154
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
KESIMPULAN
1. Sistem pemerintahan kolonial yang ingin mencapai misinya dengan
Pax Neerlandica di seluruh daerah yang menghasilkan pajak. Untuk melakukan hal itu dilakukan kebijakan baru dengan bantuan
pemerintah pribumi untuk memberlakukan sistem pajak baru dan sistem kerja paksa. Kebijakan itu mendapat perlawanan dari Raja
Sultan di tanah Hindia.
2. Kritis keras muncul dari politikus dan intelektual Belanda C.H. Van
Deventer, terhadap sistem pemerintahan kolonial waktu itu. Kritik itu mendapat perhatian dari pemerintah Belanda. Kemudian dibuatlah
kebijakan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikenal dengan politik etis. Politik etis ini meliputi bidang pendidikan, pertanian dan
emigrasi.
3. Bidang pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar.
Mereka adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada kesadaran kebangsaan. Sarana komunikasi dan transportasi adalah hal penting
yang menghubungkan para kaum terpelajar untuk membentuk suatu ideologi kebangsaan.
4. Bidang pendidikan pula yang mendorong perubahan sosial masyarakat
saat itu, melalui pendidikan tidak saja menciptakan tenaga-tenaga profesional, akan tetapi juga mendorong gerakan kebangsaan
155
Sejarah Indonesia
LATIH UJI KOMPETENSI
1. Mengapa pemerintah Hindia Belanda melakukan berubahan sistem
pemerintahan dari sistem pemerintah tradisonal ke sistem pemerintahan birokrasi kolonial? Jelaskan
2. Bagaimana menurut pendapat kamu dengan sistem pemerintahan
saat ini? Buatlah penjelasan empiris dalam bentuk esai kurang lebih sebanyak dua halaman folio
3. Mengapa pemerintah Hindia Belanda melaksanakan kebijakan Politik
Etis. Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Hindia Belanda? Jelaskan jawaban kamu dan berikan bukti-buktinya yang hingga saat
ini masih dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
4. Jelaskan hubungan pendidikan dan media cetak dalam membangun
kesadaran kebangsaan. Bandingkan dengan peranan media cetak yang saat ini berkembang di tanah air
5. Jelaskan peran wartawan dalam membangun semangat kebangsaan
156
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
Tugas
Akhir-akhir ini kita kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gula pasir bagi masyarakat, untuk mencukupi itu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
adalah mengimport gula pasir. Coba Kamu jelaskan mengapa kita sampai kekurangan gula pasir? Bagaimana dengan kebijakan pemerintah Hindia
Belanda terhadap kerja paksa untuk menanam tebu?
a. Buatlah penjelasan Kamu itu dengan mencari buku-buku bacaan di
perpustakaan daerah, atau juga melalui koran-koran lama yang dapat dicari di perpustakaan nasional, atau Kamu dapat mengakses internet
untuk melacak lebih lanjut buku-buku, atau sumber-sumber bacaan yang diperlukan
b. Buatlah dalam bentuk esai kurang lebih 5 – 8 halaman
c. Tulislah keterangan buku-buku, koran-koran, majalah-majalah, dan
sumber-sumber lain yang Kamu kutip dalam daftar pustaka
157
Sejarah Indonesia
B. Menganalisis Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan
Mengamati Lingkungan
Perhatikan kutipan dari buku Van Miert berikut ini:
“Pada 31 Oktober 1920 anggota dari dua perhimpunan pelajar terbesar di Hindia Belanda, Jong Java dan Jong Sumatranen Bond berkumpul di sebuah ruangan di
Batavia untuk mendengarkan pidato P. Fournier, seorang pimpinan gerakan teosoi Hindia. Itu adalah pertemuan pertama Studiegroep Politiek Wetenshappen Kelompok
Studi Ilmu Politik...
” Kepala yang dingin dan hati yang gembira”.
Begitulah Fournier menyimpulkan kualitas-kualitas terpenting yang harus dipunyai seorang pemimpin politik. Hati yang gembira maksudnya adalah cinta yang
menggelora terhadap tanah air, hasrat yang menyala-nyala untuk bekerja demi kemajuan bangsa.” Begitulah jiwa politik yang diharapkan oleh Fournier kepada para
pelajar. Bagi Fournier, dalam sosok seorang politikus diperlukan kepala yang dingin, jangan sampai terbawa oleh situasi dan kondisi yang ada oleh pergolakan politik
yang ada pada jamannya Kamu dapat membaca lebih lanjut Hans van Miert, 2003.
»
Nah, coba kamu renungkan dan pahami teks yang dimuat pada tulisan diatas
1. Cobalah kamu buat analisis kritis, tentang sosok politikus
di Indonesia yang mempunyai jiwa dan semangat “kepala yang dingin dan hati yang gembira”
2. Diskusikan dengan teman sekelasmu bagaimanakah
perkembangan politik di Indonesia saat ini? Bagaimanakah sikap kamu jika menjadi seorang politikus
kelak, langkah-langkah apakah yang akan kamu ambil untuk menjaga kehormatan bangsa dan negara dalam
percaturan dunia? Coba bandingkan perjuangan masa pergerakan kebangsaan yang dimulai pada tahun
1908
158
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1
Memahami Teks
1. Organisasi Awal Pergerakan
Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang memiliki konsep nasionalisme, seperti Sarekat Dagang Islam
kemudian menjadi Sarekat Islam, Budi Utomo BU, Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasan, Jong Sumatranen Bond, dan lainnya. Munculnya organisasi-
organisasi itu mendanai fase perubahan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelumnya berupa perlawanan fisik kedaerahan
menjadi pergerakan nasional yang bersifat modern. Organisasi-organisasi itu mengusung tujuan yang sama, yakni untuk lepas dari penjajahan.
a. Budi Utomo
Boedi Oetomo BO atau Budi Utomo BU merupakan pergerakan nasional yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta. Organisasi ini
dirintis oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. BU didirikan dengan tujuan untuk menggalang dana untuk membantu anak-anak bumiputra yang kekurangan
dana. Namun ide itu kurang mendapat dukungan dari Kaum Tua. Ide dr. Wahidin itu kemudian diterima dan kembangkan oleh Sutomo. Seorang
mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten STOVIA. Sutomo kemudian dipilih sebagai ketua organisasi itu. Sebagian besar pendiri BU
adalah pelajar STOVIA, seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo. Pada tanggal 29 Agustus 1908,
dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan BU di Yogyakarta.
Para tokoh pendiri BU berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemajuan, maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi perhatian utama. Organisasi
itu mempunyai corak sebagai organisasi modern, yaitu mempunyai pimpinan, ideologi dan keanggotaan yang jelas. Corak baru itu kemudian diikuti oleh
organisasi-organisasi lain yang membawa pada perubahan sosial-politik. Organisasi BU bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda.
BU bersifat tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada mulanya organisasi ini orientasinya hanya sebatas pada kalangan priyayi,
159
Sejarah Indonesia
namun pancaran etnonasionalisme semakin terlihat saat dilaksanakan kongres BU yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908, di Yoyakarta.
Dalam kongres itu dibahas tentang dua prinsip perjuangan, golongan muda menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial,
sedangkan golongan tua mempertahankan cara lama yaitu perjuangan sosio-kultural.
Perdebatan itu tidak saja menyangkut tujuan BU tetapi juga pemakaian Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu. Perdebatan juga menyangkut tentang
sikap menghadapi westernisasi. Radjiman berpendapat bahwa “Bangsa Jawa tetap Jawa” dan menunjukkan identitasnya yang masih Jawasentris.
Sementara Cipto Mangunkusuma berpendapat bahwa bangsa Indonesia perlu memanfaatkan pengetahuan Barat dan unsur-unsur lain sehingga dapat
memperbaiki taraf kehidupannya. Cipto Mangunkusumo juga berpendapat bahwa sebelum memecahkan masalah budaya perlu diselesaikan masalah
politik. Orientasi politik semakin menonjol di kalangan muda kemudian mencari organisasi yang sesuai dengan mendirikan Sarekat Islam. Dalam
perkembangannya, meskipun ada kelompok muda yang radikal, tetapi kelompok tua masih meneruskan cita-cita BU yang mulai disesuaikan dengan
kondisi politik pada saat itu. Pada waktu dibentuk Dewan Rakyat Volksraad pada tahun 1918, wakil-wakil BU duduk di dalamnya. Pemerintah dengan
demikian tidak menaruh curiga karena sifat BU yang moderat. Seorang pimpinan BU yang menyaksikan rapat. Bupati mengeluh tentang mereka
yang hanya ingin mempertahankan kedudukannya sebagai bupati karena warisan, sedangkan zaman mulai berubah. Agus Salim tidak lama setelah
rapat Volksraad dibuka, berharap agar kaum kuno atau golongan konservatif itu bukan merupakan golongan suara yang dominan dalam dewan tersebut.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909. Dukungan dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain
sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis. Sambutan baik pemerintah inilah yang menyebabkan BU sering dicurigai oleh kalangan bumiputera sebagai
organ pemerintah. BU mulai kehilangan wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai Indonesia
Raya Parindra. Namun demikian, dengan segala kekurangannya BU telah mewakili aspirasi pertama rakyat Jawa ke arah kebangkitan dan juga aspirasi
rakyat Indonesia. Keberadaan BO memberikan inspirasi untuk organisasi- organisasi modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo,
Muhammadiyah, dan lain-lain.