Teknik Analisis Data PROFIL ABSTRAKSI SISWA KELAS IX DITINJAU DARI KEMAMPUAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING.

c Siswa dikatakan mampu merangkai ciri dua bangun ruang jika ia telah menggabungkan ciri dua bangun ruang atau lebih. Hasil merangkai dikatakan 1 benar jika ciri tersebut dimiliki bangun ruang yang menjadi satu kelompok dan semua bangun ruang yang ada secara lengkap dirangkaikan menurut ciri yang sama, 2 cukup benar jika ciri tersebut dimiliki bangun ruang yang menjadi satu kelompok, namun tidak semua bangun ruang yang ada secara lengkap dirangkaikan menurut ciri yang sama, 3 kurang benar jika ciri tersebut hanya dimiliki oleh salah satu dari bangun ruang dalam satu kelompok tersebut, dan 4 tidak benar jika ciri yang dituliskan tidak dimiliki oleh semua bangun ruang dalam kelompok tersebut. Dari dua aktifitas merangkai ciri yang dilakukan oleh dua subjek diambil hasil rangkaian yang paling mendekati tidak benar. 3 Aktivitas mengkonstruksi Siswa dikatakan telah mampu mengkonstruksi hubungan antar bangun ruang jika ia telah mengorganisir ciri yang dimiliki dua bangun ruang atau lebih ke dalam sebuah skema yang menggambarkan hubungan antar bangun ruang. Hasil mengkonstruk dikatakan 1 benar, jika sesuai dengan salah satu kemungkinan skema pada BAB II hal 20-21 atau sesuai dengan aktivitas merangkainya, dan semua bangun ruang yang ada secara lengkap dituliskan, 2 cukup benar, jika sesuai dengan salah satu kemungkinan skema pada BAB II hal 20-21 atau sesuai dengan aktivitas merangkainya, namun tidak semua bangun ruang yang ada secara lengkap dituliskan, 3 tidak benar, jika tidak sesuai dengan salah satu dari kemungkinan skema pada BAB II hal 20-21 maupun aktivitas merangkai yang dilakukannya. Dari dua aktifitas mengkonstruk yang dilakukan oleh dua subjek diambil hasil rangkaian yang paling mendekati tidak benar

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan a. Persiapan b. Penyesuaian instrument penelitian 2. Tahap kegiatan inti a. Pemberian tes kemampuan berpikir matematis Rigor kepada siswa-siswa calon subjek penelitian dan juga wawancara. b. Pengelompokan siswa berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir matematis Rigor c. Mengambil 2 siswa dari masing-masing level RMT untuk tes abstraksi geometri d. Pemberian tes abstraksi geometri sekaligus wawancara 3. Tahap analisis data Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis data yang dilakukan adalah analisis hasil tes abstraksi geometri dan observasi. Dengan cara mengelompokkan tiap- tiap data berdasarkan kriteria tingkat abstraksi geometri. 4. Tahap penyusunan laporan Penyusunan laporan akan dilakukan berdasarkan pada hasil analisis data yang telah didapat. 45 BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Matematis Rigor

Tes kemampuan berpikir matematis rigor diberikan kepada siswa kelas IX-A Bilingual MTs Negeri Ponorogo yang berjumlah 23 siswa berdasarkan pertimbangan dari guru mapel terkait indikator Rigorous Mathematical Thinking RMT. Berdasar hasil tes berpikir matematis rigor lampiran 10, diambil 6 nama yang memperoleh skor tertinggi di masing-maing level untuk subjek tes abstraksi geometri. Berikut subjek tersebut, 1. Elfiesna Nur Rachamadiyanto Subjek KL 1 2. Qurrotul „ain L.F Subjek KL 2 3. Novita Indah Ramadhani Subjek KN 1 4. Fitriani Fatma W. Subjek KN 2 5. Anis Fauzia Subjek RA 1 6. Dhahabani Yunisa A Subjek RA 1

B. Deskripsi dan Analisis Data

1. Data Subjek RMT Level 1 Berpikir Kualitatif

a. Subjek KL

1 Subjek KL 1 mengerjakan tes sebanyak empat soal dari tujuh soal yang diberikan, dalam waktu 59 menit. Subjek KL 1 terlihat tenang pada saat awal mengerjakan tes. Seperti layaknya seorang siswa yang mengerjakan tes, subjek kebanyakan hanya menanyakan maksud dari pertanyaan. Butir soal nomor 1 yang menyajikan 16 bangun ruang yang berbeda- beda mampu ia kelompokkan kedalam 5 kelompok pada awalnya. Ketika menginjak ke butir soal nomor 2, subjek KL 1 mulai mengecek kembali jawaban yang telah dituliskannya pada soal nomor 1, dan akhirnya subjek mengelompokkannya menjadi 9 kelompok bangun ruang seperti berikut, Hasil pengerjaan pada Gambar 4.1 di atas menunjukkan ada beberapa bangun yang dicoret dan dipindah kelompok oleh subjek. Salah satunya bangun yang awalnya ada dalam kelompok 2, oleh subjek dicoret dan dituliskan kedalam kelompok 8. Alasan pencoretan ini ditunjukkan pada cuplikan wawancara berikut P 1.1.13 - S 1.1.14 , P 1.1.13 : mbak boleh tau kenapa bangun g yang awalnya kelompok 2 kamu coret dan kamu pisah menjadi kelompok 8 sendiri? S 1.1.13 : karena yang g ini punya hal yang beda tersendiri, sisinya sama semua, bentuknya persegi, kalo yang dikelompok 2 kan gak persegi. P 1.1.14 : misal dijadikan satu? S 1.1.14 : emb, gak mbak, udah beda. Hasil wawancara diatas P 1.1.13 - S 1.1.14 menunjukkan bahwa pertimbangan yang digunakan subjek untuk membedakan dengan kelompok 2 adalah besar sisinya. Bangun menurut subjek beda karena sisinya persegi, sedangkan anggota dari kelompok dua tidak semuanya persegi. Hal ini sudah menunjukkan bahwa dalam mengenali subjek menggunakan atribut rutin, yakni besar sisi dari bangun ruang. Penggunaan atribut rutin dalam aktivitas mengenali ini juga ditunjukkan subjek ketika menuliskan pertimbangan Gambar 4.1 Hasil Tes Abstraksi Subjek KL 1 Butir Soal 1 Gambar 4.2 Hasil Tes Abstraksi Subjek KL 1 Butir Soal 2 untuk tiap-tiap kelompok yang dibentuk, seperti terlihat pada gambar 4.2 berikut, Pertimbangan yang dituliskan subjek pada Gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa subjek banyak menggunakan atribut rutin, yaitu bentuk sisi dan alas. Sayangnya subjek tidak menuliskan pertimbangan untuk kelompok 9, yang hanya beranggotakan paralelepipedum. Pertimbangan subjek untuk kelompok 9 ini ditunjukkan dalam cuplikan percakapan berikut S 1.1.25 - P 1.1.26 , S 1.1.25 : ……..Untuk bangun n ini saya bingung apa sama dengan g atau tidak, tapi yang n ini bukan persegi, karena miring, makanya saya sendirikan, tapi saya belum tau namanya, apa mbak ini namanya? Hehehe P 1.1.25 : belum pernah lihat yang seperti ini? S 1.1.25 : mungkin pernah, tapi belum tau namanya. P 1.1.26 : ini namanya bangun paralelepipedum, bangun ruang dengan sisi segiempat yang sama besar.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Metaphorical Thinking Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

6 55 184

PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen di kelas XI pada salah satu SMA di Kota Bandung.

12 47 892

PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen di kelas XI pada salah satu SMA di Kota Bandung.

6 31 50

PROFIL KEMAMPUAN ESTIMASI BERHITUNG SISWA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KEIRSEY.

8 15 207

PROFIL KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) DI SMPN 1 SIDOARJO.

1 3 200

KEMAMPUAN LITERASI DAN DISPOSISI STATISTIS MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) - repository UPI T MAT 1402122 Title

0 0 12

Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII MTsN 3 Mataram berdasarkan Kemampuan Spasial ditinjau dari Gender

0 1 7

Eksperimentasi Model Pembelajaran Rigorous Mathematical Thinking dan Problem Based Learning terhadap Pemahaman Konseptual dan Kompetensi Strategis pada Materi Geometri ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin Siswa SMPN di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 201

0 1 17

ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMA KELAS X DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

0 0 17

DESKRIPSI KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA KELAS X MAN 2 PURWOKERTO DITINJAU DARI KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)

0 0 16