39
H. Analisis Semiologi Roland Barthes
Salah satu pengikut Saussure, Roland Barthes adalah orang pertama kali yang menyusun model skematik untuk menganalisis negosiasi dan gagasan makna interaktif antara
pembaca, penulis dan teks. Ketika Saussure menekankan pada teks semata, Barthes menekankan pada cara tanda-tanda di dalam teks berinteraksi dengan pengalaman personal
dan cultural penggunanya dan memperhatikan konvensi pada teks yang berinteraksi dengan konvensi pada teks yang berinterakasi dengan konvensi yang dialami Kriyanto,2006:268.
Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap two order of sifnification seperti terlihat dalam gambar tersebut :
1. Signifer 2. Signified
3. Denotative Sign Tanda Denotatif
4. Connotative Signified Penanda Konotatif
5. Connotative Signified Petanda Konotatif
6. Connotative Sign Tanda Konotatif
Gambar 1 Peta Tanda Roland Barthes Barthes Sobur, 2004:128 menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes juga menyebutkan sebagai denotasi, yakni makna paling nyata dari sebuah tanda.
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menujukkan signifikasi tahap yang
Universitas Sumatera Utara
40
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan dan emosi pembacanya serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna
yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek sedangkan konotasi adalah bagaimana
menggambarkannya. Jika teori ini dikaitkan dengan sinetron Buku Harian Baim yang ditayangkan dalam televisi maka lewat setiap tanda dalam iklan tersebut akan diperoleh dua
tingkatan makna, yakni makna konotatif yang didaptkan pada signifikasi tahap kedua. Dalam kerangka Barthes Sobur, 2004:71 konotasi identik dengan operasi ideologi,
yang disebutnya sebagai mitos , dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai domain yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Ia
memanfaatkan ideologi dengan mitos karena, baik di dalam mitos maupun ideology, hubungan antar penanda konotatif dengan petanda konotatif terjadi secara termotivasi.
Barthes juga memahami ideology sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di dalam dunia imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya tidaklah
demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dalam teks-teks
dan dengan demikian ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar,
sudut pandang, dan lain-lain. Teks yang dimaksud adalah dalam arti luas. Teks tidak hanya berartti berkaitan dengan aspek linguistik saja. Semiotika dapat meneliti teks dimana tanda-
tanda terkondisifikasi dalam sebuah system. Dengan demikian, semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama.
Ideologi dan mitos-mitos yang dibangun dalam sebuah iklan dapat ditemukan dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat dalam iklantersebut. Untuk itulah dalam
penelitian ini signifikasi tahap yang keedua makna konotatif mencoba untuk membongkar
Universitas Sumatera Utara
41
mitos-mitos dan ideologi yang dibangun melalui sinetron Buku Harian Baim yang ditayangkan di televisi.
I. Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa media cetak dan elektronik. Media massa tersebut menjadi media utama dalam
proses komunikasi antara komunikator dengan komunikannya. Joseph A Devito Nurudin, 2004:10 merumuskan bahwa komunikasi massa yaitu:
pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa atau barangkali akan lebih mudah atau lebih logis bila di defenisikan menurut bentuknya; televisi,
radio, surat kabar, majalah, film,buku dan vita film. Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney Nurudin, 2004:10 disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah
proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massaltidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonym, dan heterogen.
Berdasarkan defenisi komunikasi masaa yang ditemukan oleh para ahli komunikasi diatas tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan defenisi satu dengan
yang lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat
diketahui pula cirri-ciri komunikasi massa yaitu: 1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga;
2. Komunikasi dalam komunikasi massa bersifat heterogen;
Universitas Sumatera Utara
42
3. Pesanya bersifat umum; 4. Komunikasinya berlangsung satu arah;
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan; 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis; dan
7. Komunkasi massa dikontrol oleh gatekeeper Nurudin,2004 Saat ini suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses
komunikasi dalam masyarakat modern adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi segalanya bagi masyarakat kebanyakan media massa digunakan sebagai sumber
hiburan dan informasi utama karena mudah di dapat dan praktis, cukup pilih stasiun media massa yang kita suka dan berbagai informasi sudah bisa kita dapat mulai dari politik,
kriminallitas, acara music, sinetron, kuis, gosip dan masih banyak lagi acara di televisi yang membuat masyarakat ketergantungan terhadap media massa.
Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukkan media sebagai alat yang akan ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat. Misalnya bagaimana corak
pakaian yang harus dipakai masyarakat, atau bagaimana cara berbelanja yang baik dan efisien, semua itu ditentukan media massa. Akan arti penting dari media massa, dennis
McQuail 1987, dalam Nurudin,2003:31 pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok: 1. Media merupakan industri yang merubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan pekerjaan, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang
menghubungkan industri sosial lainya. Dipihak lain institusi media diatur oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
43
2. Media massa adalah sumber kekuatan, alat control, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan dan sumberdaya
lainnya. 3. Media merupakan lokaso atau norma yang semakin berperan, untuk menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
4. Media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber domain bukan saja bagi individu untuk memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai penilaian normative yang dibaurkan
dengan berita dan hiburan. Inilah beberapa asumsi yang dikemukakan Dennis McQuail tentang peran media
ditengah kehidupan masyarakat saat ini.
J. Media Massa Televisi