1
Jawaban :
Perencanaan Marketing Public Relation PERTAMAX PUBLIC RELATION OFFICER BRANDING OIL AND GAS
Berbicara tentang marketing merupakan sebuah hal yang menjadi ujung tombak dalam melakukan kegiatan atau kerangka jual beli. Dengan bentuk perencanaan yang matang
dan strategi marketing yang baik, kegiatan ini tidak hanya mampu mengangkat kualitas serta keunggulan produk saja. Korporasi perusahaan sebagai penyedia produk, dalam kegiatan ini
mampu bersinergi lebih dalam untuk dapat diberikan pencitraan yang lebih baik melalui aplikasinya dalam memasarkan sebuah produk. Notabenenya dalam bahasan pencitraan
merupakan wewenang tugas dan tanggung jawab sebuah divisi didalam perusahaan yang biasa disebut dengan Public Relation Marketing Communication Orchestra, Hifni Alifahmi,
2008. Penerapan-penerapan strategi kreatif ini diharapkan mampu menjadi sebuah media yang berguna untuk melakukan satu perubahan persepsi di mata khalayak atau konsumen
terhadap pemahan satu produk maupun korporasi secara menyeluruh. Dalam kasus ini, menyinggung lebih dalam tentang pola Marketing Pertamax
sebagai salah satu produk pertamina yang paling diunggulkan sudah seharusnya mampu menarik simpati banyak pengguna bahan bakar guna pencapaian tingkat profit oriented yang
tinggi dari produk tersebut. Namun disini terjadi satu fenomena menarik dari legitmasi pemerintah perihal pembagian jenis bahan bakar bersubsidi dan non-subsidi. Terkait polemik
seperti ini, metode pembelajaran tentang Marketing Public Relation dapat dijadikan salah satu media korporasi untuk penerapan-penerapan ide kreatif sesuai konsentrasinya, dan
klasifikasinya dapat dilihat pada langkah-langkah seperti :
1. Target Konsumen dan Stakeholder
Runtutan pemberitaan media yang memberikan informasi tentang jenis, kualitas, serta harga produk kepada khlayak, merupakan langkah awal yang mampu dijadikan alat
monitoring bagi korporasi atau perusahaan guna melakukan pemetaan target konsumen dan segmentasi stakeholder terkait produk yang dikeluarkan ataupun diluncurkan. Dalam hal ini
pertamax sebagai jenis bahan bakar minyak yang dikategorikan non-subsidi, mendapat sorotan tajam dari sudut pandang khalayak terkait permasalahan harga produk. Hampir
1
seluruh masyarakat indonesia merupakan pengguna bahan bakar, namun dalam hal pemasaran produk Pertamax oleh Pertamina sebagai salah satu BUMN, coba memberikan
regulasi dari pemerintah untuk dapat membagi kelasi konsumen yang dianggap mampu dan kurang mampu. Kelasi yang signifikan, yang disebutkan dalam regulasi pemerintah ini,
secara langsung mampu memberikan pandangan dalam hal pembentukan segmentasi tersendiri bagi korporasi perusahaan, bahwa pembeli produk Pertamax adalah kalangan
masyarakat mampu dan memiliki harta yang berlebih dari pengguna produk lainnya dalam hal ini bahan bakar subsidi premium bensin.
Dalam kacamata Marketing Public Relation pembagian klasifikasi stakeholders dapat dikaitkan dengan model Stakeholder Salience, diantaranya :
- Dormant Stakeholders memiliki kekuatan namun tidak memiliki legitimasi dan
tuntutan yang mendesak, contohnya angkatan bersenjata, hartawan dan penguasa
media. Jika dilihat dari kacamata jenis pembagian stakeholders ini, Dalam hal fenomena diatas, korporasi sebagai salah satu penyedia produk sudah selayaknya
mampu untuk mengatur serta merangkulnya guna melakukan langkah-langkah kerjasama atau strategi terbaik dalam hal pengembangan citra perusahaan maupun
strategi pemasaran produk sesuai dengan yang telah ditetapkan regulasi pemerintah. Contoh strategi yang dapat diterapkan adalah menjalin kerjasama untuk mampu lebih
membagi segmentasi yang menjadi permasalahan diatas. Klasifikasi bahan bakar subsidi dan non-subsidi, yang dibatasi dengan legitimasi yang sudah dibatasi pada
segmentasi konsumennya, seharusnya juga dapat diberikan pelayanan yang lebih prima jika dirunut dari harga produk. Pertamina sebagai korporasi perusahaan dapat
melakukan bentuk kerjasama prima dengan badan-badan yang mampu mengklasifikasikan segmentasi konsumen ini secara detail. Contohnya seperti badan
pusat statistik pentanahan nasional dan lain sebagainya untuk dapat melakukan colecting data konsumen di pasar sesuai dengan keputusan pemerintah tersebut.
Wewenang penuh yang dimiliki pertamina sebagai korporasi bisa ditunjukan langsung disini untuk dapat membagi dan membuat kelompok-kelompok pembeli. Dan seluruh
kegiatanya dilakukan dengan monitoring dan evaluasi yang pas. -
Discretionary Stakeholders Memiliki unsur keabsahan, namun tidak memiliki
kekuatan atau tuntutan yang mendesak terhadap korporasi. Jenis stakeholders ini biasanya mendapatkan keuntungan dari perusahaan dalam sebuah kegiatan. Dalam hal
1
ini Pertamina sebagai penghasil bahan bakar Pertamax, dapat melakukan jalinan kerjasama untuk kepentingan sosial ataupun bentuk relasi bisnis secara langsung.
Pembentukan relasi bisnis seperti ini, dapat dijadikan Pertamina sebagai satu bentuk cara untuk mengatur, mengelola, serta hanya sekedar memonitoring penjualan
ditengah-tengah pasar dan khalayak. Namun tetap harus bersikap tegas jika terjadi pelanggaran dalam hal apapun jika kaitanya langsung dengan regulasi yang telah
dikeluarkan pemerintah sebelumnya. Contoh stakeholder ini, selain penerima bantuan jaminan Corperate Social Resposibility CSR perusahaan, juga dapat dilihat pada
reseller yang langsung bekerja sama dengan Pertamina sebagai penyedia produk Pertamax. Untuk reseller sendiri, penerapan langkah marketing produk Pertamax
dapat dilakukan pertamina dengan aturan-aturan turunan dari regulasi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Dan sanksi tegas untuk setiap pelanggaran dari aturan
main yang di setting Pertamina ini merupakan sepenuhnya hak Pertamina sebagai penyedia layanan dan produk.
- Demanding Stakeholder memiliki tuntutan yang mendesak, namun tidak memiliki
kekuatan maupun legitimasi keabsahan langsung terhadap organisasi. Untuk jenis stakeholder ini berhubungan sangat erat dan langsung dengan jenis stakeholders yang
lain. Jenis stakeholders ini merupakan dampak jika regulasi pemerintah yang ditetapkan untuk korporasi dan ketegasan pertamina sebagai penyedia layanan produk
tidak dilakukan dengan baik atau dapat dikatakan kurang disiplin. Secara tidak langsung ini merupakan jenis stakeholder yang terbentuk karena sebuah
permasalahan, dan di tanggulangi dengan pembuatan perencanaan yang sesuai, jauh sebelum kehadirannya terlihat ditengah-tengah proses marketing yang sedang
diupayakan. -
Dominat Stakeholders memiliki kekuatan, maupun keabsahan terhadap organisasi
namun tidak memiliki tuntutan yang mendesak kepada korporasi. Dalam kasus pemasaran produk Pertamax oleh pertamina jenis stakeholders ini adalah lini Internal
korporasi. Keeping penanganan yang sempurna dari dalam akan menghasilkan kegiatan yang menguntungkan untuk eksternal Alvin A goldberg 1984:58. Strategi
seperti yang disebutkan dalam teori diatas dapat diberlakukan dalam kegiatan antisipasi segmentasi stakholders jenis ini.
1
- Dangerous Stakeholders memiliki kekuatan maupun tuntutan yang mendesak namun
tidak memiliki keabsahan yang lemah. Bentuk stakeholders ini juga hampir sama dengan jenis demanding stakeholders, namun berada dalam ruang lingkup internal
korporasi. Ini akan timbul jika penanganan terhadap internal korporasi tidak mendapat perhatian yang lebih. Dan sama dengan model stakeholders demanding, penangannya
dapat dilakukan dengan metode manajemen konflik ataupun memberikan bentuk- bentuk keuntungan yang telah didapat dari proses marketing yang tengah diupayakan.
Detailnya untuk model stakeholders jenis ini, Pertamina sebagai korporasi dapat membuat lebih banyak kegiatan penyegaran pada internalnya guna membendung
keberadaan jenis stakeholders ini. -
Dependent Stakeholders memiliki tuntutan dan keabsahan yang mendesak, namun
kurang memiliki kekuatan. Ini juga jenis problems stakeholders dari kaitanya dengan stakeholders sebelumnya. Selain tubuh internal yang menjadi fokus Pertamina sebagai
korporasi, bagian ekternal untuk urusan pengadaan bahan baku bahan bakar, juga perlu mendapatkan perhatian lebih juga dalam kaitanya dengan jenis Stakeholders
Discritionary. Penanganannya dapat dilakukan pada pematangan konsep Corperate Social Responsibility CSR Perusahaan, untuk lebih dapat serta mampu membuat
segmentasi dan fokus tersendiri untuk metode pembangunan relasi kepada jenis stakholders ini.
2. Tahapan Dalam Kampanye Branding