Definisi Semiotik TINJAUAN PUSTAKA

35 tanda-tanda kebahasaan, setidak-tidaknya memiliki dua buah karakteristik prim rdial, yakni bersifat linear dan arbitrer. Karakteristik pertama, linearitas penanda linear nature of the signifier, berkaitan dengan dimensi kewaktuan. Penanda penanda kebahasaan harus diproduksi secara beruntun, satu demi satu, tidak meungkin secara sekaligus atau simultan. Artinya, penanda tersebut bersifat linier karena “pendengaran penanda memiliki perintah mereka hanya dimensi waktu . “ini merupakan sejengkal, dan rentang yang dapat di ukur dalam dimensi tunggal. Karakteristik kedua, kearbiteran tanda the arbitrary nature of the signs, bersangkutan dengan relasi di antara penanda dan petanda yang “semena-mena” atau “tanpa alas an” tak bermotivasi unmotivated. Relasi di antara penanda dan petanda adalah semata-mata berdasarkan konvensi 36 .Selanjutnya Seassure di kesempatan yang lain mengatakan bahwa bahasa lisan mencakup komunikasi konsep melalui suara-gambar dari pembicara ke pendengar. Bahasa adalah produk komunikasi pembicara dari tanda-tanda untuk pendengar. Tanda linguistik adalah kombinasi dari konsep dan suara-gambar. Konsepnya adalah apa yang ditandakan, dan suara-gambar penanda. Kombinasi signifier dan signified adalah sewenang-wenang, yaitu, suara apapun citra dibayangkan dapat digunakan untuk menandakan sebuah konsep tertentu. Namun, terkadang ada perubahan-perubahan dalam hubungan signifier dan signified dan perubahan tanda-tanda linguistik berasal dari perubahan kegiatan sosial. Tanda-tanda arbitrer disebut secara khusus oleh Pierce, sebagai simbol Oleh karena itu, dalam terminologi Pierce, bahasa dapat dikatakan juga sebagai sistem 36 Budiman, Kris Semiotika Visual, Yogyakarta: Jalasutra Cetakan I, September 2011 hal. 66 36 simbol.

G. Semiologi Dan Semiotik

Definisi semiologi yang paling umum adalah ilmu tentang tanda berasal dari Bahasa yunani semeionn yang berarti “tanda”. Nama ini diusulkan oleh Ferdinand de sausure. ilmu tentang tanda ini adalah semiotika, yang diusulkan oleh Charles Sanders Peirce.Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara `yang ditandai signified dan `yang menandai signifier. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda signifier dengan sebuah ide atau petanda signified. Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda 37 . Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas, kata Saussure. Dengan definisi yang sangat umum seperti itu, maka semiologi menjadi ekpansionis: ilmu apapun akan 37 BERTENS, Film, Ideologi, dan Militer Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, Media Pressindo, Jogjakarta, 1999 37 tercakup di dalamnya, karena pada dasarnya semua ilmu mempelajari tanda-tanda. Umberto Eco mengaitkan semiotika dengan seluruh proses kultural dalam proses komukasi. Menurutnya, semiotika harus mempertimbangkan teori kode dan teori produksi tanda. Untuk sampai pada definisi yang lebih tepat mengenai fungsi tanda dan model produksi tanda misalnya, secara khusus semiotika harus memperhitungkan arti tanda tipologi tanda 38 . Mengikuti definisi semiologi yang diberikan oleh Fiske, yaitu bahwa semiologi merupakan ilmu yang memiliki tiga ranah utama, yaitu: tanda dalam dirinya sendiri, kodekode atau sistem tempat tanda itu diorganisasikan, dan kebudayaan tempat kode-kode dan tanda-tanda itu beroperasi.

H. Teori yang Relevan

Berdasarkan pada fokus penelitian maka analisis ini mengunakan salah satu teori dari teori sosial yakni teori konflik sosial dalam teori konflik sosial ini peneliti mengambil satu dari beberapa bagian dari penyebab teori konflik yakni Teori Kebutuhan Manusia Teori ini Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi 39 . Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Dalam teori ini berhubungan dengan dasar dan landasan dimana makna perlawanan tersebut tercipta yakni melalu sebuah konflik yang dia akibatkan oleh sebuah ganguan sosial. masyarakat. Penekanan dalam teori ini menjadikan sebuah alasan dalam penetrasi sebuah 38 Ibid 39 Dean G.Pruitt, Teori konflik sosial, pustaka pelajar , Jogjakarta, 2004