Hubungan Antara Penyakit Periodontal Dengan Penyakit Saluran Pernafasan

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL

DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

YULIANTY NIM : 060600060

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Periodonsia

Tahun 2010

Yulianty

Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Penyakit Saluran Pernafasan

ix + 33 halaman

Penyakit periodontal diketahui dapat menyebabkan keparahan beberapa penyakit sistemik. Salah satunya adalah penyakit pada saluran pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara penyakit periodontal dan penyakit pernafasan dilihat dari adanya bakteri-bakteri patogen rongga mulut seperti

Porphyromonas gingivalis yang dijumpai berkolonisasi pada plak gigi dan kemudian teraspirasi ke saluran pernafasan. Penyakit periodontal yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit pernafasan dapat memperparah kondisi pasien dikarenakan saku periodontal dapat dijadikan sebagai reservoir yang baik bagi perkembangan bakteri-bakteri tersebut.


(3)

baik dengan melakukan perawatan periodontal untuk menyingkirkan plak sehingga diperoleh kondisi periodonsium yang sehat.

Adakalanya bakteri patogen dapat berkolonisasi pada saluran air dental unit. Oleh karena itu, dokter gigi perlu meningkatkan kualitas air pada dental unit water

untuk mencegah terjadinya transmisi bakteri terhadap pasien meskipun pada masyarakat belum ada dilaporkan mengenai infeksi yang berasal dari dental unit water. Selain itu, dokter gigi juga perlu memberikan instruksi kepada pasien untuk berhenti merokok agar penyembuhan terhadap terapi periodontal dan kesehatan sistemik dapat tercapai.

Daftar Rujukan : 21 ( 1998-2009 )


(4)

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL

DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

YULIANTY NIM : 060600060


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Maret 2010

Pembimbing : Tanda Tangan

Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp.Perio (K) ...


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 18 Maret 2010

TIM PENGUJI


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta ridho-Nya yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat disusun dalam rangka memenuhi kewajiban akhir penulis untuk diiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet Daniel Nasution, drg., Sp.Pros(K), PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Zulkarnain, drg.,M.Kes selaku Kepala Bagian Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. S. Hamzah Daliemunthe, drg., Sp.Perio(K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan, petunjuk, pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Suprapti Arnus, drg., Sp.BM, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam bidang akademik kepada penulis.


(8)

5. Irma Ervina, drg., Sp.Perio(K) beserta seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU khususnya di Departemen Periodonsia yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

6. Keluarga tercinta, Ayahanda Faisal, Ibunda Masrah, Kakanda Henny dan Adinda Iqbal yang telah memberikan dukungan materi, semangat, doa dan kasih sayang yang tiada terkira kepada penulis.

7. Rini O Nst, drg., SH, Cut Putri Elna, drg, Icut, Ipah, Nila, Halida, Wilna, Sari, Gie, Sueb semua teman-teman angkatan 06 reguler dan mandiri, semua teman di BKM Al-Ikhlas FKG USU, serta alumni‘05 SMAN 3 Medan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namanya, yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala dukungan dan doanya.

Akhirnya, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 18 Maret 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB 2 KETERKAITAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN... 3

2.1 Bakteri-bakteri yang Terlibat Dalam Terjadinya Penyakit Saluran Pernafasan... 3

2.2 Pengaruh Usia Terhadap Penyakit Periodontal dan Penyakit Saluran Pernafasan... 8

2.3 Merokok Sebagai Faktor Modifikasi Penyakit Periodontal dan Penyakit Saluran Pernafasan... 10

BAB 3 BUKTI ADANYA HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN... 14

3.1 Penyakit Periodontal Pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ... 14

3.2 Penyakit Periodontal Pada Penderita Pneumonia... 17

BAB 4 PERAN DOKTER GIGI DALAM MENGURANGI RISIKO PENYAKIT PERNAFASAN PADA PENDERITA PENYAKIT PERIODONTAL... 21


(10)

4.1Upaya Pencegahan Transmisi Bakteri dari Dental Unit Water

Kepada Pasien... 21 4.2Perawatan Periodontal Pada Pasien yang Mengalami Penyakit

Pernafasan... 23 BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN... 28 DAFTAR PUSTAKA... 31


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Tingkatan status merokok dengan kemaknaan indeks periodontal

(±SE) yang disesuaikan dengan usia, ras, jenis kelamin dan

lingkungan ... 12 Tabel 2 Kemaknaan indeks periodontal (± SE) berdasarkan tingkatan

penyakit obstruksi pada kelompok bekas perokok yang disesuaikan dengan umur, ras, jenis kelamin, lingkungan, dan konsumsi rokok


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Deteksi tingkat patogen respirasi yang potensial pada dental

plak... 5 Gambar 2 Mekanisme terjadinya infeksi saluran pernafasan…..……….. 6 Gambar 3 Produksi TNFα dan KC pada BALF tikus tua sebagai

kemoatractant spesifik bagi neutrofil yang menyerupai IL-8 pada

manusia terhadap infeksi gabungan P.gingivalis dan T.denticola… 8 Gambar 4 Orthopantomogram dengan kehilangan tepi tulang yang

signifikan pada pasien dengan PPOK berat……... 16 Gambar 5 Distribusi respon kebenaran mengenai penyakit periodontal


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Periodonsia

Tahun 2010

Yulianty

Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Penyakit Saluran Pernafasan

ix + 33 halaman

Penyakit periodontal diketahui dapat menyebabkan keparahan beberapa penyakit sistemik. Salah satunya adalah penyakit pada saluran pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara penyakit periodontal dan penyakit pernafasan dilihat dari adanya bakteri-bakteri patogen rongga mulut seperti

Porphyromonas gingivalis yang dijumpai berkolonisasi pada plak gigi dan kemudian teraspirasi ke saluran pernafasan. Penyakit periodontal yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit pernafasan dapat memperparah kondisi pasien dikarenakan saku periodontal dapat dijadikan sebagai reservoir yang baik bagi perkembangan bakteri-bakteri tersebut.

Selain itu, pasien usia lanjut dengan sistem imun yang rendah dan yang memiliki kebiasaan merokok bila tidak memelihara kebersihan rongga mulut secara baik akan berisiko terhadap terjadinya penyakit pernafasan.

Penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko penyakit pernafasan seperti pneumonia dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Risiko penyakit pernafasan dapat berkurang bila pasien dapat memelihara kebersihan rongga mulutnya secara


(14)

baik dengan melakukan perawatan periodontal untuk menyingkirkan plak sehingga diperoleh kondisi periodonsium yang sehat.

Adakalanya bakteri patogen dapat berkolonisasi pada saluran air dental unit. Oleh karena itu, dokter gigi perlu meningkatkan kualitas air pada dental unit water

untuk mencegah terjadinya transmisi bakteri terhadap pasien meskipun pada masyarakat belum ada dilaporkan mengenai infeksi yang berasal dari dental unit water. Selain itu, dokter gigi juga perlu memberikan instruksi kepada pasien untuk berhenti merokok agar penyembuhan terhadap terapi periodontal dan kesehatan sistemik dapat tercapai.

Daftar Rujukan : 21 ( 1998-2009 )


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

Penyakit pernafasan, secara signifikan dapat menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortalitas pada masyarakat. Pada tahun 2000, di Amerika Serikat lebih dari 2,3 juta orang tua yang usianya lebih dari 65 tahun didiagnosis menderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).1

Infeksi rongga mulut, terutama periodontitis telah diketahui dapat mempengaruhi patogenesis dari beberapa penyakit sistemik, dimana salah satunya adalah penyakit pernafasan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk meninjau lebih lanjut hubungan penyakit periodontal dengan infeksi saluran pernafasan, misalnya pneumonia, terutama pada individu dengan risiko tinggi terjadinya infeksi, seperti pada pasien di rumah sakit dan di panti jompo.

Beberapa hal yang menunjukkan keterkaitan antara penyakit periodontal dan penyakit saluran pernafasan akan dibahas pada BAB 2.

Selanjutnya, pada BAB 3 akan dijelaskan mengenai bukti-bukti klinis berupa penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara penyakit periodontal dan infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia dan PPOK

Sedangkan pada BAB 4 akan dibahas tentang upaya pencegahan transmisi bakteri dari dental unit water terhadap pasien untuk mengurangi terjadinya infeksi saluran pernafasan. Pada akhirnya ditutup dengan kesimpulan.


(16)

2

Dengan pembahasan-pembahasan pada setiap bab, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit saluran pernafasan dan dapat memberikan perawatan dental yang tepat pada pasien yang didiagnosa memiliki riwayat penyakit pada saluran pernafasan.


(17)

---ooOoo---BAB 2

KETERKAITAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN

Penyakit periodontal merupakan suatu kondisi progresif yang pada umumnya diawali dengan infeksi bakteri. Bakteri yang terdapat pada plak gigi mulanya berkolonisasi pada jaringan gingiva yang menyebabkan respon inflamasi merusak jaringan pendukung gigi.2

Pada bab ini, akan dibicarakan tentang beberapa hal mengenai keterkaitan terjadinya infeksi saluran pernafasan, dimana penyakit periodontal merupakan salah satu faktor penyebab infeksi. Beberapa hal yang dapat dijelaskan antara lain mengenai bakteri-bakteri yang terlibat dalam terjadinya penyakit saluran pernafasan, pengaruh usia serta kebiasaan merokok yang dapat dijadikan sebagai faktor modifikasi terhadap infeksi penyakit. Pada keadaan higiene oral yang buruk dapat dijumpai kolonisasi bakteri periodontal maupun patogen pernafasan yang nantinya akan berperan dalam terjadinya infeksi saluran pernafasan.

2.1 Bakteri-bakteri yang terlibat dalam terjadinya penyakit saluran pernafasan

Secara umum, infeksi saluran pernafasan terjadi karena terhirupnya droplet yang mengandung bakteri dari mulut ke dalam paru-paru.2,3 Telah lama diketahui bahwa infeksi anaerob berat yang terjadi pada paru-paru diikuti oleh aspirasi dari


(18)

4

sekresi saliva, terutama pada pasien dengan penyakit periodontal, dimana gigi dan periodonsium berperan sebagai reservoir bagi bakteri penyebab infeksi pernafasan, dengan pelepasan bakteri oral dari plak gigi ke sekresi saliva yang kemudian diaspirasi ke saluran pernafasan bawah sehingga menyebabkan terjadinya pneumonia.3

Berbagai spesies anaerob fakultatif rongga mulut yang telah dikultur dari paru-paru yaitu, Porphyromonas gingivalis,3,4 Bacteroides gracillus, Bacteroides oralis, Bacteroides buccae, Eikenella corrodens,3,4 Fusobacterium nucleatum,3,4

Prevotella intermedia, Fusobacterium necrophorum, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Peptostreptococcus, Clostridium dan Actinomyces.3

Bakteri yang terdapat pada saku periodontal memanfaatkan cairan crevicular

gingiva sebagai sumber nutrisi unsur hara karbon dan nitrogen, serta faktor-faktor pertumbuhan penting seperti mineral dan vitamin, sehingga dapat berkembang biak dan berkomunikasi dengan menggunakan sinyal biokimiawi satu dengan yang lainnya.4

Selain bakteri yang terdapat pada rongga mulut, kita juga perlu mengetahui bakteri patogen pernafasan yang mungkin terdapat pada saluran pernafasan. Umumnya bakteri yang diisolasi pada pneumonia nosokomial adalah Streptococcus


(19)

5

Klebsiella pneumoniae 18,1%, P. aerugionosa 18,1%, dan E. cloacae 11,6%. Sebanyak 89 kasus dari 138 subjek, 64,5% potensi patogen pernafasan berkolonisasi di plak gigi.5

Gambar. 1 Deteksi tingkat patogen respirasi yang potensial pada dental plak ( Sumi Y, dkk. Archives of Gerontology and Geriatrics 2007;44:122)

Bakteri rongga mulut yang dilepaskan dari plak gigi melalui sekresi saliva dapat masuk ke saluran pernapasan bawah dan menyebabkan pneumonia (Gambar 2). Bakteri patogen periodontal seperti Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucletum, dll dapat berasosiasi dengan bakteri patogen pernafasan seperti

Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, dll. Selain itu, sitokin dari jaringan periodontal yang tidak sehat masuk ke saliva melalui cairan crevicular kemungkinan dapat merangsang perkembangan proses inflamasi lokal dan menyebabkan infeksi pada paru.3


(20)

6

Gambar. 2 Mekanisme terjadinya infeksi saluran pernafasan (Scannapieco FA.J Periodontol 1999;70:795)

Bakteri P.gingivalis dan T denticola dapat meningkat jumlahnya pada penyakit periodontal kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Nelson dkk yang dikutip oleh Okuda dkk menunjukkan bahwa P.gingivalis menyebabkan peradangan di paru-paru dan dapat berkembang menjadi bronkopneumonia yang parah dan abses paru-paru.


(21)

7

T.denticola yang menyebabkan pneumonia berat pada binatang percobaan yaitu tikus tua.4

Tikus tersebut dianestesi, dan dibuat insisi di atas sternum. Trakea yang telah terpapar setelah dilakukan pembedahan memungkinkan masuknya bakteri yang diinokulasi ke dalam bronkus. Peneliti tersebut menemukan bahwa infeksi gabungan bakteri patogen periodontal ini disebabkan keterlambatan pembersihan paru dari

P.gingivalis pada Broncho Alveolar Lavage Fluids (BALF) dibandingkan dengan infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri tunggal.4

Infeksi gabungan juga menjadi penyebab bronkopneumonia yang lebih berat dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi tunggal P.gingivalis

(p<0,05). Setelah bakteri anaerob dimasukkan ke dalam trakea tikus percobaan, diteliti pelepasan interleukin (IL)-1β, IL-6, TNFα, dan KC yang dikenal sebagai

chemoattractant yang spesifik bagi neutrofil yang menyerupai IL - 8 pada manusia di dalam BALF.4

Produksi TNFα dan KC di dalam BALF setelah infeksi gabungan yang dilakukan pada tikus percobaan (Gambar 3). Tikus dengan infeksi gabungan antara

P.gingivalis dengan T.denticola menunjukkan peningkatan level TNFα yang signifikan dalam waktu 24 jam setelah inokulasi dan mengalami penurunan setelah 48 jam. Level TNFα dengan infeksi gabungan dalam waktu 24 jam setelah inokulasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi tunggal pada bakteri

P.gingivalis dan T.denticola. Level KC secara signifikan lebih tinggi pada tikus yang terinfeksi dengan gabungan bakteri P.gingivalis dan T.denticola dibandingkan infeksi tunggal salah satu dari bakteri tersebut.


(22)

8

Gambar. 3 Produksi TNFα dan KC pada BALF tikus tua sebagai chemoattractant

spesifik bagi neutrofil yang menyerupai IL-8 pada manusia terhadap infeksi gabungan P.gingivalis dan T.denticola (Okuda dkk. J Periodontol 2005;76:2156)

Data tersebut menunjukkan adanya produksi sitokin yang berlebihan yang disebabkan oleh infeksi gabungan dari P. gingivalis dengan T. denticola yang berperan dalam merespon peradangan paru-paru dan pneumonia.4


(23)

9

Tingginya prevalensi penyakit periodontal pada orang tua mendapat perhatian karena penyakit periodontal pada pasien secara langsung dapat meningkatkan risiko terbentuknya karies akar, sama halnya dengan kehilangan gigi yang akan menghasilkan defisiensi asupan nutrisi, penurunan kemampuan pengunyahan dan berbicara yang dapat memperburuk kualitas hidup pasien.7

Pada umumnya, orang-orang yang mengalami permasalahan yang berhubungan dengan pernapasan kronis memiliki imunitas rendah. Sehingga menyebabkan bakteri rongga mulut dengan mudah melekatkan diri pada permukaan dan tepi gingiva yang tidak memiliki sistem pertahanan. Keadaan ini tidak hanya mempercepat perkembangan penyakit periodontal, tetapi juga dapat memperparah penyakit saluran pernafasan, seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), pneumonia dan emfisema.2

Mekanisme mukosiliari sebagai pembersihan saluran udara dan refleks batuk yang lebih lemah pada orang tua disertai dengan menurunnya aktivitas kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan kuman pada mulut dan faring teraspirasi dan masuk ke paru-paru.4 Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh host untuk menyingkirkan patogen ini dari permukaan saluran pernapasan bawah dapat menghasilkan peningkatan jumlah patogen-patogen tersebut sehingga terjadi infeksi dan destruksi jaringan.3

Penelitian yang dilakukan oleh Yasunori Sumi dkk pada sejumlah orang tua mengungkapkan bahwa kolonisasi patogen pernafasan ditemukan 46% pada plak gigi tiruan. Dalam studi ini, potensi patogen pernafasan terdeteksi sebesar 64.5 % pada plak gigi, 1.5 kali lebih tinggi daripada plak gigi tiruan. Bakteri Haemophillus


(24)

10

influenzae, P. mirabilis atau S. pneumoniae tidak terdeteksi pada plak gigi tiruan, namun dapat dijumpai pada plak gigi, meskipun dengan frekuensi yang rendah.5

Dalam hal ini, alasan yang mungkin adalah gigi tiruan dapat dilepas dari rongga mulut untuk dibersihkan, sedangkan gigi yang tetap berada dalam rongga mulut mereka mungkin memiliki karies gigi dan saku periodontal, di mana mikroorganisme mudah berkembang biak.5 Meskipun kesehatan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup seperti mengunyah, menelan, berbicara, estetika wajah, dan interaksi sosial, masyarakat kelompok usia tua sering mengabaikan perawatan kesehatan mulutnya dalam waktu yang lama.5,7

Oleh karena itu, pada orang tua dengan sejumlah gigi dapat dihubungkan dengan prevalensi bakteri periodontal dalam rongga mulut, dan mungkin dapat menjadi faktor risiko terjadinya aspirasi pneumonia.8

2.3 Merokok sebagai faktor modifikasi penyakit periodontal dan penyakit saluran pernafasan

Merokok merupakan faktor risiko utama yang dapat memperparah penyakit periodontal.9 Merokok dianggap sebagai penyebab utama penyakit paru obstruksi kronis dan kondisi pernafasan kronis lainnya. Penggunaan tembakau dapat merusak


(25)

11

Beberapa studi cross-sectional menunjukkan bahwa efek merokok pada kesehatan periodontal tergantung pada frekuensi merokok. Adapun toksik yang terpapar pada jaringan selama merokok dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tersebut. Selain itu, merokok dapat menyebabkan komposisi mikroba pada plak jadi berubah. Merokok dapat juga mengganggu aliran darah, mengurangi respon imun, sehingga proses penyembuhan menjadi terganggu.10

Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang bertentangan, mikroba flora yang terdapat pada rongga mulut perokok mungkin lebih patogen. Grossi dkk menemukan sebuah peningkatan prevalensi spesifik bakteri Gram-negatif pada perokok. Bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans (Aa) dan Tannerella forsythensis (Tf) dijumpai lebih banyak pada daerah subgingival kelompok perokok daripada non-perokok. Bakteri Porphyromanas gingivalis (Pg) ditemukan dengan jumlah yang lebih tinggi pada perokok meskipun tidak signifikan secara statistik.10

Pada penyakit obstruksi paru, merokok dianggap sebagai faktor modifikasi, sedangkan penyakit periodontal sebagai faktor risiko yang terjadi jika ada riwayat merokok. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit sistemik berpengaruh terhadap pemaparan asap rokok. Peran utama penyakit periodontal dalam etiologi penyakit obstruksi paru dapat berhubungan dengan merokok, dan secara bertahap risiko penyakit meningkat pada orang yang merokok.9

Hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit obstruksi paru pada penelitian yang dilakukan oleh James A Katancik dkk terlihat pada kelompok bekas perokok (Tabel 1).11


(26)

12

Tabel 1. Tingkatan status merokok dengan kemaknaan indeks periodontal (±SE) yang disesuaikan dengan usia, ras, jenis kelamin dan lingkungan ( Katancik JA, dkk. J Periodontol 2005;76:2166)

Status merokok Klassifikasi dasar paru-paru Jumlah Kehilangan perlekatan Indeks gingiva Indeks plak Kedalaman saku Tidak pernah merokok Normal Penyakit obstruksi 382 21 2.01±0.06 1.68±0.25 0.88±0.03 0.90±0.13 0.74±0.03 0.65±0.11 1.94±0.04 1.99±0.16 *Bekas perokok Normal Penyakit obstruksi 384 38 2.32±0.77 3.26±0.23 0.92±0.03 1.14±0.10 0.75±0.03 0.97±0.08 1.99±0.04 2.24±0.11 Saat ini merokok Normal Penyakit obstruksi 55 16 3.39±0.25 2.87±0.46 1.24±0.09 1.27±0.17 1.00±0.08 1.06±0.15 2.53±0.12 2.46±0.23 Analisis statistik berdasarkan perbandingan antara subjek dengan fungsi paru normal dan subjek dengan penyakit obstruktif pada suatu kelompok.

* Perbedaan signifikan dilihat pada kelompok bekas perokok: KP (P = 0,0001), IG (P = 0,033), IP (P = 0,014), dan KS (P = 0,037).

Status merokok dikelompokkan atas tidak pernah merokok, saat ini merokok, atau bekas perokok. Seorang bekas perokok diartikan sebagai saat ini tidak merokok, tetapi pernah mengkonsumsi lebih dari 100 rokok. Usia, ras, jenis kelamin, lingkungan, pendidikan, penggunaan antibiotik baru-baru ini, dan pemakaian steroid juga dianggap sebagai faktor pembaur yang potensial.11


(27)

13

Selain itu, James A Katancik dkk juga mengklassifikasikan keparahan penyakit obstruksi yang terdapat pada kelompok bekas perokok, dan melakukan penilaian terhadap indeks periodontal (Tabel 2).11

Tabel 2. Kemaknaan indeks periodontal (± SE) berdasarkan tingkatan penyakit obstruksi pada kelompok bekas perokok yang disesuaikan dengan umur, ras, jenis kelamin, lingkungan, dan konsumsi rokok tiap bungkus. (Katancik JA, dkk. J Periodontol 2005;76:2166)

Klassifikasi paru Jumlah Kehilangan perlekatan Indeks gingiva Indeks plak Kedalaman saku

Normal 348 2.33±0.77 0.93±0.03 0.76±0.03 2.00±0.04 Penyakit obstruksi

ringan

17 3.26±0.36 1.10±0.15 1.11±0.13 2.70±0.17 Penyakit obstruksi

sedang

12 3.01±0.41 1.00±0.18 0.96±0.15 2.21±0.20 Penyakit obstruksi

berat

9 3.53±0.47 1.36±0.20 0.77±0.17 2.17±0.23 Perbedaan yang signifikan terlihat pada kelompok bekas perokok : KP (P = 0.0003) dan IG (P = 0.0361).

Tabel 2 menunjukkan kelompok bekas perokok yang disertai dengan penyakit obstruksi paru. Bekas perokok yang mengalami penyakit obstruksi paru yang berat menunjukkan rata-rata kehilangan perlekatan dan indeks gingiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas, dapat diperoleh keterangan bahwa kemungkinan terjadinya infeksi saluran pernafasan akan cenderung meningkat pada individu dengan status higiene oral yang buruk disertai dengan prevalensi kolonisasi plak yang tinggi, usia dan kebiasaan merokok.


(28)

---ooOoo---BAB 3

BUKTI KLINIS ADANYA HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN

Kolonisasi patogen pernafasan pada rongga mulut biasanya terjadi pada pasien yang di rawat di rumah sakit, khususnya pasien yang mendapat perawatan ruang intensif, orang tua dengan kondisi kesehatan yang lemah, ataupun yang tinggal di panti jompo.12 Kesehatan rongga mulut yang buruk dan penyakit periodontal dapat membentuk kolonisasi patogen pernafasan di orofaring. Patogen pernafasan yang potensial dapat hidup dan berkembang pada flora rongga mulut pasien yang mengalami penyakit periodontal. Selain itu, pasien yang mendapat perawatan antibiotik memiliki jumlah patogen pernafasan yang lebih besar yang terdapat pada plak subgingiva.13

Pada bab ini, akan dibicarakan tentang adanya penyakit periodontal pada penderita penyakit infeksi saluran pernafasan seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan pneumonia.


(29)

15

mukus hingga menyebabkan batuk berdahak selama 3 bulan dalam jangka waktu 2-3 tahun. Sedangkan emfisema merupakan kondisi pelebaran ruang udara pada paru yang disertai dengan destruksi jaringan paru. Penyakit paru obstruksi kronik dapat berkaitan dengan adanya penyakit periodontal dan rendahnya tingkat kebersihan mulut individual.12,13

Beberapa bukti penelitian menunjukkan penyakit periodontal yang terjadi pada pasien penderita penyakit paru obstruksi kronik yang dikutip oleh Scannapieco, adalah :12

1. Hayes dkk mengemukakan bahwa penyakit periodontal yang dinilai sebagai kehilangan tulang alveolar pada gambaran radiografi periapikal, menjadi faktor risiko yang independen terhadap laki-laki berusia tua. Penderita dengan riwayat PPOK rata-rata mengalami kehilangan perlekatan klinis (KPK 1.48 ± 1.35 mm, rata-rata ± SD) dibandingkan pasien tanpa PPOK (KPK 1.17 mm ± 1.09). Risiko PPOK secara signifikan tampak meningkat dengan rata-rata kehilangan perlekatan (KP ≥ 2,0 mm), dibandingkan dengan orang yang sehat (KP <2,0 mm). Dalam hal ini, tingkat fungsi paru-paru yang berkaitan dengan status periodontal juga dipertimbangkan. Telah tercatat juga sebelumnya bahwa fungsi paru tampak berkurang dengan meningkatnya kehilangan perlekatan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa penyakit mulut seperti periodontitis dapat berhubungan dengan PPOK.

2. Garcia dkk melakukan penelitian pada partisipan yang terdaftar dalam

Normatif VA Aging Study. Mereka memeriksa risiko berkembangnya PPOK dengan menggunakan spirometri pada 1112 orang, 279 di antaranya mengalami PPOK. Mereka menemukan bahwa partisipan yang memiliki kesehatan periodontal yang


(30)

16

terburuk (diukur dengan radiografi ataupun kedalaman probing) memiliki risiko lebih besar untuk perkembangan PPOK bila dibandingkan dengan partisipan lain, setelah faktor merokok dikendalikan. Lebih jauh lagi, status periodontal yang buruk meningkatkan risiko PPOK pada perokok.

Selain itu, I Leuckfeld dkk melakukan penelitian cross-sectional pada keseluruhan sampel dari semua pasien yang dievaluasi menjalani transplantasi paru pada Rikshospitalet Medical Center di Oslo, Norway, yang diselenggarakan dari tahun 1990-2005. Sebanyak 180 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, dimana 130 pasien kelompok PPOK dan 50 pasien non-PPOK. Untuk mempelajari efek periodontitis, digunakan orthopantomogram rahang dalam menilai pengurangan level tepi tulang. Pencatatan kondisi rongga mulut, termasuk jumlah gigi, gambaran inter-radikular, radiolusen yang melibatkan furkasi, dan level tepi tulang (Gambar 4).14


(31)

17

Dari penelitian tersebut tercatat bahwa rata-rata pengurangan level tepi tulang yang dialami 80 dari 130 pasien dengan PPOK dan 41 dari 50 pasien yang non-PPOK. Keterkaitan furkasi yang mungkin terjadi sebanyak 85 dari 130 pasien PPOK dan 43 dari 50 pasien yang non-PPOK. Perbedaan rata-rata level tepi tulang sebesar 1.3mm (p<0.001) dan periodontitis diartikan sebagai pengurangan level tepi tulang ≥4mm, yaitu sebesar 43.8% pada pasien PPOK, sedangkan pasien non-PPOK sebesar 7.3% (p<0.001).14

3.2 Penyakit periodontal pada penderita pneumonia

Penyakit pernafasan (seperti pneumonia) umumnya menyebabkan kematian pada kelompok usia tua. Secara anatomi, rongga mulut berhubungan proksimal dengan trakea yang merupakan jalan masuk bagi patogen-patogen pernafasan dan gigi menjadi reservoir bagi patogen-patogen tersebut.7

Penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik. A.Gur dan J. Majra pada penelitiannya menunjukkan bahwa distribusi penyakit periodontal lebih tinggi pada penderita nosokomial pneumonia dibandingkan dengan penyakit sistemik lainnya(Gambar 4).15


(32)

18

Gambar.5 Distribusi respon kebenaran mengenai penyakit periodontal sebagai faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik. (A.Gur dan J.Majra .The Internet Journal of Dental Science. 2009;6:5)

Pneumonia dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu : pneumonia yang didapat masyarakat (biasa dikenal dengan istilah community acquired pneumonia) dan nosokomial pneumonia. Pneumonia yang didapat masyarakat berkembang pada orang-orang yang tidak berada dalam suatu institusi seperti rumah sakit ataupun panti jompo. Sedangkan pneumonia nosokomial didapat oleh pasien pada 48 jam setelah berada dalam sebuah institusi saperti rumah sakit ataupun panti jompo.12,16

Pneumonia yang didapat masyarakat sering disebabkan oleh organisme yang biasanya ditemukan pada saluran pernapasan atas, termasuk bakteri Streptococcus


(33)

19

pneumoniae dan spesies enterik lainnya; Pseudomonas aeruginosa dan

Staphylococcus aureus.12,16

Beberapa bukti penelitian para ahli yang menunjukkan penyakit periodontal yang terjadi pada penderita pneumonia yang dikutip oleh Scannapieco,adalah:12

1. Chabrand dkk, membandingkan 38 pasien yang didiagnosa dengan pneumonia bakteri, dimana 33 pasien sebagai kontrol yang dirawat di rumah sakit tidak menunjukkan adanya infeksi. Mereka menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara status rongga mulut maupun infeksi gigi diantara kelompok pasien pneumonia dan pasien kontrol non-pneumonia.

2. Scannapieco dkk, membandingkan kesehatan rongga mulut dan rata-rata plak gigi yang dihuni oleh patogen respirasi yang potensial pada pasien yang mendapat perawatan khusus (ICU) sesuai dengan usia dan jenis kelamin pasien rawat jalan pada kunjungan awal ke klinik gigi. Dengan memakai rata-rata skor plak Silness dan Löe, kolonisasi plak gigi oleh patogen respirasi potensial ditemukan

sebanyak 65% pada pasien yang mendapat perawatan intensif (ICU). Patogen respirasi yang dapat diidentifikasi yaitu S.aureus, P.aeruginosa dan sejumlah bakteri Gram-negatif. Hal ini terjadi sehubungan dengan pemakaian antibiotik.

3. Bonten dkk melaporkan bahwa kolonisasi orofaring dan trakhea oleh bakteri Gram-negatif dan Pseudomonas sp pada 141 orang tua, yang dirawat di ruang intensif (ICU) dengan menggunakan ventilasi mekanik. Mereka menemukan hubungan antara kolonisasi patogen pernafasan potensial dengan penyakit pneumonia karena pemakaian ventilator mekanik.


(34)

20

4. Langmore dkk meneliti 189 pasien laki-laki yang dirawat di rumah sakit dan pasien di panti jompo yang berusia lebih dari 60 tahun. Dari penelitian tersebut dijumpai hubungan yang signifikan antara pneumonia dengan sejumlah kerusakan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan perawatan kebersihan rongga mulut.

5. Preston dkk menemukan bakteri patogen Gram-negatif pada plak gigi pasien berusia tua yang dirawat di rumah sakit. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa plak gigi menjadi reservoir untuk terjadinya infeksi paru.

6. Terpenning dkk melakukan penelitian terhadap 358 orang veteran yang berusia 55 tahun ke atas, menemukan peningkatan risiko pneumonia aspirasi pada gigi yang mengalami karies, bakteri patogen periodontal seperti Porphyromonas gingivalis pada plak gigi, dan patogen respirasi seperti Staphylococcus aureus yang ditemukan pada saliva.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa kondisi rongga mulut yang buruk dapat menjadi reservoir yang baik bagi patogen pernafasan dan patogen periodontal, sehingga dapat memperberat kondisi pasien yang mengalami penyakit pernafasan.


(35)

BAB 4

PERAN DOKTER GIGI DALAM MENGURANGI RISIKO PENYAKIT PERNAFASAN PADA PENDERITA PENYAKIT PERIODONTAL

Bila penyakit saluran pernafasan dan penyakit periodontal didiagnosa pada satu individu, maka dokter gigi dan dokter umum memiliki peranan untuk mengobati dan mengontrol kedua penyakit tersebut.2 Penelitian para ahli menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit, panti jompo, ataupun yang mendapat perawatan intensif memiliki kebersihan rongga mulut yang buruk.13

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai upaya pencegahan transmisi bakteri dari dental unit kepada pasien serta perawatan periodontal yang dilakukan bagi penderita infeksi saluran pernafasan agar tidak terjadi keparahan infeksi pernafasan yang telah ada.

4.1 Upaya pencegahan transmisi bakteri dari dental unit water kepada

pasien

Secara internasional, aturan mengenai kualitas mikrobiologis air didasarkan pada perhitungan coliform, yang merupakan indikator kontaminasi pencemaran air minum. Bakteri Gram-negatif ataupun patogen pernafasan dapat dijumpai dalam jumlah yang rendah pada supply pengairan dental unit.17

Pemakaian air pada prosedur perawatan gigi kemungkinan dapat tertelan, terhirup dalam bentuk aerosol ataupun secara langsung mengkontaminasi luka


(36)

22

pembedahan. Hal ini juga tidak jarang terjadi pada air pendingin gigi (coolant water) dan aerosol yang masuk ke mulut pasien dengan sejumlah organisme berkisar 104sampai 108 unit pembentukan koloni (cfu)/ml.17,18

Meningkatnya jumlah pasien yang memiliki sistem imun yang rendah baik karena pemakaian steroid, terapi obat, penyalahgunaan alkohol maupun penyakit sistemik dapat menyebabkan pasien tersebut rentan terhadap lingkungan dan juga patogen opportunistik yang dapat ditemukan pada DUW. 17

Beberapa bakteri patogen pernafasan yang terdapat pada DUW dapat menyebabkan infeksi pernafasan maupun pneumonia antara lain Legionella pneumophilla, Pseudomonas spp, dan Klebsiella spp. Diantara bakteri-bakteri tersebut, hanyaPseudomonas aeruginosa yang berasal dari DUW jelas terbukti dapat menyebabkan infeksi pada pasien.17,18

Pasien memiliki risiko yang potensial terhadap paparan semprotan air dan aerosol dari handpiece gigi, air-water syringe, pembersihan ultrasonik, maupun peralatan lain yang menggunakan DUW, meskipun waktu paparan terbatas pada prosedur perawatan.6

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah transmisi bakteri dari dental unit water kepada pasien antara lain :


(37)

23

c. Menggunakan filter pada dental unit water. Meskipun keefektifannya belum dapat ditunjukkan, pencegahan bakteri yang masuk ke handpiece dari dental unit water dapat mengurangi paparan terhadap pasien.

d. Melakukan pembilasan (flushing) selama beberapa menit setiap hari untuk mereduksi bakteri yang mengendap di saluran air pada waktu malam hari. Kemudian air pembilasan tersebut dialirkan ke dalam kontainer agar tidak terpapar ke lingkungan dalam bentuk aerosol.

e. Sterilkan handpiece setelah digunakan.17

4.2 Perawatan periodontal pada pasien yang mengalami penyakit pernafasan

Pneumonia bakterial, bronkitis kronis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) kemungkinan dapat dipengaruhi oleh bakteri yang terdapat pada rongga mulut. Pemakaian antibiotik dan sekresi orofaring secara langsung dapat berperan untuk terjadinya infeksi saluran pernapasan. Adanya aspirasi bakteri rongga mulut ke dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik. Adapun beberapa hal yang yang perlu dilakukan oleh dokter gigi dalam hal ini yaitu:13

1. Mengurangi jumlah patogen periodontal dengan melakukan pemeliharaan periodontal secara teratur.

2. Berkumur dengan klorheksidin sebelum melakukan perawatan gigi/ terapi periodontal.


(38)

24

4. Umumnya pasien yang mengalami penyakit pernafasan juga mengalami xerostomia karena mereka bernafas melalui mulut, sehingga perlu diperhatikan pemakaian obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien, serta risiko terjadinya karies gigi.

5. Melakukan konsultasi dengan dokter gigi ahli periodontal.

Pasien PPOK yang membutuhkan perawatan gigi dapat diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, maupun risiko tinggi. Pasien PPOK risiko rendah yang memiliki pengalaman dyspnea (sesak napas), dengan level gas darah normal, dapat menerima perawatan gigi secara lengkap dengan sedikit modifikasi. Pasien risiko sedang yang memiliki pengalaman dyspnea dan mendapat perawatan jangka panjang dengan bronkodilator, disarankan konsultasi medis terlebih dahulu untuk menentukan tingkat pengendalian penyakit sebelum perawatan gigi dilakukan. Sedangkan untuk pasien risiko tinggi dengan gejala PPOK yang tidak terdiagnosa dan tidak mendapatkan perawatan, sangat penting melakukan konsultasi medis terlebih dahulu sebelum melakukan berbagai perawatan gigi pada pasien tersebut.1

Pasien dengan penyakit PPOK paling baik ditangani pada waktu pagi hari hingga menjelang siang. Sebaiknya posisi duduk pasien di kursi dental ditegakkan


(39)

25

ditangani dengan pertimbangan yang tepat, karena pemakaian kortikosteroid dapat mengganggu proses penyembuhan dan terjadinya stres.1

Prosedur skeling dan penyerutan akar pada perawatan periodontal dilakukan untuk menyingkirkan debris yang mengandung bakteri-bakteri yang terdapat pada saku periodontal. Dokter gigi biasanya menempatkan antibiotik ke dalam saku setelah dilakukan pembersihan untuk mendukung proses penyembuhan dengan baik sehingga risiko terjadinya rekuren terhadap infeksi dapat berkurang.2

Penyakit pernafasan dapat dimodifikasi oleh penyakit periodontal dan kebiasaan merokok. Merokok merupakan faktor risiko independen yang signifikan pada kondisi-kondisi medis yang berhubungan dengan penyakit periodontal seperti penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), stroke, dan berat bayi lahir rendah.9

Menurut American Dental Association, dokter gigi mempunyai peranan penting dalam memberikan anjuran kepada pasien untuk berhenti merokok. Hal ini disebabkan karena merokok memberikan dampak terhadap jaringan periodontal, serta kesehatan pasien secara keseluruhan.10

Penelitian cross-sectional yang dilakukan oleh para ahli dalam menilai status kesehatan rongga mulut pada lansia dipanti jompo menunjukkan bahwa meskipun kesehatan umum pasien diperhatikan, kesehatan rongga mulut mereka lebih buruk dibandingkan lansia pada umumnya.4

Pasien lansia yang dirawat di panti jompo perlu mendapatkan perawatan profesional terhadap kesehatan rongga mulut (Professional Oral Health Care) dari ahli kesehatan gigi. Ahli kesehatan gigi melakukan tindakan pembersihan rongga


(40)

26

mulut dengan menyikat gigi, pembersihan interdental, penyikatan lidah sekali seminggu, dan setiap minggunya diberikan petunjuk mengenai cara pembersihan rongga mulut.4

Evaluasi yang dilakukan terhadap efektifitas POHC yang diberikan oleh ahli kesehatan gigi sebanyak sekali seminggu selama 24 bulan pada lansia yang dirawat di panti jompo menunjukkan bahwa rata-rata kematian yang disebabkan oleh pneumonia aspirasi pada lansia yang mendapat POHC secara signifikan lebih rendah (P<0.05) dibandingkan pasien yang tidak menerima POHC.4

Sedangkan untuk pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif (ICU), penyingkiran plak gigi dapat dilakukan dengan metode swab, penyikatan gigi dengan memakai sikat gigi ukuran anak-anak, pemakaian pelembab pada rongga mulut setiap 2-6 jam.19

Pencegahan terhadap pneumonia yang disebabkan oleh pemakaian ventilator mekanik dapat dilakukan dengan mengikuti anjuran perawatan rongga mulut sebagai berikut :20

a. Ganti suction liner, tabung, dan penutup suction oral setiap 24 jam.

b. Penyikatan gigi disertai alat penghisap, dan dilakukan penyikatan yang lembut pada permukaan lidah.


(41)

27

e. Untuk penghisapan sekresi orofaring, gunakan suction catheter disposable setiap 12 jam.

Tindakan perawatan rongga mulut perlu dilakukan terhadap pasien pneumonia agar bakteri yang terdapat pada rongga mulut berkurang jumlahnya. Dengan demikian, risiko terjadinya penyakit pernafasan (pneumonia) juga dapat berkurang.


(42)

---ooOoo---BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik, termasuk penyakit saluran pernafasan. Infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan dapat meningkat pada individu dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, lanjut usia, dan kebiasaan merokok.

Merokok diketahui dapat menjadi faktor modifikasi keparahan penyakit periodontal dan penyakit pernafasan. Pada umumnya kebersihan rongga mulut orang yang merokok lebih buruk dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Oleh karena itu, bakteri-bakteri patogen dapat berkembang di rongga mulut dimana saku periodontal dapat menjadi reservoir yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri-bakteri tersebut. Bila bakteri-bakteri itu teraspirasi ke saluran pernafasan, maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pernafasan dan dapat juga memperparah infeksi yang telah ada.

Meskipun kelompok perokok memiliki indeks periodontal yang lebih buruk dibandingkan dengan yang tidak merokok ataupun bekas perokok, pada penelitian


(43)

29

dijumpai hubungan yang signifikan antara indeks periodontal dengan penyakit obstruksi paru.11

Orang yang tidak pernah merokok tidak memiliki hubungan yang signifikan antara keparahan penyakit periodontal dengan penyakit obstruksi saluran nafas. Penyakit obstruksi pada orang yang tidak merokok kemungkinan terjadi tidak disebabkan oleh periodonsium secara langsung, akan tetapi karena pengaruh paparan terhadap pekerjaan maupun keadaan lingkungan.11

Kegagalan dalam menemukan hubungan antara penyakit obstruksi paru dan penyakit periodontal pada perokok mungkin disebabkan karena keterbatasan jumlah partisipan pada kelompok perokok yaitu sebanyak 71 orang dan kelompok yang tidak pernah merokok sebanyak 403 orang. Sedangkan kelompok bekas perokok sebanyak 486 orang.11

Penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia dan PPOK dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya karena status higiene oral yang buruk, terutama individu dengan penyakit periodontal, banyak dijumpai penumpukan plak pada gigi, dimana plak tersebut dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri-bakteri patogen rongga mulut maupun patogen pernafasan.

Saat ini, belum ada bukti klinis mengenai masalah kesehatan yang meluas di masyarakat akibat terpapar oleh air dari dental unit (Dental Unit Water). Meskipun demikian, perlu dilakukan pengontrolan infeksi untuk mengurangi jumlah bakteri patogen dan untuk menciptakan keselamatan kerja ketika melakukan perawatan pada pasien.17


(44)

30

Pemakaian hidrogen peroksida sebagai desinfektan diketahui dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas air pada prosedur intraoral. Selain itu, filtrasi dan flushing perlu dilakukan untuk mengontrol kontaminasi dari dental unit water.17

Dokter gigi perlu melakukan tindakan skeling dan penyerutan akar pada pasien yang mengalami penyakit periodontal untuk menyingkirkan plak dari saku periodontal. Selain itu dokter gigi juga mempunyai peranan dalam menginstruksikan pasien untuk berhenti merokok, sehingga penyembuhan terhadap jaringan periodonsium berlangsung cepat dan risiko penyakit pernafasan menurun.


(45)

---ooOoo---DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C dan Ettinger RL. The influence of systemic diseases on oral health care in older adults. J Am Dent Assoc2007; 138: 7S-14S.

2. Anonymous. Periodontal disease and respiratory disease. 2009. <

3. Scannapieco FA. Role of oral bacteria in respiratory infection. J Periodontol 1999; 70:793-802.

4. Okuda K, Kimizuka R, Abe S, Kato T, Kazuyuki Ishihara. Involvement of periodontopathic anaerobes in aspiration pneumonia. J Periodontol 2005; 76: 2154-60.

5. Sumi Y, Miura H, Michiwaki Y, Nagaosa S, Nagaya M. Colonization of dental plaque by respiratory pathogens in dependent elderly. Archieves of Gerontology and Geriatrics 2007; 44: 119-24.

6. Linger JB, Molinari JA, Forbes WC, Farthing CF, Winget WJ. Evaluation of a hydrogen peroxide disinfectant for dental unit waterlines. J Am Dent Assoc 2001; 132: 1287-91.

7. Boehm TK, Scannapieco FA. The Epiemiology, consequence and management of periodontal disease in older adult. J Am Dent Assoc 2007 ;138: 26S-33S. 8. Awano S, Ansai T, Takata Y, Soh I, Akifusa S, Hamasaki T, dkk. Oral health


(46)

32

9. Hyman JJ, Britt C, Reid BC. Cigarette smoking, periodontal disease, and chronic obstructive pulmonary disease. J Periodontol 2004; 75: 9-15.

10. Hilgers K, Kinane DF. Smoking, periodontal disease and the role of dental profession. Int J Dent Hygiene 2004; 2: 56-63

11. Katancik JA, Kritchevsky S, Weyant RJ, Corby P, Bretz W, O Crapo OR, dkk.

Periodontitis and airway obstruction. J Periodontol 2005; 76: 2161-7.

12. Scannapieco FA, Bush RB, Paju S. Association between periodontal disease and risk for nosocomial bacterial pneumonia and chronic obstructive pulmonary disease: A systematic review. Ann Periodontol 2003; 8: 54-69.

13. Otomo-Corgel JO, L Merin.RL. Periodontal disease and systemic health-what

you and your patients need to know. 2002.

<> ( 12 September 2009).

14. Leuckfelda I, Obregon-Whittlea MV, Lundb MB, Geiranc O, Bjørtuftb Ø, Olsena I. Severe chronic obstructive pulmonary disease: Association with marginal bone loss in periodontitis. Respiratory Medicine 2008; 102 : 488-9. 15. Gur A, Majra JP. Knowledge, attitude and practices regarding the systemic


(47)

33

17. Pankhurst CL Johnson NW, Woods RG. Causes and prevention of microbial

contamination of dental unit water. 1998. <

Desember 2009).

18. Pankhurst CL, Johnson NW, Woods RG. Microbial contamination of dental unit waterlines : The scientific argument. Int Dent J 1998 ; 48 : 359-68.

19. Furr LA, Binkley CJ, Mc Curren C, Carrico R. Factors affecting quality of oral care in intensive care units. J of Advanced Nursing 2004; 48(5) : 454-62.

20. Hutchin K, Karras G, Erwin J, Sullivan K. Comprehensive oral care program reduces rates of ventilator associated pneumonia in intensive care unit patients. Januari 2009).

21. Garcia RI, Nunn ME, Vokonas PS. Epidemiological associations between periodontal disease and chronic obstructive pulmonary disease. Ann Periodontol 2001; 6: 71-7.


(1)

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko pada berbagai penyakit sistemik, termasuk penyakit saluran pernafasan. Infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan dapat meningkat pada individu dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, lanjut usia, dan kebiasaan merokok.

Merokok diketahui dapat menjadi faktor modifikasi keparahan penyakit periodontal dan penyakit pernafasan. Pada umumnya kebersihan rongga mulut orang yang merokok lebih buruk dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Oleh karena itu, bakteri-bakteri patogen dapat berkembang di rongga mulut dimana saku periodontal dapat menjadi reservoir yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri-bakteri tersebut. Bila bakteri-bakteri itu teraspirasi ke saluran pernafasan, maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pernafasan dan dapat juga memperparah infeksi yang telah ada.

Meskipun kelompok perokok memiliki indeks periodontal yang lebih buruk dibandingkan dengan yang tidak merokok ataupun bekas perokok, pada penelitian yang dilakukan oleh James A Katancik, tidak dijumpai adanya hubungan yang signifikan antara semua pengukuran periodontal (kehilangan perlekatan, indeks gingiva, indeks plak, dan kedalaman probing) dengan status penyakit paru pada kelompok orang yang saat ini merokok. Akan tetapi, pada kelompok bekas perokok


(2)

dijumpai hubungan yang signifikan antara indeks periodontal dengan penyakit obstruksi paru.11

Orang yang tidak pernah merokok tidak memiliki hubungan yang signifikan antara keparahan penyakit periodontal dengan penyakit obstruksi saluran nafas. Penyakit obstruksi pada orang yang tidak merokok kemungkinan terjadi tidak disebabkan oleh periodonsium secara langsung, akan tetapi karena pengaruh paparan terhadap pekerjaan maupun keadaan lingkungan.11

Kegagalan dalam menemukan hubungan antara penyakit obstruksi paru dan penyakit periodontal pada perokok mungkin disebabkan karena keterbatasan jumlah partisipan pada kelompok perokok yaitu sebanyak 71 orang dan kelompok yang tidak pernah merokok sebanyak 403 orang. Sedangkan kelompok bekas perokok sebanyak 486 orang.11

Penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia dan PPOK dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya karena status higiene oral yang buruk, terutama individu dengan penyakit periodontal, banyak dijumpai penumpukan plak pada gigi, dimana plak tersebut dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri-bakteri patogen rongga mulut maupun patogen pernafasan.

Saat ini, belum ada bukti klinis mengenai masalah kesehatan yang meluas di masyarakat akibat terpapar oleh air dari dental unit (Dental Unit Water). Meskipun demikian, perlu dilakukan pengontrolan infeksi untuk mengurangi jumlah bakteri patogen dan untuk menciptakan keselamatan kerja ketika melakukan perawatan pada


(3)

30

Pemakaian hidrogen peroksida sebagai desinfektan diketahui dapat meningkatkan efektifitas dan kualitas air pada prosedur intraoral. Selain itu, filtrasi dan flushing perlu dilakukan untuk mengontrol kontaminasi dari dental unit water.17

Dokter gigi perlu melakukan tindakan skeling dan penyerutan akar pada pasien yang mengalami penyakit periodontal untuk menyingkirkan plak dari saku periodontal. Selain itu dokter gigi juga mempunyai peranan dalam menginstruksikan pasien untuk berhenti merokok, sehingga penyembuhan terhadap jaringan periodonsium berlangsung cepat dan risiko penyakit pernafasan menurun.


(4)

---ooOoo---DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C dan Ettinger RL. The influence of systemic diseases on oral health care in older adults. J Am Dent Assoc2007; 138: 7S-14S.

2. Anonymous. Periodontal disease and respiratory disease. 2009. <

3. Scannapieco FA. Role of oral bacteria in respiratory infection. J Periodontol 1999; 70:793-802.

4. Okuda K, Kimizuka R, Abe S, Kato T, Kazuyuki Ishihara. Involvement of periodontopathic anaerobes in aspiration pneumonia. J Periodontol 2005; 76: 2154-60.

5. Sumi Y, Miura H, Michiwaki Y, Nagaosa S, Nagaya M. Colonization of dental plaque by respiratory pathogens in dependent elderly. Archieves of Gerontology and Geriatrics 2007; 44: 119-24.

6. Linger JB, Molinari JA, Forbes WC, Farthing CF, Winget WJ. Evaluation of a hydrogen peroxide disinfectant for dental unit waterlines. J Am Dent Assoc 2001; 132: 1287-91.

7. Boehm TK, Scannapieco FA. The Epiemiology, consequence and management of periodontal disease in older adult. J Am Dent Assoc 2007 ;138: 26S-33S. 8. Awano S, Ansai T, Takata Y, Soh I, Akifusa S, Hamasaki T, dkk. Oral health


(5)

32

9. Hyman JJ, Britt C, Reid BC. Cigarette smoking, periodontal disease, and chronic obstructive pulmonary disease. J Periodontol 2004; 75: 9-15.

10. Hilgers K, Kinane DF. Smoking, periodontal disease and the role of dental profession. Int J Dent Hygiene 2004; 2: 56-63

11. Katancik JA, Kritchevsky S, Weyant RJ, Corby P, Bretz W, O Crapo OR, dkk.

Periodontitis and airway obstruction. J Periodontol 2005; 76: 2161-7.

12. Scannapieco FA, Bush RB, Paju S. Association between periodontal disease and risk for nosocomial bacterial pneumonia and chronic obstructive pulmonary disease: A systematic review. Ann Periodontol 2003; 8: 54-69.

13. Otomo-Corgel JO, L Merin.RL. Periodontal disease and systemic health-what

you and your patients need to know. 2002.

<> ( 12 September 2009).

14. Leuckfelda I, Obregon-Whittlea MV, Lundb MB, Geiranc O, Bjørtuftb Ø, Olsena I. Severe chronic obstructive pulmonary disease: Association with marginal bone loss in periodontitis. Respiratory Medicine 2008; 102 : 488-9. 15. Gur A, Majra JP. Knowledge, attitude and practices regarding the systemic

effects of oral diseases among the medical practitioners. The Internet J of Dent Science 2009 : 6(2).

16. Scannapieco FA. Pneumonia in nonambulatory patients: The role of oral bacteria and oral hygiene. J Am Dent Assoc 2006 ; 137 (suppl 2) : 21S-25S.


(6)

17. Pankhurst CL Johnson NW, Woods RG. Causes and prevention of microbial

contamination of dental unit water. 1998. <

Desember 2009).

18. Pankhurst CL, Johnson NW, Woods RG. Microbial contamination of dental unit waterlines : The scientific argument. Int Dent J 1998 ; 48 : 359-68.

19. Furr LA, Binkley CJ, Mc Curren C, Carrico R. Factors affecting quality of oral care in intensive care units. J of Advanced Nursing 2004; 48(5) : 454-62.

20. Hutchin K, Karras G, Erwin J, Sullivan K. Comprehensive oral care program reduces rates of ventilator associated pneumonia in intensive care unit patients. Januari 2009).

21. Garcia RI, Nunn ME, Vokonas PS. Epidemiological associations between periodontal disease and chronic obstructive pulmonary disease. Ann Periodontol 2001; 6: 71-7.