C. Metode Outdoor Study
Kartawidjaja 1989:43 menyatakan bahwa metode outdoor study adalah metode pembelajaran yang menekankan pada bahan pelajaran harus diobservasi
dan dipelajari oleh siswa secara langsung dari kedudukan fungsionalnya. Menurut Slameto 1991:114 metode oudoor study adalah cara penyampaian bahan
pelajaran oleh guru kepada siswa dengan mengadakan perkunjungan ke objek tertentu dengan maksud untuk menyelidiki atau mempelajari hal-hal tertentu dari
objek itu guna pencapaian tujuan pengajaran. Sementara itu pendapat lain menyatakan bahwa metode outdoor study merupakan metode mengajar yang
sesuai dengan hakikat geografi yakni belajar dari lapangan yang nyata yang dapat memberikan kesan yang baik bagi yang mempelajarinya Sumaatmadja,1996:75.
Berdasarkan uraian di atas, metode outdoor study merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan di luar kelas untuk digunakan
sebagai sumber belajar dan juga sebagai media pembelajaran. Peran guru disini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara
aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungan. Belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.
Rendahnya minat belajar siswa selama ini menandakan bahwa proses pembelajaran kurang menarik. Kurang menariknya minat belajar disebabkan
karena metode pembelajaran yang kurang tepat. Ketidak tepatan metode pembelajaran akan berakibat terhadap hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Belajar akan efektif bila dalam keadaan yang menyenangkan.
Umumnya dalam proses pembelajaran siswa bersikap pasif dalam mengikutinya, mereka baru aktif jika diberikan tugas atau disuruh oleh guru.
Metode pembelajaran yang digunakan umumnya ceramah dan diskusi serta pemberian tugas. Oleh sebab itu, untuk menciptakan proses pembelajaran yang
partisipatif aktif diperlukan adanya pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai. Jika tidak dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran, maka sikap
siswa tetap pasif, tingkat berpikirnyapun hanya pada tahap remembering, hafalan dan jika diberi soal berpikir dan konseptual mereka tidak mampu
menyelesaikannya. Demikian pula siswa harus dibimbing agar mampu mandiri dalam belajar dan tidak menganggap guru sebagai sumber pengetahuan, tapi
sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran. Perubahan sikap dan pandangan tersebut akan mendorong aktivitas mandiri dalam membentuk
pengetahuan. Tujuan dari metode outdoor study pada pengajaran geografi ialah untuk
mengembangkan kesadaran akan pola dan hubungan areal dari lingkungan fisis dan budaya, serta membentuk keterampilan observasi, meneliti dan
berkomunikasi. Metode outdoor study juga dapat menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan
minat pada geografi. Dengan demikian diharapkan metode outdoor study dalam pengajaran geografi dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale Menurut Edgar Dale dalam Uno Hamzah 2008:114 yang dapat dilihat
pada Gambar 1 dasar pengembangan pembelajaran bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama
penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberi kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by
doing, misalnya keikutsertaan dalam menyiapkan makanan, membuat perabot rumah tangga, mengumpulkan perangko, melakukan percobaan di laboratorium,
dan lain-lain. Hal-hal tersebut memberi dampak langsung terhadap perolehan dan penambahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Lambang kata
Karya wisata Gambar diam, rekaman
radio Lambang visual
Gambar hidup, pameran Televisi
Dramatisasi Benda tiruanpengamatan
Pengalaman langsung abstrak
konkret
Menurut Kartawidjaja 1989:47 sebagai metode pembelajaran, metode outdoor study mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini
antara lain: 1. Menghadapkan siswa pada pengalaman langsung.
2. Pengalaman yang diperoleh bisa dijadikan dasar aktivitas belajar yang lain. 3. Siswa lebih sadar akan lingkungan.
4. Memperluas hubungan sekolah dengan instansi lain. 5. Apa yang dipelajari berdampak besar terhadap pengalaman siswa.
6. Prosedur bisa diterapkan sesuai bidang kajiannya. 7. Mengembangkan pelajaran yang didapat di kelas melalui kenyataan.
8. Dapat memberikan selingan dari kelas yang membosankan. Meskipun memiliki kelebihan baik secara langsung maupun tidak
langsung, metode ini mempunyai beberapa kelemahan juga, diantaranya: 1. Diperlukan tanggung jawab yang besar dan melibatkan berbagai pihak.
2. Kedisiplinan siswa mudah menjadi masalah. 3. Keterbatasan waktu, sehingga seringkali terpaksa meminta waktu dari guru
lain. 4. Memerlukan pengawasan yang serius.
5. Jika tidak direncanakan secara matang, hasilnya bisa merupakan kerja yang tidak berguna.
6. Kesalahan perencanaan bisa memberi kesan metode ini tidak efisien.
Langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan metode outdoor study
Dalam Kartawidjaja 1989:44 dijelaskan bahwa ada tiga langkah pokok dalam pelaksanaan metode outdoor study, yaitu:
1. Perencanaan Perencanaan yang perlu dilkukan diantaranya adalah:
a. Tujuan Menentukan tujuan pengamatan sangat penting karena tujuan studi
lapangan akan selalu menjadi pedoman, sehingga semua yang harus diamati akan teramati dan yang tidak perlu diamati meskipun menarik bisa
diabaikan. b. Perangkat pembelajaran
Setiap kegiatan pembelajaran seorang guru harus menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Hal tersebut
dilakukan untuk menentukan alur kegiatan dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Observasi Sebelum melakukan studi lapangan, sebaiknya dilakukan observasi
terhadap lokasi pengamatan. Hal tersebut dilakukan agar guru benar-benar mengenal lokasi yang akan diamati, lebih-lebih jika harus menggunakan
transportasi yang memerlukan biaya. d. Waktu
Dalam pelaksanaan outdoor study waktu harus selalu diperhitungkan, karena pelaksanaannya bisa menggunakan jam pelajaran yang telah di
tentukan dalam kurikulum atau jika tidak memungkinkan bisa saja harus meminta jam pelajaran kepada guru lain.
e. Koordinasi Guru harus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait agar
pelaksanaan bisa berjalan dengan lancar. Misalkan pelaksanaan harus mengambil jam pelajaran guru lain, maka perlu dilakukan pembicaraan
dengan guru terkait agar tidak terjadi kesalah pahaman diantara sesama guru.
2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Kegiatan guru
1 Menjelaskan tujuan pengamatan dan apa yang harus diamati siswa, sehingga semua yang harus diamati bisa teramati dan yang tidak perlu
diamati bisa diabaikan. 2 Membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung, memberi
pengarahan kepada siswa bagaimana cara mengamati, memilih data, membuat alat ukur yang diperlukan dan membuat catatan tentang apa
yang mereka amati. 3 Mengawasi dan menjaga keamanan siswa, jangan sampai terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Guru bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan siswa.
b. Kegiatan siswa 1 Memperhatikan penjelasan dari guru supaya bisa mengetahui tujuan
pengamatan, apa yang harus diamati, bagaimana cara mengamatinya, membuat alat ukurnya, memilih datanya, dan membuat catatan.
2 Mengumpulkan data dan mencatat apa yang diamati untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah melakukan pengamatan
serta memecahkan masalah-masalah. 3 Berinteraksi dengan guru dan sesama siswa, menanyakan apa yang
belum diketahui kepada guru serta bekerja sama dengan siswa lain untuk mendapatkan data dan pemecahan masalah.
3. Tindak Lanjut Tindak lanjut setelah melaksanakan pengamatan di lapangan ini berupa:
a. Laporan Siswa membuat laporan sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan pada perencanaan. b. Diskusi
Pengamatan akan lebih efektif jika hasil yang diperoleh di lapangan didiskusikan, dievaluasi dan ada kelanjutan kegiatan yang dilaksanakan
dalam kelas. Analisa hasil pengamatan harus segera dilakukan di kelas setelah pengamatan selesai.
Terpenuhi atau tidaknya tahap tindak lanjut ini merupakan indikator keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan metode outdoor study.
Sebagai kesimpulan dari metode ini adalah metode outdoor study bisa menghilangkan pendapat bahwa siswa belajar yang tidak realistis dari fakta-fakta
yang tidak relevan. Metode outdoor study memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat “dunia yang sebenarnya” dalam keadaan dan situasi yang nyata,
sehingga dapat mengembangkan sikap sosial dan akademik siswa. Pengamatan yang dilaksanakan dengan baik merupakan sumber pengayaan bagi siswa
Kartawidjaja,1989:49.
D. Hambatan Outdoor Study