PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI STRATEGI SCAFFOLDING-KOOPERATIF

(1)

Merta Dhewa Kusuma

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI

STRATEGI SCAFFOLDING-KOOPERATIF

Oleh

Merta Dhewa Kusuma

Fisika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap siswa sebagai pelajaran yang cukup sulit. Anggapan inilah yang membuat siswa kurang memiliki rasa keingintahuan dan sikap kritis terhadap fisika sehingga sikap ilmiah siswa rendah, dan berdampak pada rendahnya hasil belajar fisika dan kemandirian belajar siswa. Untuk itu dilakukan penelitian untuk melihat sikap ilmiah yang baik dapat mempengaruhi hasil belajar fisika dan kemandirian belajar siswa yang baik pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui strategi Scaffolding-kooperatif; (2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui strategi Scaffolding-kooperatif. Strategi Scaffolding-kooperatif merupakan strategi berbantuan oleh guru kepada siswa secara berkelompok dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat saling berinteraksi dengan teman sekelompok dan dapat mendorong sikap ilmiah siswa lebih tinggi. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Tunas Harapan Bandarlampung pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013


(2)

Merta Dhewa Kusuma yang berjumlah 20 orang. Pemilihan kelas sampel dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah karena hanya ada satu kelas XI IPA di SMA Tunas Harapan Bandarlampung. Penelitian ini menggunakan desain one-shot case study. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah: (1) ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui strategi Scaffolding-kooperatif; (2) ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui strategi Scaffolding-kooperatif. Persentase rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 67% dengan kategori tinggi. Sedangkan rata-rata nilai belajar siswa adalah sebesar 66 dengan kategori tinggi. Untuk kemandirian belajar, persentase rata-rata kemandirian belajar siswa adalah sebesar 66% dengan kategori tinggi. Dengan demikian, sikap ilmiah siswa yang tinggi dapat mempengaruhi hasil belajar dan kemandirian belajar siswa yang tinggi pula.

Kata kunci: sikap ilmiah, hasil belajar, kemandirian belajar, strategi Scaffolding -kooperatif.


(3)

PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI

STRATEGI SCAFFOLDING-KOOPERATIF

(Skripsi)

Oleh

MERTA DHEWA KUSUMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI

STRATEGI SCAFFOLDING-KOOPERATIF

Oleh

MERTA DHEWA KUSUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI STRATEGI SCAFFOLDING -KOOPERATIF

Nama Mahasiswa : Merta Dhewa Kusuma Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022052

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP. 19671004 199303 1 004


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Merta Dhewa Kusuma

NPM : 0913022052

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Kotabumi Lampung Utara

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Merta Dhewa Kusuma NPM. 0913022052


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara, pada tanggal 17 Mei 1991 anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Manap, B. Sc dan Ibu Roswani.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di TK Aisyah Kotabumi. Pada tahun1997 penulis melanjutkan pendidikannya di MIN I Kotabumi,

diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Kotabumi hingga tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan

pendidikannya di SMA Negeri 1 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Merbau Mataram, Desa Talang Jawa, Kecamatan Merbau

Mataram, Kabupaten Lampung Selatan dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tempat yang sama. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian di SMA Tunas Harapan Bandarlampung.


(9)

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya” (Q.S. Al-Baqarah : 286)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa yang kita

butuhkan, bukan apa yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”

(HR. Thabrani)

“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ”


(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Papa dan Mama tercinta yang sudah bersusah payah membesarkan, mendidik, memperhatikan, dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang tidak pernah putus. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Atu tersayang Maria Dhewa Lesmana (Alm) yang menjadi inspirasi penulis. Adik-adik tersayang Mira Triadhewa dan M. Hafiedz Dhewa Roesmana yang selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan untuk

keberhasilan penulis.

3.

Mbah tersayang yang selalu mendoakan, memperhatikan, dan memberikan penulis semangat untuk mencapai cita-cita.

4.

Keluarga Besar yang selalu mendukung keberhasilan penulis.

5.

Cawan tersayang (Bebe, Citra, Galuh, Hanny, Mita, Rina, dan Uni), terima kasih untuk persaudaraan kita selama ini, semoga kalian tetap menjadi sahabat terbaik penulis.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Ibu Sri Widayati, S.Pd., selaku Kepala SMA Tunas Harapan Bandarlampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(12)

9. Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA SMA Tunas Harapan Bandarlampung atas bantuan dan kerjasamanya. 10.Teman-teman seperjuangan P.Fisika 2009 A dan B serta kakak dan adik

tingkat di Program Studi Pendidikan Fisika atas bantuan dan kebersamaannya.

11.Cawan tersayang, Bebe, Citra, Galuh, Hanny, Rina, Mita, dan Uni Putri yang selalu memberikan semangat, dukungan, canda tawa, mendengarkan segala keluh kesah penulis, memberikan nasehat, dan perhatian. Terima kasih atas segala kegilaan yang pernah kita buat, kalian tidak akan pernah terganti. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

12.Keluarga penulis di kostan, terimakasih atas persaudaraannya. Khususnya hawa Ama atas kebersamaannya selama ini, semoga kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita.

13.Teman – teman KKN dan PPL yang selalu menghibur dan mendukung

penulis. Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar lampung, April 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 8

1. Sikap Ilmiah ... 8

2. Hasil Belajar ... 12

3. Kemandirian Belajar ... 14

4. Strategi Scaffolding ... 17

5. Pembelajaran Kooperatif ... 20

B.Kerangka Pikir ... 22

C.Hipotesis ... 24

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 26


(14)

xiii

C.Desain Penelitian ... 26

D.Variabel Penelitian ... 27

E. Data Penelitian ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G.Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Hasil Belajar ... 28

2. Sikap Ilmiah Siswa ... 28

3. Kemandirian Belajar Siswa ... 29

H. Analisis Instrumen ... 30

1. Uji Validitas ... 30

2. Uji Reliabilitas ... 30

I. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 31

1. Analisis Data ... 31

2. Pengujian Hipotesis ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 39

1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 40

a. Uji Validitas Hasil Belajar ... 40

b. Uji Validitas Kemandirian Belajar ... 41

c. Uji Reliabilitas Hasil Belajar ... 42

d. Uji Reliabilitas Kemandirian Belajar ... 43

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 43

3. Data Hasil Penelitian ... 45

4. Hasil Uji Analisis Data ... 47

a. Hasil Uji Normalitas ... 47

b. Hasil Uji Linearitas ... 48

c. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 49

d. Hasil Uji Hipotesis ... 50


(15)

xiv V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Standar Isi ... ... 65

2. Silabus ... 67

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... ... 71

4. Kisi-kisi Instrumen Assesmen Kemandirian Belajar... 83

5. Instrumen Assesmen Kemandirian Belajar ... ... 85

6. Instrumen Assesmen Sikap Ilmiah Siswa ... ... 88

7. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ... ... 91

8. Lembar Penilaian Hasil Belajar...101

9. Kunci Lembar Penilaian Hasil Belajar...103

10.Lembar Kerja Kelompok (LKK) 1 ... ...109

11.Kunci Lembar Kerja Kelompok (LKK) 1 ... ...115

12.Lembar Kerja Kelompok (LKK) 2 ... ...122

13.Kunci Lembar Kerja Kelompok (LKK) 2 ... ...128

14.Data Nilai Sikap Ilmiah Siswa ... ...132

15.Data Nilai Hasil Belajar Siswa ... ...134

16.Data Nilai Kemandirian Belajar Siswa ... ...136

17.Data Nilai Uji Validitas Hasil Belajar Siswa ... ...138

18.Data Nilai Uji Validitas Kemandirian Belajar Siswa ... ...139

19.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... ...141

20.Uji Normalitas Data ... ...162

21.Uji Linearitas Data ... ...163

22.Uji Regresi ... ...165 23.Surat Penelitian Pendahuluan

24.Surat Izin Penelitian


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pengelompokkan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli ... 9

2.2 Dimensi dan Indikator sikap ilmiah dalam penelitian ... 11

2.3 Langkah-langkah pembelajaran Scaffolding ... 19

3.1 Angket kemandirian belajar siswa ... 29

3.2 Dimensi dan indikator sikap ilmiah siswa ... 31

3.3 Kategori sikap ilmiah siswa ... 33

3.4. Kategori hasil belajar siswa ... 33

3.5 Indikator pencapaian kemandirian siswa ... 34

3.6 Pedoman penskoran kemandirian belajar... 34

3.7 Kategori persentase kemandirian belajar ... 35

4.1 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Siswa ... 40

4.2 Hasil Uji Validitas Kemandirian Belajar Siswa ... 41

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Hasil Belajar Siswa ... 42

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Kemandirian Belajar Siswa ... 43

4.5 Perolehan Kriteria Sikap Ilmiah, Hasil Belajar, dan Kemandirian ... 46

4.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 48

4.7 Hasil Uji Linearitas ... 48

4.8 Hasil Uji Regresi ... 49

4.9 Hasil Fhitung Data Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa ... 51


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Kerangka Pikir ... 24

3.1 Rancangan Desain Penelitian ... 27

4.1 Diagram Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar... 53


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan jangka panjang pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan siswa agar ketika setelah meninggalkan sekolah, siswa mampu mengembangkan diri mereka sendiri dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Untuk itulah, sudah seharusnya siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan dengan mengatur sikap ilmiah pada dirinya dan belajar memecahkan masalah sejak dini. Di dalam sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana siswa seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar siswa ke arah yang positif. Apalagi, pembelajaran fisika memiliki ciri utama menggunakan penalaran yang tinggi. Penalaran ini digunakan pada pola atau sifat untuk membuat generalisasi, menyusun bukti, memberikan alasan, dan menarik kesimpulan. Siswa yang mempunyai kemampuan bernalar tinggi tidak akan mengalami banyak kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika, untuk itulah dalam pembelajaran fisika diperlukan sikap ilmiah yang baik.

Sebagian besar siswa memandang fisika merupakan pelajaran yang sulit

dimengerti dan kurang diminati. Siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang memiliki rumus cukup beragam dan rumit, selain itu siswa kurang memiliki rasa keingintahuan dan sikap kritis dalam mempelajari fisika. Hal Ini mengakibatkan


(19)

2 siswa pasif dalam belajar fisika, sehingga kurang bisa mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif. Dari wawancara peneliti dengan guru fisika di SMA Tunas Harapan Bandarlampung, permasalahan di atas masih sering terjadi. Sikap ilmiah siswa masih menunjukkan kurang ke arah positif seperti siswa terkadang masih menunggu perintah dari guru untuk belajar. Siswa pun terkadang kurang jujur kepada guru, sehingga kurang adanya keluwesan dalam kegiatan belajar. Kurangnya sikap siswa yang baik dalam belajar inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Tingkat sikap ilmiah siswa dapat dilihat dari bagaimana mereka memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi, memahami suatu konsep baru dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan, kritis terhadap suatu permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Hal-hal inilah yang dapat membantu siswa belajar secara ilmiah, terstruktur, dan mandiri. Namun, sikap siswa yang terkadang masih menunggu perintah dari guru untuk belajar menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa masih rendah. Seorang siswa yang mandiri akan selalu berusaha mengandalkan diri sendiri semampunya dalam setiap tindakannya dan menghadapi tantangan yang ada. Siswa tersebut mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahan dirinya, mengetahui dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya dan juga bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Tentu saja semua sikap ini diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa, khususnya bagi siswa SMA dimana mereka dituntut untuk berinisiatif sendiri dalam mengelola kegiatan belajarnya. Untuk itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendorong


(20)

3 sikap ilmiah siswa ke arah positif sehingga hasil belajar dan kemandirian belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Scaffolding sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk membantu belajar siswa dalam ranah kognitif. Bantuan semacam ini sesuai dengan karakteristik pelajaran Fisika yang memiliki tingkat kesulitan tinggi bagi siswa pada umumnya. Scaffolding didasarkan oleh dua implikasi utama dalam pendidikan. Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah. Kedua, dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasnya, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok dapat menimbulkan perasaan nyaman dan terbantu dalam pembelajaran. Keadaan semacam ini tentu saja berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa terhadap pelajaran fisika. Untuk itu, strategi scaffolding-kooperatif perlu diterapkan pada pembelajaran di sekolah untuk mendorong sikap ilmiah siswa.

Setelah melakukan observasi di SMA Tunas Harapan Bandarlampung melalui wawancara dan pengamatan langsung, diketahui bahwa sikap ilmiah siswa masih tergolong rendah dan berdampak pada rendahnya hasil belajar dan kemandirian belajar siswa. Untuk itu dilakukan penelitian untuk melihat hasil belajar dan kemandirian belajar yang baik dipengaruhi oleh sikap ilmiah siswa yang baik pula. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Sikap


(21)

4 Ilmiah Siswa terhadap Hasil Belajar Fisika dan Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan adalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif?

2. Adakah pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan di atas adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif

2. Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif.

D. Manfaat Penelitian


(22)

5 1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan bahwa Strategi scaffolding -kooperatif dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memperoleh hasil belajar dan kemandirian belajar siswa yang lebih tinggi.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih strategi pembelajaran dalam mengajar fisika.

b. Strategi yang diterapkan sesuai dengan penyusunan materi, akan membantu siswa mengerti materi secara jelas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dibatasi penulis agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran scaffolding-kooperatif adalah pembelajaran berupa bimbingan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif secara berkelompok. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan materi pembelajaran.

b. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level

perkembangan siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar sebelumnya.


(23)

6 d. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan

dengan materi pembelajaran.

e. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara mandiri dengan berkelompok.

f. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunci atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah

kemandirian belajar.

g. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswa yang memilki ZPD yang rendah.

h. Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

2. Kemandirian belajar merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan tujuan belajar, perencanaan belajar, sumber-sumber belajar, mengevaluasi belajar, dan menentukan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Indikator kemandirian belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah: mampu mengambil inisiatif, mampu mengatasi masalah dalam belajar, mampu menyusun strategi belajar, mampu mengerjakan tugas-tugasnya sendiri, mampu mengevaluasi kegiatan belajarnya sendiri, tanggung jawab, dan percaya diri.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa sebagai bukti kemampuan atau keberhasilan kognitif siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. Pada penelitian ini, peneliti membatasi hasil belajar pada ranah kognitif saja. 4. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau


(24)

7 ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap kritis, sikap luwes, dan teliti.

5. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini Keseimbangan Benda Tegar.

6. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Tunas Harapan Bandarlampung Tahun Ajaran 2012/2013.


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Sikap Ilmiah

Sikap berkaitan dengan objek yang disertai dengan perasaan positif (favourable) atau perasaan negatif (unfavorable). Sikap ilmiah adalah “scientific attitude” (sikap keilmuan) atau suatu pola penyelesaian masalah secara rasional dan objektif serta menghilangkan unsur subjektivitas dan melihat perkara secara netral dengan mengandalkan pendapat-pendapat para pakar, yang dipercaya telah melakukan penelitian, analisis dan melewati beberapa tahap kritik sehingga kandungan kebenarannya telah diuji dan dipercaya.

Kurniadi (2001:28) dikutip dari pendapat Edward yang merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) sebagai berikut:

I : Imagination(imajinasi) D : Data(Fakta)

E : Evaluation(evaluasi) A : Action(tindakan)

Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis di seluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang

berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar sikap terhadap sains, karena sikap terhadap sains hanya terfokus pada apakah siswa


(26)

9 suka atau tidak suka terhadap pembelajaran sains. Tentu saja sikap positif

terhadap pembelajaran sains akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa.

Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun jika ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Misalnya

American Association for Advancement of Science (AAAS) (1993:1),

memasukkan open minded (sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama. AAAS (1993:1) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan). Harlen (1996:1) membuat pengelompokkan yang lebih lengkap. Secara singkat pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pengelompokkan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli

Harlen (1996) AAAS (1993)

Curiosity (sikap ingin tahu) Honesty (sikap jujur)

Respect for evidence (sikap respek terhadap data)

Curiosity (sikap ingin tahu)

Critial reflection (sikap refleksi kritis)

Open minded (sikap berpikiran terbuka)

Perseverance (sikap ketekunan)

Skepticism (sikap keragu-raguan)

Cretivity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan)


(27)

10 Lanjutan Tabel 2.1 Pengelompokkan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli

Harlen (1996) AAAS (1993)

Cretivity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan) Co-operation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain)

Willingness to tolerate uncertainty (sikap keinginan menerima ketidakpastian) Sensitivity to environment (sikap sensitive terhadap lingkungan)

Pengukuran sikap ilmiah siswa dapat didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi, sikap selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. lndikator-indikator tersebut dapat dikembangkan sendiri agar tepat mendukung dimensi sikap yang akan diukur.

Merujuk pada pendapat para ahli di atas, maka dimensi sikap ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap kritis, sikap luwes, dan teliti. Dimensi dan indikator pencapaiannya ditunjukkan pada Tabel 2.2.


(28)

11 Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator sikap ilmiah dalam penelitian

No Dimensi yang diamati

(Sikap Ilmiah Siswa) Indikator

1. Sikap Ingin Tahu

a. sikap antusiasme siswa melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap berani siswa dalambertanya c. siswa mencari hubungan sebab

akibat sesuatu dapat terjadi

berdasarkan percobaan dan diskusi yang dilakukan

2. Sikap Luwes

a. partisipasi siswa dalam melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman sekelompok c. sikap siswa dalam mengkaji

informasi dan menerapkan dalam melakukan percobaan dan diskusi

3. Sikap kritis

a. siswa mendiskusikan hasil percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS.

b. siswa mengisi LKS.

c. siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas.

4. Sikap Jujur

wa. tidak memanipulasi data

b. mencatat data yang sebenarnya sesuai dengan hasil LKS kelompoknya c. tidak mencontek hasil LKS kelompok

lain

5. Ketelitian

a. siswa memilih alat yang tepat/mengerjakan LKS. b. siswa dapat menggunakan alat

dengan baik/siswa mengamati gambar dengan benar.

c. siswa melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar/ siswa dapat menjawab LKS dengan benar. Sumber: Dimyati dan Mujiono (2004:141-150)


(29)

12 2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah mengalami proses pembelajaran. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2010:121), yaitu:

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan.Hasil belajar fisika merupakan hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran fisika selama siswa melakukan serangkaian pembelajaran, hasil belajar tersebut dapat diperoleh oleh siswa ketika ia mampu mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2007:30-31), yaitu:

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang


(30)

13 telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek

tersebut. Adapun aspek-aspek itu, adalah: a) Pengetahuan; b) Pengertian; c) Kebiasaan; d) Keterampilan; e) Apresiasi; f) Emosional; g) Hubungan sosial; h) Jasmani; i) Etis atau budi pekerti, dan sikap.

Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat salah satunya dengan melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau mengukur hasil belajar.

Menurut Dalyono (2009:55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan,

intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar; b)Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Merujuk pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Selain itu, nilai aspek kognitif diperoleh dari


(31)

14 pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu

pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

3. Kemandirian Belajar

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Bab II Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Ikapi, 2003:15) yang menyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Jelaslah bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian khusus semua guru, apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang kemandirian. Pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra (1994:1) adalah sebagai berikut:

1) Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk

mengambil berbagai keputusan; 2) Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran; 3) Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain; 4) Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransferkan hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain; 5) Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan


(32)

15 aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi; 6) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif; 7) Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi program yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan program-program inovatif lainnya.

Pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra di atas, menunjukkan bahwa kemandirian adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau

keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Menurut Mudjiman (2008:20-21) kegiatan-kegiatan yang perlu diakomodasikan dalam pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut:

a) Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh siswa untuk menuju pencapaian tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan oleh program pelatihan untuk setiap mata pelajaran; b) Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh siswa; c) Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri. Kegiatan-kegiatan itu dijalankan oleh siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru; d) Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh siswa sendiri; e) Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani siswa; f) Adanya past experience reviewatau reviewterhadap pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki siswa; g) Adanya upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa; h) Adanya kegiatan belajar aktif.

Uraian tentang kegiatan-kegiatan dalam pelatihan belajar menurut Mudjiman di atas, menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah siswa yang mampu menetapkan kompetensi-kompetensi belajarnya sendiri, mampu mencari input belajar sendiri, dan melakukan kegiatan evaluasi diri serta refleksi


(33)

16 terhadap proses pembelajaran yang dijalani siswa. Dalam keseharian siswa sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut siswa untuk mandiri dan

menghasilkan suatu keputusan yang baik. Song and Hill (2007:31-32) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

1) Personal Attributes, Personal attributesmerupakan aspek yang

berkenaandengan motivasi dari pebelajar, penggunaan sumber belajar, danstrategi belajar. Motivasi belajar merupakan keinginan yang terdapatpada diri seseorang yang merangsang pebelajar untuk

melakukankegiatan belajar. Sumber belajar yang digunakan siswa tidak terbatas, asalkan sesuai dengan materi yang dipelajari dan dapat

menambah pengetahuan siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi belajar di sini adalah segala usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai materi yang sedang dipelajari, termasuk usaha yang

dilakukan apabila siswa tersebut mengalami kesulitan.

2) Processe, Processesmerupakan aspek yang berkenaan denganotonomi proses pembelajaran yang dilakukan oleh pebelajar

meliputiperencanaan, monitoring, serta evaluasi pembelajaran.

3) Learning Context Fokus dari learning contextadalah faktor lingkungan danbagaimana faktor tersebut mempengaruhi tingkat kemandirian pebelajar. Ada beberapa faktor dalam konteks pembelajaran yang dapat mempengaruhi pengalaman mandiri pebelajar antara lain, structuredan nature of task. Struktur dan tugas dalam konteks pembelajaran ini misalnya, siswa belajar dengan struktur (cara kerja) strategi scaffolding-kooperatif. Terstruktur dan mengerjakan tugas kelompok dalam LKK.

Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan tujuan belajar, perencanaan belajar, sumber-sumber belajar, mengevaluasi belajar, dan menentukan kegiatan belajar sesuai dengan

kebutuhannya sendiri.

Merujuk pada aspek-aspek kemandirian belajar tersebut, maka indikator pencapaian kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini, yaitu mampu mengambil inisiatif, mampu mengatasi masalah, mampu menyusun strategi


(34)

17 belajar, mampu mengerjakan tugas-tugasnya sendiri, mampu mengevaluasi

kegiatan belajarnya sendiri, tanggung jawab, dan percaya diri. Dalam pembelajaran fisika, kemandirian belajar dapat dilakukan dalam kegiatan berdiskusi. Semakin besar peran aktif siswa dalam berbagai kegiatan tersebut, mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki kemandirian belajar yang tinggi.

4. Strategi Scaffolding

Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat dari bambu, kayu, atau batang besi) yang memudahkan pekerja membangun gedung. Metapora ini harus secara jelas dipahami agar kebermaknaan pembelajaran dapat tercapai. Sebagian pakar pendidikan mendefinisikan scaffolding berupa bimbingan yang diberikan oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif.Scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut Vygotsky dalam Adinegara (2010:1) bahwa:

Pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas-tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam Zone of Proximal Development(ZPD) yaitu perkembangan sedikit di atas

perkembangan seseorang saat ini.

Adinegara (2010:1) mengemukakan, ide penting lain yang diturunkan dari Vygotsky adalah scaffolding.Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera setelah ia


(35)

18 dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan,

dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah-langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Menurut Gasong (2007:1) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan, yaitu:

Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasnya, menurut Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Definisi di atas menjelaskan bahwa scaffoldingmerupakan bantuan, dukungan (support) kepada siswa dari orang yang lebih dewasa atau lebih kompeten khususnya guru yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang lebih tinggi dan memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat tingkat penguasaan materi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyelesaian soal-soal yang lebih rumit.

Scaffoldingberarti memberikan kepada individu sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak didik tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan oleh pembelajar (guru) dapat berupa petunjuk,

peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Secara umum, Gasong (2007: 1)


(36)

19 mengemukakan langkah-langkah pembelajaran scaffoldingdapat dilihat pada tabel berikut 2.3.

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Scaffolding Pembelajaran Metode Scaffolding 1. Menjelaskan materi pembelajaran.

2. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangan siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar sebelumnya.

3. Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya.

4. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

5. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara mandiri dengan berkelompok.

6. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunci atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar.

7. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswa yang memilki ZPD yang rendah.

8. Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman akan memacu terbentuknya ide baru dan mempercayai perkembangan intelektual siswa. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan terhadap peserta didik dalam menyelesaikan proses belajar dapat berupa keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran, keragaman model pembelajaran, bimbingan pengalaman dari pembelajar, fasilitas belajar, dan iklim belajar peserta didik dari orang tua di rumah dan pembelajar di sekolah.

Dukungan belajar yang dimaksud di sini adalah dukungan yang bersifat konkrit dan abstrak sehingga tercipta kebermaknaan proses belajar peserta didik.


(37)

20 5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Proses belajar di kelas tidak harus selalu terpusat pada guru. Siswa bisa juga saling mengajar sesama siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian

menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Pengajaran oleh rekan sebaya pada

pembelajaran di kelas dilakukan dalam suatu kelompok belajar. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran kelompok. Menurut Sanjaya (2006:239):

Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok saja. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Lie (2002:30):

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperativelearning. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kelompok, lima unsur model pembelajaran kelompok harus diterapkan, yaitu:(1) Saling

ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota, dan (5) Evaluasi proses kelompok.


(38)

21 Kelima unsur tersebut yang membedakan antara belajar kelompok biasa dengan cooperativelearning. Dalam Pembelajaran kooperatif sangat ditekankan kerjasama antar anggota kelompok setiap anggota mempunyai peran masing-masing dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif juga menekan pada komunikasi yang baik serta adanya pertemuan langsung antara anggota kelompok untuk kemudian dapat dievaluasi proses kelompok tersebut. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan untuk digunakan. Slavin (1995:2) mengemukakan dua alasan mengapa pembelajaran kooperatif baik untuk digunakan, yaitu:

(1) Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri; (2) Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Melalui pembelajaran strategi scaffolding-kooperatif siswa dapat belajar tidak hanya dengan bantuan guru, tetapi juga dapat berdiskusi dengan teman sebaya di dalam kelompok-kelompok belajar, hal ini dapat membangun kerjasama antar anggota kelompok dan perasaan nyaman serta terbantu dalam belajar.

Clark dan Graves (2008) sebelumnya telah melakukan penelitian dan hasilnya terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang diajar membaca dengan strategi scaffolding-kooperatif dan siswa yang diajar dengan strategi konvensional. Hasil penelitian Fajrin (2011) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran Ekonomi melalui penerapan pembelajaran Scaffolding terhadap siswa SMA Brawijaya Smart School Malang. Dengan demikian, dapat


(39)

22 diduga bahwa pembelajaran scaffolding-kooperatif dapat mempengaruhi sikap ilmiah siswa lebih baik daripada pembelajaran konvensional sehingga berdampak pada hasil belajar dan kemandirian belajar yang lebih baik pula.

B. Kerangka Pikir

Fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang disukai siswa karena dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Selain itu, kurangnya rasa ingin tahu siswa dan sikap kritis terhadap pelajaran fisika menjadi faktor lain yang menyebabkan siswa enggan belajar fisika secara mandiri dan hanya menunggu perintah dari guru untuk belajar. Dengan kata lain, sikap ilmiah siswa masih tergolong rendah terhadap pelajaran fisika. Kurangnya sikap ilmiah siswa yang positif terhadap fisika dapat disebabkan oleh cara guru mengajar dikelas yang kurang melibatkan interaksi siswa, sehingga siswa kurang berkembang dan pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dan kurangnya kemandirian belajar siswa.

Kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru mengakibatkan adanya kesenjangan antara guru dan siswa, sehingga saat siswa menemui masalah dalam suatu konsep mata pelajaran siswa tersebut enggan bertanya kepada guru.

Padahal, guru merupakan figur yang memegang peranan penting yang diharapkan dapat membimbing dan membantu siswa agar mencapai hasil belajar optimal. Untuk itu bantuan guru sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas siswa.

Sesuai dengan teori scaffolding, guru memberikan bantuan pada awal-awal penyelesaian tugas untuk memancing kemandirian siswa yang selanjutnya tugas


(40)

23 tersebut akan diambil alih oleh siswa dan menjadi tanggung jawab siswa

sepenuhnya.Strategi scaffolding-kooperatif didasarkan pada interaksi yang dihasilkan dalam kerangka dialog antar teman dan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran. Strategi ini bertumpu pada proses saling bantu antar teman yang menyediakan transfer kendali pada siswa dalam kelas. Dengan berdiskusi, siswa dapat berperan aktif dan dapat mengembangkan rasa ingin tahu serta sikap kritis terhadap suatu permasalahan. Cara semacam ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah mereka. Semakin besar peran aktif siswa dalam berbagai kegiatan diskusi, mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Selain itu, semakin berkembangnya sikap ilmiah siswa ke arah yang positif terhadap fisika, diharapkan akan mempengaruhi hasil belajar fisika yang positif pula.

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah sikap ilmiah siswa, variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), dan kemandirian belajar siswa (Y2), dan strategi scaffolding-kooperatif

sebagai variabel moderator. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya maka dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran sebagai berikut:

R2

R1

X

Y

1


(41)

24

Gambar 2.1 Diagram pemikiran variabel bebas sikap ilmiah (X) terhadap variabel terikat hasil belajar (Y1) dan kemandirian siswa (Y2).

Keterangan :

X : sikap ilmiah siswa

R1 : strategi scaffolding-kooperatif terhadap hasil belajar fisika

R2 : strategi scaffolding-kooperatif terhadap kemandirian belajar siswa

Y1 : hasil belajar siswa

Y2 : kemandirian siswa

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa

SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

H1 : Ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA

melalui strategi scaffolding-kooperatif

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa

SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

H1 : Ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa


(42)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Januari 2013 di SMA Tunas Harapan Bandarlampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi sekaligus sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Tunas Harapan Bandarlampung pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah karena hanya ada satu kelas XI IPA di SMA Tunas Harapan Bandarlampung.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan desain one-shot case study yang menjelaskan bahwa terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan dan

selanjutnya diberikan soal ujian akhir (posttest) untuk melihat hasil belajar. Secara prosedur pola rancangan desain penelitian seperti ditunjukkan pada gambar 3.1.


(43)

27

Keterangan:

X = Sikap ilmiah siswa melalui strategi scaffolding-kooperatif O = Posttest hasil belajar

(Sugiyono, 2010: 110)

Penilaian sikap ilmiah siswa menggunakan lembar observasi sikap ilmiah yang penilaiannya dilakukan secara langsung kepada siswa saat melakukan percobaan. Sedangkan angket kemandirian belajar siswa diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar kemandirian belajar siswa setelah diberikan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran diberikan tes akhir berupa soal uraian untuk melihat hasil belajar siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel bebas (X), yaitu sikap ilmiah.

2. Variabel terikat yaitu hasil belajar (Y1), dan kemandirian belajar siswa (Y2).

3. Variabel moderator, yaitu strategi scaffolding-kooperatif.

E.Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari: 1. Data sikap ilmiah

2. Data hasil belajar

3. Data kemandirian belajar siswa


(44)

28 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kemandirian belajar siswa menggunakan instrumen angket berbentuk skala Likert.

2. Hasil belajar menggunakan instrumen soal berbentuk essay. 3. Sikap ilmiah menggunakan instrumen lembar observasi.

G.Teknik Pengumpulan Data

1. Hasil Belajar

Data hasil belajar berupa nilai tes akhir (posttest). Nilai tes akhir diambil di akhir pembelajaran pada kelas eksperimen. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Teknik pengumpulan data hasil belajar dikumpulkan melalui tes tertulis. Hasil data tes tersebut ditulis dalam bentuk tabel.

2. Sikap ilmiah siswa

Pengumpulan data sikap ilmiah siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi sikap ilmiah. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sikap siswa selama kegiatan pembelajaran dan memberikan tanda (X) pada setiap dimensi yang dipenuhi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian akan diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran yang terdapat pada teknik analisis data.


(45)

29 3. Kemandirian belajar siswa

Pengumpulan data kemandirian belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar angket kemandirian belajar siswa. Data diperoleh dengan menyebar angket secara langsung kepada siswa setelah diberi perlakuan dan memberikan skor sesuai dengan jawaban dari pernyataan yang diisi siswa. Angket tersebut berupa pernyataan-pernyataan yang menggambarkan sikap siswa dalam belajar. Siswa diminta untuk memberikan tanda (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan siswa untuk setiap pernyataan yang diberikan. Angket Kemandirian belajar yang diberikan kepada siswa seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Angket Kemandiriaan Belajar Siswa

NO PERNYATAAN SL SR KD J TP

1 Sebelum belajar, saya menyiapkan buku-buku, alat tulis menulis atau peralatan belajar yang lain yang saya butuhkan.

2 Sesudah ulangan atau tes, saya membiarkan begitu saja soal-soalulangan tersebut, dan saya tidak peduli apakah saya sudahbisa menjawab atau tidak.

3 Saya belajar secara teratur tidak hanya ketika akan ulangan saja

4 Saya belajar sendiri tanpa diperintah oleh orang tua

... ...

Ket : Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan dengan cara memberikan tanda menyilang ( X ) pada kolom yang sesuai. (sumber: www.geocities.com/guruvalah)

Angket terdiri dari 20 pernyataan, dengan pernyataan yang bernilai (+) berjumlah 13 pernyataan, dan yang bernilai (-) berjumlah 7 pernyataan. Untuk setiap butir pernyataan memiliki 5 pilihan jawaban yakni Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (J), dan Tidak pernah (TP).


(46)

30 H. Analisis Instrumen

1. Uji Validitas

Instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid agar data yang diperoleh juga valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item-total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan model Cronbach’s Alpha yang diukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1. Kuesioner

dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sesuai dengan pendapat Sayuti dalam Saputri (2010:30) sebagai berikut:

1. Nilai Cronbach’s Alpha 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Cronbach’sAlpha 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.


(47)

31 3. Nilai Cronbach’sAlpha 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Cronbach’sAlpha 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Cronbach’sAlpha 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

a. Sikap Ilmiah

Proses analisis data sikap ilmiah adalah dengan memberikan skor pada setiap dimensi sesuai dengan indikator yang dipenuhi siswa. Dimensi beserta indikator yang dinilai dalam lembar observasi sikap ilmiah disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah Siswa

No Dimensi yang diamati (Sikap Ilmiah Siswa) Indikator

1. Sikap Ingin Tahu

a. sikap antusiasme siswa melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap berani siswa dalam bertanya c. siswa mencari hubungan sebab

akibat sesuatu dapat terjadi

berdasarkan percobaan dan diskusi yang dilakukan

2 Sikap Luwes

a. partisipasi siswa dalam melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman sekelompok c. sikap siswa dalam mengkaji

informasi dan menerapkan dalam melakukan percobaan dan diskusi

3. Sikap kritis

a. siswa mendiskusikan hasil

percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS.

b. siswa mengisi LKS.

c. siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas.


(48)

32 Lanjutan Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah Siswa

No Dimensi yang diamati (Sikap Ilmiah Siswa)

Indikator

4. Sikap Jujur

a. tidak memanipulasi data

b. mencatat data yang sebenarnya sesuai dengan hasil LKS kelompoknya

c. tidak mencontek hasil LKS kelompok lain

5. Ketelitian

a. siswa memilih alat yang tepat/mengerjakan LKS.

b. siswa dapat menggunakan alat dengan baik/siswa mengamati gambar dengan benar.

c. siswa melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar/ siswa dapat menjawab LKS dengan benar.

Sumber: Dimyati dan Mudjiono (2004: 141-150)

Pedoman penskoran sikap ilmiah diberikan berdasarkan kriteria: Skor 4 bila kemampuan sangat baik (bila 3 indikator dilaksanakan) Skor 3 bila keterampilan baik (2 indikator dilaksanakan)

Skor 2 bila keterampilan cukup baik (1 indikator dilaksanakan) Skor 1 bila keterampilan kurang baik (indikator tidak dilaksanakan)

(Dimodifikasi dari Sugiyono, 2010: 141)

Teknik persentase skor dapat dihitung menggunakan rumus:

=

� 100%

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut.

Kemudian hasil perhitungan akan dikategorikan berdasarkan persentase skor yang dicapai. Adapun kategori sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.


(49)

33 Tabel 3.3 Kategori sikap ilmiah siswa pada proses pembelajaran.

No Persentase Kategori Tanggapan 1. 80,1 % - 100% Sangat tinggi

2. 60,1% - 80% Tinggi 3. 40,1% - 60% Sedang 4. 20,1% - 40% Rendah

5 0,0% - 20% Sangat rendah Sumber: Arikunto (2010: 245)

b. Hasil Belajar

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

�� � = ∑ � � ℎ

� × 100

Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kategori Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kategori

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber: Arikunto (2010: 245)

c. Kemandirian Belajar Siswa

Proses analisis data kemandirian belajar siswa dianalisis dengan memberikan skor pada pilihan jawaban atas butir-butir pernyataan yang diberikan kepada siswa. Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan


(50)

indikator-34 indikator pencapaian kemandirian belajar yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun indikator-indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indikator pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

No Indikator No. Pernyataan Jumlah

Positif (+) Negatif (-) (+) (-)  1 Mampu mengambil

inisiatif 14, 17, 18 7 3 1 4

2 Mampu mengatasi

masalah dalam belajar 19 4 1 1 2

3 Mampu menyusun

strategi belajar 1, 6 5 2 1 3

4 Mampu mengerjakan

tugas-tugasnya sendiri 9 15 1 1 2

5

Mampu mengevaluasi kegiatan belajarnya sendiri

16 2 1 1 2

6 Tanggung jawab 3, 10, 12 11, 13 3 2 5

7 Percaya diri 8, 20 - 2 0 2

Jumlah 13 7 20

Diadaptasi dari Song and Hill (2007: 31-32)

Penskoran diberikan sesuai dengan pedoman penskoran angket kemandirian belajar seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Pendoman penskoran kemandirian belajar siswa

Jenis Pernyataan SL SR KD J TP

Skor Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5


(51)

35 Data kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu : sangat tinggi (ST), tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR). Persentase untuk setiap kategori diperoleh dari rumus:

�= ∑ 100%

Keterangan:

Xi : persentase pencapaian kemandirian siswa

∑ : jumlah skor siswa

Nmaks : jumlah maksimal skor siswa

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diberikan kategori pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kategori sikap kemandirian belajar pada proses pembelajaran. No Persentase Kategori Tanggapan

1. 80,1 % - 100% Sangat tinggi 2. 60,1% - 80% Tinggi 3. 40,1% - 60% Sedang

4. 20,1% - 40% Rendah

5 0,0% - 20% Sangat rendah Sumber: Arikunto (2010: 245)

2. Pengujian Hipotesis

Data hasil penelitian dianalisis dengan melakukan uji sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Pengujian yang dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:


(52)

36 Ho : data tidak terdistribusi secara normal.

H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode

kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau

nilai . �� (2− � ) , nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima

dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima

dengan artian bahwa data terdistribusi normal.

Selain menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov, dapat juga digunakan pengujian Normal Probability Plot of Regression Standardized

Residual terhadap masing-masing variabel. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka data terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2005: 36).

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada


(53)

37 taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010: 73).

c. Regresi Linear Sederhana

Uji regresi sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

dengan:

= ∑ ∑

2 − ∑ ∑

∑ 2 − ∑ 2

= ∑ − ∑ ∑

∑ 2 − ∑ 2

(Priyatno, 2010: 55)

Pengujian untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Regression Linear.

d. Uji Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa


(54)

38 H1 : Ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA

melalui strategi scaffolding-kooperatif

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. Bila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis satu

ditolak.

2. Bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu

diterima.

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa

SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

H1 : Ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa

SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. Bila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis satu

ditolak.

2. Bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu


(55)

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang linier antara variabel sikap ilmiah terhadap variabel hasil belajar fisika siswa dan variabel sikap ilmiah terhadap variabel

kemandirian belajar siswa.

2. Ada pengaruh yang positif antara sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif.

3. Ada pengaruh yang positif antara sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar fisika siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif.

B. Saran

Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru, pembelajaran scaffolding dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran fisika yang dikombinasikan dengan berbagai model atau metode pembelajaran lainnya guna mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penerapan strategi pembelajaran di SMA Tunas Harapan


(56)

-61 kooperatif dapat membantu siswa mengembangkan sikap ilmiah mereka dan mempengaruhi hasil belajar dan kemandirian belajar siswa.

3. Bagi peneliti, diharapkan peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian menggunakan strategi scaffolding-kooperatif dengan materi pelajaran lain dan tidak hanya mengukur variabel sikap ilmiah, hasil belajar, dan


(57)

63

DAFTAR PUSTAKA

Adinegara. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD). Tersedia :

http://dlog.Unnes.ac.id/adinegara/2010/03/04/vygotskian-perspective-proses-scaffolding-untuk-mencapai-zone-of-proximal-development-zpd/. (diunduh 5 November 2012)

American Assosiation for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, K.F. & Graves, M.F. 2008. Open and Directed Text Mediation in Literature Instruction: Effects on Comprehension and Attitudes. Australian Journal of Language and Literacy. (Online), dalam HighBeam Research

(http://www.highbeam.com/doc/1G1-195070318. html). (diakses 5 Maret 2013).

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fajrin, Rizki Amalia. 2011. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scaffolding pada

Mata Pelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Brawijaya Smart School Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Gasong, D. 2007. Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. (online). Tersedia:

www.muhfida.com/konstruktivistik.doc. (diunduh 5 November 2012) Ghozali. 2005. Teknik Analisis Data dan Hipotesa.. Bandung: Puspa Sarana. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Harlen, Wynne. 1996. The Teaching of Science: Studies in Primary Education.


(58)

63 Hiemstra. 1994. Self-Directed Learning. In T. Husen & T. N. Postlewaite (Eds),

The International Encyclopedia of Education (second edition) Oxford: Porgomon Press. http: //home.twcny.rr.com/hiemstra/sdlhdbk.html/.(diakses pada tanggal 14 Desember 2012).

http://www.geocities.com/guruvalah (diakses 5 November 2012). Ikapi. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Nuansa Aulia.

Kurniadi. 2001. Sikap Ilmiah. http://www. Puskur.net/Sikap Ilmiah Siswa.pdf. Google (diunduh 10 November 2012: 12.55 WIB).

Kurniawati, Dewi. 2010. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Terstruktur) Pada Siswa Smp N 2 Sewon Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Mamin, Ratnawati. 2008. Penerapaan Metode Pembelajaran Scaffolding pada Pokok Bahasan Sisten Periodik Unsur. Jurnal. Malang: UM.

Mudjiman, Haris. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. Kencana.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Setyowati, Arini Tri. 2012. Penerapan Pendekatan Scaffolding Learning pada

Mata Pelajaran Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Kepanjen). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice. Boston: Ally and Bacon.

Song and Hill. 2007. A Conceptual Model for Under Standing Self-Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning, Volume 6, Number 1. University of Georgia.


(1)

taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010: 73).

c. Regresi Linear Sederhana

Uji regresi sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

dengan:

= ∑ ∑

2 − ∑ ∑ ∑ 2 − ∑ 2

= ∑ − ∑ ∑

∑ 2 − ∑ 2

(Priyatno, 2010: 55) Pengujian untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Regression Linear.

d. Uji Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif


(2)

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. Bila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis satu ditolak.

2. Bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima.

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

H1 : Ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. Bila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis satu ditolak.

2. Bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang linier antara variabel sikap ilmiah terhadap variabel hasil belajar fisika siswa dan variabel sikap ilmiah terhadap variabel

kemandirian belajar siswa.

2. Ada pengaruh yang positif antara sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar fisika siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif.

3. Ada pengaruh yang positif antara sikap ilmiah siswa terhadap kemandirian belajar fisika siswa SMA melalui strategi scaffolding-kooperatif.

B. Saran

Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru, pembelajaran scaffolding dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran fisika yang dikombinasikan dengan berbagai model atau metode pembelajaran lainnya guna mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penerapan strategi pembelajaran di SMA Tunas Harapan


(4)

scaffolding-3. Bagi peneliti, diharapkan peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian menggunakan strategi scaffolding-kooperatif dengan materi pelajaran lain dan tidak hanya mengukur variabel sikap ilmiah, hasil belajar, dan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adinegara. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD). Tersedia :

http://dlog.Unnes.ac.id/adinegara/2010/03/04/vygotskian-perspective-proses-scaffolding-untuk-mencapai-zone-of-proximal-development-zpd/. (diunduh 5 November 2012)

American Assosiation for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Clark, K.F. & Graves, M.F. 2008. Open and Directed Text Mediation in Literature

Instruction: Effects on Comprehension and Attitudes. Australian Journal of

Language and Literacy. (Online), dalam HighBeam Research

(http://www.highbeam.com/doc/1G1-195070318. html). (diakses 5 Maret 2013).

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fajrin, Rizki Amalia. 2011. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scaffolding pada

Mata Pelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Brawijaya Smart School Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Gasong, D. 2007. Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. (online). Tersedia:

www.muhfida.com/konstruktivistik.doc. (diunduh 5 November 2012) Ghozali. 2005. Teknik Analisis Data dan Hipotesa.. Bandung: Puspa Sarana. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Harlen, Wynne. 1996. The Teaching of Science: Studies in Primary Education.


(6)

http://www.geocities.com/guruvalah (diakses 5 November 2012). Ikapi. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Nuansa Aulia.

Kurniadi. 2001. Sikap Ilmiah. http://www. Puskur.net/Sikap Ilmiah Siswa.pdf. Google (diunduh 10 November 2012: 12.55 WIB).

Kurniawati, Dewi. 2010. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Terstruktur) Pada Siswa Smp N 2 Sewon Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Mamin, Ratnawati. 2008. Penerapaan Metode Pembelajaran Scaffolding pada Pokok Bahasan Sisten Periodik Unsur. Jurnal. Malang: UM.

Mudjiman, Haris. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. Kencana.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Setyowati, Arini Tri. 2012. Penerapan Pendekatan Scaffolding Learning pada

Mata Pelajaran Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Kepanjen). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice. Boston: Ally and Bacon.

Song and Hill. 2007. A Conceptual Model for Under Standing Self-Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning, Volume 6, Number 1. University of Georgia.