Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Dengan Jurnal Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Pertahanan Tubuh Di Sma Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang

(1)

PADA KONSEP SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nuraini

NIM 108016100045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

Tubuh. (Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain control group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar dan 30 siswa untuk kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes tertulis objektif dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitungsebesar 5,14 dan ttabel pada taraf signifikan

α = 0,05 sebesar 2,00, maka thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar dalam pembelajaran sistem pertahanan tubuh terhadap hasil belajar siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Belajar, Hasil Belajar Siswa


(6)

Quasi Experiment in Muhammadiyah 25 Setiabudi Senior High School, Pamulang). BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this research is to know the influence of using cooperative learning with learning journal for students learning outcome in body defense system concept. This research was conducted at Muhammadiyah 25 Setiabudi Senior High School Pamulang. The research method was used quasi experiment and used control group pretest-posttest design for research design. Sampling was taken with random sampling. The research sample were 30 students for experiment class by using cooperative learning with learning journal and 30 students for control class by using cooperative journal. The instruments in taking the data; they were objective test and interview. The data analysis used a t-test, obtained tarithmetic 5,14 and using ttable on a significant level α = 0,05 amounted

2.00, then tarithmetic > ttable. This indicated that there is influence of cooperative

learning with learning journal for students learning outcome in body defense system concept


(7)

i

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya di dalam kebaikan dan ketakwaan.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Banyak pihak yang telah memberikan berbagai dukungan dan bantuan dengan caranya masing-masing dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Eny S. Rosyidatun, S.Si, M.A, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Nengsih Juanengsih, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Biologi Kelas B Angkatan 2008 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Hj. Zesmita Umar, SH. dan Bpk. M. Puji S., S.Pd, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang yang telah memberikan izin penelitian.


(8)

ii

8. Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasanuddin dan Ibunda Mustikah, kedua adikku tersayang Husnul Khotimah dan Ihsan Wildan serta keluarga besar Aba Mawih dan Umi Hindun yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, do’a, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teruntuk Sahabat-sahabat terbaikku Ana Gustinawati, Nurma Apriyanti, dan Lu’luil Maknuun atas dukungannya dan persahabatan yang luar biasa.

10.Teruntuk Teman-teman terbaik Siti Bayinah, Abdul Hadi, Yuliana Widianti dan Hadi Dzikru Rohman atas bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Teruntuk Teman-teman Biolicious Jurusan Pendidikan IPA Biologi B angkatan 2008 yang selalu memberikan semangat dan doa.

Karya ini dibuat sebaik-baiknya, tetapi penulis menyadari di dalamnya masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat dan dicatat sebagai amal shalih di sisi-Nya. Aamiin.

Jakarta, Oktober 2013 Penulis


(9)

iii LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif ... 7

2. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 13

3. Jurnal Belajar ... 14

4. Hakikat Belajar ... 28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30


(10)

iv

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Kalibrasi Instrumen ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 52

C. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(11)

v

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

Tabel 2.2 Perbandingan Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif .... 11

Tabel 3.1 Desain Penelitian : control group pretest-post test desaign .... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Test ... 34

Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 35

Tabel 3.4 Rubrik Jurnal Belajar ... 44

Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 47

Tabel 4.2 Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 48

Tabel 4.3 Presentase Peningkatan Hasil Belajar ... 49

Tabel 4.4 Rekapitulasi Analisis Jurnal Belajar dan Pencapaian Hasil Belajar Per Indikator ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Postest ... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 53

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Postest ... 54

Tabel 4.9 Hasil Uji-t Pretest ... 54


(12)

vi

Gambar 2.1 Piramida Belajar Siswa ... 8 Gambar 2.2 Tiga Tahap Model dari Pembelajaran Reflektif ... 16


(13)

vii

Lampiran 1 Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP) ... 68

Lampiran 2 Materi Kelompok dan Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 88

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Konsep Pertahanan Tubuh ... 105

Lampiran 4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 120

Lampiran 5 Jurnal Belajar ... 121

Lampiran 6 Rubrik Penilaian Jurnal Belajar ... 123

Lampiran 7 Hasil Rubrik Penilaian Jurnal Belajar ... 124

Lampiran 8 Grafik Hasil Rubrik Penilaian Jurnal Belajar ... 126

Lampiran 9 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 127

Lampiran 10 Kutipan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 128

Lampiran 11 Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Eksperimen ... 134

Lampiran 12 Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Kontrol ... 138

Lampiran 13 Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Postest Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 14 Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Postest Kelas Kontrol ... 146

Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 154

Lampiran 17 Perhitungan Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 158

Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas Data Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 159


(14)

(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Menjadi sebuah bangsa yang maju merupakan keinginan yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu kunci dari majunya sebuah negara adalah pendidikan. Kondisi pendidikan dapat menentukan tertinggal atau majunya sebuah negara. Semakin berkembang pendidikan suatu negara, maka semakin besar dan majulah negara tersebut. Sebagai kunci pembangunan, pendidikan yang menjadi skala prioritas akan menjadikan sebuah negara maju dan berkembang.1 Pada dasarnya keberhasilan pendidikan pada suatu negara, sebenarnya sudah menjadi cita-cita dan fungsi dari pendidikan nasional. Setelah terlaksananya suatu proses pembelajaran dalam sebuah pendidikan diharapkan dapat menjadikan siswa-siswa yang cerdas dan berkualitas, serta dapat berpikir kritis yang nantinya akan menimbulkan ide-ide cemerlang dan kreativitas yang tinggi.

Belajar adalah perubahan proses pembentukan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitar.2 Pada saat proses pembelajaran, seorang siswa bukanlah sebuah gelas kosong yang akan diisi pengetahuan-pengetahuan baru oleh sang guru. Siswa sebenarnya telah memiliki bekal pengetahuan sebelum proses pembelajaran dan mengkontruksi atau membangun pengetahuan tersebut dengan lingkungan sekitar serta mengembangkannya.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan falsafah dari pendekatan konstruktivis. Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam

1

Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 21.

2


(16)

sebuah kelompok.3 Keaktifan siswa dapat terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan serta diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu pembelajaran. Dengan demikian, guru harus menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif baik dalam bekerjasama dalam sebuah kelompok, bertanya maupun mengemukakan pendapatnya.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun potongan gambar (jigsaw), memenuhi persyaratan ini. Dalam sebuah kelompok, pemberian tugas yang berbeda kepada setiap siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga mengajarkan satu sama lain.4 Interaksi yang didapatkan antar satu siswa dengan siswa lain dalam sebuah kelompok, dapat menjadikan siswa aktif dan partisipatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi yang disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.5 Interaksi antar siswa dalam sebuah kelompok serta interaksi dengan lingkungan dapat membentuk sebuah pengetahuan. Sedangkan guru nantinya akan membantu siswa mengkontruksi pengetahuan tersebut berdasarkan pengalaman masing-masing.

Pada sebuah proses pembelajaran, bila siswa diminta untuk menggambarkan secara tertulis pengalaman belajar yang telah didapatkan, siswa akan terdorong untuk menyadari apa yang mereka alami dan mampu mengungkapkannya secara tertulis. Teknik yang banyak digunakan dalam hal ini adalah jurnal belajar, yakni sebuah catatan reflektif yang dibuat dari hari ke hari.6 Dengan siswa dapat menyadari apa yang telah dialami atau apa yang

3

Ibid., h. 53. 4

Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2011), Cet.4, h.31.

5

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.42.

6


(17)

telah dipelajarinya selama proses pembelajaran, siswa dapat menelusuri kemajuan belajar yang telah dicapainya serta mengidentifikasi hal-hal yang dirasa belum dimengerti.

Teknik pembelajaran dengan jurnal harian memiliki manfaat yang sangat luas. Namun sayang sekali teknik pembelajaran jurnal harian ini tidak terbiasa digunakan baik di perguruan tinggi atau pun di sekolah-sekolah di Indonesia. Tidak heran jika sampai hari ini banyak para guru yang asing dengan teknik pembelajaran ini. Apalagi ketika konsep penilaian portofolio cuma sekedar numpang lewat. Teknik ini sempat dibahas dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tetapi hilang menguap tidak berbekas pada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di Indonesia, yang umum tersedia adalah jurnal harian kelas yang harus diisi oleh setiap guru yang mengajar pada jam-jam tertentu, sesuai dengan jadwal mengajar hariannya tentang bahan ajar yang disampaikannya pada hari itu. Sebenarnya yang lebih penting adalah jurnal harian atau jurnal mingguan yang harus ditulis atau dikerjakan oleh para siswa.

Pembelajaran dengan jurnal adalah suatu praktik penulisan atau pencatatan pada sebuah kertas (atau halaman dari suatu buku jurnal) tentang kumpulan pemikiran, pemahaman, dan penjelasan tentang sebuah gagasan atau konsep. Guru meminta para siswa untuk menyimpan jurnal tersebut dengan sebuah kesepakatan dan pemahaman bahwa siswa tersebut akan bertukar pikiran dengan guru tentang isi jurnal yang disusunnya. Guru dapat menggunakan jurnal tersebut menjadi semacam jendela untuk mengukur seberapa jauh para siswa tersebut berpikir tentang bahan-bahan ajar yang telah dipelajarinya. Jurnal siswa dapat merupakan sumber yang penting, terkait informasi tentang kesulitan pembelajaran, adanya miskonsepsi, kekuatan dan kelemahan pembelajaran, serta metakognisi (pemikiran tentang berpikir) dari para siswa.

Dalam kaitannya dengan metakognisi atau berpikir tingkat tinggi (pemikiran tentang berpikir), kegiatan berupa memindahkan pemikiran, gagasan, dan perasaan para siswa baik selama ataupun setelah proses


(18)

pembelajaran untuk dijadikan sebuah dokumen tertulis semacam ini akan mendorong para siswa untuk merefleksikan proses belajarnya sendiri. Hal-hal tersebut juga memberikan kesempatan bagi para guru untuk lebih mendalami wawasannya sendiri terkait pemikiran atau konsep yang diperbincangkan bersama para siswa. Tidak berlebihan kiranya, jika Fulwiler menyatakan bahwa jurnal siswa semacam ini merupakan jantung bagi program kemelekan siswa terhadap berbagai hal terkait tugas pembelajarannya di sekolah.7

Dalam sebuah pembelajaran diperlukan adanya refleksi. Kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah pada saat ini, proses refleksi hanya dilakukan sekilas sebelum proses pembelajaran berakhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru untuk mengetahui konsep apa saja yang telah dimengerti serta yang belum dimengerti oleh siswa. Penggunaan jurnal belajar belum banyak diterapkan sebagai sarana refleksi pembelajaran maupun alat pengembangan kemampuan metakognisi siswa. Padahal banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan jurnal belajar.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaraan kooperatif dengan jurnal belajar terhadap hasil belajar. Adapun materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem pertahanan tubuh manusia, konsep sistem pertahanan tubuh manusia merupakan salah satu materi yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan sehari-hari (daily life). Sistem pertahanan tubuh merupakan materi yang bersifat abstrak dan sulit dipahami.

B.

Identifikasi Masalah

1. Jarangnya penggunaan pembelajaran kooperatif (Jigsaw) 2. Belum banyaknya pemanfaatan jurnal belajar

3. Terlalu singkatnya proses refleksi yang dilakukan oleh guru yakni hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan diakhir pertemuan

7

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.38


(19)

C.

Pembatasan Masalah

Untuk menjaga agar masalah tidak terlalu meluas dan melebar, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitiannya adalah siswa SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang Kelas XI IPA.

2. Pembelajaran kooperatif yang digunakan tipe jigsaw

3. Jurnal belajar adalah sebuah tulisan yang memungkinkan siswa untuk mencatat pikiran, wawasan tentang pengalaman belajar dan berisi materi yang telah dipahami siswa. Pada penelitian ini jurnal belajar terdiri atas beberapa pertanyaan reflektif yang harus dijawab siswa. Pertanyaan yang digunakan merupakan gabungan antara pengembangan jurnal belajar yang dilakukan oleh Melvin Silberman, Jennifer Moon dan Sudrajat.

4. Hasil belajar yang akan diukur meliputi ranah kognitif berdasarkan taksonomi bloom. Ranah kognitif diukur melalui tes objektif berupa pilihan ganda dengan lima options yang berjumlah 20 soal meliputi jenjang C1, C2, C3 dan C4.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh?”

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif dengan penggunaan jurnal belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh di Kelas XI (Sebelas) IPA SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang.


(20)

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dapat bertambahnya wawasan tentang penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi sekolah, diharapkan akan menjadi bahan masukan untuk guru-guru, khususnya guru biologi agar dapat menerapkan jurnal belajar sebagai sarana refleksi.

3. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan jurnal belajar selanjutnya.


(21)

7

A.

Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilandasi oleh teori konstruktivisme. Pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mengubah informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan memperbaikinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15). Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menjadikan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Selama terjadi interaksi antar siswa dibolehkan adanya pertukaran ide dan pemahaman ide sendiri dalam suasana nyaman yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.1 Adanya pertukaran ide antara satu siswa dengan siswa lainnya dalam satu kelompok, nantinya akan terbentuklah suatu pengetahuan. Siswa akan memeriksa ide mereka masing-masing serta menafsirkannya. Keaktifan dan rasa ingin tahu serta proses interaksi dengan lingkungan yang terjadi secara terus-menerus akan menjadikan pengetahuan yang semakin berkembang.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa dengan beragam kemampuan, untuk bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam

1

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h.201.


(22)

kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara kelompok dan tidak individual. Siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir dengan tepat dan benar, berkomunikasi secara efektif dan bekerja sama.2 Siswa dikondisikan agar selalu melakukan pembelajaran aktif yang bermakna serta dapat berpikir tentang apa yang akan dilakukan dan apa yang telah dilakukan selama pembelajaran.

Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan dalam kelompok pembelajaran berbasis guru (teacher centred learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi guru dengan audovisual dan bahkan demonstrasi oleh guru, maksimal siswa dapat mengingat materi pembelajaran sebanyak 30%. Pembelajaran dengan diskusi yang tidak di dominasi guru, siswa dapat mengingat 50%. Jika para siswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) mereka dapat mengingat 75%. Praktik pembelajaran belajar dengan caramengajar (learning by teaching) menyebabkan mereka mempu mengingat sebanyak 90% materi. Hai ini tergambar dari kerucut pengalaman Edgar Dale di bawah ini. 3

Gambar 2.1 Piramida Belajar Siswa Edgar Dale

2

Warsono dan Hariyanto , Pembelajaran Aktif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.12 3


(23)

Menurut Eggen dan Kauchak, pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerjasama dengan siswa lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan perbedaan latar belakang.4 Dengan perbedaan latar belakang yang ada, siswa diharapkan untuk dapat saling menghargai perbedaan itu sendiri. Terlebih pada perbedaan yang akan timbul karena adanya perbedaan pendapat dari masing-masing siswa.

Di dalam kelompok kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa sederajat tetapi dengan beraneka ragam kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.5 Pembelajaran kooperatif mendorong siswa agar dapat saling menghargai dan menjalin persahabatan antara siswa yang satu dengan lainnya khususnya dalam sebuah kelompok belajar, mendorong siswa agar dapat secara aktif bertukar pikiran dan saling bertukar informasi.

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh

4

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.42

5


(24)

Dewey dan Thelan sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi.6 Demokrasi adalah setiap siswa memiliki hak yang sama dan setiap siswa berkewajiban untuk menghargai siswa lain dengan perbedaan yang ditimbulkan. Demokrasi dalam pembelajaran kooperatif dapat tercermin dari kebebasan siswa untuk mengajukan pendapatnya dalam sebuah kelompok, serta siswa lain yang menghargai perbedaan pendapat yang ada.

Pada pembelajaran kooperatif siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai harapan dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.7 Disinilah fungsi guru dalam pembelajaran kooperatif, guru berfungsi memfasilitasi dengan berbagai cara agar dapat membangun pengetahuan dari berbagai interaksi yang terjalin antar siswa. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang diajarkan akan membawa sebuah pelajaran kooperatif sejalan dengan tujuan yang diinginkan.

b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah tersebut di tunjukan pada tabel berikut : 8

6

Ibid., h. 45 7

Ibid.

8


(25)

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompoknya.

c. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis dengan prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang tidak berubah. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu


(26)

STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments

atau TGT) dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share

(TPS) dan Number Head Together (NHT). 9

Tabel 2.2 Perbandingan pendekatan dalam pembelajaran kooperatif

STAD Jigsaw Investigasi

Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi & keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok „asal’ dan kelompok „ahli’ Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota heterogen Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota Pemilihan

Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa

Biasanya guru Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan & saling membantu untuk menuntaskan Siswa mempelajari materi dalam kelompok „ahli’ kemudian membantu anggota Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif 9


(27)

materi belajarnya

kelompok asal mempelajari

materi

Penilaian Tes mingguan dapat berupa Bervariasi test mingguan

Menyelesaikan proyek dan

menulis laporan, dapat menggunakan

test essay

Bervariasi

Pengakuan

Lembar pengetahuan dan publikasi

lain

Publikasi lain

Lembar pengakuan dan

publikasi lain

Bervariasi

2. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson beserta teman-temannya dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

Adapun langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil

b. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab

c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenali tagihan berupa kuis individu. 10

10


(28)

3. Jurnal Belajar

Pada suatu waktu seorang mungkin akan diminta untuk merefleksikan belajar dengan menuliskan sebuah jurnal reflektif (terkadang disebut log belajar).11 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, salah satu pengertian dari jurnal adalah catatan (buku) harian. Jurnal reflektif atau jurnal belajar merupakan sebuah dokumen yang terus berkembang yang ditulis oleh seseorang pelajar untuk merekam kemajuan belajar.12 Sebuah dokumen jurnal belajar sering ditemukan dalam bentuk tulisan, namun tidak jarang dokumen jurnal belajar berbentuk rekaman ataupun lainya yang berisi berbagai refleksi pembelajaran dari hari ke hari.

Jurnal belajar adalah kumpulan catatan, observasi, pikiran dan lainnya yang relevan yang dibangun dalam satu periode dan mungkin hasil dari periode studi, pembelajaran dan atau pengalaman kerja. Dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran melalui proses menulis dan berpikir tentang proses pengalaman belajar.13 Hasil dari pemikiran-pemikiran reflektif yang tertuang dalam sebuah dokumen jurnal belajar memunginkan siswa untuk dapat mencapai kemajuan dikarenakan siswa telah memahami dirinya sendiri, memahami letak kelemahan yang nantinya akan diperbaiki dengan strategi tertentu dan memahami kelebihan yang dimiliki dan memaksimalkannya.

Belajar merupakan proses yang aktif dan bukan proses yang pasif. Berpartisipasi dalam jurnal membutuhkan seorang pembelajar aktif yang mengambil kontrol atas pengalaman belajarnya, sebagian dengan jurnal

11

Anon, Writing a Journal or Learning Log, 2012 , p.1, (http://rmit.edu.au/studyandlearn-ing centre)

12

Anon, What is Reflective Journal?, 2012, (http://www.audiencedialogue.net/journal.html) 13

Anon, Learning Journals, 2012, (http://www.worc.ac.uk/studyskills/documents/Learning _Journals _2011.pdf)


(29)

pembelajaran reflektif, menetapkan tujuan, mengambil tindakan tertentu untuk memperbaiki efektifitas belajar dan kinerja tim.14

Les Pang dari University of Maryland University College, menyatakan bahwa jurnal refleksi belajar merupakan sebuah tulisan yang memungkinkan siswa untuk mencatat pikiran dan wawasan tentang pengalaman mereka belajar sendiri. Mendorong siswa untuk meninjau dan mengkonsolidasikan belajar, untuk mengevaluasi kinerja serta untuk merencanakan masa depan belajar berdasarkan pengalaman masa lalu belajar.15

Michael Phaton dari University of Sydney Australia dalam

Symposium Presentation yang berjudul Reflective Journals and Critical Thinking menyatakan bahwa dalam jurnal siswa diminta untuk mengidentifikasi nilai-nilai, sikap dan keyakinan yang mendasari reaksi mereka terhadap berbagai situasi belajar mereka sendiri untuk merefleksikan bagaimana nilai-nilai, keyakinan dan sikap sehingga dapat mempengaruhi studi mereka dan dunia pada umumnya. Dengan demikian, para siswa disarankan bahwa jurnal tidak boleh hanya ringkasan informasi yang di kumpulkan dari kelas. Siswa juga diberitahu untuk tidak menggunakan gaya akademik untuk jurnal seperti itu dan dengan demikian harus ditulis seperti refleksi pribadi. 16

Sebuah jurnal belajar dapat disebut dalam beberapa hal yang berbeda contohnya, log belajar, buku harian kerja lapangan, atau rencana pengembangan pribadi. Bidang studi yang berbeda mungkin akan meminta fokus pada aspek yang berbeda dari pengalaman dan juga mungkin memiliki format yang berbeda. Sebuah jurnal dapat menjadi

14

Robert Loo and Karran Thorpe, Using Reflective Learning Journals to Improve Individual and Team Performance, vol.8, 2012, p.139, (http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?artic leid=88286)

15

Les Pang, Application of Web 2.0 Technologies to Support Reflective Learning Journals, , 2012, p.3, (http://deoracle.org/online-pedagogy/teaching-strategies/application-of-blogs.html)

16

Michael Paton, “Reflective Journals and Critical Thinking”, Uniserve Science Assessment Symposium Proceedings, 2012, p. 98(http://www.science.uniserve.edu.au/pubs/procs/2006 /paton .pdf)


(30)

catatan, dokumen elektronik, atau terkadang dapat direkam dengan menggunakan tape. 17

Jurnal belajar datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, termasuk kaset, video dan dalam bentuk elektronik. Secara umum apa yang membedakan jurnal belajar dengan tulisan lain adalah bahwa jurnal belajar berfokus pada isu-isu yang sedang berlangsung dari waktu ke waktu akan ada beberapa niat untuk belajar dari salah satu proses baik melakukannya atau dari hasil itu.18 Hal ini menunjukkan bahwa jurnal belajar bukan hanya suatu buku harian peristiwa, catatan atau log.

Perbedaan antara jurnal pembelajaran dan buku harian kegiatan belajar adalah jurnal merekam renungan dan refleksi dari pikiran seseorang sedangkan buku harian merekam peristiwa dan kegiatan belajar dari waktu ke waktu.19 Jurnal bukan hanya sebuah buku harian atau log tetapi sebuah narasi yang diartikulasikan mengikuti dari cerminan dan berpikir kritis tentang suatu pengalaman belajar atau peristiwa belajar tertentu.

PROSES REFLEKTIF

KESADARAN ANALISIS KRITIS PEMBELAJARAN Sekarang Menghubungkan sekarang dengan Masa depan

Masa lalu dan masa depan

Gambar 2.2 Tiga Tahap Model dari Pembelajaran Reflektif

17

Anon, Learning Journals, op. cit.

18

Jennifer Moon, Assessment: Learning Journal and Logs, 2012, (http://www.ucd.ie/t4cms /ucdtla0035. pdf)

19

Anon, Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna, 2012, h.61 (http://mbscenter .or.id/sources/372007%20DBE3%20Integrasi%20Kecakapan%20Hidup%20dalam%20Pembelajar an.pdf)


(31)

Jurnal, log, buku harian, portofolio merupakan wadah untuk menulis yang dicatat selama periode tertentu. Penulisan mungkin menyertai program pembelajaran, pekerjaan, lapangan kerja, atau penempatan pengalaman atau sebuah proyek penelitian. Jurnal atau log dan buku harian dapat datang dalam bentuk yang berbeda dan digunakan untuk memenuhi tujuan yang berbeda.

Jurnal belajar atau buku harian dan portofolio semakin digunakan dalam pendidikan tinggi sebagai sarana memfasilitasi atau menilai pembelajaran. Jurnal belajar atau buku harian dan portofolio memiliki berbagai tujuan dan struktur yang diperkenalkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk tujuan-tujuan mereka dan untuk gaya belajar mereka. Secara umum, jurnal belajar atau buku harian dan portofolio tampaknya untuk membantu dalam personalisasi dan memperdalam kualitas pembelajaran dan dalam membantu peserta didik untuk mengintegrasikan materi pembelajaran, seperti dari modul yang berbeda atau belajar teoritis dan praktis. Jurnal belajar atau buku harian

dan portofolio mungkin sangat terstruktur atau “bebas” dan mereka telah digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di hampir setiap area subyek termasuk matematika dan sains, dan khususnya di pengembangan profesi.20

Log belajar merupakan dasar dari sebuah log atau rekaman atau

jurnal dari belajar. Hal ini tidak selalu formal „akademis’ bagian dari

pekerjaan. Hal ini merupakan catatan pribadi dari belajar. Karena itu merupakan dokumen unik yang tidak bisa menjadi „benar’ atau „salah’. Log belajar membantu untuk mencatat menyusun, berpikir dan refleksi, merencanakan, mengembangkan dan bukti belajar seseorang.

Sebuah log belajar merupakan sebuah jurnal sebagai bukti belajar dan pengembang keterampilan. Ini bukan hanya sebuah buku harian yang

20


(32)

mencatat „apa yang telah anda lakukan’ tapi mencatat apa yang telah dipelajari, di coba dan refleksi kritis.21

Jurnal belajar, log dan buku harian reflektif adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian. Namun tujuan dari ketiganya mungkin sedikit berbeda. Ketika membuat jurnal belajar, penekanannya adalah pada membuat eksplisit dan merekam pembelajaran yang terjadi. Buku harian reflektif, seperti namanya lebih fokus dengan menunjukan refleksi dari pengalaman, sedangkan log adalah catatan peristiwa yang telah terjadi. Mereka semua memiliki aspek refleksi di dalamnya.22

Pada dasarnya sebuah jurnal belajar, membantu merefleksikan pembelajaran. Ini berarti bahwa jurnal belajar tidak harus menjadi catatan yang murni deskriptif dari apa yang dilakukan, melainkan kesempatan untuk mengkomunikasikan proses berpikir yakni bagaimana dan mengapa melakukan apa yang dilakukan serta apa yang dipikirkan tentang apa yang dilakukan.23

Jurnal diterima dan secara luas digunakan mata pelajaran dasar kemanusiaan. Hal ini terutama berlaku dalam kasus profesi yang memerlukan beberapa pengalaman kerja praktik seperti pendidikan, perawatan, kerja sosial dan kementrian agama. Refleksi ini memberikan kesempatan untuk belajar dari kasus-kasus sebelumnya dan untuk memaksimalkan manfaat dari pengalaman melalui refleksi.24

Pembelajaran reflektif adalah proses belajar yang membutuhkan waktu dan latihan. Hal ini merupakan proses aktif yang melibatkan pemikiran melalui masalah diri sendiri, mengajukan pertanyaan, dan mencari informasi yang relevan untuk membantu pemahaman. Pembelajaran reflektif bekerja paling baik apabila seorang berpikir

21

Anon,Learning Log or Learning Journals, 2012, (www.hull.ac.uk/php/cesagh/documents/ LEARNINGLOG.doc)

22

Jennifer Moon, op. cit.

23

Anon, Learning Journals, op. cit. 24

Susan E. George, Learning and the Reflective Journal in Computer Science, 2012, (http://crpit. com/confpapers/CRPITV4George.pdf)


(33)

tentang apa yang ia lakukan sebelum, selama dan yang akan dilakukan setelah belajar. 25

Menulis reflektif adalah sumber daya serbaguna. Menulis tidak hanya mendukung refleksi dan pembelajaran profesional dalam banyak peraturan mengajar, itu juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan dan sociable. Banyak guru yang tidak yakin dengan apa yang mereka pikirkan sebelum mereka menulis, tetapi menemukan bahwa praktik menulis membawa wawasan baru dan pemahaman, selera pribadi dan pencapaian profesional, dan kesiapan untuk berbagi wawasan dengan orang lain.26

Refleksi sangat penting untuk mengembangkan kemampuan yang mengharuskan seseorang untuk berpikir bagaimana seorang secara pribadi berkaitan dengan proses pembelajaran.27 Refleksi yang dilakukan pada saat belajar, dapat membantu seorang meningkatkan pemahaman dan membantu untuk merenungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang seseorang coba untuk mencapai sesuatu. Selain itu dapat mendorong seseorang untuk berpikir tentang topik yang dibahas dalam kelas serta mengambil posisi pada masalah dan berpikir kritis. 28

Jurnal refleksi adalah rekaman pribadi dari pengalaman-pengalaman pembelajaran. Para siswa biasanya ditanya oleh instruktur mereka untuk merekam pembelajaran mereka antara lain kejadian-kejadian yang berhubungan, biasanya selama proses pembelajaran tetapi lebih sering ketika kejadian tersebut baru saja berlangsung.29

Dalam pengajaran profesional dan pengajaran bermakna disebutkan bahwa jurnal refleksi pembelajaran merupakan sebuah dokumen yang hidup dan tumbuh yang selalu ditulis untuk merekam pembelajaran.

25

Anon, Learning Journals, op. cit.

26

Jill Burton, “Reflective Writing – Getting to The Heart of Teaching and Learning”, dalam Jill Burton., et al., (ed.), Reflective writing ‘A way to lifelong teacher learning’, 2012, p. 1, (http:// tesl-ej.org/books/reflective_writing.pdf).

27

Anon, Learning Journals, op. cit.

28

Anon, Writing a Journal or Learning Log, op. cit., p.1. 29

Anon, Reflective Journals and Learning Logs, 2012 (http:/www.niu.edu/facdev/resour ces/guide/assessment/reflective_journals%20and_learning_logs.pdf).


(34)

Jurnal refleksi pembelajaran bukan merupakan rangkuman bahan ajar, melainkan biasanya difokuskan pada tanggapan atau penilaian tentang apa yang sudah dipelajari dari pada hanya menjelaskan apa yang sudah dibaca dan juga bukan sebuah buku harian kegiatan belajar.30

Penggunaan jurnal belajar reflektif merupakan pendekatan umum dan bernilai. Saat membuat jurnal belajar reflektif dapat mengadopsi struktur untuk setiap jurnal, yakni mencakup pengaturan dan tanggal, apa yang dilakukan, kunci catatan kritis pada refleksi kegiatan, apa yang dipikirkan telah dipelajari. 31

Dalam jurnal dan pembelajaran atas dasar pengalaman (learning log) dapat didorong oleh pertanyaan-pertanyaan mengenai konten pelajaran, tugas-tugas, ulangan-ulangan, ide-ide milik para siswa, dan proses pemikiran siswa-siswa tentang apa yang telah terjadi di kelas dalam periode waktu tertentu. Jurnal dan pembelajaran atas dasar pengalaman (learning log) kemudian dikumpulkan kepada instruktur untuk dijadikan feedback (umpan balik). Paper-based dan jurnal atau log online dapat dikembalikan sebelum atau sesudah periode kelas atau pada waktu lain yang telah ditentukan.32

Kegiatan untuk menyusun jurnal belajar (learning journal), menurut Sudrajat dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Mencatat hal-hal yang menarik dan ingin ditindaklanjuti secara lebih dalam dari suatu buku atau artikel yang dibaca.

b. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak seputar topik materi yang dibaca atau dipelajari.

c. Mencatat tentang hal-hal utama yang baru saja diketahui dari bahan yang telah dipelajari.

d. Mencatat bahan yang relevan dari sumber lain yang telah dibaca, seperti artikel dalam surat kabar.

30

Anon, Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna, op, cit., h.61. 31

Anon, Keeping a Reflective Journal, 2012, (http://www.open.ac.uk/skillsfor study/be-aware -of-your-habits.php)

32


(35)

e. Mencatat tentang refleksi atas apa yang telah dipelajari, hingga sejauh mana telah dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. 33

Dalam sebuah jurnal belajar, yang harus ditulis adalah beberapa hal yang dianggap menarik dalam kegiatan pembelajaran dan direncanakan untuk menikdaklanjutinya secara mendalam pada masa mendatang, beberapa pertanyaan yang muncul dalam pikiran sebagai dampak dari apa yang dibaca, sesuatu yang sudah dipelajari, komentar tentang suatu program dan seberapa jauh program itu dapat memenuhi kebutuhan proses pembelajaran, serta seberapa jauh pelajaran dalam suatu program berkaitan dengan pelajaran lain yang dipelajari dengan pendekatan lain.

Dalam pengajaran profesional bermakna, disebutkan bahwa jurnal pembelajaran dapat memiliki format dengan berbagai pertanyaan, diantaranya:

a. Apa yang saya pelajari hari ini? b. Apa yang saya rasakan menarik? c. Apa yang masih membingungkan?

d. Apakah saya menemukan masalah dan issu yang tidak diharapkan? e. Apa jenis pembelajaran tingkat tinggi yang saya alami?

f. Apa jenis pembelajaran tingkat rendah yang saya alami?

g. Apa yang saya rasakan dengan pendekatan yang digunakan untuk membahas issu, topik pelajaran?

h. Bagaimana saya memperbaiki teknik pembelajaran? i. Apa yang ingin dan perlu ku ketahui lebih banyak lagi?

j. Apa sumber belajar yang memberi ilham dan menyenangkan saya? (photo, websites, dll)34

33

Kartono dan Ali Imron, Penerapan Teknik Penilaian Learning Journal pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Segiempat, 2012, h. 60-61 (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/download/ 1246 /1298)

34


(36)

Selain berbagai pertanyaan yang telah disebutkan di atas, pada jurnal belajar juga mungkin mengandung unsur-unsur seperti :

a. Informasi, yaitu sebuah jurnal harus menunjukkan bahwa seorang telah menghadiri kelas, telah membaca, memahami masalah dan teori yang ada, dan harus mencakup interpretasi pribadi dari program kerja b. Observasi, berupa deskripsi dari apa yang dibaca atau aktivitas yang

telah dilakukan

c. Spekulasi, yaitu siswa bertanya-tanya tentang makna dan implikasi dari peristiwa, bacaan, masalah, diskusi yang terkait

d. Memahami, yakni membuat pengertian sendiri dari masalah dan konsep

e. Pertanyaan, yakni mencakup pertanyaan akademik, keraguan diri sendiri, hal-hal yang ingin seorang cari tahu

f. Sintesis, yakni siswa secara bersama-sama menarik ide untuk menemukan keterkaitan dan hubungan.

g. Kritik, yakni identifikasi kekuatan dan kelemahan teori, bacaan dan aktivitas

h. Revisi, berupa perwujudan ide-ide yang telah berubah serta memperluasnya dalam beberapa cara. 35

Penulisan reflektif tidak memerlukan gaya tulisan resmi. Karena tulisan reflektif merupakan pengembangan pemahaman seseorang. Jurnal belajar berisi tentang catatan pengalaman belajar siswa, apa yang telah dimengerti, apa yang belum dimengerti oleh siswa beserta alasan maupun kendala yang tengah dihadapi. Serta apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh siswa terutama berkaitan dengan apa yang belum dimengerti oleh siswa. Tulisan resmi akan membuat siswa menjadi lebih kaku dan tidak merasa leluasa mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

35


(37)

Berikut ini merupakan contoh prosedur penggunaan jurnal belajar seperti tertulis pada buku yang ditulis oleh Silberman (2006) yaitu : a. Menjelaskan kepada siswa bahwa pengalaman tidak mesti menjadi

guru terbaik dan bahwa sangatlah penting untuk merenungkan kembali pengalaman guna menyadari apa yang kita dapatkan dari pengalaman itu.

b. Memerintahkan siswa untuk membuat jurnal tentang bagaimana belajar mereka

c. Menyarankan agar mereka menulis dua kali seminggu, sebagian dari apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang hal-hal yang mereka pelajari.

d. Memerintahkan siswa untuk berfokus pada beberapa atau semua kategori dibawah ini :

1) Apa yang belum jelas bagi mereka atau apa yang mereka tidak setujui.

2) Bagaimana kaitan antara pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi mereka.

3) Bagaimana pengalaman belajar terefleksikan dalam hal-hal lain yang mereka baca, lihat dan kerjakan.

4) Apa yang mereka amati tentang diri mereka dan orang lain semenjak merasakan pengalaman belajar.

5) Apa yang mereka petik dari pengalaman belajar.

6) Apa yang hendak mereka kerjakan sebagai hasil dari pengalaman belajar.

e. Mengumpulkan, membaca, dan mengomentari jurnal tersebut secara berkala agar siswa menjadi merasa bertanggung jawab untuk


(38)

menyimpannya dan agar guru dapat menerima umpan balik dari hasil belajar mereka.36

Mount Mercy Colage (MMC) memiliki klasifikasi dari jenis jurnal yang meliputi:

a. Jurnal pribadi – buku harian dari pikiran, aktifitas, respon emosional, catatan kehidupan sehari-hari.

b. Jurnal respon – menanggapi sebuah literatur; peristiwa, rangkaian perstiwa atau pengalaman.

c. Log belajar – ringkasan tidak resmi dari apa yang telah dipelajari; terkadang mendetil dengan pengetahuan dan pendapat yang ditentukan.

d. Jurnal dialog – ruang untuk dua orang (dua orang murid, guru atau lainnya) berkomentar tentang tugas, peristiwa, dan lainnya sebagai tanggapan terhadap satu sama lain.

e. Catatan ganda jurnal – ruang untuk komentar awal dengan ruang yang berdekatan untuk komentar selanjutnya setelah refleksi atau waktu selanjutnya yang ditentukan.

f. Jurnal membaca – tempat untuk meringkas dan mengomentari untuk bacaan di kelas, pribadi dan minat akademik, paper atau persiapan tugas.

g. Jurnal menulis – sebuah ringkasan dari pengamatan, pemikiran, wawasan dan lain-lain mencatat dari waktu ke waktu dalam persiapan tugas.

Mount Mercy College (MMC) mengklasifikasi beberapa hasil belajar yang dapat diamati siswa mereka. Termasuk peningkatan berikut ini :

a. Deskripsi situasi, peristiwa dan hubungan

b. Meningkatkan kesadaran diri dan kemampuan untuk menganalisis kemampuan diri sendiri

36

Melvin L. Silberman, Active learning : 101 cara belajar siswa aktif, (Bandung: Nusamedia, 2011), h. 205-206.


(39)

c. Mengidentifikasi dan „verbalisasi’ salah satunya adalah pengetahuan yang telah ada dan baru diperoleh

d. Mensintesis dan mengintegrasi informasi lebih ringkas

e. Menilai, membuat pertimbangan, mengevaluasi peristiwa pada satu kehidupan dan aktivitas pendidikan

f. Perkembangan baru, tambahan atau alternatif perspektif pada satu hubungan, interaksi dan peristiwa

g. Personalisasi pengalaman pendidikan (lab, percobaan klinis, praktikum, grup diskusi) dan lebih mengetahui apa yang sedang dipelajari

h. Mendorong pembentukan hubungan antar teori, penelitian, observasi, dan percobaan

i. Mengkomunikasikan apa yang sedang dipelajari dan untuk menilai suatu pengalaman, dan

j. Menghargai pembelajaran mereka sendiri, berkembang, menghargai diri sendiri37

Menulis sebuah jurnal belajar ada beberapa hal yang disarankan, diantaranya:

a. Menulis jurnal secara teratur, bahkan dengan catatan pendek.

b. Fokus pada peristiwa tertentu atau masalah yakni berpikir bagaimana bisa mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut, atau bagaimana cara meningkatkannya.

c. Gunakan pertanyaan atau petunjuk untuk fokus pada tugas. d. Hindari penulisan deskriptif – mengambil pendekatan analisis.

e. Gunakan teknik seperti peta pikiran, diagram, sketsa atau kartun. Gunakan warna untuk membuat lebih menarik dan mengesankan. f. Ulaslah catatan yang telah ditulis, apakah dapat menemukan tema dan

dapat mengenali tindakan yang mungkin diambil untuk jangka

37


(40)

panjang. (misalnya untuk meningkatkan keterampilan pelajaran tertentu).

g. ingatlah bahwa menulis dapat digunakan sebagai alat belajar, menulis dapat digunakan untuk mengeksplorasi ide-ide sebagai cara untuk memahaminya.

Dalam Keeping a reflection journal ditulis bahwa „Apapun yang anda pilih untuk ditulis, jangan lepaskan penilaian – ingat bahwa tidak ada jawaban benar atau salah, bersikap jujur, terbuka, dan langsung. Refleksi yang efektif adalah apabila anda bisa menjadi diri sendiri’.38

Menurut Jennifer Moon dalam sumber pengajaran dan pembelajaran UCD yang berjudul Learning Journals and Logs, jurnal belajar memiliki beberapa tujuan, yakni:

a. Merekam pengalaman

b. Mengembangkan pembelajaran yakni dengan cara yang meningkatkan pembelajaran lainnya

c. Memperdalam kualitas pembelajaran, dalam bentuk pemikiran kritis atau mengembangkan sikap mempertanyakan

d. Mengaktifkan peserta didik untuk memahami proses belajar mereka e. Memfasilitasi belajar dari pengalaman

f. Meningkatkan keterlibatan aktif dalam pembelajaran dan kepemilikan pribadi belajar

g. Meningkatkan kemampuan untuk merefleksikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran

h. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah i. Sebagai sarana penilaian dalam pendidikan formal

j. Meningkatkan praktik profesional atau profesional diri dalam praktek k. Mengeksplorasi diri, membangun makna pribadi dan salah satunya

memandang dunia. Untuk meningkatkan penilaian pribadi menuju pemberdayaan diri

38


(41)

l. Sebagai sarana memperlambat pembelajaran, mempertimbangkan situasi yang lebih menyeluruh

m.Meningkatkan kreativitas dengan membuat lebih baik penggunaan pemahaman intuitif

n. Menyediakan 'suara' alternatif bagi mereka yang tidak pandai mengekspresikan diri mereka sendiri

o. Membina interaksi reflektif dan kreatif dalam kelompok39

Universty of Worcester dalam Learning Journals mengungkapkan beberapa hal yang menjadi alasan kenapa seorang menggunakan jurnal belajar, yakni :

a. Untuk memberikan „gambaran hidup’ dari perkembangan pemahaman dari mata pelajaran atau pengalaman

b. Untuk menunjukkan bagaimana mengembangkan belajar

c. Untuk menyimpan catatan pikiran dan ide-ide dari pengalaman belajar d. Untuk membantu mengidentifikansi kekuatan, kelemahan, dan

keinginan dalam belajar40

Dengan membuat sebuah jurnal belajar atau pembelajaran reflektif serta mengembangkannya ada keuntungan yang didapat, yakni :

a. Menjadi termotivasi, mengetahui apa yang coba mereka capai dan kenapa

b. Menjadi lebih aktif dalam memperluas pemahaman mereka tentang topik dan subjek

c. Menggunakan kemampuan yang telah ada untuk membantu mereka mengembangkan pemahaman tentang ide-ide baru

d. Memahami konsep baru dengan mengaitkannya dengan pengalaman mereka sebelumnya

e. Memahami bahwa penelitian tambahan dan membaca secara luas dapat meningkatkan pemahaman mereka

39

Jennifer Moon, op. cit.

40


(42)

f. Mengembangkan pembelajaran dan berpikir mereka dengan membangun penilaian kritis dari pengalaman belajar sebelumnya g. Menjadi lebih sadar diri, mampu mengidentifikasi, menjelaskan, dan

mengatasi kelebihan serta kelemahan mereka sendiri.41

4. Hakikat Belajar

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah pada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli.

Menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian,

yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow dan Hilgard.

Menurut Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons.42

Beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu :

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

41

Anon, Learning Journals,op. cit.

42

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), cet. 24, h. 155-156


(43)

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya berakhir dari satu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti; perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. 43

Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.44 Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.45

43

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 24, h. 85

44

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). h.159 45


(44)

Evaluasi hasil belajar sebagai keseluruhan kegiatan pengukuran, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang telah dicapai siswa memiliki beberapa tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar. 2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina

kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut

3) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitannya dan menyarankan kegiatan remedial

4) Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan perbaikan

5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

6) Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya46

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian jurnal belajar sebelumnya dilakukan oleh Kartono dan Ali

Imron dengan judul “Penerapan Teknik Penilaian Learning Journal Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Materi Pokok Segiempat”.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIC SMPN 3 Karanglewas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode observasi yang kemudian dilakukan analisis untuk merumuskan

46


(45)

hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut bahwa penerapan teknik penilaian

learning journal pada model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMPN 3 Karanglewas pada materi segiempat efektif.

Selain itu ada penelitian Yenny anjar jayadi dengan judul “Penggunaan Jurnal Belajar Dengan Macromedia Flash Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 (Penelitian tindakan Kelas)”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penerapan penggunaan jurnal belajar pada pembelajaran biologi dengan media macromedia flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat dilihat dari peningkatan motivasi belajar dan partisipasi siswa yang berdampak pada peningkatan penguasaan konsep.

C. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya pembelajaran biologi menuntut peserta didik berpikir kritis dengan segala fenomena yang dibahas dalam mata pelajaran biologi. Seringkali pembelajaran biologi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah belum sepenuhnya mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa yang mampu mengkonstruksi aspek kognitifnya.

Jurnal belajar adalah wadah yang memuat hasil refleksi dalam bidang pembelajaran yang diperuntukan bagi peserta didik. Peserta didik mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan dalam pembelajaran, hasil pengamatan, hasil abstraksi atau apa saja yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Bila perlu bukan hanya peserta didik yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya. Akan tetapi kesempatan diberikan kepada semua peserta didik, walaupun menurut guru apa yang dituliskan peserta didik itu pada awalnya hanya cerita yang kelihatannya kurang bermakna bagi guru. Jurnal belajar tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan akademis semata akan tetapi


(46)

diharapkan melalui kebiasaan menuliskan pengalaman belajar, peserta didik tersebut terbiasa mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupun harapannya tentang pembelajaran yang diberikan guru. Jadi lebih dekat sebagai alat untuk komunikasi dan diseminasi informasi, temuan, pemikiran, hasil pengamatan tentang pembelajaran. Setiap peserta didik dapat mengisi jurnal belajar, meskipun belum mampu menulis dengan kriteria ilmiah.

Dengan jurnal belajar, siswa dapat menilai apa yang ia mengerti dari proses pembelajaran yang telah berlangsung, begitu pula dengan hal yang belum dimengerti. Setelah itu siswa diharapkan dapat menentukan cara untuk memahami apa yang belum dimengerti. Siswa belajar memikirkan strategi yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar. Siswa yang menilai proses belajarnya sendiri diharapkan akan lebih efektif dalam usaha untuk memahami hal-hal yang belum ia pahami dibandingkan jika penilaian dilakukan oleh guru.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh di Kelas XI (Sebelas) IPA SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang”.


(47)

33

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Jl. Surya Kencana No.29 Pamulang Barat – Pamulang – Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode

quasi eksperimen (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Dalam pelaksanaan penelitian ini, sampel terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun desain penelitian disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian : control group pretest-post test desaign.

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen Q1 X1 Q2

Kontrol Q1 X2 Q2

Keterangan:

X1 : Perlakuan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan jurnal belajar

X2 : Perlakuan pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan jurnal belajar

Q1 : Pemberian pretest

Q2 : Pemberian postest

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 114.


(48)

C.

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang tahun pelajaran 2012-2013.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Dari dua kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang, dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah pengundian, didapatkan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen (kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar) sebanyak 30 siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol (kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan jurnal belajar) sebanyak 30 siswa.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitan berupa skor hasil belajar biologi siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar biologi bentuk PG serta Non tes melalui wawancara berupa respon siswa.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dan wawancara. Tes hasil belajar biologi ialah tes yang digunakan untuk mengukur tingkat ranah kognitif siswa, sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan. Adapun bentuk instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes tertulis objektif yakni berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5 option. Soal-soal mengacu pada memperhatikan ranah kognitif yang meliputi C1, C2, C3, dan C4. Sebelum tes ini digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 173.

3


(49)

mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes

No Konsep Jenjang Kognitif Jumlah

Soal

C1 C2 C3 C4

1. Sistem pertahanan tubuh 2 1, 3* 1

2.

Sistem kekebalan tubuh

non-spesifik dan spesifik 5,6* 4* 2

3. Antigen dan antibodi 8*, 9 7* 2

4. Struktur dan fungsi antibodi 11*, 12* 10 2

5.

Pembentukan antigen dan antibodi

13*, 15*

16 14* 3

6. Kekebalan aktif 19 18* 17, 20* 21* 3

7. Kekebalan pasif 22*, 23*,

24 2

8.

Kegagalan mekanisme

pertahanan tubuh 25, 26* 27,

28*,

29* 3

9. Alergi 30, 31* 32* 2

Jumlah 20

*adalah soal yang valid (digunakan) setelah uji validitas

Selain menggunakan instrumen berupa tes, wawancara juga dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya sikap terhadap sesuatu.4 Pada penelitian ini pertanyaan yang disajikan dalam bentuk semi terstruktur, yakni perpaduan antara terstruktur dan tidak terstruktur. 5

4

Ibid., h. 198. 5

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 191-192.


(50)

Tabel 3.3 Daftar pertanyaan wawancara

No. Kategori Pertanyaan

1. Konten

Apakah kamu menyukai pelajaran biologi? Jika ya, apa yang membuat menarik!

Apakah kamu merasa kesulitan dalam belajar biologi? Apakah kamu merasa bersemangat selama ini saat belajar biologi?

2.

Pembelajaran Kooperatif

(Jigsaw)

Apakah sebelumnya saat belajar di kelas, kamu sudah pernah menggunakan pembelajaran kooperatif (Jigsaw)? Apa kelebihan pembelajaran kooperatif (Jigsaw) menurut kamu?

Apa kelemahan pembelajaran kooperatif (Jigsaw) menurut kamu?

Apakah kamu merasa kesulitan saat belajar di kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (Jigsaw)?

3. Jurnal Belajar

Apakah sebelumnya saat belajar di kelas kamu sudah pernah menggunakan jurnal belajar?

Apakah dengan mengisi jurnal belajar kamu mengetahui materi pelajaran yang belum dimengerti?

Apakah jurnal belajar membuat kamu lebih bersemangat belajar?

Apakah menurut kamu perlu atau tidak menggunakan jurnal belajar?

Apakah kamu merasa kesulitan dalam mengisi jurnal belajar?


(51)

F.

Kalibrasi Instrumen

1. Analisis Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data harus dimantapkan kualitasnya melalui suatu langkah yang disebut uji coba. Dari data hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dari kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. 6

Untuk mengukur validitas soal pilihan ganda dalam penelitian ini menggunakan rumus Koefisien Point Biserial. Rumus yang digunakan adalah : 7

rpbis =

q p SD

M M

t t p

Keterangan :

rpbi : Koefisien korelasi

Mp : Mean responden yang menjawab benar Mt : Mean secara keseluruhan

SDt : Standar deviasi

p : Proporsi responden yang menjawab benar q : Proporsi responden yang menjawab salah

6

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105.

7


(52)

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, dari 30 soal yang telah digunakan pada uji validitas dengan menggunakan program Anates menunjukkan 20 butir soal valid dan 10 butir soal tidak valid. Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 4. 8

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, kestabilan atau konsistensi; dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.9 Uji reliabilitas untuk butir soal objektif pilihan dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu: 10

r11 = 

  

 

   

 

 2

2

1 S

pq S

n n

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antar p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

8

Lampiran hal. 117 9

Ahmad Sofyan, dkk., op. cit., h.105 10


(53)

Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: (a) Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi

(b) Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi (c) Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup (d) Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

(e) Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

Perhitungan uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Anates dan didapatkan hasil 0,89. Hasil uji reabilitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4. 11

c. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus : 12

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

11

Lampiran hal. 117 12


(54)

Klasifikasi indeks kesukaran: 13

0.00 – 0.30 = soal termasuk kategori sukar 0.30 – 0.70 = soal termasuk kategori sedang 0.70 – 1.00 = soal termasuk kategori mudah.

Perhitungan pengujian taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Anates. Hasil penguji taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4. 14

d. Daya Pembeda Soal

daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. 15 Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: 16

Keterangan :

D = Daya pembeda soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelomok bawah yang menjawab benar

13

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan... h. 225 14

Lampiran hal. 117 15

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan... h. 226 16


(55)

Klasifikasi Daya Pembeda: D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,21 – 0,40 : cukup D : 0,41 – 0,70 : baik

D : 0,71 – 1,00 : baik sekali17

Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Anates. Hasil penguji taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4. 18

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dan uji homogenitas varians menggunakan Uji Fisher. Sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan Uji-t.

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis dengan uji kesamaan dua rata-rata populasi dengan menggunakan Uji-t. Sebelum melakukan Uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji pemenuhan asumsi Uji-t (Uji persyaratan analisis untuk Uji-t). Uji persyaratan analisis untuk Uji-t ada dua yaitu, kedua populasi berdistribusi normal (uji normalitas) dan kedua populasi memiliki varians yang sama (uji homogenitas).

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu disusun ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, yaitu penyusunan sistematis dari pengukuran individual dari nilai yang tinggi ke rendah. Tabel distribusi frekuensi ini dapat dilihat

17

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan... h. 232 18


(56)

bentuk distribusinya, yakni apakah nilai yang diperoleh terbagi secara merata ataukah cendrung berkelompok.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors.19

Zi = xi x

S

Zi = Simpangan baku untuk kurva normal standar

Xi = Data

X = Rata-rata data tunggal S = Simpangan baku b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas ini mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu: 20

2

2 1

2

S S F

F : Homogenitas S12 : Varian terbesar

S22 : Varian terkecil

19

Sudjana. Metoda Statiska, (Bandung: Tarsito, 2005), h.466 20


(57)

c. Uji Hipotesis

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji t (parametrik), yaitu:21

2 1 2 1 1 1 n n X X t Sg hitung   

Dengan Sg =

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1      n n S n S n Keterangan: 1

X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan jurnal belajar

2

X : Rata-rata hasil belajar siswa dengan tanpa jurnal belajar S12 : Variansi kelompok eksperimen

S22 : Variansi kelompok kontrol

n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol

d. Uji Normal Gain

Gain adalah selisish antara nilai posttest dengan nilai pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Untuk menghindari hasil kesimpulan

21


(58)

yang akan menimbulkan bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normal gain.22

N- Gain = skor postest – skor pretest skor ideal – skor pretest

dengan kategori:

g tinggi : nilai (g) ≥ 0,70

g sedang : 0,70 > nilai (g) > 0,30

g rendah : nilai (g) ≤ 0.30

2. Analisis Data Kualitatif

a. Analisis Rubrik Jurnal Belajar

Untuk mengetahui adanya peningkatan pada jurnal belajar bagi tiap siswa digunakan rubrik. Rubrik adalah perangkat pemberian skor yang secara eksplisit menyatakan kinerja yang diharapkan bagi tugas-tugas yang diberikan atau bagi suatu hasil karya para siswa. Suatu rubrik memberikan deskripsi yang jelas dari karakteristik hasil karya yang terkait dengan masing-masing komponen tugas pembelajaran pada berbagai tingkatan penguasaan siswa terhadap tugas yang diberikan. 23

Dalam rubrik ada pemberian nilai atau skor, tidak ada ketentuan baku tentang pemberian skor atau nilai dalam rubrik. Ketantuan umum yang disepakati para ahli adalah makin besar skornya makin sempurna hasil karya seorang siswa.

Ada rentang skor atau nilai dalam rubrik yang mulai dari 0 (nol), 1, 2 dan 3. Ada juga yang memberikan rentang nilai mulai dari 1, 2, 3 dan 4 (ini yang paling umum) adapula yang memulai dari 1, 2, 3, 4 sampai 5. Sementara itu Diane Elbert-May membuat rentang nilai

22

Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 2013, (http://physics.indiana.edu/sdi/ Analyzing ChangeGain.pdf)

23

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2012), hal. 279.


(59)

rubrik mulai dari 0 (tidak ada jawaban) langsung ke 3 (perlu perbaikan), kemudian 4 (sepadan) dan 5 (patut dicontoh). 24

Pada penelitian ini rubrik jurnal belajar digunakan tidak untuk menilai benar atau salahnya jurnal belajar yang telah diisi oleh siswa. Melainkan untuk mengetahui sisi positif dari pembelajaran serta apakah jurnal belajar yang telah diisi siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jurnal belajar pada pertemuan selanjutnya.

Tabel 3.4 Rubrik Jurnal Belajar

No. Kriteria Penilaian Tingkatan / Rating Skor Skor

Maksimal

1. Apa yang saya pelajari hari ini?

Mengetahui apa yang dipelajari

Tidak mengetahui apa yang dipelajari / Tidak

diisi 1

1 0

2.

Apa yang saya rasakan tentang yang saya

pelajari?

Dapat mengungkapkan perasaannya secara positif

Tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara positif

/ tidak diisi

1

1 0

3.

Apa hal-hal menarik dari pelajaran ini?

Merasa menarik & dapat mengungkapkannya

Merasa tidak menarik /

Tidak diisi 1

1 0

4.

Apa yang masih membingungkan bagi

saya?

Tidak merasa bingung Mengungkapkan perasaan

bingungnya / Tidak diisi 1

1 0

5.

Apa hal-hal yang baru saya ketahui setelah

belajar hari ini?

Ada hal-hal baru yang didapat setelah belajar

Tidak ada hal baru yang

didapat / Tidak diisi 1

1 0

6.

Apa yang saya ingin ketahui lebih banyak lagi pada materi ini?

Ingin mengetahui lebih

lanjut Tidak ingin mengetahui lebih lanjut / Tidak diisi

1

1 0

7.

Apakah saya telah belajar dengan baik, apa yang harus saya lakukan agar lebih baik

lagi?

Ada keinginan agar dapat belajar lebih baik lagi

Tidak ada keinginan untuk belajar lebih baik

lagi / Tidak diisi 1

1 0

JUMLAH 7

24


(60)

b. Analisis Jurnal Belajar dan Pencapaian Hasil Belajar Per Indikator Analisis untuk tiap indikator dilakukan pada hasil jurnal belajar yang telah diisi oleh siswa pada pertemuan pertama dan kedua serta dilakukan pada hasil belajar postest.

Indikator

Analisis Jurnal Belajar

Pencapaian Hasil Belajar Menjelaskan

materi sesuai konsep

Tidak menjelaskan

Menjawab benar pada soal postest

Menjawab salah pada soal postest

Menjelaskan pengertian sistem

pertahanan tubuh 1 0 1 0

Mengidentifikasi sistem kekebalan

tubuh nonspesifik dan spesifik 1 0 1 0

Membedakan antigen dan antibodi pada

sistem pertahanan tubuh 1 0 1 0

Menjelaskan struktur dan fungsi

antibodi 1 0 1 0

Menjelaskan pembentukan antigen dan

antibodi 1 0 1 0

Menentukan kekebalan aktif 1 0 1 0

Menentukan kekebalan pasif 1 0 1 0

Menjelaskan kegagalan mekanisme

pertahanan tubuh 1 0 1 0

Menjelaskan alergi terkait dengan

sistem kekebalan tubuh 1 0 1 0

c. Teknik Analisis Wawancara

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif dengan jurnal belajar. Wawancara dilakukan dengan perwakilan dari kelas eksperimen sebanyak 9 siswa berdasarkan nilai yang didapat saat posttest, yaitu 3 siswa dengan nilai teratas, 3 siswa dengan nilai rata-rata dan 3 siswa dengan nilai terendah. Hasil wawancara tersebut disajikan dalam bentuk deskripsi dan dilampirkan dalam bentuk kutipan wawancara.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)