PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CD INTERAKTIF MATERI IPA GAYA DAN TEKANAN DI SMPN 5 BLAMBANGAN UMPU

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CD INTERAKTIF MATERI

IPA GAYA DAN TEKANAN DI SMPN 5 BLAMBANGAN

UMPU

Oleh

Susana Ekawati

0823011120

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CD INTERAKTIF MATERI IPA GAYA DAN TEKANAN DI SMPN 5 BLAMBANGAN UMPU

Oleh Susana Ekawati

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui potensi dan kondisi media pembelajaran yang digunakan guru SMPN 5 Blambangan Umpu, (2) mengembangkan produk multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika (3) mengetahui efektivitas multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada pembelajaran IPA Fisika, (4) mengetahui efisiensi multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada pembelajaran IPA Fisika (5) mengetahui kemenarikan multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada pembelajaran IPA Fisika.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall yang meliputi penelitian dan pengumpulan data (analisis kebutuhan), perencanaan, pembuatan produk awal, uji coba awal, perbaikan produk awal, uji coba lapangan dan perbaikan produk operasional. Penelitian dilakukan di SMPN 5 Blambangan umpu pada siswa kelas VIII. Pengumpulan data menggunakan hasil wawancara, lembar observasi, angket dan hasil tes tertulis pretestposttest. Analisis data dilakukan dengan uji t-test.

Hasil penelitian yang didapat yaitu (1) perlu dikembangkan produk multimedia interaktif berupa CD Interaktif materi Gaya dan Tekanan untuk siswa kelas VIII, (2) CD Interaktif efektif digunakan di SMPN 5 Blambangan Umpu dengan rata-rata gain sebesar 22,37 dari perbandingan hasil posttest kelas kontrol dan eksperimen, (3) CD Interaktif efisien digunakan di SMPN 5 Blambangan Umpu dengan rata-rata efisiensi pembelajaran sebesar 2, (4) CD Interaktif menarik digunakan di SMPN 5 Blambangan Umpu dengan persentase kemenarikan sebesar 88,3 %.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Berbantuan Komputer ... 11

2.1.1 Definisi Pembelajaran Berbantuan Komputer ... 11

2.1.2 Manfaat Pembelajaran Berbantuan Komputer... 14

2.1.3 Fungsi Media Pembelajaran Komputer dalam pembelajaran ... 16

2.1.4 Model-model Pembelajaran Berbantuan Komputer . 18 2.2 Definisi Multimedia Interaktif ... 23

2.3 Teori- teori belajar dan Pembelajaran dalam Pembelajaran Berbantuan Komputer ... 25

2.4 Teori Desain Pembelajaran ... 34

2.5 Desain Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer ... 38

2.6 Kriteria Media Pembelajaran BerbasisKomputer ... 44

2.7 Pembelajaran IPA Di SMP ... 47

2.7.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SMP ... 47

2.7.2 Materi Gaya dan Tekanan ... 49

2.8 Produk yang dihasilkan ... 51

2.9 Hasil Penelitian yang Relevan ... 52


(7)

III. METODEPENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 55

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

3.3 Langkah-langkah Penelitian... 57

3.3.1 Penelitian dan Pengumpulan data awal ... 58

3.3.2 Perencanaan ... 58

3.3.3 Pembuatan produk awal ... 59

3.3.4 Uji coba awal ... 60

3.3.5 Produk Pengembangan ... 60

3.3.6 Perbaikan Produk Operasional ... 62

3.3.7 Produk Akhir ... 62

3.4 Populasi dan Sampel ... 62

3.4.1 Sampel Penelitian da Pengumpulan data awal ... 62

3.4.2 Sampel Uji Coba Terbatas ... 63

3.4.3 Sampel Evaluasi ahli ... 63

3.4.4 Sampel Uji Coba Lapangan ... 63

3.4.5 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.4.6 Definisi Konseptual dan Operasional CD ... 65

3.4.7 Definisi Konseptual dan Operasional Efektivitas .... 65

3.4.8 Definisi Konseptual dan Operasional Efisiensi ... 66

3.4.9 Definisi Konseptual dan Operasional kemenarikan . 66 3.5. Kisi-Kisi Instrumen ... 67

3.5.1. Kisi-kisi penelitian dan penumpulan data awal ... 67

3.5.2. Model Rancangan Eksperimen untuk Menguji Produk ... 72

3.5.3. Teknik Analisis Data ... 72

IV. HASIL DAN PEMBAHASANPENGEMBANGAN 4.1. Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Hasil Deskripsi Potensi dan Kondisi Media ... 75

4.1.2 Proses pengembangan Bahan Ajar CD Interaktif ... 77

1. Mereview produk yang telah ada... 77

2. Perencanaan dan pengumpulan data ... 78

2.1 Garis Besar Isi Multimedia ... 79

2.2 Pengumpulan Bahan sesuai produk ... 79

2.3 Flowchart Produk Multimedia ... 81

2.4 Storyboard Produk Multimedia ... 82

2.5 Pemrograman ... 83

4.1.3 Pembuatan Produk Awal dan Validasi Ahli ... 84

1. Tinjauan dari ahli desain ... 84

2. Tinjauan dari ahli Materi ... 86


(8)

1. Uji Coba Perorangan ... 89

2. Uji Coba Kelompok Kecil ... 91

3. Uji Coba Lapangan ... 94

3.1 Peningkatan Kemampuan ... 95

3.2 Efisiensi Pembelajaran ... 97

3.3 Daya Tarik ... 100

4.1.5 Produk Akhir ... 101

4.2 Pembahasan Produk ... 102

4.2.1 Fungsi Produk ... 102

4.2.2 Aspek Efektivitas pada peningkatan kemampuan ... 102

4.2.3 Aspek Efisiensi pada penghematanWaktu ... 106

4.2.4 Aspek Kemenarikan ... 108

4.2.5 Aplikasi Teori Belajar dalam CD Interaktif ... 110

4.2.6 Kesesuaian Produk Yang dihasilkan ... 112

4.2.7 Keunggulan dan KeterbatasanProduk ... 113

4.2.8 Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ... 113

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Implikasi ... 116

5.3 Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan salah satunya agar siswa memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (BSNP, 2006:155).

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya melalui inovasi-inovasi strategi pembelajaran khususnya oleh guru yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar siswa memperoleh pembelajaran melalui proses pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna dan diselenggarakan secara interaktif, aspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis siswa. Karena “seorang siswa akan belajar lebih baik dan lebih bermakna apabila anak mengalami apa yang dipelajari dan bukan sekedar mengetahuinya (Depdiknas, 2002 : 1).


(10)

Proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu selama ini cenderung masih belum maksimal. Metode pembelajaran yang di gunakan masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru sehingga motivasi untuk belajar IPA pun rendah. Pembelajaran IPA yang seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung dengan menekankan konsep IPA seperti praktikum jarang dilakukan karena keterbatasan waktu, alat, bahan serta kemampuan dalam menggunakan alat. Di samping itu, ketiadaan bahan ajar lain selain buku paket yang dapat digunakan siswa belajar mandiri dan terbatasnya waktu tatap muka menambah permasalahan lainnya.

Pembelajaran IPA khususnya Fisika pada materi Gaya dan Tekanan merupakan materi yang sangat penting, karena termasuk ke dalam SKL Ujian Nasional dan Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Fisika baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional maupun internasional. Akan tetapi hasil belajar pada materi IPA tersebut rendah. Hasil observasi hasil belajar siswa dari Ulangan Harian selama dua tahun terakhir yaitu 2009/2010 dan 2010/2011 menunjukkan banyak siswa dengan hasil belajar di bawah nilai ketuntasan KKM. Hasil tersebut didukung dari hasil tes pendahuluan yang dilakukan dalam kegiatan analisis kebutuhan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran IPA pada materi gaya dan tekanan di dapatkan temuan sebagai berikut:


(11)

Tabel 1.1 Hasil Analisis Kebutuhan tes prestasi belajar IPA siswa

Nilai Jumlah Prosentase (%)

<65 19 68

≥ 65 9 32

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui sekitar 32 % siswa yang berhasil melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal pada kompetensi dasar memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari - hari, yaitu 65.

Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan kurangnya pemahaman konsep mengenai materi tersebut akibat pembelajaran yang berlangsung sering menggunakan metode konvensional. Dari hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan saat ini hanya bersumber pada buku paket, tidak ada bahan ajar tambahan sehingga sumber belajar yang ada terbatas. Bahan ajar lain seperti media pembelajaran juga jarang digunakan. Hal itu menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang termotivasi belajar.

Pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa untuk memperoleh pengetahuan disertai adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Pembelajaran IPA lebih ditekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah melalui kegiatan praktikum sebagaimana disyaratkan BSNP (2006:155) :

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara


(12)

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Selain itu, pembelajaran IPA juga dapat dilaksanakan secara variatif yang idealnya memiliki efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang baik yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa misalnya pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau media pembelajaran berbantuan komputer.

Menurut Briggs (1977) : Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media dapat berupa segala sesuatu yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian , kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar seperti video, gambar, audio, buku dan film. Berdasarkan fungsinya dalam pembelajaran maka media dibedakan menjadi tiga yaitu tambahan (suplemen), pelengkap (komplemen), dan pengganti (subtitusi).

Pembelajaran berbantuan komputer bukan hal baru di dunia pendidikan. TIK selalu diintergrasikan dalam pembelajaran apapun sebagai inovasi pembelajaran abad ke -21 yaitu era teknologi, termasuk dalam pembelajaran IPA. TIK sangat berperan penting dalam perkembangan peningkatan kualitas pembelajaran, mempermudah siswa belajar dan meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam pembelajaran IPA. Komputer yang merupakan bagian dari perangkat TIK menjadi fokus dalam penelitian ini. Komputer digunakan sebagai media penyampai pesan.


(13)

SMPN 5 Blambangan Umpu merupakan sekolah yang memiliki potensi pengintegrasian TIK dalam pembelajaran karena terdapat sarana prasarana berupa LCD, Laptop dan Laboratorium Komputer yang jumlahnya memadai. Namun potensi tersebut belum diberdayakan secara optimal. Penggunaan media dalam pembelajaran IPA seperti powerpoint telah diupayakan dan memberi dampak yang baik terhadap peningkatan motivasi anak dan hasil belajarnya. Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dari media tersebut seperti kurangnya umpan balik, keleluasaan mengontrol dan fasilitas di dalamnya yang terbatas. Sehingga perlu dicari dan dikembangkan media pembelajaran lain yang bisa mengatasi permasalahan tersebut.

Multimedia Interaktif merupakan media yang saat ini sedang tren karena banyak keunggulan didalamnya. Menurut Riyana ( 2007 : 5), multimedia interaktif adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sedangkan menurut Tay (2000) dalam Pramono (2007:8), multimedia adalah kombinasi teks, grafik, suara, animasi dan video, dengan kata lain melibatkan seluruh aktivitas indera. Selain itu pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol, sehingga disebut multimedia interaktif. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika melibatkan aktivitas indera. Hal tersebut merupakan modalitas yang bila dioptimalkan dapat mempengaruhi konsentrasi siswa belajar (Susanto, 2006:36).


(14)

Magnesen dalam De Porter (2004 : 57) mendukung hal tersebut dengan

menyatakan; “Kita belajar : 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang

kitadengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita lakukan. Dengan rancangan pembelajaran komputer yang bersifat interaktif, akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, memberikan umpan balik secara langsung, memberikan kesempatan siswa menentukan sendiri percepatan belajarnya dan dapat melakukan self evaluation (evaluasi diri).

Pemilihan pengembangan media pembelajaran berbasis computer seperti multimedia interaktif didasarkan pada kelebihan dan manfaat computer dalam pembelajaran sebagaimana dikemukakan Pramono (2006:40):

Salah satu keunggulan computer dibandingkan dengan media yang lain adalah kemampuannyadalam menghadirkan suatu tiruan (model) dari suatu fenomena, peralatan, lab, atau percobaan. Tiruan atau model ini penting manakala kita ingin memberikan pembelajaran yang menyangkut sesuatu yang baik dari segi biaya, keamanan atau kendala-kendala lain yang sulit dihadirkan secara nyata

Keuntungan menggunakan multimedia interaktif ini dalam pembelajaran juga dinyatakan Sudjana dan Rivai (2002: 137 – 138), yaitu: 1) membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, 2) warna, musik, dan grafis animasi dapat menambahkan kesan realisme, 3) menghasilkan penguatan yang tinggi, 4) kemampuan penyimpanan memori memungkinkan penampilan siswa yang telah lampau direkam dan dipakai dalam merencanakan langkah – langkah selanjutnya di kemudian hari, 5) berguna sekali untuk siswa yang lamban, 6) kemampuan daya rekamnya memungkinkan pengajaran individual bias dilaksanakan, 7) rentang


(15)

pengawasan guru diperlebar sejalan dengan banyaknya informasi yang disajikan dengan mudah yang diatur oleh guru, dan membantu pengawasan lebih dekat kepada kontak langsung dengan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, belum adanya bahan ajar tambahan berupa multimedia interaktif di SMPN 5 Blambangan umpu dengan segala manfaat dan kelebihannya dalam pembelajaran, maka dilakukanlah penelitian dan pengembangan produk multimedia interaktif untuk mata pelajaran IPA Fisika materi gaya dan tekanan. Hasil analisis data disimpulkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif, efisien dan memiliki kemenarikan, salah satunya dengan menambahkan jenis bahan ajar mandiri yang mudah dimanfaatkan siswa yaitu berupa bahan ajar multimedia Interaktif. Produk hasil penelitian ini dikemas dalam bentuk CD Interaktif menggunakana plikasi Macromedia Flash Professional Versi 8 yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengatasi kesulitan guru dan siswa pada pembelajaran IPA, meningkatka nmotivasi belajar, menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta memberikan pengalaman belaja rmelalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang teridentifikasi dalam penelitian pengembangan ini adalah:


(16)

1) Masih rendahnya hasil belajar siswa pada materi gaya dan tekanan, Kompetensi Dasar Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari – hari.

2) Masih rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. 3) Kurangnya bahan ajar yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA . 4) Belum optimalnya pemanfaatan laboratorium dalam kegiatan praktikum

pembelajaran IPA.

5) Guru belum memanfaatkan alat peraga KIT pada pembelajaran IPA secara optimal.

6) Kurangnya alokasi waktu yang tersedia untuk pembelajaran IPA.

7) Belum tersedianya media pembelajaran komputer seperti multimedia interaktif sebagai pengganti pembelajaran menggunakan alat peraga KIT mata pelajaran IPA Fisika materi gaya dan tekanan untuk praktikum yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri.

8) Belum tersedianya media pembelajaran komputer seperti multimedia interaktif mata pelajaran IPA Fisika materi gaya dan tekanan untuk praktikum yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan pada penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada:

1) Belum tersedianya multimedia interaktif sebagai pengganti pembelajaran menggunakan alat peraga KIT mata pelajaran IPA Fisika materi gaya dan tekanan untuk praktikum yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri.


(17)

2) Belum tersedianya multimedia interaktif mata pelajaran IPA Fisika materi gaya dan tekanan untuk praktikum yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1) Bagaimana potensi dan kondisi media pembelajaran yang digunakan guru selama pembelajaran IPA materi gaya dan tekanan di SMPN 5 Blambangan Umpu selama ini?

2) Bagaimana mengembangkan multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu?

3) Bagaimana efektivitas multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu?

4) Bagaimana efisiensi multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu?

5) Bagaimana kemenarikan multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah untuk: 1) Menganalisis potensi dan kondisi media pembelajaran yang digunakan guru selama pembelajaran IPA materi gaya dan tekanan di SMPN 5 Blambangan Umpu selama ini?


(18)

2) Menghasilkan produk multimedia interaktif materi gaya dan tekanan mata pelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu.

3) Mengetahui efektivitas multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu. 4) Mengetahui efisiensi multimedia interaktif materi gaya dan tekanan

pada pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu. 5) Mengetahui kemenarikan multimedia interaktif materi gaya dan tekanan

pada pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian dan pengembangan ini bermanfaat sebagai pengembangan keilmuan dalam bidang teknologi pendidikan pada kawasan Pengembangan khususnya pengembangan multimedia interaktif untuk mata pelajaran IPA.

1.6.2 Manfaat Praktis

1) Bagi sekolah, tersedianya media pembelajaran yang efektif dan efisien memiliki kemenarikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

2) Bagi guru, tersedianya multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu. 3) Bagi siswa, multimedia interaktif materi gaya dan tekanan pada

pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu dapat memudahkan siswa belajar mandiri.


(19)

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pembelajaran Berbantuan Komputer

2.1.1 Definisi Pembelajaran Berbantuan Komputer

Istilah pembelajaran berbantuan komputer diterjemahkan dari CAI (Computer-Assisted Instruction), sering juga digunakan secara bergantian dengan istilah CBL (Computer-Based Learning) dan CBI (Computer-Based Instruction) (Riyana,2007:11).

Menurut Kemp& Dayton (1985: 40):

Computer Based Instruction refers to any application of computer technology to the instructional process. It includes using a computer to present information, to tutor a learner, to provide practice for developing a skill, to simulate a process which is being studied, and manipulate to solve problem.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbasis computer (Computer Based Instruction) menunjuk pada semua software pendidikan yang diakses melalui komputer dimana siswa dapat berinteraksi dengannya, salah satunya multimedia interaktif. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran kepada siswa baik berupa informasi maupun latihan soal untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan siswa melakukan aktivitas belajar dengan cara berinteraksi dengan sistem komputer.

UNESCO (2002) dalam Chaeruman (2007:52) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama, yaitu: 1) untuk membangun“knowledge-based society habits” seperti


(20)

kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengolah/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada orang lain; 2) untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan 3) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Menurut Jonassen (1995) dalam Chaeruman (2007:52) secara teoretis teknologi komputer memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar yang:

a. active; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.

b. constructive; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginantahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

c. collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya. d. intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias

berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

e. conversational; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik didalam maupun luar sekolah.


(21)

f. contextualized; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan “problem-based atau case-based learning

g. reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbantuan komputer bisa memberikan nilai-nilai positif seperti: (1) melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan dalam proses ini membantu melancarkan pembelajaran, (2) siswa bisa meneruskan pelajaran sesuai dengan tingkat kecepatan dan kemampuan belajar sendiri yang berarti memberi peluang untuk maju, baik mereka yang lambat maupun yang cepat (cemerlang), (3) penguatan (reinforcement) yang dalam teori belajar merupakan salah satu faktor yang mendukung pembelajaran yang efektif, dapat ditampilkan dengan segera dan sistematis, (4) simulasi melalui komputer memberikan bahan-bahan kimia yang mudah meledak dalam laboratorium yang disimulasikan tanpa membahayakan diri sendiri dan merusak lab, (5) pengajaran remedi atau pengulangan bagi siswa/pelajar yang belum mencapai prestasi yang memadai misalnya, PBK untuk mengejar ketinggalannya dengan belajar dan bekerja sendiri, dan 6) dapat berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik dengan menampilkan berbagai komponen media, seperti video, gambar, teks, animasi, dan suara sehingga dapat merangsang lebih banyak indra. Melalui video dan gambar, dapat ditampilkan kejadian


(22)

nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan siswa lebih mudah memahami materi.

De Porter, et. al. (2004) menyatakan bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif jika melibatkan aktivitas indera. Hal tersebut merupakan modalitas yaitu audio, visual dan kinestetik yang bila dioptimalkan dapat mempengaruhi konsentrasi siswa belajar (Susanto,2006). Magnesen dalam DePorter (2004 : 57) mendukung hal tersebut dengan menyatakan; “Kita belajar : 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita lakukan. Dengan rancangan pembelajaran komputer yang bersifat interaktif, akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, memberikan umpan balik secara langsung, memberikan kesempatan siswa menentukan sendiri percepatan belajarnya dan dapat melakukan self evaluation (evaluasi diri).

2.1.2 Manfaat Pembelajaran Berbantuan Komputer

Menurut Sudjana dan Rivai (2002: 137 – 138) ada beberapa keuntungan dalam mendayagunakan komputer dalam pembelajaran, yaitu: 1) membangkitkan motivasi kepada siswa dalam belajar, 2) warna, musik,dan grafis animasi dapat menambahkan kesan realisme, 3) menghasilkan penguatan yang tinggi, 4) kemampuan penyimpanan memori memungkinkan penampilan siswa yang telah lampau direkam dan dipakai dalam merencanakan langkah-langkah selanjutnya di kemudian hari, 5) berguna sekali untuk siswa yang lamban, 6) kemampuan daya rekamnya memungkinkan pengajaran individual bisa dilaksanakan, 7) rentang


(23)

pengawasan guru diperlebar sejalan dengan banyaknya informasi yang disajikan dengan mudah yang diatur oleh guru,dan membantu pengawasan lebih dekat kepada kontak langsung dengan siswa.

Sutopo (2003: 21) mengemukakan bahwa pemanfaatan komputer dalam pembelajaran mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: 1) mengurangi waktu dan ruang yang digunakan untuk menyimpan dan menampilkan dokumen dalam bentuk elektronik dibanding dalam bentuk kertas; 2) meningkatkan produktivitas dengan menghindari hilangnya file; 3) memberi akses dokumen dalam waktu bersamaan dan ditampilkan dalam layar; 4) memberi informasi multidimensi dalam organisasi; 5) mengurangi waktu dan biaya dalam pembuatan foto; dan 6) memberikan fasilitas kecepatan informasi yang diperlukan dengan interaksi visual. Selain itu, manfaat multimedia (aplikasi komputer) adalah memungkinkan dialog, meningkatkan kreativitas, memfasilitasi kolaborasi, memperkaya pengalaman, dan meningkatkan keterampilan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas komputer dipergunakan dalam pembelajaran karena memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1) pembelajaran berbantuan komputer merupakan suatu usaha yang didesain secara sistematik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada pembelajaran, 2) pembelajaran berbantuan komputer sangat mendukung pembelajaran individual. Melalui penerapan pembelajaran individualisasi, siswa yang lemah dapat memperoleh latihan tambahan di luar kelas sehingga guru tidak perlu memperlambat siswa lainnya. Individualisasi juga memungkinkan guru mampu menjaga minat siswa yang baik tetap stabil


(24)

dengan jalan memberikan materi yang lebih sulit, 3) pembelajaran berbantuan komputer memungkinkan siswa untuk lebih mengenal dan terbiasa dengan komputer yang menjadi semakin penting dalam masyarakat modern sekarang ini, 4) pada saat dipergunakan dalam pembelajaran, pembelajaran berbantuan komputer dapat meningkatkan motivasi siswa. Siswa menikmati kerja komputer dan ingin menghabiskan waktu untuk ini karena komputer memberikan tantangan, 5) komputer dapat memberikan manfaat nyata sebagai media pembelajaran, karena komputer mampu memberikan informasi tentang kesalahan dan jumlah waktu belajar serta waktu untuk mengerjakan soal-soal kepada siswa. Di samping itu, siswa dapat mengerjakan dengan cara-cara yang benar, dan komputer dapat digunakan sebagai penyampaian umpan balik kepada siswa dengan segera, dan 6) pembelajaran berbantuan komputer melatih siswa untuk terampil memilih bagian-bagian isi pembelajaran yang dikehendaki dan memungkinkan siswa maju sesuai dengan kecepatannya sendiri-sendiri.

2.1.3 Fungsi Media Pembelajaran Komputer dalam pembelajaran

Ada tiga fungsi media pembelajaran komputer menurut Sadiman, Arief (2004 : 67) terhadap kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) .

(1) Suplemen (Tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, siswa


(25)

yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

(2) Komplemen (Pelengkap)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa. Sebagai komplemen berarti multimedia diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada siswa yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan instruktur secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan oleh instruktur. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan instruktur secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar siswa semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan instruktur.

(3) Substitusi (Pengganti)

Beberapa institusi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada siswanya. Tujuannya agar siswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas


(26)

lain sehari-hari. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih siswa, yaitu: sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih siswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu siswa untuk mempercepat penyelesaian pembelajarannya.

2.1.4 Model-model Pembelajaran Berbantuan Komputer

Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran berbantuan komputer secara umum menurut Padmanthara (2007:134-140) dapat diklasifikasikan menjadi empat model, yaitu: 1) model tutorial, 2) model drill and practice, 3) model simulation, dan 4) model problem-solving. Secara rinci, model-model perangkat lunak pembelajaran berbantuan komputer dijabarkan sebagai berikut:

a. Model Tutorial

Model tutorial adalah program yang didesain untuk berperan sebagai tutor bagi siswa. Artinya bahwa model ini disajikan dalam format dialog dengan siswa. Model tutorial berisi konsep, penjelasan, rumus-rumus, prinsip, bagan, tabel, definisi, istilah dan latihan. Model ini, selain menyajikan informasi isi bahan pelajaran, bertanya kepada siswa: (a) apakah akan melanjutkan kegiatan belajar berdasarkan pemahaman d an penguasaan siswa, (b) apakah siswa meneruskan untuk mempelajari bahan dan


(27)

informasi baru, (c) apakah akan mereviu bahan pelajaran sebelumnya dan (d) apakah akan mengikuti pembelajaran remidi. Tujuan utama program tutorial adalah menyediakan dukungan terhadap pembelajaran dengan buku teks atau ceramah.Siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan konsep-konsep tersebut, seperti halnya diajar dengan pengajar.

Kualitas model tutorial sangat bervariasi. Pada awalnya, didesain secara sangat sederhana dan tidak imajinatif. Beberapa program model tutorial hanya menyajikan informasi pada layar monitor dan kadang-kadang menampilkan pertanyaan-pertanyaan tentang informasi tersebut yang hanya harus dijawab siswa. Dalam program seperti ini, komputer digunakan untuk menyajikan informasi secara sekuensial (model linear), yang pada umumnya hampir sama dengan cara penyajian materi pada buku teks.

Siswa yang telah menggunakan jenis tutorial seperti tersebut di atas cepat merasa bosan. Namun demikian, saat ini banyak teknik yang dapat memanfaatkan kekuatan teknologi untuk menghasilkan tutorial komputer yang efektif. Model ini tidak lagi menyajikan informasi secara linear, melainkan secara branching. Disebut branching karena terdapat berbagai cara untuk berpindah atau bergerak melalui pembelajaran berdasarkan jawaban atau respon siswa terhadap bahan-bahan, soal- soal atau pertanyaan-pertanyaan. Model ini lebih disukai dari pada model liniear.

Model tutorial yang didesain secara baik dapat memberikan berbagai keuntungan bagi siswa dan pengajar. Dalam berinteraksi dengan siswa, model tutorial komputer tidak sefleksibel pengajar berhadapan dengan


(28)

siswa, karena komputer memiliki keterbatasan dibandingkan dengan manusia. Namun model tutorial komputer menawarkan keuntungan yang melebihi kemampuan seorang pengajar dalam upayanya berinteraksi dengan banyak siswa sekaligus dalam waktu yang sama secara individual.

Model tutorial komputer yang didesain dengan sangat baik dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan materi yang sedang disajikan dan berpartisipasi secara aktif dalam pengalaman belajar. Partisipasi tersebut tidak hanya dengan menjawab pertanyaan pilihan ganda atau isian, melainkan siswa harus diberi kesempatan untuk berlatih ide-ide baru, bertanya, menguji hipotesis, dan mengecek belajar mereka.

b. Drill and Practice

Model drill and practice didasarkan pada asumsi bahwa konsep-konsep dasar yang telah dikuasai oleh siswa dapat digunakan untuk menerapkan rumus-rumus, bekerja dengan kasus-kasus konkret, dan menjelajahi daya tangkap mereka tentang materi. Model drill merupakan teknik yang paling cepat untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Drill yang kuat akan menantang kemampuan daya tangkap siswa tentang prinsip-prinsip dan mengajar melalui pemberian koreksi terhadap kesalahan yang dibuat siswa.

Penggunaan komputer untuk aktivitas model drill and practice dapat memberikan beberapa keuntungan lebih daripada metode tradisional. Keuntungan dari penggunaan model drill and practice melalui komputer yaitu siswa dapat memperoleh balikan atas respon mereka tanpa harus


(29)

menunggu pengajar untuk mengoreksi respon tersebut. Selain itu, balikan diperoleh siswa dengan segera tanpa perlu menunggu sampai mereka membuat kesalahan yang banyak.

Model drill and practice ini akan menentukan kapan seorang siswa telah menguasai suatu konsep dan kemudian menempatkannya pada tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. “Drill and practice” yang baik juga dapat memberikan balikan secara inividual terhadap respon siswa. Balikan tidak hanya memberikan informasi bahwa respon siswa salah atau benar, tetapi juga memberikan informasi secara individual tentang tipe kesalahan.

Model drill and practice banyak yang dapat membangkitkan motivasi dibandingkan dengan buku-buku latihan. Penggunaan grafik dan suara, pemberian balikan langsung, akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan pengetahuan yang baru yang dapat dikerjakan siswa. Semua ini merupakan faktor yang dapat membuat siswa ingin selalu belajar.

c. Model Simulasi

Model simulasi adalah suatu gambaran atau model dari peristiwa, objek atau beberapa fenomena yang disederhanakan yang meliputi unsur -unsur penting. Simulasi dapat juga dipergunakan untuk melatih keterampilan, misalnya belajar menerbangkan pesawat terbang atau mengendarai mobil, atau untuk memahami sistem dalam ekonomi, ekologi, urban planning, dan disiplin ilmu lainnya. Dengan menggunakan model simulasi komputer, siswa menjadi bagian penting dari lingkungan belajar dan biasanya dapat


(30)

mengetahui secara langsung hasil dari keputusan yang dibuat dalam lingkungan ini.

Keuntungan model simulasi komputer yaitu simulasi memberi siswa kekuatan ingatan untuk memanipulasi berbagai aspek dari model simulasi ini. Karena model simulasi biasanya memberi siswa kesempatan untuk menerapkan belajarnya pada situasi kehidupan nyata, program ini cenderung menetapkan tujuan pembelajaran tingkat lebih tinggi. Biasanya, simulasi menargetkan siswa untuk melakukan aktivitas tingkat aplikasi, analisis, dan sintesis.

Penelitian tentang keefektifan belajar siswa melalui model simulasi komputer menghasilkan temuan-temuan yang berbeda-beda. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sulit untuk membuktikan pengaruh simulasi terhadap peningkatan belajar siswa. Beberapa peneliti yang lain menyatakan bahwa pengukuran pencapaian belajar siswa secara tradisional berfokus pada hasil dengan jenis pengetahuan tingkat rendah dan tidak mengukur keterampilan tingkat lebih tinggi secara memadai sebagaimana dapat dicapai oleh siswa melalui pengalaman-pengalaman simulasi. Jadi, jika simulasi hendak digunakan secara efektif dalam situasi kelas, tujuan -tujuan penggunaan simulasi harus ditetapkan secara jelas dan instrumen harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut.


(31)

d. Model Problem Solving

Model problem solving, seperti model simulasi, didesain dengan memanfaatkan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualitas belajar -mengajar melalui strategi pemecahan masalah tingkat lebih tinggi. Pada umumnya perangkat lunak problem solving mirip dengan perangkat lunak simulasi karena siswa ditempatkan pada situasi dimana mereka dapat memanipulasi hasil dari manipulasi ini. Namun demikian perangkat lunak simulasi berupaya untuk memberi model tentang situasi kehidupan nyata dan objek nyata. Sedangkan perangkat lunak problem solving merupakan kategori yang lebih umum yang meliputi semua perangkat lunak yang didesain untuk mengajarkan strategi pemecahan masalah.

Pengajar menaruh minat terhadap penggunaan kemampuan model ini untuk memberi siswa kesempatan menguji hipotesis dalam situasi pemecahan masalah. Banyak pengajar yang sudah mulai menggunakan paket -paket ini kepada siswa yang bekerja dalam kelompok kecil atau berpasangan. Hampir semua perangkat lunak problem solving memungkinkan siswa bekerja lebih bebas dibandingkan dengan program drill and practice dan tutorial.

2.2 Defenisi Multimedia Interaktif

Multimedia Interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yng berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Riyana, 2007:5). Sedangkan menurut Tay (2000) dalam Pramono (2007:8),


(32)

multimedia adalah kombinasi teks, grafik, suara, animasi d an video. Bila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol maka disebut multimedia interaktif.

Selanjutnya menurut Pramono, interaksi adalah suatu fitur yang menonjol dalam multimedia yang memungkinkan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif tidak saja memungkinkan pengguna melihat atau mendengar tetapi juga melakukan sesuatu. Dalam konteks ini berarti multimedia juga memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan komputer atau aktif dalam simulasi yang disediakan komputer. Diantara media-media lain, interaktivitas multimedia yang berbasis komputer adalah yang paling nyata.

Keunggulan Multimedia Interaktif ini dalam hal interaktivitas adalah secara inheren mengajak pengguna untuk berinteraksi dengan materi. Interaksi yang terjadi bervariasi dari yang paling sederhana hingga yang kompleks. Interaksi sederhana misalnya pengguna harus menekan keyboard atau melakukan klik dengan mouse untuk berpindah halaman atau memasukkan jawaban dari suatu latihan dan komputer memberikan respons umpan balik dengan jawaban yang benar. Interaksi yang komplek dapat berupa aktivitas di dalam suat simulasi sederhana di mana pengguna bisa mengubah -ubah suatu variabel tertentu atau simulasi komplek seperti simulasi menerbangkan pesawat udara.


(33)

2.3 Teori-teori belajar dan Pembelajaran dalam Pembelajaran Berbantuan Komputer

Menurut Gagne, Briggs dan Wagner dalam Udin (2008:22) “pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”. Sedangkan menurut UU Sisdiknas tahun 2003 “pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Mengacu pada pendapat-pendapat di atas, pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa untuk memperoleh pengetahuan diserta adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

Pentingnya pemanfaatan teknologi komputer dalam pembelajaran IPA dikemukakan Benchmark for Scientific Literacy American Association for the Advancement of Science (1993) dalam Roblyer and Doering (2008:313):

The terms and circumstances of human existence can be expexted to change radically during the next human life span. Science, mathematics, and technology will be at the center of the that change, - causing it, shaping it, responding to it. Therefore, they will be essential to the education today’s children for tomorrow word. Keberadaan manusia dapat berubah secara terus menerus pada kehidupan selanjutnya. Sains, matematika dan tekn ologi akan menjadi pusat perubahan tersebut, penyebab, pengatur dan penanggungjawab. Oleh karena itu, hal tersebut sangat penting untuk pembelajaran anak sekarang ini.

Berdasarkan pendapat di atas, konsep dasar yang terkait dengan teori-teori belajar dan implikasinya terhadap pemanfataan pembelajaran berbantuan komputer, yaitu sebagai berikut :


(34)

a. Teori Behaviorisme

Paham behaviorisme memandang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan (Siregar & Nara, 2010:25).

Tokoh penting aliran ini adalah Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990), seorang psikolog Amerika Serikat terkenal yang dijuluki sebagai “Tokoh Psikologi paling berpengaruh di abad 20”. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Teori Skinner dikenal dengan "operant conditioning“ dengan enam konsepnya, yaitu :

1) penguatan positif dan negatif.

2) shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang diharapkan.

3) pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, hingga respons yang sesuai dengan yang diisyaratkan.

4) extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.


(35)

5) chaining of response, respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.

6) jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik)

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.

Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.

Implikasi dari teori behaviorisme yang memandang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons ini adalah bahwa pembelajaran harus memberikan rangsangan yang tepat dan penguatan untuk mencapai respon belajar yang diinginkan. D alam hal ini, pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran merupakan strategi yang tepat, karena program-program komputer yang dirancang dengan baik


(36)

dapat menyediakan konsistensi, rangsangan teknologi yang handal dan berimplikasi pada penguatan secara individual (Roblyer & Doering, 2010:36) .

b. Teori Perkembangan Kognitif

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Piaget menyatakan bahwa : Learning abilities differ at each developmental stage. (Roblyer& Doering, 2010:36)

Menurut Piaget proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Piaget membagi tahap-tahap-tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu :

1) tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak pada tahap ini tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkemb angannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah.

2) tahap praoperasional (umur 2-7 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol dan bahasa isyarat dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua praoperasional dan intuitif. Praoperasional (umur 2-4tahun ) tahun anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat


(37)

sederhana. Sedangkan tahap intuitif (umur 4-7 tahun) anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. 3) Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun )

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible atau kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya pada benda-benda yang bersifat konkret.

4) Tahap operasional formal (umur 11-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hypothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesa. (Budiningsih, 2004:37-39)

Implikasi dari teori perkembangan kognitif yang memandang bahwa kemampuan belajar anak berbeda sesuai dengan tahap perkembangan mereka dan kemajuan anak-anak melalui tahap melalui eksplorasi lingkungan mereka adalah bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa dan harus memberikan kesempatan untuk mereka bereksplorasi. Dalam hal ini teknologi dapat menyediakan "manipulatives elektronik" yang mendukung kegiatan eksplorasi untuk berbagai tahap perkembangan (Roblyer& Doering, 2010:36).


(38)

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang sudah dipelajari. Siswa menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan strategi pembelajaran yang dikenal dengan student-centered learning. Pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan memberi arahan.

Kesalahan siswa merupakan bagian dari proses belajar. Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu: 1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, 2) pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, 3) mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

d. Teori Pemrosesan Informasi

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik mengenai pengolahan informasi. Pemrosesan informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada siswa untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir (penyimpanan). Salah satu pelopor teori pemrosesan informasi adalah Robert Gagne.


(39)

Robert. M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Warsita (2008), dalam bukunya : The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa ;

Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Dan Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).

Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :

1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.

2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.

3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.


(40)

Gambar 2. Model pemrosesan informasi dari Gagne dan Berliner

Sumber : Budiningsih, C. Asri, (2005 : 83)

Menurut Atkinson & Shiffrin (1968) dalam Levitin (2002:296) bahwa memori manusia terdiri dari tiga jenis, yaitu sensori memori (sensory register) yang menerima informasi melalui indra penerima manusia seperti mata, telinga, hidung, mulut atau tangan, setelah beberapa detik, informasi tersebut akan hilang atau dieruskan pada ingatan jangka pendek (short term memory atau working memory). Informasi tersebut setelah 5 – 20 detik akan hilang atau tersimpan ke dalam ingatan jangka panjang (long term memory).

Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu.

Proses pengolahan informasi dalam ingatan manusia dimulai dari proses penyandian (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan stimuli Sensory

systemy

Forgotten inform

Enhanced ass Short term

storage

Coding system

Long term storage


(41)

diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hierarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling khusus dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh (Budiningsih, 2005 :86-87).

Dalam Encoding terdapat proses pemasukan informasi ke dalam memori. Ada beberapa konsep penting dalam encoding yaitu atensi, pengulangan dan pemrosesan mendalam. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis. Memori adalah retensi informasi. Retensi informasi ini terus menerus melibatkan encoding, penyimpanan dan pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan untuk waktu tertentu.

Implikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya cara kerja sebuah komputer dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, maka pembelajaran harus dapat menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang serta praktek secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat bertahan lama dalam memori siswa kesemuanya terangkum dalam aplikasi komputer.


(42)

2.4 Teori Desain Pembelajaran

Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.

Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

A. Model ASSURE

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:

1. Analyze Learners (Analisis Pelajar)

Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang


(43)

akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.

2. States Objectives (Menyatakan Tujuan)

Langkah kedua dari model ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Hasil belajar apa yang diharapkan dapat siswa capai? Lebih tepatnya, kemampuan baru apakah yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran hendaknya mengandung unsur ABCD.

3. Select Methods, Media, and Materials (Pemilihan Metode, Media dan Bahan)

Suatu rencana yang sistematik dalam penggunaan media dan teknologi tentu menuntut agar metode, media dan materinya dipilih secara sistematis pula. Proses pemilihannya melibatkan tiga langkah yaitu

a. Memilih Metode

1. Metode ceramah adalah metode yang memberikan uraian atau penjelasan kepada siswa untuk menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Metode Tanya jawab dilakukan dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang

harus dijawab oleh siswa, terutama oleh siswa dari guru, tetapi ada pula dari siswa kepada guru. Hal ini digunakan untuk memberikan pemahaman (kognitif) siswa untuk materi yang membutuhkan pemahaman siswa.

3. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan


(44)

berdiskusi pada pembelajaran ini yaitu mendidik siswa untuk berfikir dan memecahkan masalah secara bersama-sama sebagai bentuk dari nilai karakter yang ingin diterapkan oleh guru.

b. Memilih Format Media

Pada kegiatan pembelajaran menggunakan model ASSURE, media yang digunakan berupa:

a. Slide Power Point tentang materi Kebutuhan dan Alat pemuas kebutuhan, b. Gambar daftar keinginan

c. Lingkungan sekitar

4. Utilize Media and Materials (Penggunaan Media dan bahan)

Langkah berikutnya adalah penggunaan media dan bahan ajar oleh siswa dan guru. Melimpahnya ketersediaan media dan bergesernya filsafat dari belajar yang berpusat pada guru ke siswa meningkatkan kemungkinan siswa akan menggunakan bahan ajarnya sendiri.

5. Require Learner Participation (Partisipasi Pelajar di dalam kelas)

Partisipasi berisi kegiatan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas diawali dengan kesiapan siswa untuk belajar dan guru mengkondisikan kelas sampai siswa siap dalam belajar (nyaman).

6. Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi)

Komponen terakhir model ASSURE untuk pembelajaran yang efektif adalah evaluasi dan revisi. Penilaian terhadap siswa dilakukan oleh guru mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.


(45)

B. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu: merumuskan tujuan, menganalisis tujuan tugas belajar, mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat, memilih metode dan media, mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran, melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

C. Model J.E. Kemp

Pengembangan intruksional atau desain intruksional terdiri dari 8 langkah yaitu :menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau standar kompetensi, menganalisis karakteristik peserta didik, menentukan TIK atau kompetensi dasar, menentukan materi pelajaran, menetapkan penjajagan awal (pretest), menentukan strategi belajar mengajar, mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga, mengadakan evaluasi

D. Model Dick and Carey

Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carey (1973 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu: menganalisis tujuan pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran, menganalisis siswa dan konteks, merumuskan tujuan khusus, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran, merancang & mengembangkan evaluasi formatif., merevisi pembelajaran, merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.


(46)

2.5 Teori Desain Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer

Menurut Riyana (2007:16-7): pengembangan multimedia interaktif merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa keahlian / keterampilan (Course Team Aproach), yang secara sinergi menghasilkan produk modul multimedia interaktif, sesuai dengan kebutuhan rancangan modul tersebut. Secara umum pengembangan prosedur pengembangan media pembelajaran berbantuan komputer (multimedia) digambarkannya dalam bagan berikut :

Gambar 2.1 Prosedur Pengembangan Multimedia Interaktif Riyana (2007:17)

Berdasarkan bagan di atas dapat diuraikan beberapa langkah dalam pengembangan Multimedia Interaktif, yaitu :

a) Membuat Garis Besar Program Media (GBPM)

Kegiatan ini berisi identifikasi terhadap program. Melalui identifikasi program tersebut maka ditentukanlah : judul,sasaran, tujuan dan pokok -pokok materi yang akan dituangkan dalam multimedia interaktif.

Membuat GBPM

Membuat Flowchart

Membuat Storyboard

Finishing

Pemrograman


(47)

b) Membuat flowchart

Flowchart adalah alur program yang dibuat mulai dari pembuka (start), isi sampai keluar program (exit/quit), skenario multimedia interaktif secara jelas tergambar pada flowchart ini.

c) Membuat Storyboard

Storyboard adalah uraian yang berisi visual dan audio penjelasan dari masing-masing alur dalam flowchart. Satu kolom dalam storyboard mewakili satu tampilan di layar monitor.

d) Mengumpulkan bahan-bahan

Tahapan ini berisi kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi sajian multimedia interaktif. Bahan-bahan yang perlu disiapkan diantaranya : video, rekaman suara, animasi, dan gambar

e) Programming

Langkah ini merupakan kegiatan merangkaikan semua bahan-bahan yang ada dan sesuai dengan tuntutan naskah. Kegiatan ini berakhir dengan dihasilkannya sebuah prototype multimedia interaktif.

f) Finishing

Pada kegiatan ini dilakukan reviu dan uji keterbacaan program, sesuai dengan target audio yang diharapkan, uji coba dapat berupa uji sempit dan uji luas. Akhir dari kegiatan finishing adalah packaging, yaitu program dikemas dalam bentuk CD dan diberi cover dan label.

Koesnandar (2007:77) mengemukakan serangkaian langkah pengembangan media yang digambarkan dalam bagan berikut:


(48)

Gambar 2.2 Prosedur Pengembangan Multimedia Interaktif Koesnandar (2007:77)

Berdasarkan bagan di atas, langkah-langkah pembuatan media pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan pemilihan topik, penyusunan garis besar isi, penulisan naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi dan revisi, serta pengemasan. Secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:

a) Analisis kebutuhan

Suatu program media yang baik adalah yang dapat menjawab kebutuhan pemakainya. Oleh karena itu, pengembangan program media harus dimulai dari kebutuhan. Namun demikian, kita seringkali tidak menyadari akan adanya kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara sederhana maupun menggunakan metode ilmiah. Hal tersebut akan tergantung kepada seberapa besar akurasi jawaban atas kebutuhan yang diinginkan, dan seberapa besar resiko yang mungkin terjadi apabila keputusan telah diambil.

Analisis Kebutuhan

Pemilihan Topik

Pembuatan Garis Besar Isi

Penulisan Naskah

Pelaksanaan Produksi

Evaluasi dan Preview


(49)

b) Pemilihan topik yang tepat sesuai kebutuhan

Pemilihan topik perlu dilakukan agar dapat ditentukan prioritas topik apa yang sangat diperlukan. Beberapa langkah yang dapat menjadi pedoman dalam pemilihan topik ini, yaitu: 1) mempertimbangkan apakah topik tersebut esensial, relatif tetap dan tidak cepat berubah, 2) mempertimbangkan apakah topik itu sulit. Kesulitan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain secara substansi materi tersebut mungkin terlalu abstrak, rumit, ataupun sesuatu yang baru dan belum dikenal oleh siswa. Kesulitan juga dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa, apakah selama ini siswa selalu mendapatkan nilai yang rendah untuk topik tersebut. Kesulitan juga dapat dilihat dari waktu, biaya, bahaya, dan lain-lain.

c) Pembuatan garis besar isi media

Langkah ini berisi kegiatan pembuatan rancangan media. Rancangan berisi tujuan, sasaran, strategi, materi, media, dan evaluasi. Rancangan dapat pula anda tuangkan dalam format garis besar isi media atau sering disebut Garis Besar Isi Media (GBIM). Membuat GBIM yang baik dapat dilakukan terlebih dahulu dengan membuat peta materi untuk topik yang telah dipilih. Peta materi berguna untuk melihat cakupan dan cukupan (keluasan dan kedalaman) materi. Dengan peta materi dapat ditentukan seberapa luas atau mencakup apa saja materi yang akan dibahas, dan seberapa mendalam pembahasan akan dilakukan. Semakin detail ranting peta materi maka semakin dalam bahasan materi tersebut.


(50)

d) Penulisan naskah

Berdasarkan GBIM yang telah anda susun, anda dapat menulis naskah multimedia interaktif. Naskah merupakan cetak biru untuk media yang akan anda buat. Selain berisi materi, naskah berisi petunjuk -petunjuk teknis untuk pemrograman, penyediaan gambar, suara, animasi, simulasi, dan lain-lain.Pada naskah ini sekaligus dicantumkan aspek pembelajaran, materi, interaktivitas, serta petunjuk teknis, dll.

Penulisan naskah dimulai dengan membuat diagram alur atau flowchart. Sebagaimana namanya, diagram ini menunjukkan alur sajian program. Alur sajian program merupakan rekayasa pembelajaran, artinya pada penyusunan flowchart ini anda sedang menggiring dan mengarahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Setelah anda membuat flowchart, maka langkah selanjutnya adalah menulis naskah. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa naskah merupakan petunjuk-petunjuk bagi pelaksana produksi seperti programer, grafis, animasi, narasi, dan lain-lain. Format naskah mengandung semua elemen petunjuk tersebut.

e) Pelaksanaan pembuatan media

Setelah menyelesaikan naskah, kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan produksi. Kegiatan produksi mencakup pembuatan rancangan tampilan, pemrograman, pembuatan gambar/grafis, pembuatan animasi, pemotretan, pengetikan teks, pengisian suara, pengisian musik, dan


(51)

lain-lain. Pelaksanaan produksi biasanya dilakukan oleh satu tim kerabat kerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing.

Apabila naskah ditulis oleh orang lain, sebelum memulai produksi dilakukan script conference, yaitu pertemuan antara penulis naskah pengembang untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan naskah baik pengembangan ide, konfirmasi materi, masalah -masalah teknis, sumber bahan.

Pemrograman awal atau pemrograman dasar dapat dilakukan simultan dengan penyusunan nama file, pembuatan desain tampilan, serta penyediaan stock media seperti foto, video, gambar, dan lain-lain. Sementara itu rekaman suara dilakukan setelah editing teks dan gambar untuk menghindari terjadinya pengulangan rekaman suara. Setelah pemrograman cukup lengkap, lakukanlah test dan preview. Test dan preview dilakukan oleh orang lain agar kita mendapat masukan. Berdasarkan masukan tersebut, dilakukan revisi dan pemrograman dilanjutkan. Preview dan revisi dapat dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan sampai dengan anda merasa puas dengan produk yang dihasilkan.

f) Evalusi dan Revisi

Evaluasi pada kegiatan produksi ini disebut evaluasi formatif, yakni evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki produk. Evaluasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain test, preview, dan uji coba. Revisi adalah tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.


(52)

Test bertujuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan, kekurangan ataupun kelemahan produk yang sedang kita buat. Ada beberapa jenis test dalam pembuatan media, antara lain test fungsi, test kehandalan, dan test kompatibilitas. Test fungsi dimaksudkan untuk menguji apakah fungsi-fungsi tombol interaktivitas telah berfungsi dengan baik atau tidak. Test kehandalan untuk menguji kemampuan dan kecepatan software merespon berbagai kemungkinan klik oleh user sert a keamanan sistem. Sedangkan test kompatibilias dimaksudkan untuk menguji kemungkinan software tersebut dijalankan pada berbagai sistem operasi dan kapasitas komputer.

Preview adalah proses melihat awal sebelum produk dipublikasikan. Preview biasanya dilakukan oleh tim ahli untuk melihat apakah produk sudah memenuhi syarat ataukah masih ada bagian- bagian yang harus diperbaiki.

Sedangkan uji coba merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah produk dianggap selesai. Uji coba bertujuan untuk mendapatkan masukan dari calon user. Uji coba dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok kecil, ataupun kelas.

2.6Kriteria Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Sebagaimana pembelajaran pada umumnya, media pembelajaran berbasis komputer harus dapat memenuhi kriteria pembelajaran yang baik sebagaimana dikemukakan Reigeluth (2009:77) “Tiga kriteria


(53)

untuk mengevaluasi seberapa baik suatu metode bekerja dalam mencapai hasil pembelajaran, yaitu: efektivitas, efisiensi, dan daya tarik”. Dengan demikian pengembangan media pembelajaran berbasis komputer harus dapat memenuhi 3 (tiga) kriteria agar dapat disebut sebagai media pembelajaran yang baik, yaitu memenuhi kriteria-kriteria:

a. Efektivitas

“Efektivitas berkaitan dengan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, yaitu, sekolah, perguruan tinggi, atau pusat pelatihan mempersiapkan siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diinginkan oleh para stakeholder (Januszewski & Molenda, 2008:57).

Mengacu pada pendapat di atas, efektivitas media pembelajar an berkaitan dengan bagaimana sebuah media pembelajaran dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b.Efisiensi

“Efisiensi bisa dilihat sebagai desain, pengembangan, dan pelaksanaan pembelajaran dengan cara yang menggunakan sumber daya paling sedikit untuk hasil yang sama atau lebih baik (Januszewski & Molenda, 2008:58). Pada aspek efisiensi waktu dalam pembelajaran, Sumarno (2011) mengemukakan secara matematik, pengukuran efisiensi dilakukan dengan menghitung rasio jumlah tujuan pembelajaran yang dicapai


(54)

siswa dibandingkan dengan jumlah waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.

Mengacu pada pendapat di atas, media pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dapat menekan waktu, biaya, dan tenaga untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio jumlah tujuan pembelajaran yang dicapai siswa dibandingkan dengan jumlah waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Kemenarikan

“Kemenarikan adalah tingkat dimana siswa dapat menikmati sebuah pembelajaran (Reigeluth, 2009:77). Dengan demikian kemenarikan media pembelajaran berkaitan dengan kemampuannya meningkatkan motivasi belajar siswa untuk tetap dalam tugas belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran motivasi dapat dikatakan sebagai “keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sadiman, 2004:75). Motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.


(55)

2.7 Pembelajaran IPA Di SMP

2.7.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SMP

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:155) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehid upan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingte-mas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat


(56)

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya, 2) mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari, 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 4) melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan


(1)

116

5.3.Saran-saran

Pada bagian ini dikemukakan beberapa saran oleh peneliti sehubungan dengan produk yang dikembangkan. Adapun saran-saran yang dikemukakan meliputi saran pemanfaatan, saran desiminasi, dan saran pengembangan lebih lanjut.

1. Saran Pemanfaatan a. Bagi siswa

1) Sebaiknya pada pemanfaatan media ini anak sudah memiliki pengetahuan dalam mengoperasikan komputer dan menggunakan media ini bersama guru.

b. Bagi Guru

1) Media CD Interaktif Fisika gaya dan tekanan ini menarik, efektif, dan efisien untuk pembelajaran fisika, maka disarankan bagi guru untuk menggunakannya.

2) Sebelum menggunakan media, sebaiknya guru mempelajari CD Interaktif, dan RPP.

3) Mencoba terlebih dahulu media yang akan diajarkan.

4) Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan pembelajaran.

c. Bagi Pengelola

Diharapkan media menjadi acuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan media sejenis materi lainnya.


(2)

117

5.4. Saran Pengembangan Lebih Lanjut

Dalam mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, peneliti mempunyai beberapa saran, antara lain:

a. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat dilakukan pada subjek yang lebih luas, dengan memperhatikan usia, dan fasilitas yang menunjang.

b. Bagi Pengembang

Pengembang yang akan melakukan penelitian yang sama disarankan memilih tema yang lain untuk media berbasis komputer pada siswa, karena media ini sangat dibutuhkan dan memiliki tingkat keberhasilan. c. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya media ini dijadikan sebagai salah satu alat bantu dalam pembelajaran khususnya pelajaran fisika.

d. Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumentasi karya ilmiah dalam bidang penelitian dan pengembangan, terutama pada pengembangan media CD Interaktif Fisika gaya dan tekanan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alessi, Stephen M And Stanley R. Trollip. 1991. Computer-Based Instruction; Method And Development. Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. Anderson.2001. R.H., Anderson. 1994. Pemilihan Dan Pengembangan Media

Untuk Pembelajaran. Terj. Yusufhadi Miarso Dkk. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. 1983. Educational Research.and

Introduction(4th Ed.). New York: Longman Inc.

BSNP. 2006. Standar Nasional Pendidikan. Dinas pendidikan dan kebudayaan. Jakarta

Budiningsih, C Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Chaeruman, Uwes Anis. 2007. Mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Ke dalam Proses pembelajaran; Apa, Mengapa dan bagaimana?Jurnal teknodik no.16/IX/Teknodik/Juni/2005. Departemen pendidikan nasional pusat teknologi komunikasi dan informasi pendidikan Degeng, I Nyoman Sudana.1989.Ilmu pengajaran Taxonomy Variabel.

Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan tinggi dan proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Jakarta.

De Potter, Bobbi Et All. 2004. Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Teaching Di Ruang-Ruang kelas. Kaifa

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta. Depdikbud

Dick, W. Dan Carey, L. 2005. The Systematic Design Of Instruction. United States Of America: Scott Foresman And Company.

Gagne, Robert M And Eslie J. Briggs. 1994. Principles Of Instructional Design, Fourth Edition. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher Gofur, Abdul.1993.Desain Instruksionl Suatu Langkah Sistematis Penyusunan

Pola Dasar Kegiatan Belajar Dan Mengajar. Solo.Tiga Serangkai


(4)

perkembangannya.Http://Media.Diknas.Go.Id/Media/Document/5595.Pdf, Accessed On June 27th 2009.

Haryono, Anung. 1996. Modul pengembangan Program Media Instruksional. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.

Heinich, Robert., James D. Russel.,Michael Molenda., And Sharon Smaldino. 2004. Instructional Technology And Media For Learning. New Jersey, Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Upper Saddel River.

Januszewski &Molenda. 2008. Educational Technology A Definition With Commentary. USA: Taylor & Francis Group. LLC.

Kemp, J. E. & Dayton, D. K. 1985. Planning And Producing Instructional Media. New York: Harper & Row Publisher Cambridge.

Kusnandar, Ade. 2008. Pelatihan Pemanfaatan Tik Untuk Pembelajaran Tingkat

Nasional. Modul I. Pusat Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Pendidikan.Departemen Pendidikan Nasional.

Keegan, Desmond. 1990. Foundations Of Distance Education. London: Routledge.

Lee, W.W & Owens, DL. (2008). Multimedia-Based Instructiononal Design Training Computer-Based, Distance Broadcast Training, Performance Based Solution (2nd ). San Fransisco: Peiffera Wiley Imprin

Lee & Winzenried. 2009. The Use Of Instructional Technology In Schools: Lessons To Be Learned. Australia: ACER Press.

Letivien, Daniel. 2002. Foundation Of Cognitive Psychology Core Reading. MA. Cambridge.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta : Kencana predana media Group.

Nuriana. 2006. Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video

Compact Disk Dalam pembelajaran matematika.

Http://Www.Mathematics.Transdigit.Com/Mathematics-Journal/Model- Pembelajaran-Creative-Problem-Solving-Dengan-Video-Compact-Disk-Dalam- Pembelajaran-Matematika.Html. Accessed On 15 June 2008

Padmanthara, S., (2007), Pembelajaran Berbantuan Komputer Dan Manfaat Sebagai Media Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 11: 130 PUSTEKKOM, 2004. Jurnal teknodik No. 15/VIII/TEKNODIK/DES/2004.

Jakarta: Departemen pendidikan nasional pusat teknologi informasi Dan Komunikasi pendidikan


(5)

Pramono, Gatot. 2007. Aplikasi Component Display Theory Dalam Multimedia Dan Web Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pendidikan.

Reigeluth, M.Charles. 1983. Instructional Design Theories And Models : An Overview Of Their Current Status. Hillsdale, New Jersey London : Lawrence Elbaum Associates.

Riyana, Cepi. 2007. Pedoman Pengembangan Multimedia Interaktif. Bandung: Program P3AI Universitas Pendidikan Indonesia

Roblyer, M &Doering, A.H. 2010.Integrating Educational Technology Intoteaching. Boston: Pearson.

Sadiman, Arief S. Et Al,2004. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Cet. 4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya,Wina. Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran, Cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.

Siregar, Evelina Dan Nara Hartini. 2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Slavin.2000. E.Slavin, Robert.2005. Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung : Nusa Media

Stronge, James H. 2007. Qualities Of Effective Teachers2nded.2007.Virginia USA : Association For Supervision And Curriculum Development. Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Sumarno, Alim. 2011. Http://Elearning.Unesa.Ac.Id/Myblog/Alim-Sumarno/ Efisiensi -Pembelajaran-Waktu.Doc (Diakses tanggal 15 Juni 2012)

Suratno, Agus. Fungsi E-Learning, 06.16 Http://Welcometosmk. Blogspot.Com/2013/01/Setidaknya-Ada-3-Tiga-Fungsi.Html

Suryani, Nunuk. 2006. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia Vcd Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen Di Sma Negeri 1 Karang Anyar Dan Sma Negeri 1 Karang Pandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Http://Pasca.Uns.Ac.Id/Wp-Content/Uploads /2008/05 /Pppk Bermediavcd-Hjnunuk.Pdf. Accessed 15 June 2008

Susanto, Handy. 2006. Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur No. 06/Th. V/ Juni 2006


(6)

Sutopo,Ariesto Hadi. 2003. Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tasker,R.1992.Effective Teaching:What Can A Constructivist View Of Learning Offer. In The Australian Science Teachers Journal.38(1):25-34

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Balitbang Diknas.

Udin, S , Winataputra S, 2008. Strategi Belajar Mengajar.Bandung.Remaja Karya Warsita, Bambang. Teori Belajar Robert M. Gagne Dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar, Jurnal teknodik, Vol. XII No. 1 Juni , 2008. Http://Www.Isjd.Pdii.Lipi.Go.Id/Admin/Jurnal/121086579.Pdf

Widodo, Ari. 2006. Revisi Taksonomi Bloom Dan Pengembangan Butir Soal, (Online),(Http://Widodo.Staf.Upi.Edu/Files/2011/03/2006-Revisi