC di SMA Negeri I Melinting.

Konsep pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang bertujuan untuk membantu orang belajar (Karwono, 2010:11).

Konsep tujuan pembelajaran adalah memengaruhi peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu cara atau metode membantu terjadinya proses belajar agar belajar menjadi efektif, efisien dan terarah pada tujuan yang ditetapkan (Karwono, 2010:9).

Cangget adalah suatu tarian berupa gerakan-gerakan yang bebas, yang ditampilkan pada suatu upacara adat. Oleh karena itu, bagi sebagian orang Lampung, cangget adalah sebuah tari adat. Tari ini dilakukan oleh seluruh putri penyimbang adat di dalam sesat atau balai adat (Martiara, 2012:08).


(45)

Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik (Hamzah, 2007:01).

Model pembelajaran kooperatif tipe IOC (Inside Outside Cirlcle) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu, dimana individu – individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan dijadikan dalam suatu kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok yang nantinya akan membentuk dua lingkaran, yaitu satu lingkaran besar, dan satu lingkaran kecil. Kelompok dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprijono, 2009:96).

2.1Landasan Teori

Ensiklopedia Indonesia, teori (Yunani: Teori, pandangan, tinjau), umumnya berarti pandangan yang gunanya untuk memberi keterangan bagi suatu hal tertentu. Teori dalam ilmu pengetahuan berguna untuk membari keterangan bagi gejala-gejala tertentu; tapi umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa sistem yang berdiri atas berbagai dalil (yang dikutip dari dunia pengalaman) dan hipotesa-hipotesa yang keduanya berdasar pada asas tertentu. Seterusnya istilah teori itu sering pula dipakai sebagai lawan terhadap pengertian praktek atau pengalaman.


(46)

Teori merupakan prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan dari proposisi-proposisi. Teori tersusun secara kausalitas atas fakta, fariabel atau konsep, dan proposisi. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah:

a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar. b. Memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran. c. Mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar. d. Mengkaji kejadiaan belajar dalam diri seseorang.

e. Mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.

Fungsi teori belajar adalah sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena belajar (Suprijono, 2013:15).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran model Cooperative Learning tipe Inside Oudside Circle (IOC).

Teori pembelajaran digunakan untuk mengungkap proses dalam pembelajaran tari cangget di SMA Negeri I Melinting. Teori Pembelajaran dipandang sangat tepat untuk melihat proses pembelajaran setiap pertemuan selama melakukan penelitian.

Dilihat dari fungsi tari cangget sebagai tari yang dianggap sakral atau disakralkan, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan adat. Seperti fungsinya yang disakralkan, didalamnya tersirat makna pedoman masyarakat Lampung, yaitu falsafal piil pesenggiri. Didalam piil pesenggiri terdapat nilai-nilai budi pekerti luhur masyarakat Lampung yang dijadikan sebagai pondasi dalam bermasyarakat.


(47)

2.2Makna Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, atau perbuatan mempelajari (Suprijono, 2013:13)

Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Gagne, Briggs, dan Wagner, mengutarakan pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik (Karwono, Mularsih, 2010:11)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran merupakan serangkaian proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.

2.3 Makna Model Pembelajaran

Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (Hamzah, 2007:01)

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu kepada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat


(48)

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk untuk mencapai tujuan belajar. (Suprijono, 2013:46).

Berdasarkan pengertian model pembelajaran di atas, model pembelajaan merupakan unsur yang penting untuk menjalankan kegiatan belajar siswa di sekolah. Dengan adanya penerapan model pembelajaran yang baik di sekolah, akan mempermudah guru untuk mengajar di dalam kelas. Dalam hal ini, seorang guru arus mampu memahami kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran yang akan diterapkan. Selain itu, guru harus mampu memilih model mengajar serta mampu menelaah ciri – ciri model yang dianggap baik dalam penerapan proses belajar mengajar di sekolah.

2.3.1 Cooperative Learning Type Inside Outside Circle (IOC)

Roger, dkk pada tahun 1992, menyatakan bahwa pembelajaran kooperaif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Huda, 2011:29)

Cooperative Learning type IOC (Inside Oudside Circle) merupakan sebuah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). IOC memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah strukturnya yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi bersama, dengan singkat dan


(49)

teratur. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model IOC juga dapat digunakan untuk semua tingkatan kelas.

Metode pembelajaran kooperatif IOC terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Separuh kelas atau seperempat kelas (jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil, kemudian mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar, kemudian mereka berdiri berhadap ke dalam. Pola bentukan dari kedua lingkaran ini adalah: siswa-siswa dalam lingkaran kecil akan berada di dalam lingkaran siswa siswa yang membentuk lingkaran besar, sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya akan berhadapan dengan siswa yang berada di lingkaran besar. Kemudian masing-masing akan menjadi pasangan.

2. Misalnya, anggap saja dalam satu ruangan kelas terdapat 24 siswa. Siswa 1-12 membentuk lingkaran dalam, sedangkan 13-24 membentuk lingkaran luar. Siswa 1 akan berhadapan dengan siswa 13, siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 14, siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 15, begitu seterusnya dalam bentuk lingkaran.

3. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu. Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaliknya, tugas yang diberikan pasangan asal itu sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran yang telah dirumuskan. Berikan waktu secukupnya kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi.

4. Kemudian siswa yang berada dilingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser beberapa langkah searah perputaran


(50)

jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi informasi lagi. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya. Pergerakan dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.

5. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.

6. Di penghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside outside circle guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Inside Oudside Circle (IOC)

Fase Penjelasan

1. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi.

2. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru membentuk kelompok, dengan membuat siswa menjadi 2 kelompok yang nantinya akan membentuk lingkaran untuk menentukan pasangan dalam kelompok.

3. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing-masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi. 4. Membimbing hasil

diskusi

Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengutarakan hasil diskusi

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa.


(51)

2.4 Pengertian Tari

Tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai, berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Unsur yang terdapat didalam tari juga dikenal sebagai wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud). Keempat unsur tersebut merupakan satu ikatan yang membentuk harmoni.

1. Wiraga (tubuh), yaitu gerak kaki sampai kepala yang merupakan media pokok gerak tari. Gerak tari dirangkai sesuai dengan bentuk yang tepat misalnya seberapa jauh badan merendah tangan merentang, kaki diangkat atau ditekuk dan seterusnya.

2. Wirama (tempo/irama), atau suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Seberapa lamanya rangkaian gerak ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama. Irama ini biasanya dari alat musik yang mengiringi.

3. Wirasa (penghayatan), merupakan tingkat penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan gerak tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian seperti, sedih, gembira, tegas, marah, dll.

4. Wirupa (wujud), memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya (Mustika, 2012:22)

2.5 Cangget

Masyarakat suku Lampung terdiri atas dua kelompok masyarakat adat yaitu, masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat Lampung Saibatin.


(52)

Masyarakat Lampung pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara timur dan tengah provinsi ini. Masyarakat Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka menumbuhkembangkan seni tari yang berfungsi sebagai hiburan juga sebagai penanda jati diri. Satu diantara beragam kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung adalah tari cangget. Cangget merupakan tari adat masyarakat adat Lampung pepadun. (Abdulah, 2013:240)

Diperkirakan tahun 1942, cangget selalu ditampilkan pada setiap acara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti upacara mendirikan rumah, panen raya, dan digunakan untuk mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat tari dipentaskan, orang-orang akan berkumpul menyaksikan pertunjukan ini, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan, hal ini bertujuan selain untuk mengikuti upacara, juga digunakan untuk berkenalan dengan sesamanya. Cangget ini biasa ditarikan oleh pemuda dan pemudi. Ketika cangget ditarikan, biasanya para orang tua memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung.


(53)

Depdikbud dalam Ensiklopedi Tari Indonesia, Jakarta 1984. Cangget adalah tari tradisi Lampung yang dilakukan oleh sedikitnya 20 orang penari wanita dan 2 orang penari pria yang berpakaian adat. Seorang wanita menari di atas talam dengan gerak tangan kenui melayang.

Cangget merupakan tari, pentas adat (gawi) pada masyarakat Lampung pepadun, yang merupakan ungkapan rasa gembira dan keagungan dari upacara adat yang baru saja dilaksanakan. Cangget merupakan sarana pertemuan muda-mudi di balai adat sebagai wakil dari orang tua mereka yang ditempatkan sesuai kedudukan kepenyimbangan orang tuanya (Martiara, 2012:171). Cangget secara sempit diartikan sebagai tarian wanita, namun cangget bermakna pula sebagai “pesta adat” atau gawi. Gawi adalah sebutan untuk “kerja adat” dalam melaksanakan perkawinan. Bersamaan dengan perkawinan, maka kedua pengantin dianggap “naik tahta adat” menjadi golongan pemimpin, sehingga upacara perkawinan tersebut disebut juga begawi cakak pepadun. Sebagai ungkapan kegembiraan, maka seluruh kaum kerabat mewujudkannya dengan “menari” di sesat (balai pertemuan adat). Akan tetapi arti kata “menari” dalam bahasa indonesia tidak dapat di sepadankan dengan kata cangget dalam bahasa Lampung. Kata “tari” bagi masyarakat Lampung lebih diartikan sebagai “suatu kegiatan menghibur oleh sekelompok kaum (perempuan) untuk kaum lainnya (laki – laki), sehingga kata “tari” bagi orang Lampung cenderung berkonotasi negatif. Inilah juga yang menyebabkan penggunaan kata atau istilah dalam bahasa lokal dipilih sebagai bahan analisis fungsi pada cangget (Martiara, 2013:5)


(54)

Tari cangget adalah suatu tarian khusus yang dipertunjukkan upacara adat (begawi). Tari cangget yang menjadi ciri khas masyarakat adat Pepadun Lampung ini memiliki beberapa macam, yaitu

1. Cangget Agung

Cangget Agung adalah tari yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi kepala adat (cakak pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini apabila si kepala adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung, dan setelah itu dia akan dianugrahi gelar inten, pujian, indoman atau dalom batin.

2. Cangget Bakha

Cangget Bakha adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulan purnama atau setelah selesai panen (pada saat panen raya).

3. Cangget Penganggik

Cangget penganggik adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru, yang dimaksud sebagai anggota baru adalah para pemuda atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melakukan upacara busepei (kikir gigi).

4. Cangget Pilangan

Cangget Pilangan adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya (melepas lajang) yang akan menikah dan pergi ke luar desa, mengikuti isteri atau suaminya.


(55)

Cangget Ulam Sambai/Nyambuk Temui adalah tarian yang dibawakan oleh pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.

Walaupun Tari cangget ini terdiri dari beberapa macam, namun pada dasarnya tarian ini memiliki gerakan-gerakan yang relatif sama.

2.5.1 Gerak Dasar Cangget

Tari cangget dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah manjadi gerak inti penari wanita seperti

1. Gerak Sembah (gerak memberi hormat)

Gambar 2.1 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan: Posisi badan tegak, tidak

membungkuk, tangan ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan

diletakkan di depan dada. Gerak ini merupakan pengungkapan rasa hormat penari terhadap tetua adat dan para tamu yang hadir.

2. Gerak ngetir

Keterangan:

Posisi badan tegak dengan tangan lurus kedepan, telapak tangan


(56)

Gambar 2.3 (Foto, Lina: 2014)

menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Kemudian, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, sampai sejajar dengan perut.

3. Gerak Samber Melayang atau Kenui Melayang

Gambar 2.2 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan: Posisi badan tegak, tangan

direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri dan ujung jari tangan menghadap ke atas, kemudian telapak tangan diukel.


(57)

Sedangkan untuk gerak cangget penari laki-laki diantaranya:

1. Gerak sembah

Gambar 2.4 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Posisi badan duduk tidak

membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan

diduduki. Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum dan sejajar dengan dada.

2. Gerak igel

Gambar 2.5 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Gerakan ini merupakan gerakan kaki yang digerakan bersamaan dengan gerak kenui tahang

melambangkan keperkasaan. Sikap badan tegak tidak membungkuk, pandangan mata ke depan, dengan posisi kedua kaki membentuk sudut 900, kemudian kaki diangkat seperti jalan di tempat,namun dengan ritme atau hitungan yang lebih cepat.


(58)

3. Gerak kenui tahabang

Gambar 2.6 (Foto, Lina: 2014)

Keterangan:

Posisi badan tegak tidak membungkuk, kedua tangan direntangkan, telapak tangan menguncum dengan ujung jari menghadap ke atas, tangan kiri sejajar dengan telinga dan tangan kanan di atas kepala, pergelangan tangan diukel berlawanan arah dengan jarum jam. Gerakan ini melambangkan kepercayaan diri yang tinggi

(Pamungkas, 2013:42) 2.5.2 Tata Rias dan Busana Cangget

Tata rias merupakan suatu cara atau metode untuk menutup muka dengan memakai goresan yang mempunyai unsur keindahan, dan bertujuan untuk mendapatkan bentuk karakter atau peran sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri (Mustika : 2009).

Busana yang dipakai penari cangget tidak jauh beda dengan tari sigekh panguten atau tari sembah, busana penari wanita diantaranya:

1. Siger, berupa hiasan kepala yang terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan.


(59)

2. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.

3. Gelang rui, merupakan gelang berbentuk seperti duri

4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiasan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.

5. Tapis, adalah kain tapis yang mempunyai motif-motif atau hiasan yang beragam.

6. Bebe (tutup dada), berupa kain tapis tipis yang berwarna merah jambu dan melambangkan ketulusan dan menghormati setiap makhluk hidup.

7. Bulu sertai, ikat pinggang yang terbuat dari kain bludru berwarna merah, yang memiliki unsur kebesaran dan kemewahan dari citra seseorang gadis Lampung.

8. Tanggai, merupakan sarung kuku atau hiasan yang terdapat pada jari-jari tangan pda penari putri Lampung dan sebagian besar digunakan pada saat upacara.

9. Kebaya panjang berwarna putih, merupakan baju kebaya berlengan panjang berwarna putih.

10. Bunga Melati, merupakan hiasan kepala wanita menyerupai bunga melati. 11. Sanggul, rambut palsu yang digunakan oleh penari wanita

12. Peneken, merupakan hiasan berupa kain berwarna merah dan berhias manik-manik menyerupai uang logam namun berwarna keemasan, yang kemudian diikatkan di dahi penari.


(60)

13. Kaos kaki berwarna putih. 14. Anting atau Giwang.

Gambar 2.7: Busana penari wanita (Foto: Hemi, 2014)

Busana yang dikenakan oleh penari pria, diantaranya;

1. Ikat pandan, merupakan kopiah yang yang terbuat dari besi berwarna kuning keemasan.

2. Tapis, tapis yang digunakan oleh penari pria lebih pendek dibandungkan dengan tapis penari wanita

3. Buah Jukhum, merupakan kalung yang dipakai pada tari Cangget terbuat dari besi yang berwarna kuning keemasan dan berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.


(61)

4. Gelang Kano/ Gelang Burung, adalah hiaan tangan yang berupa gelang yang bermotif burung. Gelang ini tebuat dari besi dan berwarna kuning keemasan serta melambangakan derajat atau keturunan dari sebuah marga.

5. Celana dasar berwarna hitam dan baju kemeja putih berlengan panjang. 6. Jubah, berupa tapis penutup punggung.

7. Baju sebelah, merupakan baju berwarna putih berlengan panjang 8. Peci Lampung, merupakan peci atau penutup kepala khas lampung

Gambar 2.8 Busana penari laki-laki (Foto: Hemi,2014)

2.5.3 Musik Pengiring Tari Cangget

Peralatan musik yang diguakan untuk mengiringi tarian ini diantaranya adalah canang lunik 8 sampai 12 buah, bende sebuah, gujeh sebuah, gong 2 buah, gendang 1 buah dan pepetuk 2 buah (Pamungkas, 2014:44)

Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan perlengkapan-perlengkapan dan pendukung lainnya, yaitu:


(62)

1. Jepana (tandu usungan), dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat atau pun putri kepala adat.

2. Tombak dan keris, dipakai pada saat igel

3. Talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan tetua adat dari jepana memasuki sesat agung atau pun sebaliknya.

4. Payung adat yang berwarna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan)

2.5.4 Tempat dan Waktu Pementasan Tempat pementasan tari cangget biasanya digelar pada saat upacara gawi adat di Sesat atau Balai Adat Lampung. (Abdulah, 2013:241)

2.6 Nilai-Nilai Budaya Terkandung di dalam Cangget

Cangget sebagai tarian khas Lampung pepadun mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para penarinya dan mengandung nilai kerukunan, dan kesyukuran.

Nilai kerukunan dalam fungsi tari tersebut adalah sebagai ajang berkumpul dan berkenalan baik bagi orang tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Saat berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam satu kampung atau desa untuk merayakan suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama dan akhirnya akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa tersebut. Nilai rasa syukur dalam tarian tersebut adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta. (Abdulah, 2013:244)


(63)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subyek penelitian pada suatu saat tertentu. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin “descriptivus” yang berarti uraian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subyek penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subyek penelitian dan perilaku subyek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian ini mendiskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013:10).

Deskriptif kualitatif di dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan proses pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Outside Circle (IOC) pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting. Selain itu, deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah terhadap proses penerapan pembelajaran cangget dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Inside Outside Circle (IOC) pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting.


(64)

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seseorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder (Mukhtar, 2013:107). Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data-data yang berasal dari informan, yaitu guru seni budaya SMA Negeri I Melinting, dan 24 siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik Partisipan Observation

Teknik partisipan observation atau observasi langsung yaitu peneliti ikut serta dalam pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Mukhtar, 2013:100). Dalam observasi ini dituntut keterlibatan dan keikutsertaan sehari-hari antara peneliti dengan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian.

Berdasarkan teknik partisipan observation, bertindak sebagai pengajar dan pengamat langsung pada kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting, bertujuan untuk melakukan pengamatan terhadap pembelajaran seni tari di SMA Negeri I Melinting. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni tari pada siswa di SMA Negeri I Melinting sesuai dengan batasan masalah penelitian. Pada proses observasi lebih di tekankan pada pengamatan siswa saat berada di dalam kelas.


(65)

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan (Mukhtar, 2013:101)

Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yaitu Hernani selaku guru seni budaya dan siswa di kelas XI IPA SMA Negeri I Melinting. Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada informan dan mencatat langsung pernyataan yang diutarakan oleh informan.

3.3.3 Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dipandang dibutuhkan secara langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa: foto, gambar, video, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan sebagainya (Mukhtar, 2013:101)

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tambahan yang berupa laporan gambar, foto dan video yang diambil pada setiap pertemuan. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sekolah yang dijadikan tempat penelitian dan proses pembelajaran tari di SMA Negeri I Melinting.


(66)

Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kamera dan Handphone. Video atau foto diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan bantuan guru pembimbing.

3.3.4 Tes Praktik

Perolehan data tentang hasil belajar cangget pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri I Melinting digunakan tes praktik perbuatan atau produk gerak-gerak tari cangget. Untuk menyatakan gerak tari cangget yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti di bawah ini :

Tabel 3.1 Instrument Penilaian Praktik Gerak Cangget Putri

No. Aspek Gerak Indikator Skor Keterangan

1. Sembah Posisi badan siswa tegak, tidak membungkuk, tangan ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan diletakkan di depan dada. Tangan siswa ditekuk ke dalam dengan kedua telapak tangan menguncum disatukan dan diletakkan di depan dada, namun badan tidak dalam posisi tegak. Kedua telapak tangan siswa menguncum disatukan dan diletakkan di depan dada, namun tangan tidak ditekuk dan badan tidak tegak.

Kedua telapak tangan siswa disatukan, tidak menguncum dan tidak diletakkan di depan dada, serta badan tidak tegak.

Siswa tidak dapat

mempraktekkan apa yang diajarkan. 5 4 3 2 1 Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal


(67)

2. Kenui melayang

Posisi badan siswa tegak, tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri dan ujung jari tangan menghadap ke atas, kemudian telapak tangan diukel. Posisi badan siswa tegak, tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri dan ujung jari tangan menghadap ke atas, namun telapak tangan tidak diukel.

Posisi badan siswa tegak, tangan direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri, namun ujung jari tidak tangan menghadap ke atas, dan telapak tangan tidak diukel. Tangan siswa direntangkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan perut, dengan posisi telapak tangan tegak berdiri, namun ujung jari tidak tangan menghadap ke atas, posisi badan siswa tidak tegak, dan telapak tangan tidak diukel.

Siswa tidak dapat

mempraktekkan apa yang diajarkan. 5 4 3 2 1 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal

3. Ngetir Badan siswa tegak dengan tangan lurus kedepan, telapak tangan menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan.

Kemudian, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, sampai sejajar dengan perut.


(68)

Posisi badan siswa tegak dengan tangan lurus kedepan, telapak tangan menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, namun tidak sampai sejajar dengan perut.

Tangan lurus ke depan, telapak tangan menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan, diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, namun tidak sampai sejajar dengan perut dan posisi badan siswa tidak tegak.

Tangan lurus kedepan, telapak tangan menguncum, sejajar dengan perut, siku sedikit ditekuk, dengan telapak tangan menghadap ke depan, namun tidak diputar ke atas dan ke bawah sambil menyamping ke kanan dan ke kiri, tidak sampai sejajar dengan perut dan posisi badan siswa tidak tegak. Siswa tidak dapat

mempraktekkan apa yang diajarkan. 4 3 2 1 Baik Cukup Kurang Gagal


(69)

Tabel 3.2Instrument Penilaian Praktik Gerak Cangget Putra

No. Aspek Gerak Indikator Skor Keterangan

1. Sembah Posisi badan siswa duduk tidak membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan diduduki.

Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum dan sejajar dengan dada.

Posisi badan siswa duduk tidak membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan diduduki.

Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan dengan posisi menguncum namun tidak sejajar dengan dada.

Posisi badan siswa duduk tidak membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk ke depan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk ke belakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan diduduki.

Sedangkan, posisi kedua telapak tangan disatukan, namun posisi tangan tidak menguncum dan tidak sejajar dengan dada. Posisi badan siswa duduk tidak membungkuk dengan posisi kaki kiri ditekuk kedepan dengan lutut sejajar dengan perut, kaki kanan ditekuk kebelakang dengan posisi telapak kaki menjinjit dan diduduki. Namun, posisi kedua telapak tangan tidak disatukan, posisi tangan tidak menguncum dan tidak

5 4 3 2 Baik sekali Baik Cukup Kurang


(1)

rr. 1-25 siswa mampu membentuk lingkaran kecil/lingkaran besar, namun tidak mampu bertukar informasi, dan terlalu lama.

2

ss. Seluruh siswa tidak dapat membentuk lingkaran kecil/lingkaran besar, tidak dapat bertukar informasi secara singkat di dalam lingkaran, dan tidak dapat menyampaikan kembali informasi tersebut di depan kelas.

1


(2)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Kesepuluh (Evaluasi)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Sub Mata Pelajaran Seni Tari) Kelas/Semester : XI IPA(Sebelas)/ Genap

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Standar Kompetensi : Mengekspresikan diri melalui karya seni tari Kompetensi Dasar : Mempertunjukkan karya seni tari

kelompok/berpasangan daerah setempat

Indikator : Mempraktikkan ragam gerak cangget Tujuan Pembelajaran

1. Setelah pembelajaran siswa dapat mengidentifikasi ragam gerak cangget

2. Setelah pembelajaran siswa dapat menarikan ragam gerak cangget secara berurutan, dengan diiringi musik dan ekspresi.

Materi Pembelajaran Ragam gerak cangget

Metode Pembelajaran Cooperative Learning type IOC

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran I. Pertemuan Awal

a. Salam dan menanyakan kabar b. Pemanasan

II. Inti

a. Siswa diminta memeragakan keseluruhan gerak cangget dengan iringan musik secara berpasangan.


(3)

III. Penutup

a. Tindak lanjut b. Salam

Sumber Belajar Sumber :

11. Buku Nilai dan Norma Budaya Lampung dalam Sudut Pandang Strukturalisme oleh Rina Martiara.

12. Buku Peranan Nilai-Nilai Tradisional Daerah Lampung dalam Melestarikan Hidup, oleh Suharyadi Fachruddin,.

Bahan/Alat : Speaker dan Laptop Penilaian

Tabel 3.1. Lembar Instrumen Penilaian Test Praktek

No Aspek Indikator Skor Skor Maksimum

1 Menghafal ragam gerak (wiraga)

a) Siswa mampu memeragakan gerak kenui

melayang/simbar melayang, igel, kenui tahabang dan gerak ngetir dengan benar.

b) Siswa hafal ragam gerak kenui melayang/simbar melayang, sembah, igel, dan gerak ngetir, namun terkesan gugup sehingga mengganggu konsentrasi. c) Siswa hanya bisa

memeragakan gerak kenui melayang (simbar melayang)/ sembah/ igel/kenui

5

4

3


(4)

tahabang / gerak ngetir saja.

d) Siswa tidak mampu memeragakan gerak kenui melayang (simbar melayang)/ sembah/ igel/ kenui tahabang / gerak ngetir, namun tidak gugup dan berani e) Siswa terlihat tidak

tertib, tidak hafal ragam gerak

2

1

2 Kesesuain gerak dengan musik

(wirama)

a) Siswa mampu memeragakan ragam gerak tari cangget dengan ketepatan hitungan dengan ritme gerak, teratur dan tertib

b) Siswa hanya mampu memeragakan ragam gerak tari cangget hanya dengan ketepatan hitungan dan tanpa

memperhatikan ritme gerak, namun tertib dan teratur c) Siswa hanya mampu

memeragakan ragam gerak tari cangget dengan ketepatan ritme musik dan tanpa

memperhatikan ketepatan hitungan d) Siswa hanya mampu

5

4

3


(5)

memeragakan ragam gerak tari cangget tanpa

memperhatikan ketepatan hitungan dan ritme gerak e) Siswa sama sekali

tidak mampu

memeragakan ragam gerak tari cangget menggunakan hitungan maupun menggunakan ritme musik

2

1

3 Ekspresi penjiwaan (wirasa)

a) Siswa tersenyum dengan pandangan mata ke depan, tertib, sehingga terkesan bagus dan mampu menguasi keseluruhan ragam gerak tari cangget b) Siswa tersenyum namum pandangan mata tidak ke depan, sehingga cenderung kaku

c) Siswa tersenyum namun pandangan mata tidak terarah atau terkesan malu sehingga menjadi canggung

d) Siswa tidak tersenyum namun pandangan mata tetap ke depan e) Tidak tersenyum

5

4

3

2


(6)

dan pandangan mata tidak ke depan

1

Tabel 3.5. Penentuan Patokan Dengan Penghitungan Persentase Untuk Skala Lima

Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

85 % - 100 % Baik Sekali

75 % - 84 % Baik

60 % - 74 % Cukup

40 % - 59 % Kurang

0 % - 39 % Gagal


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

0 4 67

PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

0 8 49

PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRLCE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

0 8 49

PENINGKATAN PENALARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE Peningkatan Penalaran Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Inside Outside Circle Pada Siswa Kelas VII B Semester Ganjil S

0 1 14

PENINGKATAN PENALARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE Peningkatan Penalaran Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Inside Outside Circle Pada Siswa Kelas VII B Semester Ganjil S

0 1 16

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DENGAN TIPE Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Pembelajaran Tipe Inside Outside Circle Dengan Tipe Bamboo Dancing Pada Materi Ekositem Kelas VII

0 7 15

94 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE

0 0 11