Metode Komparatif Muqarrin Metode Analisis Data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari definisi tersebut, dapat terlihat jelas bahwasannya tafsir dengan menggunakan metode komparatif mempunyai cakupan yang sangat luas, tidak hanya membandingkan ayat dengan ayat, melainkan juga membandingkan ayat dengan hadith serta membandingkan pendapat para mufasir dalam menafsirkan ayat al-Qur ’an. 26  Kelebihan Metode Muqarin A. Memberikan wawasan penafsiran al- Qur’an yang bersifat relative dibanding dengan menggunakan metode-metode yang lain. B. Dapat mengetahui suatu kedisiplinan ilmu pengetahuan didalam al-Qur ’an, sehingga kita tidak akan menganggap al-Qur’an itu sempit. C. Dapat menjadikan sikap toleran dan memahami seseorang yang bersifat fanatik terhadap madzab tertentu tentang penafsiran al-Qur ’an. D. Mufasir akan lebih berhati-hati dalam menafsirakan al- Qur’an dengan mengkaji berbagai ayat dan hadist-hadist serta pendapat- pendapat mufassir sehingga penafsiran yang diberikan akan relative terjamin kebenarannya. 27 26 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, 65. 27 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, 142-143. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id  Kekurangan Metode Muqarin 28 A. Akan mengakibatkan kesalah pahaman bahkan akan bersikap fanatik terhadap madzab tertentu bagi pemula yang menggunakan metode muqarin. B. Metode komparatif lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah, maka kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh dimasyarakat. C. Terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru. Dari definisi, kelebihan, dan kekurangan diatas, terlihat metode muqarin komparatif memiliki cakupan yang sangat luas apabila dibandingkan dengan metode tafsir yang lain. Metode ini dapat mengembangkan pemikiran tafsir yang rasional dan objektif sehingga mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif yang berhubungan dengan latar belakang dan dapat dijadikan perbandingan dan pelajaran dalam penafsiran. Setelah memperhatikan cakupan tafsir komparatif yang demikian luas bagaimana diuraikan di muka, tampak kepada kita bahwa tafsir komparatif ini amat penting, terutama bagi mereka yang ingin melakukan studi lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang luas berkenaan dengan 28 Ibid., 143-144. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id penafsiran suatu ayat dengan mengajinya dari berbagai disiplin ilmu sesuai dengan muatan dan konteks ayat tersebut. Penafsiran serupa ini sulit menjumpainya di dalam metode-metode lainnya. Bahwa metode komparatif ini amat penting posisinya, terutama dalam rangka mengembangkan pemikiran tafsir yang rasional dan objektif, sehingga kita mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif berkenaan dengan latar belakang lahirnya penafsiran dan sekaligus dapat dijadikan perbandingan dan pelajaran dalam mengembangkan penafsiran al-Quran pada periode-periode selanjutnya. 29

b. Metode Deskriptif Kualitatif

Deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya dengan menuturkan atau menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. 30 Penelitian Deskritif Kualitatif yakni penelitian berupaya untuk mendeskripsikan yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif akualitatif 29 Nashruddin Baidan, Metodolog Penafsiran Al-Quran Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,1998, 144-145. 30 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2002, 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. 31

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar penulisan ini dapat menunjukkan adanya kesatuan, keterkaitan, dan keteraturan sistematika dalam mendukung dan mengarahkan pada pokok permasalahan yang diteliti, maka perlu dibuat suatu sistematika sebagai pedoman penulisan. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab, dengan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab. Bab pertama berisi pendahuluan untuk mengantarkan pembahasan skripsi secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identitas masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisi tentang tinjauan umum tentang tafsir Ibnu Kathir dan biografi Ibnu Kathir, guru-gurunya,karya-karyanya serta pemikirannya, serta tafsir Ahmad Musthafa Al-Maraghi, biografi Ahmad Must}afa Al-Maraghi dan karya-karyanya serta pemikirannya. Bab ketiga membahas analisa, penafsiran ghad} al-bas}ar dalam pandangan Ibnu Kathir, penafsiran ghad} al-bas}ar dalam pandangan Ahmad Must}afa al-Maraghi, serta persamaan dan perbedaan pandangan Ibnu Kathir dan Ahmad Must}afa al-Maraghi dan implementasinya. Bab keempat adalah penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. 31 Convelo G Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian Jakarta: Universitas Islam, 1993, 5. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAFSIR IBNU

KATHIR DAN TAFSIR AL-MARAGHI

A. TAFSIR IBNU KATHIR

1. Biografi Ibnu Kathir

Nama kecil Ibnu Kathîr adalah ismâ‘îl. Nama lengkapnya Ismail bin ‘Amr al-Qurasy bin Kathir al –Basri al-Dimasyqi Imaduddin Abu al-Fida’ al-Hafidz al- Muhaddits as- Shafi’i. Ibnu Kathîr dilahirkan di desa Mijdal dalam wilayah Bushra Bashrah, tahun 700 H.1301M ,oleh karena itu, ia mendapat predikat al Bushrawi orang bushrawi. 1 Ibnu Kathir adalah anak dari Shihab ad-Din Abu Hafsh Amar Ibn Kathir ibn Dhaw ibn Zara’ al-Quraisyi, yang merupakan seorang ulama terkemuka pada masanya. Ayahnya bermazhab sh afi’i dan pernah mendalami mazhab hanafi. 2 menginjak masa kanak-kanak, ayahnya sudah meninggal dunia. Kemudian Ibnu Kathir tinggal bersama kakaknya Kamal ad-Din Abd Wahhab dari desanya ke Damaskus. Di kota inilah Ibnu Kathir tinggal hingga akhir hayatnya. 3 1 Menurut Manna al-Qathan, 386. 2 Ibn Kathir , al-Bidayahwa al-Nihayah, Jilid XIV Beirut: Dar al-Fikr , 32. 3 Ibid.,.46 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Hal yang sangat menguntungkan bagi Ibnu Kathir dalam pengembangan karir keilmuan, adalah kenyataan bahwa dimasa pemerintah dinasti mamluk merupakan pusat studi islam seperti madrasah-madrasah, masjid-masjid berkembang pesat. Perhatian penguasa pusat di mesir maupun penguasa daerah Damaskus sangat besar terhadap studi islam. Banyak ulama yang ternama lahir pada masa ini, yang akhirnya menjadi tempat Ibnu Kathir menimba ilmu. Selain di dunia keilmuan, Ibnu Kathir juga terlibat dalam urusan kenegaraan. Tercatat aktifitasnya pada bidang ini, seperti pada akhir tahun 741 h, beliau ikut dalam penyelidikan yang akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas sufi zindik yang menyatakan Tuhan pada dirinya hulul. Tahun 752 H, beliau berhasil menggagalkan pemberontakan Amir Baibughah ‘Urs, pada masa Khalifah Mu’tadid. Bersama ulam lainnya, pada tahun 759 H Ibnu Kathir pernah diminta Amir Munjak untuk mengesahkan beberapa kebijaksanaan dalam memberantas korupsi, dan peristiwa kenegaraan lainnya. Ibnu Kathir mendapat gelar keilmuan dari para ulama sebagai kesaksian atas keahliannya dalam beberapa bidang ilmu yang digeluti, Berkat kegigihan dalam menimba ilmu, beliau menjadi ahli Tafsir ternama, ahli Hadith, Sejarawan dan ahli Fiqih besar abad ke-8 H , antara lain ia mendapat gelar seorang ahli sejarah, pakar tafsir, ahli fiqih,dan juga seorang yang ahli dalam bidang hadith. Sebagaimana yang dikatakan oleh Manna’ al-Qathan dalam Mabahits fil Ulum al- Qur’an, sebagai berikut: