Sebagai acuan dalam wawancara, penelitian ini menggunakan teori definisi kebahagiaan dan aspek-aspek
kebahagiaan yang dipaparkan oleh Seligman 2005 yaitu emosi positif pada yaitu emosi positif pada masa lalu, emosi
positif pada masa depan, dan emosi positif pada saat ini. Seligman mengatakan bahwa emosi positif yang dirasakan
individu dapat membantu individu tersebut untuk memaknai kehidupannya. Ketiga kelompok emosi ini berbeda dan tidak
selalu berhubungan erat. Ketika seseorang dapat mengetahui dan mempelajari ketiga bentuk emosi positif ini, diharapkan
ia dapat mengarahkan emosinya ke arah yang positif dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara berpikir tentang
masa depan, dan cara menjalani kehidupannya saat ini. Ketiga emosi positif inilah yang akan digunakan untuk
melihat gambaran kebahagiaan pada imam biarawan.
C. PARTISIPAN PENELITIAN
1.
Karakteristik Partisipan
Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui gambaran kebahagiaan pada imam biarawan,
maka karakteristik partisipan penelitian yaitu seorang imam biarawan dengan rentang usia 18-80 tahun.
Karakteristik lainnya adalah masih aktif berkarya di salah satu gereja Katolik di Salatiga.
2.
Teknik Pengambilan Partisipan
Penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sample. Hal ini bertujuan untuk
menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya Moleong, 2005.
Dengan menggunakan teknik ini, maka penentuan jumlah partisipan tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
Penentuan jumlah partisipan dalam penelitian kualitiatif baru dapat ditetapkan setelah penelitian dimulai, dan
kurang bermanfaat bila ditentukan lebih terlalu cepat dari awal. Karena penelitian kualitatif ini tidak memfokuskan
upaya generalisasi jumlah melalui sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan
konteks partisipan
penelitian secara
mendalam Poerwandari, 2007.
Strauss dalam Poerwandari, 2007 mengatakan bahwa tidak ada kriteria baku tentang jumlah partisipan
minimal yang harus dipenuhi pada suatu penelitian kualitatif.
Ditambahkan oleh
Santarakos dalam
Poerwandari, 2007
Peneliti yang
melakukan pengambilan sampel akan terus menambah unit-unit baru
dalam sampelnya, sampai penelitian tersebut mencapai titik jenuh saturation aspekt, yaitu saatdimana
penambahan data dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
1.
Wawancara
Menurut Moleong 2005 wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh
dua pihak,
yaitu pewawancara
interviewer yang
mengajukan pertanyaan
dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu. Tujuan dilakukannya wawancara menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, 2005
antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan
lain-lain. Pada
penelitian ini,
peneliti menggunakan
pendekatan wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka, yaitu dalam wawancara ini pedoman wawancara
ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat Poerwandari, 2005.
2. Observasi
Observasi bisa dikatakan sebagai metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena
dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibta dlam proses mengamati. Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin
yang berarti melihat dan memperhatikan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi
bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung
dalam konteks laboratorium ekperimental maupun dalam
konteks alamiah
Beinster dkk,
dalam Poerwandari, 2007.
Alasan memilih observasi menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, 2005, antara lain adalah yang
pertama karena observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, observasi juga memungkinkan
peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadiaan sebagaimana terjadi
pada keadaan yang sebenarnya. Ketiga, observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
Keempat, adalah dengan observasi dapat membantu peneliti untuk mengecek lagi apa yang ada di data
wawancara, sehingga meminimalkan munculnya bias data. Kelima, observasi memungkinkan untuk memahami
situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dapat
digunakan, observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Misalnya ketika hendak mengumpulkan data
mengenai seorang yang tuna rungu atau tuna wicara.
E. PROSEDUR PENELITIAN