untuk pasien penderita skizofrenia sendiri pada umumnya kurang begitu menunjukkan hasil yang baik. Hanya sekitar 25 pasien
dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat
premorbid,
dan sekitar 25 pasien tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.
Sedangkan 50 pasien lainnya mengalami kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk
waktu yang singkat Harris, 1984 dalam Arif, 2006.
1. Kriteria Diagnostik Untuk Skizofrenia
Menurut DSM-IV TR APA, 2000, paling tidak terdapat enam kriteria diagnostik skizofrenia, yaitu:
a. Gejala khas Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing-
masing muncul cukup jelas selama jangka waktu satu bulan atau kurang, bila ditangani dengan baik :
1. Delusi 2. Halusinasi
3. Pembicaraan kacau 4. Tingkah laku kacau
5. Gejala negatif b. Disfungsi sosial atau okupasional
c. Durasi Gejala gangguan ini tetap ada untuk paling sedikit 6
bulan. Periode 6 bulan ini mencakup paling tidak 1 bulan kemunculan gejala.
d. Tidak termasuk gangguan
schizoaffective
atau gangguan mood
e. Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis
f. Hubungan dengan
Pervasive Developmental Disorder.
Bila ada riwayat
autistic disorder
atau gangguan PDD lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila
ada halusinasi atau delusi yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan atau kurang, bila tertangani dengan baik.
Untuk jenis skizofrenia sendiri, menurut Nevid, Rathus dan Greene 2003 dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
a. Skizofrenia tipe paranoid Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara
mencolok tampak
berbeda karena
delusi dan
halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak
mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih
baik dibandingkan penderita skizofrenia tipe lainnya. Dalam DSM-IV-TR, untuk memasukkan seseorang ke
dalam subtipe ini harus memiliki preokupasi dengan satu macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran
yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau
perilaku katatonik, atau afek datar yang mencolok.
b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi Skizofrenia tipe ini dihubungkan dengan ciri-ciri
seperti perilaku yang kacau, pembicaraan yang tidak koheren, halusinasi yang jelas dan sering, afek yang datar
atau tidak sesuai, dan waham yang tidak terorganisasi yang sering melibatkan tema-tema seksual atau religius.
Hendaya sosial sering ditemui pada orang dengan skizofrenia tidak terorganisasi. Mereka juga menunjukkan
kedunguan dan
mood
yang gamang, cekikikan dan berbicara yang tidak-tidak. Mereka sering mengabaikan
penampilan dan kebersihan mereka dan kehilangan kontrol terhadap kandung kemih dan saluran pembuangan
makanan. c. Skizofrenia tipe katatonik
Skizofrenia tipe katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia yang ditandai dengan hendaya yang jelas dalam
perilaku motorik dan perlambatan aktivitas yang berkembang menjadi
stupor
namun mungkin berubah secara tiba-tiba menjadi fase agitasi. Orang-orang dengan skizofrenia
katatonik mungkin dapat menunjukkan bentuk perangai atau seringai yang tidak biasa, atau mempertahankan postur yang
aneh, tampak kuat selama berjam-jam meskipun tungkai mereka menjadi kaku atau membengkak. Ciri yang
mengejutkan namun kurang umum adalah
waxy flexibility,
yang menampilkan posisi tubuh tetap, sebagaimana posisi yang dipaparkan oleh orang lain terhadap mereka. Mereka
tidak akan merespons pertanyaan atau komentar selama masa
tersebut, yang dapat berlangsung selama berjam-jam. Bagaimanapun sesudahnya mereka mungkin mengatakan
mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain selama masa itu.
d. Skizofrenia tipe I dan Tipe II Skizofrenia tipe I ditandai dengan simtom yang lebih
mencolok, disebut simtom positif, seperti halusinasi, waham, asosiasi yang longgar, serta kemunculan yang mendadak dan
tiba-tiba, kemampuan intelektual yang tetap terpelihara, dan respons yang lebih baik terhadap pengobatan antipsikotik.
Skizofrenia tipe II berhubungan dengan pola yang terdiri dari defisit yang lebih besar atau simtom negatif skizofrenia. Hal
ini mencakup hilang atau berkurangnya fungsi-fungsi normal, sebagaimana ditunjukkan dengan ciri-ciri seperti
hilangnya ekspresi emosi, rendahnya atau tidak adanya tingkat motivasi, hilangnya kesenangan dalam aktivitas,
penarikan diri secara sosial, dan kemiskinan pembicaraan, kemunculan lebih bertahap, hendaya intelektual, dan respons
yang lebih buruk terhadap obat-obatan antipsikotik.
2. Sebab-sebab Skizofrenia