Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII-B SMP

MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiya dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

DisusunOleh :

NURHAYANI NIM. 1111015000080

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYA DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

NURHAYANI. 1111015000080. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT TAHUN AJARAN 2014/2015.

Hasil belajar siswa yang berupa indeks prestasi dapat di dipengaruhi oleh adanya model mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Permasalahan dalam materi ini yang pertama adalah, bagaimana hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, kedua apakah terdapar model pembelajaran yang bervariasi di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat selama proses belajar mengajar.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS dengan model Pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Obyek penelitian adalah siswa kelas VII b IPS SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru kelas, peneliti, dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, selama 4 x 40 menit. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, selama 4 x 40 menit.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan prestasi balajar mata pelajaran IPS dengan model Pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) pada siswa kelas VII b SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Hasil belajar dari 30 siswa dari siklus I : 63,16 meningkat menjadi 81,67 pada siklus II, (2) ketuntasan belajar meningkat dari siklus I : 65% menjadi 100% pada siklus II.

Berdasarkan kesimpulan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle dengan pembelajaran Konvensional, maka dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun ajaran 2014/2015.


(7)

ii ABSTRACT

NURHAYANI. 1111015000080. THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL “INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC)” TO IMPROVE

STUDENTS’ OUTCOMES IN LEARNING SOCIAL STUDIES AT THE FIRST

GRADE OF SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT IN ACADEMIC YEAR 2014/2015.

Students’ learning outcomes in the form of achievement index can be influenced by teachers’ teaching model in presenting the material. The problems in this material are, first, how is students’ outcomes in learning social studies in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, second, whether there are some varieties of learning models in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat during teaching learning process.

The objective of this research was to improve students’ achievement in learning social studies using cooperative learning model “Inside Outside Circle (IOC)” for students at the first grade of SMP Muhammadiyah 17 Ciputat in academic year 2014/2015. The method used in this research was Classroom Action Research (CAR). The object of the research was students in VII-B class of SMP Muhammadiyah 17 Ciputat which consist of 30 students. This research was conducted with the collaboration of classroom teacher, researcher and students. The technique of data collection was initiated through observation, interview test and documentation. This research was carried out in two cycles. Each cycle consist of four steps: (1) planning action, (2) implementation of the action, (3) observation and interpretation, and (4) analysis and reflection. The first cycle was held in two meetings for 4x40 minutes. Meanwhile the second cycle was held in two meetings for 4x40 minutes.

Based on the results of this research was improvement in learning social studies

using cooperative learning model “Inside Outside Circle (IOC)” for students at the first grade of SMP Muhammadiyah 17 Ciputat in academic year 2014/2015. It can be seen from some indicators as follows: (1) there was an improvement learning outcomes 63.16 in cycle 1 to 81,67 cycle 2 from 30 30 students, (2) students’ learning mastery increased 100% in cycle 2 from 65% in cycle 1.

In sum, there was a significant difference from students’ outcomes in learning social studies with method using cooperative learning model “Inside Outside Circle (IOC)” and conventional method. It means, cooperative learning model “Inside Outside Circle (IOC)” can be recommended to be used as the model alternative in learning social studies in SMP Muhammadiyah 17 Ciputat academic year 2014/2015.


(8)

iii









Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadlirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT TAHUN AJARAN 2014/2015”. Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga sepanjang masa.

Skripsi disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, yang sangat bermanfaat bagi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang setulus-tulusnya kepada :

1. Orang tua penulis Ayahanda Ahmad dan Ibunda Marwiyah tercinta serta Kakakku Heru Awal Ludin SHI dan Nenekku Hj. Rohmani tercinta yang telah memberikan banyak motivasi, kasih sayang dan curahan perhatian baik berupa moril maupun

materil serta do’a yang selalu teriring setiap saat untuk Ananda dalam mengahadapi segala hal dalam pembuatan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, serta seluruh Dosen IPS yang telah menjadi fasilitator dalam memperoleh ilmu selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Syaripulloh M.Si, Selaku Skertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(9)

iv

5. Ibu Anissa Windarti, M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing selama proses perkuliahan.

6. Bapak Muhammad Noviadi, M.Pd, dan Ibu Zaharah, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dengan sabar, tulus, Ikhlas, dan mengarahkan hingga menyelesaikan Skripsi ini. 7. Bapak Drs. Sayuti Sufriatna selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

beserta Dewan Guru dan Staf.

8. Bapak Drs. H. Ahmad Mulyadi selaku Guru IPS SMP Muhammadiyah 17 yang telah memberikan waktu dan kelas untuk penulis Skripsi.

9. Para Siswa dan siswi SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, khususnya VII b yang sudah membantu dalam penelitian skripsi ini.

10.Teman-teman Prodi Pendidikan IPS angkatan 2011 yang sudah menjadi teman baik susah maupun bahagia yang telah menjadi semangat dan inspirasi penulis.

11.Sahabat-sahabatku RK yakni Amali, Dewi, Febri, Fuji, Dian, Alfi, Nia, Ria, Naya, Vina, Gaun dan Zizah, dan Teman terbaik ku Nurul Hidayanti Yang selama ini selalu bersama baik susah maupun senang. Terima kasih sudah mau menjadi sahabat terbaik penulis semoga persahabatan ini abadi untuk selamanya. Sukses dan Semangat

12.Teman seperjuangan bimbingan skripsi Laura Era Wardan yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan Skripsi ini. Hanya ucapan terima kasih yang

mampu penulis sampaikan dan seraya berdo’a mudah-mudahan segala kebaikan yang diberikan memperoleh ganjaran amal kebajikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi pembaca.

Alhamdulillahirrobil’Alamiin

Jakarta, 4 Oktober 2015

Penulis Nurhayani


(10)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK………... i

ABSTRACK………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GRAFIK………. ix

DAFTAR BAGAN……….. x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Masalah………. 6

C. Batasan Masalah………... 6

D. Rumusan Masalah………. 6

E. Tujuan Penelitian……….. 7

F. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori……….. 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif ………... 8

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle……… 14

3. Hasil Belajar……….. 17

a. Pengertian Belajar……….. 17

b. Pengertian Hasil Belajar ……… 18

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar….. 19


(11)

vi

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs…... 22

a. Pengertian ilmu pengetahuan sosial………... 22

b. Tujuan ilmu pengetahuan IPS……… 23

5. Penelitian Tindakan Kelas………. 25

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas……….. 25

B. Penelitian yang Relevan……… 26

C. Kerangka Berpikir……….. 27

D. Hipotesis Tindakan……… 28

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 29

B. Model dan Desain Penelitian……… 29

C. Penelitian Tindakan Kelas……… 30

D. Subjek atau Pratisispan Yang Terlibat...………... 32

E. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian……….. 33

F. Instrument Pengumpulan Data………. 33

G. Teknik Pengumpulan Data………. 41

H. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan……… 41

I. Analisis Data dan Iterprestasi Data……….. 43

J. Mengembangkan Perencanaan Tindakan………. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17 Ciputat…………... 45

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan….. 55

C. Analisis data dan Interprestasi Data Penelitian……… 82

D. Pembahasan……….. 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...……... 95

B. Saran……… 95


(12)

vii

Tabel 3.1 Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Table 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus 1 Table 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus 2 Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran

Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Table 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Table 3.7 Catatan lapangan kegiatan belajar siswa

Table 3.8 Petikan Wawancara Dengan Siswa/I Sebelum Tindakan Penelitian Table 3.9 Petikan Wawancara Dengan Siswa/I Setelah Tindakan Penelitian

Table 3.10 Petikan Wawancara dengan guru IPS terkait masalah pengajaran di kelas Table 4.1 Keadaan Struktur Guru SMP Muhammadiyah 17 Ciputat

Table 4.2 Keadaan Struktur Murid SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Table 4.4 Pengelolahan Pembelajaran Pada Siklus I

Tabel 4.5 Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus I Table 4.6 Aktivitas Siswa Siklus I

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Siklus I

Tabel 4.8 Aktivitas Pembelajaran Siklus I

Tabel 4.9 Catatan Lapangan Kegiatan Belajar Siswa Siklus I Tabel 4.10 Pengelolahan Pembelajaran Pada Siklus II Table 4.11 Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus II Tabel 4.12 Aktivitas Siswa Siklus II


(13)

viii Tabel 4.14 Aktivitas Pembelajaran Siklus II

Tabel 4.15 Catatan Lapangan Kegiatan Belajar Siswa Siklus II Tabel 4.16 Hasil Belajar Siklus I


(14)

ix Grafik 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I Grafik 4.2 Hasil Pretest dan Postest Siklus II


(15)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan MC Taggrat. Bagan 4.1 Struktur Organisasi Smp Muhammadiyah 17 Ciputat

Bagan 4.2 Keadaan Struktur Tata Usaha dan Staf SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Bagan 4.4 Keadaan Struktur Murid SMP Muhammadiyah 17 Ciputat


(16)

xi

Lampiran 1 Uji Coba Instrument Tes IPS Siklus I Lampiran 2 Uji Coba Instrumen Tes IPS Siklus II

Lampiran 3 Kunci Jawaban Uji Validitas Instrument Tes IPS Siklus I dan II Lampiran 4 RPP Siklus I

Lampiran 5 Materi Pembelajaran Siklus I Lampiran 6 Soal Pretest dan Posttest Siklus I Lampiran 7 RPP Siklus II

Lampiran 8 Materi Pembelajaran Siklus II Lampiran 9 Pretest dan Posttest Siklus II

Lampiran 10 Kunci Jawaban Pretest dan Posttest Siklus I dan Siklus II Lampiran Pengelolahan Pembelajaran Pada Siklus I

Lampiran Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus I Lampiran Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran Aktivitas Guru Siklus I

Lampiran Aktivitas Pembelajaran Siklus I

Lampiran Pengelolahan Pembelajaran Pada Siklus II Lampiran Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus II Lampiran Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran Aktivitas Guru Siklus II


(17)

xii

Lampiran 11 Petikan Wawancara Dengan Siswa Sebelum Tindakan Penelitian Lampiran 12 Petikan Wawancara Dengan Siswa Sesudah Tindakan Penelitian Lampiran 13 Hasil Wawancara Responden Siswa/I Sebelum Penelitian

Lampiran 14 Hasil Wawancara Responden Siswa/I Setelah Penelitian

Lampiran 15 Hasil Wawancara Dengan Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian Lampiran 16 Foto-foto Proses PTK Siklus I

Lampiran 17 Foto-foto Proses PTK Siklus II Lampiran Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran Surat Permohonan Observasi Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian


(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara, dan untuk mengembangkan sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan makin professional pada bidangnya masing-masing, seperti tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyebutkan1:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan mengembangkan potensi Peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertawakal kepada Allah SWT dan Rosulnya, berakhlak mulia, berpengatahuan yang luas, kreatif, mandiri, serta berjuang untuk mencapai cita-cita meningkatkan kemajuan Negara.

Tujuan pendidikan nasional dapat kita capai dengan upaya menyelengarakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemerintah memberikan kesempatan kepada warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan seseorang karena dengan adanya pendidikan hidup seseorang dapat terarah sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

1

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Tentang System Pendidikan Nasional. (Sidiknas). Bandung: Citra Umbara


(19)

2

masyarakat, oleh karena itu pendidikan butuh perencanaan yang baik agar tujuan yang di ingginkan tercapai.

Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar peserta didik mengalami perkembangan dan peningkatan, adapun yang dimaksud dengan belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya2. Sedangkan hasil belajar (Gagne & Driscoll ) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik (learne’r performance)3. Dalam pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan peserta didik yang pandai, sedang atau lambat. Laporan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport.

Usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seseorang peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri, di antaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat, dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri peserta didik di antaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar, dan lain-lain.

Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru memiliki peran kunci bagi keberhasilan dalam pendidikan dan pembelajaran disekolah. Guru adalah pendidik dan pendidik bertugas sebagai fasilitator agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidik juga berfungsi sebagai fasilitator yang baik dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Pendidik harus melakukan beberapa peran di antaranya adalah bahwa pendidik perlu memiliki model atau teknik yang tidak saja disesuaikan

2

Purwanto, Tujuan Pendidikan Dan Hasil Belajar. Jurnal Tektodik (Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Koomunikasi Dan Informasi Pendidikan, 2005) Hal: 150

3

Djamaah Sopah, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan (Jakarta: Badan Penenlitian Dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Tahun Ke-5, No.022), Hal: 126


(20)

dengan bahan atau isi pendidikan yang akan disampaikan tapi juga disesuaikan terhadap kondisi peserta didik dan lingkungan belajar mengajar.

Melihat pentingnya peran seorang guru dalam mengajar, hendaklah seorang guru itu dapat mengerahkan segala kemampauan dan keterampilanya dalam mengajar secara profesional dan efektif. Salah satunya adalah seorang guru mampu untuk memilih model atau model pembelajaran yang bervariasi dan efektif untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang diingginkan.

Cara mengajar guru berperan penting dalam menentukan proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas yang selama ini lebih berpusat pada guru dan tidak memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran merupakan salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran semacam ini mengakibatkan hasil belajar peserta didik untuk belajar di kelas rendah, karena guru hanya menggunakan model ceramah.

Berdasarkan pada hasil observasi pendahuluan dengan guru IPS di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat diperoleh data pencapaian hasil belajar ulangan UTS kelas VII-B di bawah KKM. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata 62,4. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah ini yaitu 75. Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, hasil belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya model mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Model yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan peserta didik biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif, di sini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang


(21)

4

menyenangkan bagi peserta didik sehingga peserta didik kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan model, serta evaluasi. Unsur model dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, model pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik apabila diikuti dengan pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran ini penting karena mampu menunjukan dan memperlihatkan interaksi belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran IPS pada umumnya masih bertumpu pada aktivitas guru, di mana penyampaian materi pelajaran masih menggunakan model ceramah dalam pembelajaran di kelas. Jika dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan model ceramah saja, maka akan muncul rasa jenuh peserta didik terhadap suasana belajar yang monoton.

Keadaan seperti ini ternyata juga masih dijumpai di kelas VII b SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Proses pembelajaran yang berlangsung masih terfokus pada guru sebagai sumber utama, di mana pihak yang aktif selama proses pembelajaran didominasi oleh guru. Guru IPS di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat juga kurang memvariasikan model pembelajaran, sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik rendah. Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dapat dilihat melalui banyaknya peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru, peserta didik mengobrol dengan teman sebangkunya, tidur-tiduran di kelas, dan aktivitas negatif lainnya selamaproses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada kegiatan mengajar di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat diketahui bahwa siswa-siswi lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang aktif dan bersifat kelompok. Oleh karena itu untuk menjawab peryataan di atas, perlu diterapkan model pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik mudah memahami proses belajar mengajar yang belangsung. Guru harus menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat


(22)

mengembangkan pengetahuan peserta didik, mengembangkan ingatan peserta didik dan proses berfikir peserta didik dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran yang dipilih harus tepat, efektif, dan model yang dapat memberi kesempatan peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sebagai salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan pengalaman tersendiri bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mampu membuat peserta didik menjadi aktif dan kreatif karena model pembelajaran ini memicu suasana yang asik dan menyenangkan. Dengan pembelajaran seperti ini akan membuat hasil belajara peserta didik meningkat.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran4. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Ada banyak model pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, salah satunya yaitu model pembelajaran Inside Outside Circle. model pembelajaran Inside Outside Circle adalah salah satu model pembelajaran dalam Cooperative Learning. Menyikapi hal tersebut di atas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa”.

Penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikutipembelajaran IPS.

4

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal: 209


(23)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, dikarenakan keadaan pembelajaran di kelas kurang variatif sehingga siswa cenderung pasif.

2. Model pembelajaran yang biasanya diterapkan selama ini, seperti model ceramah dan tanya jawab belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS kurang.

3. Peran guru yang terlalu mendominasi pembelajaran menyebabkan siswa kurang berpartipasi aktif dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan mengingat begitu luasnya permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi pada rendahnya hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran IPS. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dalam mata pembelajaran IPS di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun pelajaran 2014/2015 ?


(24)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mendiskripsikan gambaran mengenai penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dalam mata pembelajaran IPS di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun pelajaran 2014/2015.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep materi yang akan disampaikan.

b. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka memperbaiki pembelajaran dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas sekolah

c. Bagi Pengawas Sekolah

Dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterap-kan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengembangan diri, menambah pengalaman, dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian meng-gunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) serta sebagai refrerensi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.


(25)

8 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Model pembelajaran

Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu hal yang mutlak dilakukan oleh guru. Trianto menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial1.

Selain penjelasan mengenai definisi dari model pembelajaran, penting juga untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari model pembelajaran. Tujuan dari model pembelajaran yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Sedangkan fungsi model pembelajaran menurut Trianto yaitu sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisein untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau prosedur sistematis

1

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkata Satuan Pendidikan(KTSP). (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hal: 51


(26)

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah homo socius. Berawal dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting, artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisai, atau sekolah2.

Anita Lie mendefinisikan “Sistem pembelajaran kooperatif, merupakan sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur”. Sedangkan menurut Etin Sholihatin dan Raharjo “Cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan membantu di antara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”3

.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus keterampilan sosial (Sosial Skill) termasuk interpersonal skill4.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dalam kegiatan pembelajaran, siswa melakukan kerjasama atau diskusi dengan teman satu kelompok dan kelompok lain untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dalam pembelajaran.

2

AnitaLie, Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo, 2002), hal: 27

3

Etin Sholihatin, dan Raharjo. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS.

(Jakarta: Bumi Askara, 2008), hal: 4 4

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang efektif dan Berkualitas. (Jakarta: Kencana, 2009), hal: 267


(27)

10

c. Kategori tujuan dalam pembelajaran Kooperatif:

a) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak di pengaruhi orang lain.

b) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada ketergantungan)

c) Kooperatif: keberhasilan seseorang kerena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendiri.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Kooperatif menurut Wina Sanjaya5

a) Kelebihan Kooperatif

1. Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk

respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan

4. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdaya setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

5. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hunbungan interpersonal yang positif dengan yang lain,

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2006) hal: 247-249


(28)

mengembangkan keterampilan me-menage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6. Melalui model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat permasalahan. Karena keputusan yang dibuat tanggung jawab kelompok.

7. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstak menjadi nyata.

8. Interaksi selama kooperatif belangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwah kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu siswa tidak bergantung kepada guru, mampu mengungkapkan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat, dan siswa menjadi aktif.

b) Kelemahan model pembelajaran kooperatif

1. Untuk memahami filosofi model pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomotis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya meraka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2. Ciri utama dari model pembelajaran kooperatif, bahwa siswa

saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingankan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapi oleh siswa.


(29)

12

3. Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan priode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwah kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia terkadang diskusi didominasi seorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.

e. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

David Jonson dalam Anita Lie menyatakan bahwa “Tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu 6 :

6

AnitaLie, Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo, 2002), hal: 31-34


(30)

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada


(31)

14

kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat meraka.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada untuk menilai proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle

Model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle hadir dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran didalam kelas memberikan suasana baru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagai informasi pada saat yang bersamaan7. Pembelajaran Inside Outside Circle mengembangakan sebuah pembelajaran yang inovati dan variatif.

Selanjutnya Hamzah dalam jurnal PGSD menyebutkan bahwa “Inside Outside Circle merupakan pembelajaran yang menepatkan siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara singkat dan teratur dengan pola lingkaran dalam dan lingkaran luar. Andhika dalam jurnal PGSD menyatakan Model pembelajaran Inside Outside Circle berlandaskan kepada pendekatan kontruktivisme yang didasari pada kepercayaan bahwa siswa mengkontruksi pemahaman konsep dengan

7

AnitaLie, Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal: 4


(32)

memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada8. Inside Outside Circle juga melibatkan nilai-nilai kooperatif dalam peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle adalah model pembelajaran kooperatif yang berbentuk kelompok lingkaran dalam dan lingkaran luar yang menekankan aktivitas siswa untuk aktif dalam berbagai informasi dengan temannya, dengan menggunakan rentang waktu setiap kali terjadi perputaran lingkaran.

Dalam model kooperatif Tipe Inside Outside Circle siswa dituntut untuk bekerja kelompok, sehingga dapat memperkuat hubungan antar individu. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle memerlukan keterampilan berkomunikasi dan proses kelompok yang baik.

Beberapa yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran cooperative teknik Inside Outside circle tersebut antara lain :

1) Perangkat pembelajran

2) Membentuk kelompok kooperatif 3) Mengatur tempat duduk

4) Kerja kelompok

Adapun langkah-langkah model pembelajaran tipe Inside Outside Circle adalah sebagai berikut9:

1) Lingkaran individu

a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkari dan menghadap keluar.

8

Pande Rahmalika, Oka Negara, Semara Putra, Pengaruh Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dengan Time Berbantuan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V Gugus 2 Denpasar Timur, (E-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol. 2 No. 1 Tahun 2014), hal: 3

9

AnitaLie, Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo, 2002), hal: 64-65


(33)

16

b) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada dilingkaran dalam.

c) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagai informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

d) Kemudian, siswa yang berada dilingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang searah berputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. e) Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang

membagikan informasi. Demikian seterusnya. 2) Lingkaran kelompok

a) Satu kelompok berdiri dilingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok yang lain berdiri dilingkaran besar.

b) Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi.

Ada beberapa keuntungan pembelajaran Inside Outside Circle ( IOC), yaitu10:

1) Mengajarkan siswa lebih percaya kepada guru dan lebih percaya kepada kemampuan sendiri untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.

2) Membantu siswa menghormati yang pintar dan siswa yang lemah serta menerima perbedaan itu.

3) Mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat dan membantu siswa pintar mengidentifikasi masalah dalam pemahaman pembelajaran.

10

Valensy Rachmedita “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Inside Outside Circle (IOC) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Wiyata Karya Natar Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi pada Universitas Lampung 2014, hal: 13


(34)

4) Mendorong siswa mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

5) Interaksi yang terjadi membantu memotivasi siswa dalam berfikir.

Adapun beberapa keterbatasan model pembelajaran cooperative teknik Inside Outside Circle adalah:

1) Beberapa siswa mungkin pada awalnya enggan mengeluarkan ide

2) Sulit membentuk kerja kelompok yang dapat bekerja sama secara harmonis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inside outside circle adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berbagi informasi secara bersamaan dan melibatkan lebih banyak siswa yang menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Menurut Oemar Hamalik “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”.11 Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu ilmu yang sudah di pelajari. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa

11


(35)

18

keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik.

Menurut Winkel (dalam Riyanto) “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengatahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas”12.

Menurut Hilgard dan Bower (dalam Ngalim) “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang”13.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah di laksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat di lihat dalam bentuk angka-angka.

Menurut Gagne dalam jurnal Purwanto, “hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan sekama yang terorganisasi untuk

12

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang efektif dan Berkualitas. (Jakarta: Kencana, 2009), hal: 5

13

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet: 24) hal: 84


(36)

mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan di antara kategori-kategori. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang”14.

Menurut Gagne dan Driscool mengatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dick dan Reiser mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki sebagai siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Mereka membedakan hasil belajar atas empat macam, yaitu: (1) pengetahuan, (2) keterampilan intelektual, (3) keterampilan motorik, dan (5) sikap”15.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan perubahan tingkah laku yang meliputi: pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat, dan bakat. Dalam dunia pendidikan prestasi belajar digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan yang berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Suryabrata dalam jurnal Djamaah Sopah “faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran)”.

Menurut Ngalim Purwanto faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut16:

14

Purwanto, Jurnal Tektodik. Tujuan Pendidikan Dan Hasil Belajar, (Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Koomunikasi Dan Informasi Pendidikan, 2005) Hal: 153

15

Djamaah Sopah, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Badan Penenlitian Dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Tahun Ke-5, No.022), Hal: 126

16

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet: 24) hal: 106-107


(37)

20

1. Faktor row input (yakni faktor peserta didik/ anak itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam kondisi fisikologis, maupun kondsi psikologi.

2. Faktor environmental input (faktor lingkungan) baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

3. Faktor Instrumental Input, yang didalamnya antara lain terdiri dari: a. Kurikulum

b. Program/bahan pengajaran c. Sarana dan Fasilitas d. Guru

Jadi, yang mempengaruhi hasil belajar siswa, bukan hanya disebabkan pada kemampuan diri individu seperti minat, motivasi, bakat, dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi hasil belajar. Namun faktor eksternal saperti saran prasarana, perlengkapan belajar, materi pelajaran, dukungan sosial dan pengaruh budaya juga mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Uintuk itu antara faktor internal dan eksternal harus saling berkesinambungan agar hasil belaja peserta didik lebih meningkat.

d. Cara Mengukur Hasil Belajar IPS

Untuk bisa mengetahui berhasil tidaknya tujuan pembelajaran IPS perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif17. Pengukuran disini bisa dilakukan secara tertulis atau berdasarkan hasil pengamatan, untuk kemudian dituangkan dalam sekala penilaian atau skorsing. Pengukuran siafatnya relatif, karena komponen yang diukur disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Tidak semua materi pembelajaran IPS dipakai alat pengukuran yang sama.

17

Mudjiono, Dimiyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) cet: Ke-4, hal:192


(38)

Davies (dalam Dimyati & Mudjiono) “mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain”18. Atas dasar tersebut Zaenal Arifin mengemukakan maanfaat evaluasi adalah “untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran baik secara langsung ataupun tidak”19. Suatu unit pelajaran tertentu sebagai alat penilaian proses belajar mengajar. Sedangkan evaluasi sumatif dilaksanakan setiap akhir pengajaran. Seperti tengah semester atau akhir semester. Evaluasi merupakan suatu program yang mempunyai manfaat untuk menilai hasil pencapaian peserta didik terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam suatu periode tertentu.

Tes diberikan untuk mengukur potensi lebih lanjut setelah melaksanakan proses pada pembelajaran IPS. Teknik tes yang digunakan dalam evaluasi dapat dibedakan atas tes lisan, tes tindakan, dan tes tertulis20.

Cara mengukur hasil belajar bisa menggunakan tes yang sudah di standarisasi dan bisa juga tes di mana butir-butir tesnya dibuat sendiri oleh guru. Suatu tes harus memenuhi suatu persyaratan yaitu: memiliki validitas (artinya bila diujicoba dimana saja, kapan saja dan pada kondisi apapun) pada objek yang standar/sejenis bisa dilaksanakan bersifat reliabilitas dalam pengertian tetap tidak berubah-ubah, objektiv, praktis, dan ekonomis.

Tes yang diberikan kepada peserta didik dalam penelitian ini di buat dan dilakukan oleh guru sendiri, dengan memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh instansi terkait. Tes yang diberikan kepada peserta didik sifatnya lisan dan tertulis. Tes lisan diberikan dengan tujuan mendapatkan hasil belajar siswa dalam hasil sikap, perilaku

18

Mudjiono, Dimiyati, Belajar dan Pembelajaran. hal: 190 19

Zaenal Ariin, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal: 285

20


(39)

22

mencakup aspek efektif dan psikomotorik. Sedangkan tes tertulis lebih bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan kognitif peserta didik.

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs a. Pengertian ilmu pengetahuan social

Ilmu pengetahuan soaial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Menurut Etin Solihatin “Ilmu pengetahuan juga membahas antara manusia dan lingkungannya”21. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi dilingkungan sekitar. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih.

Terkait dengan pengertian tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas

21

Etin Sholihatin, dan Raharjo. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS.


(40)

dasar realitas dan fenomena sosial yang diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner, multidisipliner, atau transdisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya, psikologi sosial dan ekologi).

Salah satu karakteristik mata pelajaran IPS adalah materi-materi IPS disusun berdasar atas realita peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. Hal tersebut diperkuat oleh Trianto yang mengemukakan beberapa karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs22 yaitu sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan penggabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. 2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial

berasal dari struktrur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi tema tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial juga menyangkut berbagai peristiwa, perubahan kehidupan masyarakat, masalah sosial masyarakat yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS di SMP adalah salah satu mata pelajaran yang merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.

b. Tujuan ilmu pengetahuan IPS

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial

22

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkata Satuan Pendidikan(KTSP). (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hal: 174-175


(41)

24

yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpah dirinya sendiri maupun yang menimpah masyarakat. Adapun tujuan Ilmu Pengetahuan IPS adalah23:

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui, pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan model yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah soial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat.

4. Manaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kitis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian betanggung jawab membanggun masyarakat.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8. Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di berikan.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai tujuan IPS di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

23


(42)

5. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Hopkins (dalam Sarwiji), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut24”.

Menurut Hopkins (dalam Sarwiji), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut (1) perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry om practice from within); (2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between scholl teachers and teacher educators); dan (3) bersifat fleksibel (a reflective practice made public).

Rochman Natawidjaya (dalam Sarwiji) tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran; (2) untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif; (3) untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut; (4) untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya; (5) untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis; dan (6) untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah,

24

Sarwiji Suwandi, Modul PLPG, Penelitian Tindakan Kelas, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2013), hal: 2


(43)

26

yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa dalam kegiatan penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu yang terjadi, maka sulit bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki sistem yang ada.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh:

1. Valensy Rachmedita Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Insede Outside Circle (IOC) Pada Mata Pelajaran IPS

Kelas VII SMP Wiyata Karya Natar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Permasalahan yang di ambil adalah pengaruh minat belajar sisiwa terhadap pelajaran IPS. Hasil penelitian adalah Ada pengaruh yang positif dari penerapan model pembelajaran cooperative tipe inside outside circle terhadap meningkatnya minat belajar siswa, dengan ada peningkatan dari persentase pengukuran minat belajar siswa sebelum pembelajaran kategori tinggi atau positif sebesar 37,04% dan pengukuran sesudah pembelajaran kategori tinggi atau positif sebesar 55,56%. Hal itu berarti ada peningkatan persentase minat kategori tinggi atau positif sebesar 18,52%.

2. Pande Rahmalika, Oka Negara, Semara Putra Jurnal berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dengan Time Berbantuan Multimedia Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus 2 Denpasar Timur”. Permasalahan yang diambil adalah dalam pembelajaran IPA pengajar menggunakan model pembelajaran ceramah dan diskusi. Hasil uji perbedaan dua rata-rata pada data post test diperoleh thitung = 4,7003 > ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 0,05 berarti dari uji yang dilakukan menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil tipe Inside


(44)

Outside Circle dengan Time berbantuan Multimedia lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Konvensional. 3. Md. Edi Andhika, I Wyn. Rinda Suardika, I Km. N. Wiyasa Jurnal berjudul:

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Berbasis Media Audio Visual Animation Terhadap Hasil Belajar IPS” Permasalahan yang di ambil adalah Bagaimana usaha untuk menginovasi proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Instrument pokok dalam penelitian ini hasil belajar IPS siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis ditemukan hasil sebagai berikut, rerata pretest kelompok eksperimen 57.22 dan kelompok kontrol 58.1. setelah dilaksanakan penelitian didapatkan hasil rerata posttest kelompok eksperimen 81,36 dan kelompok kontrol 76,93. Dari rerata pretest dan posttest didapatkan rerata skor N-Gain Ternormalisasi kelompok eksperimen 0.560 dan kelompok kontrol 0.441. Uji hipotesis dilakukan pada skor posttest dan skor N- Gain ternormalisasi dengan hasil yaitu: hasil uji-t pada posttest thit (4,00) > ttab (2,00) dan Hasil perhitungan uji-t pada NGain ternormalisasi thit (4,23) > ttab (2,00). Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle berbasis media audio visual Animation dengan pembelajaran Konvensional.

C. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran IPS yang dilakukan secara konvensional mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya yang digunakan adalah dengan menggunakan model yang tepat.

Model pembelajaran Kooperatif tipe inside outside circle merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang ciri khasnya adalah dengan membuat lingkaran besar dan lingkaran kecil kemudian siswa berbagi informasi secara


(45)

28

bersamaan berdasarkan hasil diskusi kelompoknya ke kelompok lain. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok, Selain itu pada penerapan ini dengan membuat inside outside circle membuat siswa tertarik belajar dan tidak membuat jenuh belajar sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yaitu perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu dan usaha yang dilakukan.

Atas dasar itulah, peneliti mengadakan penelitian pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatiftipe inside outside circle untuk meningkatkan hasil belajar yang signifikan dalam pembelajaran IPS. Gb.1.

Gb. 1 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini

adalah: “Dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle hasil belajar siswa IPS kelas VII-B SMP Muhammadiyah 17 Ciputat meningkat.

GURU IPS

Proses Pembelajaran IPS

Dengan Menggunakan

Model Inside Outside

Circle

Hasil Belajar siswa

Meningkat


(46)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian akan dilakasanakan pada semester genap (2) bulan Febuari-Mei. Tahun Pelajaran 2014/2015.

Tabel 3.1

Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Penelitian tindakan kelas adalah suatu percermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle .


(47)

30

C. Penelitian Tindak Kelas (Classroom Action Research) 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Sarwiji mengungkapkan bahwa “Penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian yang bersifat reflektif”1

.Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan siklus berikutnya (siklus kedua) sampai mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan dapat diatasi).

2. Metode Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa ahli yang mengemukakan metode penelitian tindakan dengan bagan yang perbedaan, namun secara garis besar terdapat empat tahap yang lazim, dilalui yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi2. Adapun model dan penjelas untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1

Sarwiji Suwandi, Modul PLPG, Penelitian Tindakan Kelas dan PenulisanKarya Ilmiah, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2008), hal: 16

2

Suharsimi arikunto, Suhardjono, dan supardi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal: 16


(48)

Bagan 3.1

Metode Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan MC Taggrat.

SIKLUS I

SIKLUS II

Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planing)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana, tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik dan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap II: Pelaksanakan Tindakan (Akting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas, hal yang berupa di ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi pula harus berlaku wajar, tidak di buat-buat. Dalam refleksi, berkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sikron dengan maksud semula.

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Perencanaan

Refleksi Perencanaan

Pengamatan Perencanaan


(49)

32

Tahap III: Pengamatan (observation)

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana, yang status sebagai pengamat agar

melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan

berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Tahap IV: Refleksi (Reflection)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang dia lakukan, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan

“dialog” untuk menemukan hal-hal yang sudah.

Jika peneliti tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksani terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada diri sendiri apabila akan melakukan pada kesempatan lain. Catatan-catatan yang terpenting yang dibuat sebaiknya serinci mungkin sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak menjumpai kesulitan.

D. Subjek atau Pratisipan Yang Terlibat

Subjek peneliti ini adalah semua siswa/I kelas VIIb SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berjumlah 37 siswa.


(50)

E. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peneliti berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang berkaloborasi dengan guru IPS yang bersangkutan.

F. Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrument Tes

Tes yang dilakukan pada setiap siklus yang sebelum pembelajaran (Pretest) dialakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang akan disampaikan sebelum dilakukan pembelajaran, tes yang dilakukan sesudah pembelajaran (Posttest) pada akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle. Pretest dan Posttest dilakukan untuk mengetahui ada tindakannya peningkatan hasil belajar siswa dengan di terapkan adanya model pembelajaran Inside Outside Circle .

Tes yang di gunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda tentang Bab Pola Kegiatan Ekonomi. Siklus I dan siklus II terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum pelajaran di berikan kepada peserta didik, karena itu maka butiran-butiran soalnya dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (posttest) adalah bahan-bahan belajar yang tergolong penting yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini di buat sama dengan naskah tes awal3.

3

Basma, Rahman, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Think Pair Share Dalam Meningkatkan Hasil Belajars Siswa MTsN 2 Ciganjur Jakarta Selatan”, Skripsi pada UIN Syari Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013


(51)

34

Table 3.2

Kisi-kisi Isntrumen Tes Hasil Belajar IPS

Siklus I

Table 3.3

Kisi-kisi Isntrumen Tes Hasil Belajar IPS

Siklus II

Sandar Kompetensi

Kompetensi dasar

Indikator No

soal Bentuk soal Memahami kegiatan ekonomi masyarakat Mendeskripsikan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

- Mendeskripsikan mata pencaharian penduduk dibidang pertanian dan non pertanian

5 Pilihan Ganda

- Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di desa

3, 6, 7, 8, 9, 11, 15, 16, 19 - Mendiskripsikan bentuk

penggunaan lahan di kota

17, 18, - Mendiskripsikan

macam-macam pola pemukiman penduduk di pedesaan

1, 4, 12, 13,

- Mendiskripsikan macam-macam pola pemukiman penduduk diperkotaan

1, 2, 10, 14, 20, Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator No soal Bentuk

soal Memahami kegiatan ekonomi masyarakat Mendeskripsi kan pola kegiatan ekonomi penduduk dan penggunaan lahan

- Mendeskripsikan mata pencaharian penduduk dibidang pertanian dan non pertanian

1, 14, 16, 18, 19, 20

Pilihan Ganda

- Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan untuk pertanian

2, 3, 4, 5, 6, 7, 12, 13

- Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan non pertanian

10, - Mendeskripsikan

macam-macam pola pemukiman penduduk

8, 9, 11, 15, 17


(52)

2. Instrument Non Tes

Instrument non tes yang digunakan adalah sebgai berikut: a. Lembar Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan4.

Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi siswa dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatan. Teknik ini digunakan untuk mengamati :

a) Tingkah laku siswa pada waktu belajar. b) Tingkah laku guru pada waktu mengajar.

c) Kegiatan diskusi siswa, dan Partisipasi aktif siswa saat pembelajaran. Kegiatan pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan, dimana peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran (tindakan).

Tabel 3.4

Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran

No Aspek

Nilai

Ket SB B C K 1. Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan

siswa 2. Apersepsi

3. Menjelaskan model pembelajaran Inside Outside Circle

4

Sugiyino, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet: ke-15, hal: 317


(53)

36

4. Menyampaikan materi yang akan diajarkan 5. Pengelolaan kegiatan pembelajaran

6. Pembagian kelompok dengan menerapkan Inside Outside Circle

7. Pemberian tugas kepada setiap kelompok 8. Guru membimbing setiap kelompok

9. Setiap kelompok menjelaskan tugas yang diberikan guru kepada anggota kelompoknya

10. Setelah semua mendaptkan giliran Guru dan Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek

Nilai

Ket SB B C K 1. Melaksanakan tes awal (Pretest)

2. Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

3. Semangat dan antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar

4. Membaca dan mempelajari kembali materi yang diajarkan

5. Komunikasi dan kerjasama sangat baik dan sempurna pada masing-masing siswa.

6. Siswa melaksanakan kegiatan Inside Outside Circle 7. Aktif mengajukan pertanyaan

8. Aktif mengungkapkan pendapat 9. Menjawab pertayaan dari guru 10. Melaksanakan tes akhir (Posttest)


(54)

Table 3.6

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek Observasi

Nilai Ket

SB B C K 1. Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan

siswa untuk mengikuti proses pembelajaran 2. Apersepsi

3. Menyampaikan tujuan indikator pokok bahasan yang akan dipelajari siswa hari ini.

4. Menjelaskan materi pembelajaran

5. Penggunaan media atau alat pembelajaran yang sesuai dengan indikator bahan ajar

6. penjelasan model pembelajaran Inside Outside Circle

7. Teknik menyampaikan/menjelaskan materi

8. Pengelolahan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Inside Outside Circle

9. Bimbingan kepada kelompok-kelompok

10. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat

11. Mengamati kesulitan dan kemajuan belajar siswa 12. Membahas hasil kerja kelompok siswa

13. Kemampuan memberikan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai 14. Guru dan siswa membuat kesimpulan

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa dan aspek lainya yang perlu dicatat.


(55)

38

Table 3.7

Catatan lapangan kegiatan belajar siswa

No Aspek yang diamati Hasil pengamatan

1. Proses pembelajaran 2. Kegiatan siswa 3. Kegiatan guru 4. Interaksi antar siswa

5. Interaksi siswa dengan guru 6. Kondisi kelas

7. Waktu

8 Hasil belajar siswa

c. Lembar Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam5.

Kegiatan wawancara sangat erat kaitannya dengan proses observasi yang dilakukan terhadap guru dan siswa sampai memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, penentuan tindakan dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai kesulitan dan hambatan dalam proses pembelajaran serta tanggapan siswa tentang model mengajar yang digunakan.

Table 3.8

Petikan Wawancara Dengan Siswa/I Sebelum Tindakan Penelitian

No Aspek yang ditanya Tanggapan

1 Apakah kamu menyukai pelajaran IPS? 2 Bagaimana perasaan kamu jika belajar IPS

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi ?

5


(56)

3 Apakah kamu berusaha belajar jika kesulitan dalam pelajaran IPS?

4 Apakah kamu sering bertanya jika kurang memahami pelajaran IPS?

5 Bagaimana sikap kamu jika guru IPS tidak hadir ?

6 Apakah kamu sering mengerjakan tugas pelajaran IPS ?

7 Apakah kamu sering menjawab pertanyaan yang disampaikan guru IPS ?

8 Bagaimana sikap kamu jika guru mengajar menggunakan model pembelajaran dalam pelajaranIPS ?

9 Bagaimana sikap kamu jika diminta menyimpulakan pelajaran yang sudah di sampaikan oleh guru IPS ?

10 Bagaimana hasil belajar IPS kamu ?

Table 3.9

Petikan Wawancara Dengan Siswa/I Setelah Tindakan Penelitian

No Aspek yang ditanya Tanggapan

1 Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan menggunakan model IOC ?

2 Model pembelajaran manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti biasa seperti ceramah dan Tanya jawab atau pembelajaran koopertatif tipe IOC ?

3 Bagian mana yang kamu sukai atau tidak kamu sukai dari model pembelajaran IOC ? 4 Perbedaan apa yang kamu rasakan setelah


(57)

40

pembelajaran IOC ?

5 Adakah kemajuan yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan model pembelajaran IOC ini ?

6 Apakah kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran IOC ?

7 Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran IOC menjadi lebih baik ? apa saran kamu !

Table 3.10

Petikan Wawancara dengan guru IPS terkait masalah pengajaran di kelas

No Aspek yang ditanya Tanggapan

1 Bagaimana proses pembelajaran dikelas ? 2 Bagaimana hasil belajar siswa-siswi kelas

VII tanpa penerapan model pembelajaran ? 3 Model pembelajaran apa saja yang biasa

digunakan dalam pelajaran IPS ?

4 Apakah model pembelajaran tersebut efektif diterapkan pada mata pelajaran IPS ?

5 Apakah hambatan yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar ips berlangsung ? 6 Bagaimana hasil belajar IPS siswa (tinggi

atau rendah) ?

7 Apakah anda sudah mengenal model pembelajaran IOC ?

8 Apakah model pembelajaran IOC efektif diterapkan pada mata pelajaran IPS


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar matemetika siswa (penelitian tindakan kelas di SMP Islam al-Ikhlas Cipete)

1 9 47

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

Penerapan model pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep termokimia

0 2 18

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0