Gambar 3. Hubungan antara jumlah RNA HIV dengan jumlah limfosit T CD4,
selama infeksi HIV tidak diobati http:images.google.co.idimgres?imgurl=http:upload.wikimedia.org
wikipediaidthumb449Hiv-timecourse-id.png25 April 2009
2.3 Gejala-gejala klinis HIVAIDS
The Centers of Disease Control CDC mengeluarkan sistem klasifikasi yang lengkap, yang dapat digunakan untuk mengkategorikan pasien dengan infeksi HIV
sesuai dengan karakteristik klinis tertentu.
13
Tahapan infeksi HIV menurut sistem klasifikasi CDC, yaitu tahap infeksi HIV akut, infeksi HIV asimtomatik masa laten,
limpadenopati radang kelenjar getah bening yang persisten dan menyeluruh, sampai akhirnya timbul tanda-tanda penyakit HIV, yaitu tahap AIDS.
a. Infeksi HIV akut
13
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dua sampai enam minggu biasanya dua minggu, akan terjadi sindrom retroviral akut.
10
Orang yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala primer yang bervariasi antara lain gejala umum demam, nyeri
otot, nyeri sendi, rasa lemah, kelainan mukokutan ruam kulit, ulkus di mulut,
Universitas Sumatera Utara
pembengkakan kelenjar limfe, gejala neurologi nyeri kepala, nyeri belakang kepala, depresi, maupun gangguan saluran cerna anoreksia, nausea, diare, jamur di
mulut.
10,13,14
Setelah dua sampai enam minggu, gejala dapat menghilang disertai serokonversi, dengan atau tanpa pengobatan.
10
Pada tahap ini jumlah CD4 berada pada tahap normal yaitu 500 mlsel.
b. Infeksi HIV asimtomatik masa laten
10
Terdapat jeda waktu yang panjang pada pasien, dimana pasien tetap memilki anti-HIV positif, tapi pasien tidak mengalami manifestasi fisik dari infeksi.
13
Sebagian besar pengidap HIV-positif berada pada fase laten ini.
10
Tidak terlihat gejala pada pasien, pasien terlihat sehat, dapat melakukan aktifitas secara normal, namun
sudah dapat menularkan virus kepada orang lain.
10
Masa laten klinis ini dapat terjadi selama 10 tahun atau lebih.
c. Limpadenopati persisten yang menyeluruh
15
Limpadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening didefinikan dengan adanya nodus limfe yang berdiameter lebih dari satu sentimeter pada dua atau
beberapa daerah ekstra inguinal selama lebih dari tiga bulan. d.
Infeksi HIV simtomatik AIDS
13
Pada tahap ini terjadi penurunan jumlah CD4 pasien hingga dibawah 200 selml, tingkat kekebalan menurun secara signifikan dan kemungkinan penyakit yang
berhubungan dengan HIV bertambah.
14
Beberapa penyakit yang dapat timbul pada pasien seperti di bawah ini :
13
Universitas Sumatera Utara
- Subgrup A : Penyakit Konstitusional
Gejala – gejala seperti demam atau diare yang persistensi selama lebih dari satu bulan atau penurunan berat badan yang lebih besar dari 10 dari berat badan
ideal pasien sebelum sakit. -
Subgrup B : Penyakit Neurologi
13
Banyak pasien yang mengalami simtom neurologi sebelum mengalami tanda infeksi HIV lainnya. Kompleks demensi AIDS , merupakan gejala neurologis yang
paling sering dan ditandai oleh ingatan yang buruk, ketidakmampuan berkonsentrasi, apatis, kemunduran psikomotor, dan perubahan perilaku.
- Subgrup C : Infeksi Oportunistik
15
Penyebab utama kematian pada pasien HIV tahap lanjut adalah infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik yang sering dijumpai antara lain Mycobacterium
tuberculosis, Toxoplasma gondii, infeksi Sitomegalovirus, Kandidiasis dan lain sebagainya.
- Subgrup D : Kanker Sekunder
15
Pasien AIDS menunjukkan perkembangan kanker yang mencolok, ini merupakan akibat lain dari supresi imun. Kanker yang disebabkan oleh AIDS
meliputi limfoma non-Hodgkin, sarkoma Kaposidan Limfoma Burkitt. -
Subgrup E : Keadaan lain pada infeksi HIV
15
Tanda klinis dari penyakit yang tidak dijelaskan seperti di atas, dapat berperan pada infeksi HIV dan merupakan indikator dari hilangnya imunitas sel sebagai
mediator. Simtom yang berhubungan dengan infeksi HIV termasuk Pneumositis
Universitas Sumatera Utara
Intersisial limfoid kronis dan simtom-simtomnya dan penyakit infeksi sekunder dan neoplasma lain yang tidak tercantum diatas.
13
---ooOOoo---
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 PENYAKIT PERIODONTAL BERKAITAN DENGAN INFEKSI HIVAIDS