TOBAT SEORANG PECANDU NARKOBA DALAM FILM HIJRAH CINTA : ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Riyo Juana NIM: B71212069

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ix ABSTRAK

RIYO JUANA, NIM. B71212069, 2016 : Tobat Seorang Pecandu Narkoba Dalam Film Hijrah Cinta (Analisis Semiotik Model Roland Barthes). Skripsi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Suranbaya.

Kata Kunci : Tobat, Pecandu Narkoba, Film, Semiotik

Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana gambaran tobat seorang pecandu narkoba dan juga bagaimana makna denotasi dan konotasi

dalam film “Hijrah Cinta”. Adapun tujuan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami proses tobat dan makna denotasi dan makna konotasi yang ada dalam film.

Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. data yang telah diproses penulis kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Penyajian data dianalisis sesuai dengan rumusan atau model Roland Barthes dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultur yang diharapkan oleh penggunanya. Teori Roland Barthes merupakan penerus pemikiran Saussure dengan mengembangkan perbedaan penanda dan petanda kearah yang lebih dinamis.

Dari hasil penelitian ini, bahwa tobat seorang pecandu narkoba dari film Hijrah Cinta adalah lebih banyak bergaul dengan orang-orang sholeh, menjahui perbuatan dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Makna tobat denotatif dalam film Hijrah Cinta adalah penggambaran seorang pemuda yang suka mengkonsumsi narkoba namun berkat cinta dan doa dari orang tua akhirnya sadar. Makna tobat secara konotatif dalam film Hijrah Cinta merupakan kisah seorang pecandu narkoba yang sadar akan doa istri.

Karena keterbatasan waktu, maka diharapkan pada peneliti lain untuk meneliti sisi lain dari film hijrah cinta.


(7)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORITIK ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Tobat ... 12

a. Pengertian Tobat ... 12

b. Syarat Sah Diterimanya Tobat ... 15

2. Narkoba ... 16

a. Pengertian Narkoba ... 16

b. Pecandu Narkoba ... 16

c. Bahaya Mengkomsunsi Narkoba ... 18

d. Narkoba dan Agama ... 19

3. Film ... 20

a. Pengertian Film ... 20

b. Sejarah Film dan Perkembangannya ... 22

c. Jenis Film ... 26

d. Pengaruh Film ... 28

e. Film sebagai Media Dakwah ... 31


(8)

xi

g. Kelebihan Dan Kekurangan Film Sebagai Dakwah ... 34

4. Simiotik Roland Barthes ... 35

B. Penelitian Terdahulu Yamg Relevan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Metode Penelitian ... 39

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

2. Unit Analisis ... 42

3. Jenis dan sumber data ... 43

a. Jenis Data ... 43

b. Sumber Data ... 44

4. Tahap Penelitian ... 44

5. Teknik Pengumpulan Data ... 47

6. Teknik Analisis Data ... 48

a. Analisis Semiotik ... 48

b. Semiotika Pendekatan Roland Barthes ... 53

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 57

A. Diskripsi Objek Penelitian ... 57

1. Profil Film Hijrah Cinta ... 57

2. Sinopsis ... 58

3. Profil Pemain Film Hijrah Cinta ... 59

B. Penyajian Data ... 64

C. Analisis Data ... 78

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Taubat secara epistimologis (bahasa), taubat berasal dari kata kerja (taaba) yang terbentuk dari huruf (ta), (wau) dan (ba), menjadi (tawaba), makna kataini berkisar kepada pulang kembali, dan penyesalan.1 Sedangkan menurut istilah agama dijumpai beragam pengertian yang prinsipnya bermuara pada satu makna, yaitu kembali pada ajaran agama Islam, Muhammad bin Ka’b Al-Qarzhi berkata,”tobat itu diungkapkan oleh empat hal, yaitu beristihfar dengan lidah, melepskannya dari tubuh, berjanji dalam hati tidak mengulanginya kembali serta meninggalkan sahabat-sahabat yang buruk.2

Taubat adalah penyesalan yang melahirkan kesungguhan tekad dan niat untuk kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan. Hakikatnya adalah menyesali dimasa lalu, dan meninggalkannya dimasa sekarang, serta bertekad untuk bersungguh-sungguh tidak menggulanginya kembali dimasa mendatang. Ketiga hal ini terhimpun pada waktu terjadinya taubat. Pada waktu tersebut dia menyesal, meninggalkan dan bersungguh-sungguh bertekad. Saat itu dia juga kembali pada penghambaan kepada sang pencipta. Kembali ini merupakan hakikat taubat.

1

Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda (Jakarta: Pustaka ImamAsy-Syafi’I, 2007), hal. 9.

2


(10)

Taubat adalah langkah awal, langkah tengah, dan langkah akhir. Artinya, seorang hamba yang menemukan jalan akan senantiasa bertaubat, tak pernah tinggal sampai dia mati. Dan apabila dia pindah ketempat lain, taubat pun ikut bersamanya dan selalu menyertainya. Jadi taubat merupakan langkah pemula bagi seseorang hamba dan juga langkah akhir. Allah Taala berfirman yang bunyinya: “dan bertaubatlah kalian semua kepada ku (Allah), hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS,An -Nuur:31)3

Salah satu komponen terpenting dalam dakwah tidak lain yaitu media, media yang dapat digunakan sebagai media dakwah yang efesien adalah media komunikasi massa (media massa), dalam konteks komunikasi massa film menjadi salah satu media atau saluran penyampaian pesannya, apakah pesan itu verbal atau nonverbal.

Film juga seperti halnya buku, Film adalah media khusus dari segi budaya, sebuah media yang penting. Dalam hal ini, hubungan film-penonton memiliki lebih banyak kesamaan dengan buku dari pada dengan televisi. Sama seperti orang membeli buku, orang juga membeli tiket bioskop. Karena khalayak adalah konsumen yang sebenarnya, kekuasaan lebih banyak tergenggam di dalam film dibandingkan televisi.4

Film di Indonesia semakin berkembang seiring berjalannya waktu yang makin lama makin modern, peran film tentunya sangat berpengaruh terhadap pandangan hidup masyarakat. Seiring berkembangnya film,

3

Ahmad Faridh, Pembersih Jiwa (Bandung: Penerbit Pustaka, 1990), hal. 213.

4

J.Baran Stanley, Melek Media dan Budaya, ( Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2002), hal. 228


(11)

muncul film-film yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, kriminal, gaya hidup populer, dan hal-hal negatif lainnya. Efek pesan yang ditimbulkan pada film dalam kemasan simbolik ada yang dirasakan secara langsung oleh khalayak bisa berupa perubahan emosi namun ada pula yang berdampak sangat panjang, nilai-nilai seperti itu tertanam dalam pikiran masyarakat yang menontonnya dan kemudian bila tersebar dalam masyarakat disadari atau tidak, dapat menjadi sebuah gaya hidup, cara pikir, mitos ataupun ideologi. Semua itu merupakan hasil bentukan dari muatan informasi dan hiburan yang di sajikan oleh perfilman indonesia.

Di sisi lain, film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat dipungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi. Selain itu film dianggap sebagai media yang pas dalam memberikan influence (pengaruh) bagi masyarakat umum. Penonton film seringkali terpengaruh dan cenderung mengikuti seperti halnya peran yang ada dalam film tersebut. Maka hal ini dapat menjadi peluang yang baik bagi pelaku dakwah ketika efek dari film tersebut bisa diisi dengan konten-konten keislaman.

Peran serta teknologi komunikasi (TV, internet, media cetak, elektronik dan film), Film sebagai media komunikasi dapat pula berfungsi sebagai media tabligh, karena film mempunyai kelebihan tersendiri dengan media-media lainnya. Menurut Onong Uchyana Efendi dalam bukunya “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi” menyebutkan bahwa film


(12)

merupakan media komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan tapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dengan kelebihan-kelebihan itulah, film dapat menjadi media tabligh yang efektif, dimana pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton secara halus dan menyentuh relung hati tanpa mereka merasa digurui.5

Hal ini senada dengan ajaran Allah SWT bahwa untuk mengkomunikasikan pesan, hendaknya dilakukan secara qawlan sadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam hati.6 Dengan karakter nya yang dapat berfungsi sebagai qawlan sadidan inilah, film diharapkan dapat menggiring pemirsanya kepada ajaran Islam yang akan menyelamatkan. Film ini banyak mengandung pesan baik dan dapat menggugah hati mereka yang melihatnya, dalam pesan itulah disebut dakwah. Pengertian dakwah sendiri adalah pekerjaan mengkomunikasikan pesan Islam kepada manusia. Secara lebih operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive yang rumusannya bisa diambil dari Al-Qur’an dan Hadits, atau dirumuskan oleh Da’i, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya. Dakwah ditujukan kepada manusia, sementara manusia bukan hanya telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang berfikir dan

5

Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 209

6


(13)

merasa, yang bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang diterima.7

Banyak sekali di dunia perfilman menampilkan dan menyuguhi masyarakat dengan berbagai film menarik. Masyarakat yang ingin menghabiskan waktu untuk mencari hiburan, salah satunya dengan datang ke bioskop. Banyak film menarik yang membuat hati para remaja tergugah salah satunya yaitu film Hijrah Cinta.

Film Hijrah Cinta adalah salah satu film yang mewarnai perfilman di Indonesia di tahun 2014 memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti. Antusiasme penonton sungguh luar biasa untuk Film Hijrah Cinta.

Hijrah Cinta adalah sebuah film garapan Multivision Plus yang menceritakan kehidupan almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori. Dengan di surtadarai oleh indra gunawan dan dirilis pada 24 juni 2014. Film ini diangkat dari kisah tentang kehidupan Almarhum Ustadz Jefri Al Buchori atau yang lebih dikenal dengan sebutan Uje.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film ini, tentang pilihan hidup, karena pada hakekatnya hidup itu pilihan, hidup kita mau jadi apa dan bagaimana kita yang menentukan. Dan banyak menginspirasi buat generasi muda untuk tidak terjerumus dengan namanya narkoba yang bisa menghancurkan masa depan dan impiannya, dan bahwa kehidupan dunia itu

7

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2006), hal. 1.


(14)

hanya sementara dan kehidupan yang kekal itu adalah akhirat. Lakukanlah yang terbaik dalam hidup ini tidak ada kata terlambat.

Adapun peneliti memilih film ini untuk dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik dikarenakan didalam film ini terdapat banyak pelajaran tentang proses seseorang yang lupa akan tuhannya akan tetapi pada akhirnya dia kembali kepadanya. Selain itu juga film ini cocok untuk dianalisis dengan semiotik model Roland Barthes dengan tanda-tanda dan juga makna-makna yang ada dalam analisis semiotik model Roland Barthes ini.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka perlu kiranya peneliti memfokuskan permasalahannya dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses tobat seorang pecandu narkoba dalam film hijrah cinta?

2. Bagaimana makna denotatif dan makna konotatif dalam film hijrah cinta? C. Tujuan Penelitian

Begitupun dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses tobat seorang

pecandu narkoba dalam film Hijrah Cinta.

2. Untuk mengetahui makna denotatif dan konotatif dalam film Hijrah Cinta.


(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu masukan dan pengembangan penelitian bagi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya dalam hal penelitian komunikasi dakwah di media audio visual.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai gambaran taubat seorang narkoba yang terdapat dalam film, lebih bisa memahami analisis framing dalam menganalisa film, dan dapat memberikan masukan bagi para pengelola film untuk selalu berkarya dalam menghasilkan film-film yang berkualitas yang mengandung nilai-nilai islami agar memberikan manfaat bagi para penontonnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberi masukan baru bagi para pembacanya serta mampu memberikan pemahaman tentang analisis framing dalam film berjudul Hijrah Cinta.

Dapat di gunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas.

E. Definisi Konseptual

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu gejala atau


(16)

menyatakan suatu ide (gagasan).8 Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang tindihan makna dalam masalah penelitian ini. Peneliti uraikan sebagai berikut :

1. Taubat

Taubat adalah penyesalan yang melahirkan kesungguhan tekad dan niat untuk kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan. Hakikatnya adalah menyesali dimasa lalu, dan meninggalkannya dimasa sekarang, serta bertekad untuk bersungguh-sungguh tidak menggulanginya kembali dimasa mendatang. Ketigahal ini terhimpun pada waktu terjadinya taubat. Pada waktu tersebut dia menyesal, meninggalkan dan bersungguh-sungguh bertekad. Saat itu dia juga kembali pada penghambaan kepada sang pencipta. Kembali ini merupakan hakikat taubat.

2. Film

Film merupakan drama yang disajikan melalui media teknologi audiovisual yang lengkap. Dalam proses produksinya tentu tidak berbeda jauh dengan drama atau teater yang biasa kita saksikan di panggung-panggung seni pentas. Terdapat aktris, sutradara, dialog, alurcerita, setting dan lain-lain. Yang berbeda adalah terletak pada cara pengemasannya. Jika drama hanya bisa kita saksikan sekali saja dalamsatu waktu dan setting tempatnya cenderung monoton, maka berbeda dengan drama, film memiliki

8

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.


(17)

tehnik perekaman melalui teknologi canggih yaitu kamera, sehingga dapat disaksikan berulangkali. Film juga bisa beberapa kali pindah setting tempat sesuai dengan tema adegan yang diambil.

3. Semiotika Roland Barthes

Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.

Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis idiologinya.


(18)

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras penuh kontroversi.9

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi ini, maka penulis akan membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisikan : a) Latar Belakang, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian: Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis, e) Definisi Konsep: Taubat, Film, dan Semiotika Roland Barthes, g) Sistematika Pembahasan: BAB I: Pendahuluan, BAB II: Kerangka Teoretik, BAB III: Metode Penelitian, BAB IV: Penyajian Data, dan BAB V: Penutup.

BAB II Kerangka Teoritik

Berisikan : Dalam bab ini memiliki empat pokok bahasan, yakni : a) kerangka teoritik : Tobat, Narkoba, Film, b) Penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III Metodologi Penelitian

9

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hlm. 15.


(19)

Berisikan: a) Pendekatan dan Jenis Penelitian, b) Unit Analisis, c) Jenis dan Sumber Data, d) Tahap Penelitian, e) Teknik Pengumpulan Data, e) Teknik Analisis Data.

BAB IV Penyajian Data

Berisikan : Dalam bab ini membahas a) diskripsi obyek penelitian, b) penyajian data, c) analisis data

BAB V Penutup


(20)

12 BAB II

KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka

1. Tobat

a. Pengertian Tobat

Dalam bahasa arab, kata tobat diambil dari huruf ta,wawu, dan ba’, menunjukkan pada arti pulang (al-ruju’) dan kembali (al-audah). Adapun maksud tobat kepada Allah adalah pulang kepadanya, kembali ke haribaannya, dan berdiri didepan pintu surgannya.1

Tobat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, susah serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita dilakukan sehingga menangis. Hati terasa pecah-pecah bila mengingati dosa-dosa yang dilakukan itu. Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan perbuatan dosa yang kita lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan itu kembali.

1

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Ke Cahaya Allah,(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2000), hal. 62.


(21)

Bertaubat kepada Allah swt., kata dasarnya tauban, taubatan, dan mataban. Maksudnya insyaf dari kemaksiatannya dan menyesalinya. Orang yang bertobat disebut tabi’in. Allah menerima tobatnya, maksudnya Allah mengampuninya dan kembali memberikan karunia kepadanya.2

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 222 :

إ ٱ حي َ ٱ تل حي ي ٱ ل

ير طت ٢٢٢

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Al-Baqarah [2] : 222).

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ ‘ulumuddin, tobat merupakan istilah yang tergabung dari tiga variabel , yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal. Semuannya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah.3

Menurut Sahl bin Abdullah At Tasturi berkata: “taubat adalah menggantikan gerakan-gerakan yang tercela dengan gerakan-gerakan yang terpuji dan demikian itu tidak sempurna kecuali dengan menyendiri, diam, makan-makanan yang halal.”4

Subtansi tobat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan perintah dan meninggalkan larangan. Al-Qur’an menyebutkan kata tobat dan devinisinya sebayak 85 kali, di dalamnya Allah menjelaskan tentang

2

Manal Abu Hasan, Meniti Jalan Taubat, (Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010), hal. 383.

3

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Ke Cahaya Allah,(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2000), hal. 65.

4

Imam Al-Ghozali, Ihya’ ‘ulumuddin Jilit 7, (Semarang: CV.ASY-SYIFA’, 2009), hal. 138.


(22)

bagaimana orang-orang terdahulu bertaubat, serta balasan dan pahala yang diberikan kepada orang yang bertaubat, dan siksannya yang didapatkan oleh orang yang bertaubat dalam kehidupan nyata.5 Dengan tobat seseorang hamba akan mendapatkan ampunan dari Allah. Allah berfirman:

ر فغل ي إ

اء ت ل

ص ل ع م

حل

مث

ٱ ه

دت

٢٢

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar” (QS : taha 82)

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya At-Taubah wal Inabah tobat yang sebenarnya memiliki beberapa tanda, diantarannya sebagai berikut:6

1) Bergaul dengan orang-orang yang saleh dan menjauhkan diri dari teman-teman yang buruk.

2) Menjadi lebih baik setelah tobat dibanding sebelumnya.

3) Segera meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan. 4) Orang yang bertaubat selaludisertai rasa takut kepada Allah, dan tidak

pernah merasa aman dari azab Allah sekejappun.

5) Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat.

6) Hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah sambil disertai penyesalan dan rasa takut, dan ini sesuai denagn besarnya kesalahan.

5

Ibnu Qayum AL-Jauziyah, Tobat Kembali kepada Allah, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hal. 16.

6


(23)

Dilihat dari pengertian, tobat dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang dikatakan tobat jika: bergaul dengan orang yang soleh dan menjauhkan diri dari teman yang buruk, menjadi lebih baik, baik sikap, tingkah laku maupun keimanan dibandingkan sebelum tobat, segera meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan dengan meningggalkan apa yang dilarang Allah dan melaksanakan apa yang di perintah Allah, orang yang bertaubat biasanya dihantui rasa takut kepada Allah dan tidak pernah merasa aman dari azab Allah artinya dia selalu hati-hati dalam melakukan sesuatu karena Allah selalu mengawasinya, Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat yaitu lebih baik melakukan ibadah-ibadah yang selama ini dia tinggalkan, hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah disertai penyesalan dan rasa takut, dan ini sesuai dengan banyaknya kesalahan. Karena tobat adalah berhijrah dari kesesatan menuju kebenaran untuk menggapai rahmat Illahi, kembali kepada ajaran Islam, dengan tidak mengulangi dosa tersebut.

b. Syarat sah atau diterimanya Tobat 1) Harus menghentikan maksiat.

2) Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya. 3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu kemali.

Dan apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia maka taubatnya ditambah dengan syarat keempat.


(24)

4) Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikannya.7

2. Narkoba

a. Pengertian Narkoba

Narkoba singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara istilah narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, bepengaruh terutama pada kerja otak dan sering menyebabkan ketergantungan8. Akibatnya kerja otak berubah meninngkat atau menurun demikian pula fungsi organ tubuh lain. Makanya narkoba tergolong racun bagi tubuh, jika digunakan tidak sebagaimana mestinya.

b. Pecandu Narkoba

Pecandu Narkoba adalah seorang penyalahgunaan narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis.

Awalnya kita dulu sepakat menamai barang haram itu “narkoba” dengan kepanjangan narkotika dan obat berbahaya. Lama-kelamaan disadari bahwa kepanjangan narkoba tersebut keliru, sebab istilah obat “berbahaya” dalam ilmu kedokteran obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas karena

7

Muhammad Fadholi, Keutamaan Budi Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, tt), hlm. 387.

8

Drs.H.A.Madjid Tawil, dkk.Penyalahgunaan Narkoba Dan Penanggulangannya, (Surabaya: BNP JATIM, 2010), hal. 3.


(25)

pemberiannya dapat membahayakan bila tidak melalui pertimbangan medis. Jenis obat seperti itu sangat banyak dan sifatnya tidak tergolong narkoba, misalnya antibiotik, obat jantung, obat darah tinggi, dan lain sebagainnya. Semua obat tersebut adalah obat-obat berbahaya, tetapi bukan narkoba.9

Ketergantungan narkoba adalah dorongan untuk menggunakan narkoba terus-menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. Berat ringannya gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis yang digunakan, serta lama pemakaian. Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya.

1) Pemakai

Istilah pemakaian narkoba secara terus-menerus tidak berarti harus setiap hari. Pemakaian tiap akhir pekan sudah dapat dikatakan terus-menerus. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukkan jumlah atau dosisnya, tetapi yang paling penting adalah akibat yang ditimbulkan dari pemakaian narkoba tersebut.

Seperti halnya gangguan pada salah satu fungsi, seperti fisik, psikologis atau sosial. Pada tahap pemakaian ia masih dapat menghentikannya. Jika telah terjadi ketergantunggan, ia sulit kembali ke pemakaian sosial, betapapun ia berusaha. Satu caranya adalah menghentikan sama sekali pemakaiannya dan atau mati.

9

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalagunaannya, (Jakarta: Erlangga, tt), hal 10


(26)

2) Kecanduan

Kecanduan dalam diri seseorang dapat dilihat dengan berbagai tahap, yaitu apabila terdapat rasa keinginan kuat secara kompulsif untuk memakai narkoba berkali-kali, lalu muncul kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba, baik dalam usaha menghentikannya ataupun mengurangi tingkat pemakaian. Ciri lain, terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakakain dikurangi.

Lalu ciri toleransi, jumlah narkoba yang diperlukan makin besar agar diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk memperoleh narkoba. Terus memakai, meski disadari akibat yang merugikan dan merusak tersebut.

Para pecandu tidak bisa berhenti begitu saja. Jika berhenti pemakaian, timbul gejala putus obat. Putus obat, akan berdampak pada intoksikasi, yaitu keracunan oleh narkoba. Di sini terjadi kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran. Dan dapat terjadi kerusakan otak dan menjadi gila atau kematian.

c. Bahaya Mengkonsumsi Narkoba

Narkoba memunculkan sekian banyak madharad dan (nyaris) tidak ada manfaatnya. Beberapa jenis narkoba hanya ada manfaatnya jika dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, pengobatan, dan medis. Syaratnya harus dalam pengawasan ahlinya yang berkompeten secara ketat dan terarah. Pemakaiannya pun sangat terbatas dan menurut petunjuk dokter. Narkoba


(27)

memiliki tiga sifat jahat yaitu: habitual, adiktif, dan toleran, ketiga sifat itu yang menyebabkan pemakai narkoba terperosok dalam jebakan: maju lebur, muncur hancur. Ketiga sifat inilah yang membuat pemakai narkoba menjadi budak setia selamanya atau mati merana sia-sia.10 Di luar itu semua, maka narkoba bisa merusak fisik dan psikis, raga dan jiwa.

Narkoba yang dikonsumsi akan masuk dalam peredaran darah, kemudian mengganggu pusat syaraf dan otak. Narkoba potensial mengganggu pikiran, perasaan, mental, dan perilaku para pemakainya. Para pemakai narkoba, lama kelamaan akan mengalami perubahan kepribadian, sifat, tabi’at, karakter, dan tidak mampu lagi mempergunakan akal sehatnya. Para pemakai narkoba sering mengalami keterasingan dan tereksternalisasi dari dirinya sendiri, dan menderita depresi berat. Singkatnya, para pemakai narkoba acab kali mengalami perubahan dari pribadi yang baik menjadi buruk, dari pribadi yang sehat menjadi sakit. Puncaknya, para pemakai narkoba sering kali meninggal karena over dosis atau ditangkap polisi dan dipenjarakan.

d. Narkoba dan Agama

Agama-agama besar dunia ternyata lahir tidak jauh dari sumber penghasil bahan yang sekarang digolongkan sebagai narkotika. Tiga abad sebelum nabi isa lahir, opium sudah dipergunakan sebagai obat di Mesir, bahkan dijadikan mata uang. Di Mesir opium dikenal sebagai obat tidur dan

10

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalagunaannya, (Jakarta: Erlangga, tt), hal. 27.


(28)

penenang sementara itu ganja telah dipakai oleh penduduk Asia kecil pada abad lima sebelum masehi, oleh memperoleh kesenangan dan kegembiraan.

Dalam kisah seribu satu malam yang mansyur itu serta ekspedisi tetang islam ke andalusia, beberapa penulis barat bercerita tentang penggunaan ganja dan hasish. Tetapi di jaman Nabi Muhammad, kisah opium dan ganja tidak terungkap secara jelas, kecuali masalah khamer, yaitu minuman keras beralkohol yang memabukkan.

Suatu ketika, Nabi Muhammad pernah menegur seseorang yang bernama Ibnu Suwaid yang membuat minuman beralkohol dari anggur dan kurma. Ibnu Suwait berkata bahwa minuman beralkohol yang dibikinnya akan dipakai sebagai obat. Lalu, Nabi Muhammad memperingatkan bahwa minuman beralkohol bisa memunculkan banyak penyakit dan madharad, dari pada manfaat. Tapi, dalam episode perjalanan umat Islam dari masa ke masa, ternyata khamer masih juga dikonsumsi oleh banyak orang. Inilah yang menjadi salah satu model dan kelemahan sejarah peradaban Islam. 3. Film

a. Pengertian Film

Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang dijadikan satu untuk disajikan ke penonton (publik). Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emisional dan mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi penonton, film hadir dalam bentuk penglihatan dan


(29)

pendengaran, dengan penglihatan dan pendengaran inilah penonton dapat melihat langsung nilai-nilai yang terkandung dalam film.11

Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.12

Film menunjukan kita pada jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia untuk masa yang akan datang, sehingga dengan perkembangannya film bukan lagi sekedar menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik, kapitalisme, dan hak-hak asasi manusia.13

Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur pemberi hidup kepada suatu gambar yang betapapun sempurnanya teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film tidak, atau

11

Syukriyadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93

12

Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal 76

13


(30)

kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi.

Di samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai “kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan “sedang dialami oleh khalayak” pada saat film diputar, makin terpenuhi. Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi yang mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu oleh khalayak, seakan-akan sedang mengalami apa yang dibawakan oleh film secara nyata. Oleh karena itu film mampu mengatasi masalah hambatan waktu seakan-akan “menarik suatu kejadian dari masa lampau ke masa kini”, dan ini dapat disaksikan dan dialami oleh khalayak film.

Ciri khas film adalah sebagai mana telah dikatakan tadi - gerakan. Gerakan ini dapat dilakukan oleh pelaku film atau oleh kamera yang digerakkan. Gerakan ini meningkatkan “perasaan mengalami kenyataan” pada pihak khalayak.14

b. Sejarah Film dan Perkembangannya

Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah

14

Walter Hagemann. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg


(31)

diproduksi dan enak ditonton. Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar,15 menciptakan ilusi gambar karena bergerak . Berlaku sebaliknya Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak pada setiap penontonnya,Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantumengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya

15


(32)

dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).16

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan mayarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee Misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dapat lebih mudah menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur tehnik, politik, ekonomi,sosial dan demografi yang merintangi surat kabar pada massa pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaan abad ke 19” film, kata Oey Hong Lee, mencapai puncaknya diantara perang dunia I dan perang dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya media televisi.

Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan berbagai studi komunkasi massa. Sayangnya, perkembangan studi komunikasi kerap berkutat sekitar kajian mengenai dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi penelitian

16

Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Kamunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hal. 190.


(33)

komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi mekanistik”, yang pertama kali diintroduksir oleh Shannon dan Weaver. Komunikasi selalu diasumsikan oleh paradikma ini sebagai etintas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebahlah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap mayarakat. Ini, misalnya, dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti: pengaruh film terhadap[ perkembangan anak, film terhadap agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.17

Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan, terutama teknik-teknik penyuntingan untuk menciptakan adeganadegan yang menegangkan. Penekanan juga diberikan lewat berbagai gerak kamera serta tarian para pendekar yang sungguh-sungguh bisa bersilat. Juga menambahkan trik penggunaan tali temali, yang tak tertangkap oleh kamera, yang memungkinkan para pendekar itu terbang atau melenting-lenting dengan nyaman dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, teknik-teknik mutakhir dilakukan dengan memanfaatkan sinar laser, seni memamerkan kembang api dan berbagai peralatan canggih yang lain.

Jika diingat, setiap pembuat film hidup dalam masyarakat atau dalam lingkungan budaya tertentu, proses kreatif yang terjadi merupakan

17


(34)

pergulatan antara dorongan subyektif dan nilai-nilai yang mengendap dalam diri.18

c. Jenis Film

Seiring perkembangan zaman, film pun semakin berkembang, tak menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi para aktor dan aktris, dan segi pembuatan film semakin berkembang. Dengan berkembangnya produksi perfilman, produksi film pun menjadi lebih mudah, film-film pun akhirnya dibedakan dalam berbagai macam menurut cara pembuatan, alur cerita dan aksi para tokohnya. Adapun jenis-jenis film yaitu:

1) Film Dokumenter

Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika rata-rata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi, dimana film ini menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.19

2) Film Laga (Action Movies)

Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar-kejaran mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah bahasan yang umum di film jenis ini. Film Action biasanya perlu sedikit usaha untuk meyimak, karena plotnya biasanya sederhana.

18

Marselli Sumarno. Dasar-Dasar Apresiasi Film. (Jakarta: PT. Grasindo. 1996), hal. 11-12.

19


(35)

3) Petualangan (Adventure)

Film ini biasanya menyangkut serorang pahlawan yang menetapkan pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang yang dicintai.

4) Animasi (Animated)

Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara untuk menceritakan sebuah berita. Film ini menggunakan gambaran tangan suatu frame pada suatu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan komputer. 5) Komedi (Comedies)

Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan hal-hal yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.

6) Horor

Menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik, pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di tempat film ini dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan takut para penonton.

7) Romantis

Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini. Kadang-kadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti keuangan, penyakit fisik, berbagai bentuk deskriminasi, hambatan psikologis atau keluarga yang mengancam untuk memutuskan hubungan cinta mereka


(36)

8) Drama

Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang jatuh cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka. Mereka bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka biasanya mengikuti plot dasar di mana satu atau dua karakter utama harus mengatasi kendala untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

d. Pengaruh Film

Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi. Ketika proses decording terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film tidak hanya sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter penonton.20

Pengaruh film terhadap jiwa manusia disebabkan karena, pertama disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop dan kedua dikarenakan sifat dari media itu sendiri, pada saat film akan dimulai, lampu-lampu dimatikan, pintu-pintu ditutup, sehingga dalam ruangan itu gelap sekali. Tiba-tiba tampak pada layar besar yang dihadapannya tampak

20

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam (bandung: benang merah press, 2004), hal: 93-94.


(37)

gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama. Seluruh mata tertuju pada layar, segenap perhatian dan seluruh perasaan tercurah pada film.21

Dalam film, orang-orang pandai menimbulkan emosi penonton, teknik film baik pengaturannya maupun peralatannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan. Menikmati cerita dalam film berlain dengan buku. Cerita dari buku disajikan dengan perantara huruf yang berderet secara mati, huruf-huruf itu mempunyai tanda, tanda-tanda itu mempunyai arti hanya dialam sadar, sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang dipertunjukan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan suara pada pelaku yang serta pada suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya pada layar bioskop seolah-olah kejadiannya nyata yang terjadi dihadapan matanya.

Ada beberapa efek atau pengaruh film terhadap penonton, diantaranya :

a. Kapasitas didalam memberi kritik dan reaksi tinggi

b. Keinginan individu-individu sendiri untuk melibatkan dirinya dalm situasi yang sedang dihadapi.

21

http//www.layar perak.com/home/layar/public html.header.php, diakses pada tanggal 25 juli 2016, pukul 11.10 Wib


(38)

c. Tingkat kesadaran individu bahwa dia berada di dunia yang nyata diantara lingkungan orang-orang banyak.22

Kekurangan film sebagai media dakwah, pakar komunikasi Rogers dan Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memilik dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut serta menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lainnya, lazarfueld menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan mempengaruhi masyarakat penerimanya.23

Perlu disadari bahwa film indonesia semakin hari semakin heboh. Banyak produksi-produksi film yang sekarang tidak sesuai dengan norma-norma dan malah menimbulkan efek-efek negatif pada lingkungan masyarakat. Bisa dilihat bahwa sering kali telinga kita mendengar kata-kata jorok yang sering tanpa sadar ditiru oleh para pendengar seperti kata “jancok, anjing, bangsat, dan masih banyak lagi yang lain”. Dan juga sering kali mata kita melihat hal-hal yang tidak senonoh atau adegan-adegan porno seperti halnya adegan mesra-mesraan, menampar, berantem, dan lain-lain yang tanpa sadar malah menjadi doktrin bagi para konsumennya. Sengaja maupun tidak sengaja kita dihadapkan dengan hal tersebut.

22

Yoyon Mudjiono, Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya), hal. 62.

23

http.//hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada tanggal 25 juli 2015, pukul 12.30 Wib.


(39)

Kebanyakan film yang marak sekarang hanya mementingkan bisnis semata bukan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.

e. Film Sebagai Media Dakwah

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pegirim kepada komunikan, pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.24

Dakwah secara istilah ialah mendorong (memotivasi) umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.25 Dan masih banyak Ulama’ yang berpendapat tentang pengertian dakwah tersebut, diantaranya:

1) H. Endang S. Anshari, Dakwah berarti menyampaikan (Tabligh) Islam kepada Manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan.

2) Ahamd Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa dakwah adalah aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pelaku pembahrunya. Oleh karena itu, yang menjadi

1

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 23.

25


(40)

inti dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seorang dan masyarakat secara kultural.26

3) Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-da’wat al-islamiyyat mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup aqidah, syariat, dan akhlak.27

4) Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul mursyidin, mengatakan dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Shekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya Dakwah ila al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi manusia agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf Nahi Munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.28

f. Film sebagai Kajian Semiotika

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktur atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest, film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk

26

Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Syafei, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 28.

27

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm. 6.

28


(41)

berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yaitu tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.29

Semiotik sebagai suatu cara untuk mengkaji tentang film. Semiotika beroperasi dalam wilayah tanda. Film dikaji melalui sistem tanda, yang terdiri dari lambang baik verbal maupun yang berupa ikon atau gambar.

Film menentukan ceritanya dengan cara khususnya sendiri. Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukkanya dengan proyektor dan layar. Begitulah, sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.30

Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang akrab,seperti pemotongan, pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom in), pengecilan gambar (zoom out),

29

Alex Sobur, Komunikasi Semiotika, Rosda Karya, Bandung, 2006, hal. 128.

30


(42)

memudar (fade), pelaturan (dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat, efek khusus (spesial effect). 31

g. Kelebihan dan Kekurangan Film sebagai Media Dakwah

Sebagaimana disebutkan diatas tentang berbagai macam media dakwah, yang mana salah satunya adalah melalui film. Tentunya sebagai media dakwah, film memiliki sisi positif dan negatif. Berikut adalah kelebihan dari film sebagai media dakwah:

1) Selain menyuguhkan suara, film juga menampilkan gambar yang mana membuat seseorang lebih memilih film karena menyuguhkan yang bervariatif berupa suara dan gambar.

2) Media film yang menghadirkan pesan yang hidup dalam setiap adegannya akan lebih mudah diingat dan menjadi sesuatu yang berkesan bagi penontonnya.

3) Khusus bagi khalayak anak-anak dan kalangan orang dewasa cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang disuguhkan film.

4) Film juga dapat mempengaruhi emosi penonton.

5) Pengajaran seperti shalat, manasik haji, dan do’a-do’a juga dengan mudah didapatkan melalui media film tersebut.

31

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wawancara, Analisis Semiotik, Analisis Framing, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009, hal. 130.


(43)

Film sebagai media dakwah tidak sepenuhnya memberikan kelebihan, ada juga kekurangan yang diberikan dari film sebagai media dakwah. Adapun kekurangan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dakwah melalui media terlebih film ini memerlukan biaya yang relatif mahal.

2) Kurangnya keteladanan yang diperankan oleh para artis karena perbedaan karakter ketika berada didalam dan diluar panggung.

Karena cerita yang disuguhkan dalam film ini bersifat tersirat, maka terkadang tidak semua penonton dapat menangkap secara jelas makna apa yang terkandung dalam film tersebut.

4. Semiotika Roland Barthes

Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.


(44)

Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras penuh kontroversi.32

B. Penelitian terdahulu yang relevan

NO Skripsi Karya Persamaan Perbedaan

1

Hj. Choiri sri wulandari,

Pembingkaian Film Negeri 5 Menara dalam Perspektif Sutradara, 2014

Sama sama meneliti film

Kajian dalam penelitian ini akan lebih

difokuskan pada rumusan suatu teori dakwah yang berangkat dari film “Negeri 5 Menara”

menggunakan

pendekatan kualitatif

32

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hlm. 15.


(45)

dengan metode framing. 2

Onik zakiyah, PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM AYAT AYAT CINTA, 2008

Sama sama

menggunakan analisis semiotik roland barthes dan sama-sama menganalisa film

Menggunakan model wacana van dijk dan menggunakan film yang berbeda.

3

Muchammad Zakari, Pesan Dakwah Dalam Novel

Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia, 2016

Didalam penulisan ini mempunyai kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel.

Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel. 4 Yusroinia achmada, “Assalamualaikum Cantik” episode “Fenomena Sosialita Hijabers” (analisis semiotik Roland Barthes), 2015.

Didalam penulisan ini mempunyai kesamaan menggunakan teks media menggunakan analisis siomotika

Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana simbol Kontroversi pesan dakwah yang terjadi dalam film Noah jika


(46)

diteliti dengan analisis semiotik model Charles Sander Pierce

sedangkan penelitian ini tobat seorang dalam film hijrah cinta

menggunakan analisis simiotika roland barthes.

5

Achmad Muhaimin, Kontroversi Pesan Dakwah dalam Film “Noah” (Analisis Semiotik Model Charles Sander Peirce), 2015.

Dalam penelitian mempunyai kesamaan yaitu menganilis mengunakan kualititif

Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana simbol Kontroversi pesan dakwah yang terjadi dalam film Noah jika diteliti dengan analisis semiotik model Charles Sander Pierce

sedangkan penelitian ini tobat seorang dalam film hijrah cinta

menggunakan analisis simiotika roland barthes.


(47)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan jalan keluarnya. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah.1 Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi pisau bedah bagi penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan demikian peneliti memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.2

Metodologi atau pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa

1

Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), hal. 15.

2


(48)

bentu, aktivitas, karateristik, perubahan, hubungan, dan persamaan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian kualitatif akan melakukan penggambaran secara mendalam tentang situsi atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini peneliti kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis. Penelitian kualitatif adalah kumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah.3 Peneliti dalam hal ini akan mendeskripsikan apa yang didapatkan dari hasil di lapangan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku

3

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.5.


(49)

yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek itu sendiri.4 Selain itu peneliti menggunakan model deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginteprestasi.5

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis semiotik. Menurut Bogdam dan Guba seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong yaitu pendekatan kualitatif adalah produser penelitian yang menghasilkan data diskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka-angka) hal ini ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa dan aktivitas sosial lainnya.6 Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk cuplikan frame dari scene-scene khususnya yang mengandung gambaran taubat pecandu narkoba dalam film hijrah cinta. Data-data tersebut kemudian diinterpektasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi lain secara ilmiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7

4

Robert Bogdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya: Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992), hal. 21-22.

5

MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.148.

6

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.6.

7

Suharsimi Arikunto, produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hal. 194.


(50)

Metode penelitian ini akan menggunakan analisis model Roland Barthes. Pada semiotik Roland Barthes ini, peneliti dapat mengetahui tentang bagaimana tobat seorang pecandu narkoba yang terjadi dalam film Hijrah Cinta dan menggemukakan makna dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah pesan teks.

2. Unit Analisis

Unit analisisnya adalah film Hijrah Cinta yang di sutradarai oleh Indra Gunawan yang menceritakan tentang kisah hidup almarhum ustad Jefry Al-Buchori tatkala Beliau masih menkonsumsi narkoba dan smpai dia hijrah kejalan yang benar. Dalam film ini dilengkapi dengan unsur drama, cinta, dan tobat. Secara keseluruhan durasi film Hijrah Cinta adalah 123 menit yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes.

Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya adalah shot dan scene yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang memiliki muatan tobat seorang pecandu narkoba yang dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam film tobat yang disampaikan oleh pembuat film atau sutradara belum tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film banyak dijumpai tanda-tanda ataupun simbol yang mempunyai makna tersembunyi.


(51)

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan apa yang dikonsepkan oleh Lofland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambah seperti dokumen dan lain-lain. 8

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah: 1) Data Primer

Jenis data dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini adalah data deskriptif yaitu transkip dan sinopsis dari film Hijrah Cinta untuk mengetahui tobat seorang narkoba apa saja dalam film ini. Transkrip yaitu kumpulan dialog berdasarkan cerita tersebut yang menunjukkan transkrip dalam film ini adalah dialog begitupun dengan sinopsis, sinopsis yaitu cerita singkat tentang isi yang terdapat dalam film.

2) Data Sekunder

8

Suharsimi Arikunto, produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hal. 157.


(52)

Tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk melengkapi data yang sudah ada seperti: buku-buku refrensi, serta situs-situs yang berkaitan dengan film Hijrah Cinta.

b. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data utama atau primer dan sumber data pelengkap atau skunder

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rekaman video film Hijrah Cinta, sedangkan data sekunder atau data pelengkap yaitu bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, video arsip maupun dokumen dan juga sumber data internet yang mendukung penelitian untuk memperoleh data yang relevan.

4. Tahapan Penelitian

Dalam tahapan ini dilakukan tahapan-tahapan penelitian agar penelitian ini bisa lebih sistematis dan juga bisa lebih optimal. Berikut tahapan-tahapan penelitian, antara lain:

a. Penjajakan

Penelitian ini berawal dari kegiatan penjajakan atau menjajaki permasalahan yang menjadi pusat perhatian peneliti. Mencari ruang lingkup peneliti yang sesuai dengan pusat penelitian yang akan dilakukan.9

b. Mencari dan Menetukan Tema

9

Burhan Bungin, Metodoligi Penelitian Sosial, (Surabaya: AirlanggaPress, 2001), hal. 37.


(53)

Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu bmencari permasalahan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian serta menentukan tema, peneliti mencari beberapa materi yang berhubungan dengan film untuk mencari obyek penelitian. Peneliti menyeleksi dan mencari judul yang menarik dan aktual namun tetap sesuai dengan kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan konsentrasi Radio dan Televisi (RTV). Kemudian membuat matriks usulan judul yang telah disetujui oleh jurusan yang kemudian berlanjut pada pembuatan proposal penelitian. Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Tobat Seorang Pecandu Narkoba Dalam Film Hijrah Cinta” (Analisis Semiotik Model Roland Barthes).

c. Menentukan Metode Dan Menyusun Desain Penelitian

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menentukan tema adalah menentukan metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Karena yang diteliti adalah tobat pecandu narkoba dalam film, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menganalisis data menggunakan analisis semiotik medel Roland Barthes. Adapun metode ini digunakan sebagai alat pembedah dalam menganalisis data yang menjadi objek penelitian yakni film Hijrah Cinta.

Sedangkan desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan yang akan dilakukan, yaitu dengan awalnya membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melakukan penelitian hingga pada


(54)

akhirnya membuat proposal. Beberapa pakar penelitian mengatakan bahwa apabila desain penelitian telah siap, maka separuh kerja dari penelitian tersebut telah rampung.

d. Diseminarkan

Setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan ujian proposal untuk diseminarkan kepada para penguji proposal yang telah ditunjuk untuk menjadi penguji. e. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyiapkan egala keperluan penelitian yang dibutuhkan mulai dari, bulboint, buku dan kertas, serta handphone. Peneliti melakukan penelitian terhadap film yang akan diteliti yaitu film Hijrah Cinta.

f. Melakukan Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dan pengamatan pada film Hijrah Cinta, mencari bagaimana tobat seorang pecandu narkoba yang terkandung dalam film tersebut.

g. Verifikasi Data

Tahap ini dimana peneliti malakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh dari proses penelitian yang dilakukan dengan penggunaan kalimat yang mudah dipahami, dan dilakukan berulangkali untuk mendapatkan hasil yang maksimal.


(55)

h. Analisis Data

Pada tahap ini proses penganalisaan data dari hasil data yang diperoleh dengan menggunakan metode yang ditentukan sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan, serta mendeskripsikan kedalam bentuk tulisan hasil penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan, yakni tobat seorang pecandu narkoba dalam film Hijrah Cinta.

i. Penulisan Skripsi

Langkah terakhir adalah dimana penulis mulai menyusun skripsi dari hasil laporan penelitian yang telah kita teliti dan kemudian diujikan, lalu dievaluasi dan bila ada kekurangan maka direvisi untuk melakukan perbaikan. Hal ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang dilakukan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian. Data diartikan fakta tersebut ditemui oleh peneliti ketika melakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, seorang pengumpul data (peneliti) adalah orang yang benar-benar mampu membaca fakta serta bisa membawa pulang fakta dalam arti semua berupa data-data hasil penelitian. Maka di dalam skripsi ini, penulis mencari data yangdibutuhkan dan diperoleh antara lain:


(56)

Observasi adalah kegiatan paling utama dan teknik pengumpulan data yang lazim dipakai peneliti kualitatif.10 Dengan menggunakan teknik pengumpulan data ini mengenai hal-hal yang tertulis bisa melalui sinopsis, gambar, ataupun rekaan makna dari film “Hijrah Cinta”.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah menghimpun dokumen, memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan, mencatat serta menafsirkan dan menghubung-hubungkannya dengan fenomena lain.11 Dalam hal ini penulis melakukan penghimpunan dan pengamatan melalui film “Hijrah Cinta”.

6. Teknik Analisis Data

Beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan dirumusan masalah akan dipecahkan dirumusan masalah akan dipecahkan dengan menggunakan analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes membuat model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Melalui analisis semiotik ini, kita tidak hanya mengetahui bagaimana tobat dilakukan melainkan juga bagaimana tobat yang benar. Simbol-simbol apa yang digunakan untuk mewakili tobat-tobat melalui film yang disusun pada saat disampaikan pada khalayak, berikut adalah cara untuk menganalisis menggunakan analisis semiotik:

a. Analisis Semiotik

10

Jalaludin Rakhmad, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hal.83.

11


(57)

Istilah semiotik berasal dari bahasa yunani “semeion” yang berarti “tanda”. Tanda di sini didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.12 Sedangkan secara terminologis dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Dimana aliran konotasi pada waktu menelaah sistem tanda tidak berpengaruh pada makna primer, tetapi melalui makna konotasi.13

Semiotika berasal dari kata Yunani: Semeion yang berarti tanda. Dalam pandangan pilihan penjelajahan semioika sebagai metode kajian kedalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karna ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain bahasa disajikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.14

Semiologi menurut Saussure seperti dikutip Hidayat, berdasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, di belakangnya

12

Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), hal. 7.

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Media, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2001), hal. 95.

14


(58)

harus ada sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, di sana ada sistem.

Sedangkan menurut Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya Semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat dinalar leat tanda, dalam pikirannya, logika sama dengan Semiotika dan Semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Dalam perkembangan selanjutnya istilah semiotika lebih populer daripada semiologi.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat di amati atau dibuat teramati dapat disebut tanda.

Hal-hal yang perlu dibahas pada semiotik ini antara lain: tanda (meliputi ikon, indeks dan simbol) dan kode.

1) Tanda (ikon, indeks, simbol)

Menurut Roland Barthes tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan.15 Tanda-tanda tersebut seperti mata uang koin. Satu sisi adalah penanda dan sisi lain adalah petanda dan uang koin itu sendiri adalah tanda. Penanda dan

15

Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kedubayaan Kontemporer, terjemahan Dwi Marianto dan Sunarto, ( Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), hal. 11.


(59)

petanda tidak dapat dipisahkan dari tanda itu sendiri. Penanda dan petanda membentuk tanda.

Menurut John Fikse, tanda merupakan suatu fisik, bisa dipresepsikan indra; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya.16 Hal yang ditunjuk oleh tanda, secara logis, dikenal sebagai referen (obyek atau petanda). Ada dua jenis referen, antara lain: pertama referen konkrit adalah sesuatu yang ditunjukkan hadir di dunia maya, misalnya kucing. Dapat diindikasikan hanya dengan menunjuk kucing. Kedua referen abstrak bersifat imajiner dan tidak dapat diindikasikan hanya dengan menunjuk pada suatu benda.17

Komunikasi menjadi efektif ketika tanda-tanda dipahami dengan baik berdasarkan pengalaman pengirim maupun penerima pesan. Sebuah pengalaman (perceptual field) adalah jumlah total

Berbagai pengalaman yang dimiliki seseorang selama hidunya. Semakin besar kesesuaian (commonality) dengan perceptual field penerima pesan, maka semakin besar pula kemungkinan tanda-tanda dapat diartikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Merujuk pada pemikiran Saussure yang meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa

16

John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), hal. 61.

17

Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal.7.


(60)

yang disebut penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental. Sedangkan petanda adalah apa yang dikatakan dan apa yang dibaca atau ditulis. Hubungan antara penanda dan petanda dibagi menjadi tiga, yaitu:18

a) Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalkan foto atau peta.

b) Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalkan asap adalah indeks dari api.

c) Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara penanda dan petanda semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan. Salah satu karakteristik simbol menurut perspektif Saussure adalah simbol tak pernah benarbenar logis (arbiter). Hal ini dikarenakan ketidak sempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda. Simbol keadilan yang berupa timbangan misalnya. Simbol tersebut tidak dapat digantikan dengan simbol kereta.19

2) kode

Kode merupakan sistem pengorganisasian tanda. Sistemsistem tersebut dijalankan oleh aturan-aturan yang disepakati oleh semua anggota komunitas yang menggunakan kode-kode tersebut. Oleh karena

18

Alex Sobur, Analisis Teks Media: suatu pengantar untuk analsisi wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, …, hal. 126.

19


(1)

89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Pada bagian akhir skripsi ini, penulis membuat kesimpulan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah penulis kerjakan.

1. Cerita yang terdapat dalam film Hijrah Cinta ini jelas, sehingga memudahkan penonton dalam menafsirkannya, dimulai dari jefri yang memakai narkoba, jefri yang sadar akan perbuatannya, dan diakhiri dengan kesuksesan yang diraih oleh jefri, disini semua difilmkan dengan alur yang jelas.

Maka dapat disimpulkan bahwa dari Indikator-indikator peneliti masih membagi menjadi sub-sub indikator yang mengarah ke tanda-tanda seseorang yang melakukan pertobatan, perilaku-perilaku tersebut yang umumnya dilakukan masyarakat umat muslim, ketika berhubungan dengan kewajiban, seperti melakukan sholat. Sholat jum’at, berdakwah, menafkahi keluarga, bertutur sopan lemah lembut, mengajak kepada jalan Allah, juga perilaku-perilaku positif lainnya. Akan tetapi perilaku tersebut dilakukan oleh orang yang dahulunya suka mabuk, mengkonsumsi narkoba, melawan orang tua dan yang sering melakukan perilaku negatif-negatif lainnya. Tentunya gambaran tobat disini muncul, dari yang awalnya buruk menjadi baik, yang awalnya meninggalkan perintah Allah menjadi melaksanakan. Karena menurut teori tobat diatas bahwa orang yang bertobat adalah kembali kepada Allah dengan


(2)

90

melaksanakan apa yang dicintainya dan meninggalakn apa yang dibencinya. Pesan-pesan positif ini contoh salah satu pesan yang dapat merubah pola pikir khalayak yang menonton, sehingga terjadi perubahan perilaku disitulah peran film sebagai media yang mengkonstruksi masyarakat melalui pesan-pesannya.

2. Makna denotatif dalam film Hijrah Cinta adalah penggambaran seorang pemuda bernama Jefri. Jefri adalah pemuda dengan rambut gondrong yang senang mengkonsumsi narkoba dan mabuk-mabukan. Hubungan dengan keluarganya pun sudah tak harmonis lagi. Namun karena rasa cinta dari orang tua yang selalu mendo’akan dan juga do’a dari sang istri Jefri yang dulu seorang berandalan kini berubah menjadi ustadz yang dicintai umat. sedangkan Makna konotatif dalam film Hijrah Cinta merupakan kisah seorang pecandu narkoba yang disadarkan oleh istrinya dengan cara mendoakannya setiap hari dengan tujuan ingin menjadikan jefri sebagai imam yang benar-benar bertanggung jawab sebagai suami yang mampu untuk menafkahinya. Dan pada akhirnya jefri bisa sukses menjadi orang yang bisa dijadikan panutan bagi masyarakat.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian dan menganalisis filmhijrah cinta, peneliti memberikan saran yang semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak:


(3)

91

1. Peneliti mengharapkan kepada para sineas perfilman indonesia agar terus berkarya menghasilkan film-film yang berkualitas, bermanfaat, mendidik, dan membawa nilai positif bagi masyarakat indonesia, salah satu contohnya yaitu film Hijrah Cinta.

2. Peneliti mengharapkankepada masyarakat sebagai penonton yang cerdas kritis dalam memilih tontonan yang membawa dampak positif tentunya sesuai dengan segmentasi serta konten yang terkandung dalam film tersebut.

3. Peneliti berharap MVP terus memberikan karya-karya yang bukan sekedar tontonan akan tetapi harus menjadi tuntunan yang berpegang pada tata nilai sosoal, budaya bagi semua lapisan usia, strata tanpa ada sekat-sekat pembatas suku, agama maupun ras. Tentunya selalu berpegang pada visi dan misi tersebut. Seperti dalam film Hijrah Cinta yang dapat menyampaikan pesan-pesan religi dan inspiratif secara halus.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Idrus. 1000 jalan Menuju Taubat (Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2013). Abu Hasan, Manal. Meniti Jalan Taubat, (Jakarta: Cakra Lintas Media, 2010). Al-Ghozali, Imam. Ihya’ ‘ulumuddin Jilit 7, (Semarang: CV.ASY-SYIFA’, 2009). AL-Jauziyah, Ibnu Qayum. Tobat Kembali kepada Allah, (Jakarta: Gema Insani, 2006). Arikunto, Suharsimi. Produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Bina

Aksara, 1989).

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos, 2001)

Berger, Arthur Asa. Tanda-tanda dalam Kedubayaan Kontemporer, terjemahan Dwi Marianto dan Sunarto, ( Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000).

Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gintanyali, 2004).

Bogdan, Robert dan J. Taylor, Steven. Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya: Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992).

Bungin, Burhan. Metodoligi Penelitian Sosial, (Surabaya: AirlanggaPress, 2001).

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012).

Dedi, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002).

Effendy, Heru. Mari Membuat Film, (Jakarta: Erlangga, 2009).

Fadholi, Muhammad. Keutamaan Budi Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,) Faridh, Ahmad. Pembersih Jiwa (Bandung: Penerbit Pustaka, 1990).

Fiske, John. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 2004).

Hagemann, Walter. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg (Bandung: Angkasa Ofset, 1952).

Ibrahim, Idy Subandy. Budaya Populer sebagai Kamunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011).

Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam (bandung: benang merah press, 2004). Kusnawan, Buku Berdakwah, (Bandung: Benang Merah perss,2004).


(5)

Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 1989).

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).

Mudjiono, Yoyon. Komunikasi Penyiaran Islam (Surabaya: Fak. Dakwah, IAIN Surabaya). Muhammad, Syaikh bin Ibrahim al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda (Jakarta: Pustaka

ImamAsy-Syafi’I, 2007).

Nazir, Muchammad. Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989).

Noth, Winfried. Hand Book of Semiotics (India: Indiana University Press, 1990).

Partodiharjo, Subagyo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalagunaannya, (Jakarta: Erlangga,) Qardhawi, Yusuf. Kitab Petunjuk Tobat Kembali Ke Cahaya Allah,(Bandung: PT Mizan

Pustaka, 2000).

Rakhmad, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995).

Sambas, Syukriyadi. Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004).

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Media, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2001).

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003). Soeharto, Irawan. Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Stanley, J.Baran. Melek Media dan Budaya, ( Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2002). Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. (Jakarta: PT. Grasindo. 1996).

Tawil, A.Madjid., dkk. Penyalahgunaan Narkoba Dan Penanggulangannya, (Surabaya: BNP JATIM, 2010).

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009).

Uchjana, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993).

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013).

http.//hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada tanggal 25 juli 2015, pukul 12.30 Wib.


(6)

http//www.layar perak.com/home/layar/public html.header.php, diakses pada tanggal 25 juli 2016, pukul 11.10 Wib

http//www.situskuncitripod.com/teks/viktor diakses 25 juni 2016, pukul 11.00 Wib. https://id.wikipedia.org/wiki/Hijrah_Cinta#cite ref-1. (diakses pada tanggal 31 mei 2016).