Profil Abstraksi Geometri Siswa Kelas IX

dihasilkan keduanya sama-sama sudah cukup baik dan sesuai aktifitas yang dilakukan sebelumnya, namun kurang lengkap untuk subjek KN 1 . Skema yang dihasilkan subjek KN 1 tidak menuliskan prisma dan limas secara umum, tetapi hanya menuliskan prisma dan limas dengan alas tertentu. Bangun paralelepipedum juga tidak dituliskan karena istilah ini belum akrab di telinganya, hal ini juga terjadi pada subjek KN 2 . Paralelepipedum memang belum dikenalkan dalam jenjang sekolah menengah, sehingga hal ini dapat dimaklumi. Subjek KN 2 sendiri telah dengan benar melakukan aktifitas ini, skema nya sudah benar dan lengkap. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa siswa kelas IX berkemampuan RMT level 2 berpikir kuantitatif telah mampu melakukan aktivitas mengkonstruks konsep bangun ruang namun skemanya cenderung tidak benar.

3. Profil Abstraksi Geometri Siswa Kelas IX

Berkemampuan RMT Level 3 Berpikir Relasional Abstrak Subjek RA 1 dan RA 2 sama-sama mampu mengelompokkan enam belas bangun ruang kedalam 3 kelompok meskipun pertimbangan dan jenis untuk masing-masing kelompok berbeda, begitupun anggotanya. Namun, pertimbangan yang dituliskan kedua subjek untuk pengelompokan ini sama-sama cenderung menggunakan atribut rutin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX berkemampuan RMT level 3 berpikir relasionl abstrak cenderung menggunakan atribut rutin ketika melakukan aktivitas mengenali bangun ruang. Penulisan ciri-ciri untuk setiap kelompok juga cenderung menggunakan atribut rutin, baik subjek RA 1 maupun RA 2 . Pemberian definisi untuk masing-masing kelompok oleh subjek RA 1 pada masing-masing kelompok yang telah dibuatnya merupakan definisi yang kurang akurat, karena beberapa tidak didefinisikan, dan yang terdefinisipun tidak disertai nama yang jelas, walaupun sudah sesuai dengan anggota kelompok yang dimaksud. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh subjek RA 2, subjek sudah cukup baik dan akurat dalam pendefinisian kelompok bangun ruang yang dibuatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas IX berkemampuan RMT level 3 berpikir relasionl abstrak sudah mampu mendefinisikan bangun ruang namun kurang akurat. Aktifitas merangkai mampu dilakukan subjek RA 1 dengan baik, meskipun kurang lengkap, karena ada bangun ruang yang tidak diikutkan dalam skema yang dihasilkan yaitu polyhedron dan paralelepipedum. Istilah polihedron dan paralelepipedum memang belum diperkenalkan kepada siswa sekolah menengah pertama sebelumnya, sehingga hal ini wajar terjadi. Selain itu beberapa bangun ruang dikelompokkan dalam satu kelompok yang tidak mempunyai ciri yang dituliskan pada kolom pertimbangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa subjek RA 1 telah melakukan aktifitas merangkai dengan kurang benar. Berbeda dengan subjek RA 1 , subjek RA 2 melakukan aktifitas merangkai dengan cukup benar. Pertimbangan dan anggota-anggota kelompok telah bersesuaian, namun ada bangun ruang yang tidak ikut dikelompokkan. Dari dua subjek ini, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX berkemampuan RMT level 3 berpikir relasional abstrak telah mampu melakukan aktifitas merangkai ciri yang sama namun kurang benar. Aktifitas mengkonstruk pun juga telah mampu dilakukan kedua subjek dengan baik, sesuai dengan aktifitas mengenali dan merangkai yang dilakukan oleh masing-masing subjek, namun kurang lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX berkemampuan RMT level 3 berpikir relasional abstrak telah mampu melakakan aktifitas mengkonstruk dengan cukup benar. 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa profil abstraksi siswa kelas IX pada materi Geometri dimensi tiga sebagai berikut, 1. Siswa berkemampuan level 1 berpikir kualitatif pada fungsi kognitif Rigorous Mathematical Thinking cenderung menggunakan atribut rutin saat aktivitas mengenali dan saat menuliskan ciri-ciri bangun ruang. Ketika mendefinisikan kelompok-kelompok bangun ruang, siswa cenderung menuliskan definisi yang tidak akurat. Pada aktivitas merangkai ciri yang sama, siswa level 1 belum mampu melakukannya, begitu juga dengan aktifitas mengkonstruks. 2. Siswa berkemampuan level 2 berpikir kuantitatif pada fungsi kognitif Rigorous Mathematical Thinking cenderung menggunakan atribut rutin saat aktivitas mengenali dan saat menuliskan ciri-ciri bangun ruang. Ketika mendefinisikan kelompok-kelompok bangun ruang, siswa cenderung menuliskan definisi yang tidak akurat. Pada aktivitas merangkai ciri yang sama, siswa level 2 telah mampu melakukannya dengan cukup benar. Aktifitas mengkonstruk hubungan antar bangun ruangpun juga telah mampu dilakukan siswa level 2, namun cenderung tidak benar. 3. Siswa berkemampuan level 3 berpikir relasional abstrak pada fungsi kognitif Rigorous Mathematical Thinking cenderung menggunakan atribut rutin saat aktivitas mengenali dan saat menuliskan ciri-ciri bangun ruang. Definisi yang dituliskan untuk tiap-tiap kelompok bangun ruang cenderung sudah benar namun kurang akurat. Aktivitas merangkai ciri yang sama telah mampu dilakukan namun kurang benar. Aktifitas mengkonstruk hubungan antar bangun ruang juga telah mampu dilakukan siswa pada level 3 ini dengan cukup benar.

B. Saran

1. Pembelajaran matematika sebaiknya tidak hanya terfokus pada hasil prestasi siswa, namun juga proses siswa ketika mendapatkan sebuah konsep, maka diperlukan desain

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Metaphorical Thinking Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

6 55 184

PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen di kelas XI pada salah satu SMA di Kota Bandung.

12 47 892

PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen di kelas XI pada salah satu SMA di Kota Bandung.

6 31 50

PROFIL KEMAMPUAN ESTIMASI BERHITUNG SISWA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KEIRSEY.

8 15 207

PROFIL KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) DI SMPN 1 SIDOARJO.

1 3 200

KEMAMPUAN LITERASI DAN DISPOSISI STATISTIS MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) - repository UPI T MAT 1402122 Title

0 0 12

Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII MTsN 3 Mataram berdasarkan Kemampuan Spasial ditinjau dari Gender

0 1 7

Eksperimentasi Model Pembelajaran Rigorous Mathematical Thinking dan Problem Based Learning terhadap Pemahaman Konseptual dan Kompetensi Strategis pada Materi Geometri ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin Siswa SMPN di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 201

0 1 17

ANALISIS KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMA KELAS X DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

0 0 17

DESKRIPSI KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA KELAS X MAN 2 PURWOKERTO DITINJAU DARI KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)

0 0 16