0.3 0.4 0.5 Pengamatan dan penyamaan OD

-1.52 Hal ini dapat dilihat secara visual, yaitu semakin keruhnya media maka OD semakin tinggi, artinya semakin bertambahnya populasi sel di dalam media. Peningkatan jumlah populasi sel biasanya terjadi pada fase eksponensial, yaitu saat proses metabolisme sel di dalam tubuh bakteri masih terus berjalan aktif. Hal ini menyebabkan daya serap bakt eri terhadap Na 2 SeO 3 yang diasup dari dalam media tumbuh cukup tinggi. Proses akumulasi ini mendorong terjadinya peningkatan kandungan Se total di dalam sel bakteri termofilik.

0.2 0.4

0.6 0.8

1 1.2 1 2 3 4 5 6 7 Waktu inkubasi hari Absorbansi 14Ka Se 14Ka + Se 20K Se 20K + Se 22a Se 22a + Se 23a1 Se 23a1 + Se Gambar 8 Kurva inkubasi Proses Penyuburan dan Pemanenan Biomassa Sel Biomassa sel dalam jumlah banyak dapat diperoleh dengan proses penyuburan dan pemanenan. Proses penyuburan bakteri penting dilakukan karena sel membutuhkan nutrisi yang cukup untuk kelangsungan hidupnya. Setelah proses penyuburan, bakteri dipanen dalam media tumbuhnya lalu ditimbang bobot selnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada media yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm , isolat 14Ka memiliki biomassa terbesar 0.4856 g dan isolat 23a1 memiliki biomassa terendah 0.2028 g. Sementara itu, pada media tanpa asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm , isolat 14Ka memiliki biomassa tertinggi 0.4931 g, sedangkan isolat 23a1 memiliki biomassa terendah 0.2007 g Gambar 9. Pemberian asupan N a 2 SeO 3 1.0027 ppm pada media pertumbuhan bakteri dapat mempengaruhi jumlah biomassa sel bakteri tersebut. Pada isolat 20K dan 23a1 yang diberi asupan N a 2 SeO 3 1.0027 ppm terjadi peningkatan biomassa sel, yaitu sebesar 39.58 dan 1.05. Sementara itu, pada isolat 14Ka dan 22a yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm terjadi penurunan biomassa sel , yaitu sebesar 1.52 dan 24.15 Gambar 9. Menurut Ponce dalam Dumont 2006, semakin banyak senyawa Se yang ditambahkan dalam media tumbuh maka pertumbuhan sel akan terhambat. Penyamaan OD hingga nilainya berkisar antara 0.5-0.8 di dalam media dengan maupun tanpa penambahan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm dilakukan sebelum pemanenan sel. Proses ini menggunakan larutan NaCl fisiologis NaCl 0.85 dengan tujuan untuk mencegah pecahnya sel di dalam media sehingga Se yang terkandung di dalam bakteri tersebut tidak keluar dari sel. Proses pemanenan biomassa sel dilakukan dengan metode sentrifugasi, yaitu proses pemisahan yang didasarkan pada bobot selnya. Sentrifugasi untuk sel bakteri dilakukan dengan kecepatan 20.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 o C. Sel yang didapat dalam bentuk padatan pelet didiamkan di dalam laminar selama 1 hari pada suhu kamar agar media di dalamnya menguap, sehingga diperoleh biomassa sel kering.

0.05 0.1

0.15 0.2

0.25 0.3

0.35 0.4

0.45 0.5

Biomassa Sel g 14 Ka 20K 22a 23a1 Kode isolat Dengan Se Tanpa Se Gambar 9 Kurva biomassa sel bakteri Nilai diatas diagram menunjukkan “persentase perubahan biomassa sel” Penentuan Kurva Standar Saat ini, teknik penimbangan lebih banyak digunakan untuk membuat larutan standar dibandingkan teknik volumetri pemipetan. Teknik penimbangan memiliki beberapa keuntungan, yaitu keakuratannya 39.58 -24.15 1.05 tinggi dikarenakan kesalahan atau galatnya lebih kecil, dapat dikoreksi balik menjadi konsentrasi yang sebenarnya, serta tidak dipengaruhi oleh temperatur. Konsentrasi selenium pada sampel dapat diperoleh dengan membuat kurva standar Se, sehingga diperoleh garis linier dengan persamaan umum sebagai berikut: y = ax + b y sebagai absorban terbaca alat, x sebagai konsentrasi Se terbaca alat, a sebagai slope kemiringan garis regresi, b sebagai intercept Kurva standar juga dapat digunakan untuk mengetahui Limit of Detection LOD , yaitu konsentrasi terendah suatu analit dalam sampel yang masih dapat terdeteksi oleh alat dalam hal ini GF-AAS, walaupun tidak selalu dikuantifikasi dan digunakan sebagai acuan penentuan konsentrasi Se pada sampel yang sebenarnya. LOD diukur dari standar deviasi SD respon dan slope S dari kurva kalibrasi dengan persamaan sebagai berikut: LOD = 3S yx slope Hasil analisis regresi penentuan konsentrasi Se pada kontrol media Heterotrof cair diperoleh persamaan garis linier sebagai berikut Gambar 10: y = 0.0015 x + 0.0074 r = 0.9926 dan LOD = 7.80 ppb Hasil analisis regresi penentuan konsentrasi Se pelet pada pengenceran pertama menghasilkan persamaan sebagai berikut Gambar 11: y = 0.0017x + 0.0073 r = 0. 9937 dan LOD = 6.88 ppb. Hasil analisis regresi penentuan konsentrasi Se pelet pada pengenceran kedua menghasilkan persamaan sebagai berikut Gambar 12: y = 0.0018 x + 0.0070 r = 0.9963 dan LOD = 5.33 ppb Koefisien korelasi r yang mendekati nilai 1 merupakan syarat dari linieritas kurva standar. Koefisien korelasi dari kurva standar yang dibuat diperoleh nilai diatas 0,9, artinya terdapat korelasi antara konsentrasi standar Se dengan absorbansi yang terbaca, sehingga diharapkan hasil analisis nya akur at. Berdasarkan kurva standar, diperoleh nilai LOD sekitar 5–8 ppb yang menunjukkan batas respon keakuratan hasil pengukuran. Apabila nilai kandungan Se total sampel yang terbaca di bawah LOD berarti tidak memberikan respon yang akurat. Analisis sampel harus dilakukan pada waktu yang sama dengan pembuatan larutan stok Se, dikarenakan kestabilan larutan stok dalam tingkat ppb sangat kecil. y = 0.0015x + 0.0074 r = 0.9926 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi unit Gambar 10 Kurva standar media heterotrof y = 0.0017x + 0.0073 r = 0.9937 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi unit Gambar 11 Kurva standar pengenceran pertama y = 0.0018x + 0.007 r = 0.9963 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi unit Gambar 12 Kurva standar pengenceran kedua Penentuan Kandungan Se Total Kandungan Se total merupakan banyaknya senyawa-senyawa Se dalam satuan gram pada sampel. Konsentrasi Se total µ g Seg biomassa didapatkan dari hasil kali konsentrasi Se yang terbaca pada alat dengan faktor pengenceran total sampel. Adapun kandungan Se total µ g didapat dari nilai konsentrasi Se total dikalikan dengan bobot biomassa sel. Kandungan Se total pada kontrol media heterotrof cair dengan asupan Se ialah sebesar 0.2043 µ g. Sementara itu, kontrol yang tanpa asupan Se tidak ada serapan yang terbaca. Analisis kandungan Se total juga dilakukan pada komposisi media Heterotrof cair, yaitu bacto peptone dan triptone. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat senyawa Se di dalamnya. Hasil perbandingan kandungan Se total pada pelet termofilik antara yang diberi asupan dan tanpa asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm diperoleh perbedaan yang cukup nyata pada kode 14Ka dan 20K. Kandungan Se total isolat 14Ka, 20K dan 23a1 yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan isolat yang tanpa asupan, yaitu secara berurutan sebesar 2.1378 µ g, 1.0031 µ g, 0.0537 µ g. Artinya, isolat yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm lebih banyak dalam mengakumulasi Se. Sebaliknya, kandungan Se pada isolat 22a yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm sedikit lebih rendah dibandingkan dengan isolat tanpa asupan Se, yaitu sebesar 0.0313 µ g Gambar 13. Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa pelet pada isolat 14Ka memiliki kandungan Se total paling tinggi dibandingkan pelet pada ketiga isolat lainnya. Perbedaan kandungan Se total pada keempat isolat antara supernatan yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm dan tanpa asupan terlihat sangat nyata. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa supernatan pada isolat 14Ka, 20K, 22a, dan 23a1 yang diberi asupan Na 2 SeO 3 1.0027 ppm memiliki kandungan Se total lebih tinggi dibandingkan dengan supernatan tanpa asupan, yaitu berturut-turut sebesar 0.6292 µ g, 0.4917 µ g, 0.5802