Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang asas-asas yang ada dalam suatu perjanjian beserta penerapan dari asas-asas tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas yang terdapat didalam suatu perjanjian? 2. Bagaimana penerapan asas-asas tersebut didalam suatu kasus perjanjian
dalam hukum kontrak?
C.
Tujuan Sehubungan dengan rumusan di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk : 1. Mengkaji asas-asas mengenai hukum kontak.
2. Mengkaji mengenai kedudukan dan implementasi asas – asas hukum kontrak terhadap perikatan kontrak.
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Sekilas, apabila kita mendengar tentang kontrak, kmita langsung berpikir bahwa yang dimaksudkan adalah suatu perjanjian tertulis. Artinya, kontrak sudah
3
dianggap sebagai suatu pengertian yang lebih sempit dari suatu perjanjian. Dan apabila melihat berbagai tulisan, bvuku, makalah, maupun tulisan ilmiah lainnya,
kesan ini tidaklahsalah sebab penekanan kontrak selalu dianggap sebagai medianya suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Syarat Sahnya Kontrak :
Menurut Pasal 1320 KUH Perdata Kontrak adalah sah bila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
Syarat Subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi :
1. Kecakapan untuk membuat kontrak dewasa dan tidak sakit ingatan; 2. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Syarat Objekif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum, meliputi:
3. Suatu hal objek tertentu; 4. Sesuatu sebab yang halal kuasa.
Pengaturan Tentang Asas Kontrak
Sumber hukum utama dari suatu kontrak yang berbentuk perundang- undangan adalah Pasal 1338 ayat 1 dan 3 KUH Perdata dan buku ketiga KUH
Perdata. 1. Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu akibat hukum dari setiap perjanjian yang
memenuhi syarat sahnya perjanjian maka mengikat sebagai peraturanundang-undang bagi para pihak yang terlibat dalam pembuatan
kontrak tersebut. 2. Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata menegaskan bahwa suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik. 3. Bagian – bagian buku ketiga KUHPerdata terdiri dari 18 bab dan 631 pasal
yang berkaitan dengan kontrak adalah :
4
Pengaturan tentang perikatan perdata, Pengaturan tentamng perikatan yang timbul dari kontrak,
Perikatan tentang hapusnya perikatan, Pengaturan tentang kontrak – kontrak tertentu.
.
B. Asas-Asas Hukum Kontrak 1. Asas Kebebasan Kontrak
Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia. Kebebasan berkontrak ini berlatar belakang pada paham
individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman reinassance
melalui antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan Rosseau. Puncak perkembangannya tercapai dalam periode setelah revolusi
Perancis
1
Di Indonesia, Hukum Perdata sebagai induk Hukum Perjanjian, adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan. Falsafah negara Pancasila
ini menampilkan ajaran bahwa harus ada keselarasan keserasian dan keseimbangan antara penggunaan hak asasi dengan kewajiban asasi. Dengan
perkataan lain di dalam kebebasan terkandung “tanggung jawab”
2
.Di dalam Hukum Perjanjian Nasional, asas kebebasan berkontrak yang bertanggung
jawab, yang mampu memelihara keseimbangan ini tetap perlu dipertahankan, yaitu “pengembangan kepribadian” untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup lahir dan batin yang serasi, selaras dan seimbang dengan kepentingan masyarakat
3
. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari Pasal 1338 ayat 1
KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas ini
adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk : a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
1
Mariam Daurus Badrulzaman, et al., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 84.
2
Ibid., hlm. 86
3
Ibid., hlm. 86-87
5
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya d. Menentukan bentuk perjanjian
4
2. Asas Konsensualisme Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dalam pasal itu
ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas konsensualisme ini merupakan
asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukp dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak
5
. 3. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 133 KUHPerdata, yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.” Asas ini
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undng-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak
6
. Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum.
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak
7
. 4. Asas Itikad Baik Goede Trou
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas
itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan subsransi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak
8
. Asas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu asas itikad baik nisbi
dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan
4
Salim H.S., Hukum Kontrak “Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak”, Jakarta:Sinar Grafika, 2014, hlm. 9
5
Ibid., hlm. 10.
6
Ibid.
7
Mariam Daurus Badrulzaman, et al., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 88.
8
Salim H.S., Op. Cit., hlm. 10-11.
6
tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk
menilai keadaan penilaian tidak memihak menurut norma-norma yang objektif
9
5. Asas Kepribadian Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya
sendiri.” Inti dari ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.” Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oelh para pihak
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana diintrodusir dalam Pasal 1317 KUHPerdata,
yang berbunyi: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu
pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk
kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur
perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Pasal 1317
KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan pasal 1318 KUHPerdata mengatur tentang ruang lingkupnya yang luas
10
.
C. Penerapan Asas-Asas Hukum Kontrak