Gerakan Pemuda Menuju Sumpah Pemuda

187 Sejarah Indonesia dipilih Soegoendo Djojopoespito dari PPPI, Wakil Ketua Djoko Marsaid dari Jong Java, dan Sekretaris Muh. Yamin dari Sumatranen Bond. Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres dibicarakan tentang masalah-masalah pendidikan, pembicara saat itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan. Dalam rapat-rapat di PPPI, Yamin selalu menentang ide fusi dari perkumpulan yang ada. Sebagai pemuda Sumatera Yamin berkeinginan untuk memilih federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada. Keinginannya itu lebih cenderung agar perkumpulan lebih bebas bergerak. Namun saat Kongres Pemuda berlangsung, Yamin berubah pikiran, ketika itu Mr. Soenario sedang berpidato. Sebagai sekretaris, ia memberi resolusi dalam rapat itu, yaitu menjunjung tinggi persatuan dan perkumpulan pemuda yang ada. Adapun isi putusan tersebut adalah: ..........Kerapatan฀laloe฀mengambil฀kepoetoesan฀: Pertama:฀ Kami฀ Poetera฀ dan฀ Poeteri฀ Indonesia฀ mengakoe฀ bertoempaah฀darah฀yang฀satoe,฀tanah฀Indonesia; Kedoea:฀ Kami฀ Poetera฀ dan฀ Poeteri฀ Indonesia฀ mengakoe฀ berbangsa฀yang฀satoe฀bangsa฀Indonesia; Ketiga:฀ Kami฀ Poetera฀ dan฀ Poeteri฀ Indonesia฀ mendjoendjoeng฀ bahasa฀persatoean,฀bahasa฀Indonesia. Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada saat itu pula dikumandangkannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih digunakan sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan nasional. Karena itulah kita memperingatinya sebagai peristiwa bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga saat ini sebagai hari besar nasional. Putusan kongres itu menjiwa setiap perkumpulan pemuda di 188 Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1 Indonesia di kemudian hari. Selanjutnya organisasi-organisasi pemuda itu mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan fusi. Jong Java sebagai organisasi terbesar dan tertua waktu itu, menyetujui ide fusi itu dalam Kongres ke-11, tanggal 25-29 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan kongres itu Jong Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia Muda. Komisi Besar Indonesia Muda kemudian menyelenggarakan kongres untuk mendirikan badan fusi yang bernama Indonesia Muda di Gedung Habiprojo Surakarta yang diselenggarakan pada tanggal 28 Desember hingga 2 Januari 1931. Saat terbentuknya Indonesia Muda mempunyai 25 cabang di seluruh Indonesia, empat di Sumatera, 21 di Sulawesi. Yong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin karena suatu alasan tidak ikut bergabung dalam organisasi gabungan itu. Dengan berdirinya Indonesia Muda secara otomatis perkumpulan Jong Java, Jong Celebes, Perhimpunan Indonesia, dan Pemuda Sumatera membubarkan diri. Tampuk pimpinan Indonesia Muda kemudian diserahkan kepada Pedoman Besar Indonesia Muda. Tokoh-tokoh yang menandatangani deklarasi Indonesia Muda itu adalah Kuncara Purbopranoto, Muhammad Yamin, Jusupadi, Sjahrial, Assat, Suwadji Prawirohardjo, Adnan Gani, Tamzil, Sujadi, dan Pantouw. Indonesia Muda bertujuan membangun dan mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya. Untuk mewujudkan tujuan itu dikembangkan sikap saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak Indonesia, dengan mengadakan kursus-kursus untuk memberantas buta huruf, memajukan olah raga, dan lain sebaginya. Berdirinya Indonesia Muda itu memberikan inspirasi kepada tokoh-tokoh pemuda lain untuk mendirikan perjuangan yang lebih luas. Perjuangan tidak saja menuntut hak-hak sosial, tetapi juga menuntut suatu kemerdekaan bagi Indonesia Merdeka. Di samping itu Volksraad yang sudah didirikan oleh pemerintah Belanda 1918 kemudian digunakan oleh pemuda Indonesia yang tergabung didalamnya untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda tersebut nampaknya ikut semakin menyemangati perjuangan organisasi pergerakan perempuan di Indonesia. Se-ide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai daerah di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, 189 Sejarah Indonesia Yogyakarta, yang dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka pada tanggal 22 Dsember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia PPPI. Perjuangan organisasi itu semakin kuat dengan didirikannya Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo 1930, di Bandung. Organisasi itu bertujuan meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkokoh cita-cita Indonesia Merdeka. Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia adalah mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah Belanda. tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya gerakan organisasi wanita telah ikut mendorong bagi kemajuan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan dan kemerdekaan. Sementara itu gerakan organisasi pemuda terus mengalami kemajuan. Pada 31 Desember 1931, diselenggarakan rapat besar Indonesia Muda. Saat itu Indonesia Muda resmi didirikan diiringi dengan upacara. Selanjutnya setiap cabang secara khusus ditanya kesiapannya untuk mendirikan Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00 WIB semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia Muda dibacakan. Pada saat itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk selama-lamanya diiringi bunyi gamelan, setelah gamelan berhenti semua pemuda yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain. Pada 1931, orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia Perpri. Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda 190 Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1 Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari pemuda Kristen misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara pemuda Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau. Dalam gerakannya para pemuda itu melakukan kepanduan. Kepanduan itu berasal dari kepanduan Jong Java, Pemuda Sumatera, dan organisasi pemuda lainnya. Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi tentang memberikan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Disamping itu juga berdiri kepanduan berdasarkan kebangsaan dan keagamaan, seperti Natipy, Hizbul Wathon, Siap, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.

2. Bangkitnya Nasionalisme Modern

Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia 4 Juli 1927. Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai itu bernama klub studi umum. Sukarno memimpin partai itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang. Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia PPPKI pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta. Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-193, 2003. Gambar 3.16 Logo PNI di dinding. 191 Sejarah Indonesia Perlawanan terhadap kekuasaan kolonial pada masa pergerakan berbasis pada masalah perkumpulan agama. Sementara itu komunis merupakan target langsung dari pemerintah Belanda, namun demikian Belanda tidak dapat mempertahankan kekuasaan mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat dalam pengikut-pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-desa atau bekerjasama dengan organisasi-organisasi agama lainnya. Sementara itu Partai Nasional Indonesia PNI terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan judul: “Indonesia Menggugat”. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman kurungan kepada Sukarno. Ia ditahan di Penjara Sukamiskin selama empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia Pertindo dan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan PNI Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir. Sumber : Manusia dalam Kemelut Sejarah, 1978. Gambar 3.17 Foto Sukarno dan kawan-kawan di depan gedung pengadilan kolonial. 192 Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 1 Sungguh sebuah pengorbanan yang dilakukan Sukarno. Kalau ia mau bekerja untuk Belanda tentu akan menjadi orang yang kaya raya brsama keluarganya. Tetapi ia tidak memilih itu. Ia memilih berjuang bersama rakyat, sekalipun harus miskin, harus dipenjara di Sukamiskin. Partai Indonesia pimpinan Sukarno lebih menekankan pada mobilisasi massa, sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih menekankan pada organisasi kader yang akan menentang tekanan pemerintah kolonial Belanda dengan keras dan lebih menanamkan pemahaman ide nasionalisme. Namun demikian kedua strategi politik itu belum mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya ketiga tokoh itu ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan serta diasingkan pada 1933. Kedua organisasi yang didirikan oleh ketiga tokoh itupun dibubarkan oleh pemerintah kolonial. Sukarno dengan ide-ide nasionalisme itu memang terus diawasi. Selepas dari Penjara Sukamiskin kemudian diasingkan ke Ende, Flores , Nusa Tenggara Timur. Ia ditempatkan di sebuah rumah konon rumah ini milik Haji Abdullah. Bersama keluarganya, Sukarno selama empat tahun 1934-1938 diisolasi dijauhkan dari dinamika perjuangan kebangsaan. Tetapi ide dan semangat nasionalismenya tidak pernah padam. Dikisahkan di pengasingan itu Sukarno sering merenung di bawah pohon sukun yang ada di dekat rumah itu. Kebetulan pohon sukun itu bercabang lima. Ia merenungkan nilai-nilai luhur yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman Praaksara. Nilai-nilai itulah yang kemudian dirumuskan menjadi nilai-nilai dalam Pancasila. Menurut Cindy Adam, Sukarno memberi nama Pancasila itu karena terinspirasi dengan pohon sukun yang bercabang lima dan daun sukun yang memiliki lima sirip kanan, kiri dan tengah. Sukarno ternyata tidak hanya diisolasi, sebagai tahanan pemerintah, Sukarno justru masih harus berjuang untuk menghidupi anggota keluarganya. Inilah perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan Sukarno di pengasingan.