Untuk menguatkan hati, berupa kesenangan rohani spiritual agar Nabi Untuk menartikan membaca dengan benar dan pelan Al-Quran, kondisi

AL-QURAN Al-Quran ialah kalam Allah kalaamullah-QS 53:4 dalam bahasa Arab, sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui utusan Allah Malaikat Jibril a.s untuk digunakan sebagai pedoman hidup manusia dalam menggapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Kalam adalah sarana wasilah untuk menerangkan suatu berupa ilmu pengetahuan, nasihat, atau berbagai kehendak, lalu memberitahukan perkaraitu kepada orang lain. Ada dua alasan mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur:

1. Untuk menguatkan hati, berupa kesenangan rohani spiritual agar Nabi

selalu tetap merasa senang dapat berkomunikasi dengan Allah, dan menghujamkan Al-Quran serta hukum-hukumnya di dalam jiwa Nabi dan jiwa manusia, sekaligus menjelaskan jalan untuk memahaminya.

2. Untuk menartikan membaca dengan benar dan pelan Al-Quran, kondisi

umat saat Al-Quran diturunkan adalah ummiy, yaitu, tidak dapat membaca dan menulis, sementara Allah SWT menghendaki Al-Quran dapat dihafal dan diresapi agar secara berkesinambungan mutawattir . MUKJIZAT AL-QURAN Al-Quran sebagai mukjizat yang hebat, tetap dan kekal sepanjang masa, telah diakui oleh para cendekiawan pada masa lalu, dan yang akan datang. 1. Keindahan seni bahasa Al-Quran balaghah 2. Kebenaran pemberitaan Al-Quran tentang keadaan yang terjadi pada abad- abad yang silam. 3. Pemberitaan Al-Quran tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa datang. 4. Kandungan Al-Quran banyak memuat informasi tentang ilmu pengetahuan. FUNGSI AL-QURAN Fungsi Al Al-Quran Zaroh 1999 . 1. -Quran sebagai pedoman hidup, yaitu dengan membaca dan menghafalnya, memahami, dan menadaburkan, serta merealisasikan nilai-nilainya dalam amal nyata. Al-Quran adalah kitab lengkap sebagai pedoman hidup manusia sebagai individu dan sebagai kelompok masyarakat. 2. Al-Quran sebagai rahmat bagi alam semesta, karena Al-Quran akan melahirkan iman dan hikmah kepada manusia yang mengimani. 3. Al-Quran sebagai cahaya petunjuk. 4. Al-Quran sebagai peringatan. 5. Al-Quran sebagai penerang dan pembeda. 6. Al-Quran sebagai pelajaran. 7. Al-Quran sebagai sumber Ilmu. 8. Al-Quran sebagai hukum. 9. Al-Quran sebagai obat penyakit jiwa. 10.Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira. 11.Al-Quran sebagai pedoman melakukan pencatatan. AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM Al-Quran dijadikan sumber hukum yang utama, karena Al-Quran dari Allah SWT yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi manusia dalam menata kehidupannya sehingga selama di dunia dan di akhirat. Al-Quran menuruh untuk menghadirkan saksi yang jujur pada akad transaksi QS 2:282 , dan jika akad tersebut ditangguhkan pembayarannya, maka hendaklah ditulis, untuk menghindarkan perselisihan di kemudian hari. Dalam menerapkan hukum pidana, Al-Quran senantiasa memperhatikan empat hal, yaitu: 1. melindungi jiwa, akal, harta benda, dan keturunan 2. merendam kemarahan orang yang terluka, lantaran ia dilukai 3. memberikan ganti rugi kepada orang yang terluka atau keluarganya 4. menyesuaikan hukuman dengan pelaku kejahatan, yakni bila pelaku kejahatan orang yang terhormat, maka hukumannya menjadi berat, dan jika pelaku kejahatan tersebut orang rendahan, maka hukumannya menjadi ringan. Al-Quran membagi orang kafir menjadi tiga bagian Zahroh, 1999 , yaitu: 1. kafir dzimmy dan mua’ahad 2. kafir musta’man 3. kafir harby musuh AS-SUNAH As-Sunah ialah ucapan qauliyah , perbuatan fi’liyah serta ketetapan- ketetapan taqririyah Nabi Muhammad SAW yang merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Berita tentang ucapan qauliyah , perbuatan fi’liyah serta ketetapan- ketetapan taqririyah Nabi Muhammad SAW disebut Hadis. Sebuah hadis Nurcholish Madjid, et all 2001 mengandung tiga elemen yaitu rawi, sanad, dan matan. Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan hadis yang didengarnya dari seseorang atau dari gurunya. Sanad adalah urutan para rawi yang menyampaikan hadis, mereka yang menghantarkan kita sampai kepada matan atau teks hadis. PERIWAYATAN HADIS Ulama mengelompokkan hadis menjadi tiga, yaitu: 1. Hadis Mutawattir, ialah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang tidak terhitung jumlahnya dan mereka tidak mungkin bersepakat berbohong dengan perawi yang sama banyaknyahingga sanadnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. 2. Hadis Masyur, ialah hadis yang diriyawatkan dari nabi, oleh seorang, dua orang atau lebih lebih sedikit dari kalangan sahabat atau diriwayatkan dari sahabat, oleh dua orang perawi kemudian setelah itu tersebar luas hingga diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak mungkin bersepakat bohong. 3. Hadis Ahad, atau kabar Khasshah ialah setiap hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw oleh seorang, dua orang atau sedikit lebih banyak, dan belum mencapai syarat hadis Masyur. FUNGSI AS-SUNAH As-Sunah berfungsi sebagi penopang dan penyempurnaan Al-Quran dalam menjelaskan hukum-hukum syara’. Fungsi As-Sunah, antara lain: 1. Menguatkan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran 2. Memberikan keterangan ayat-ayat Al-Quran dan menjelaskanrincian ayat-ayat yang bersifat umum 3. Membatasi kemutlakannya 4. Menakhiskanmengkhususkan keumumannya 5. Menciptakan hukum baru yang tidak ada di dalam Al-Quran AS-SUNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM Ketaatan kepada Allah SWT harus diikuti dengan ketaatan kepada rasul. Sebaliknya, ketaatan kepada Rasul harus diikuti pula dengan ketaatan kepada Allah SWT, sehingga keduanya merupakan dua yang tidak dapat dipisahkan. Konsekuensi ketaatan kepada Rasul adalah dengan mengimani dan membenarkan apa yang dikabarkannya, mengagungkan dan membelanya, memperbanyak salawat, serta menghidupkan sunahnya. IJMAK Ijmak adalah kesepakatanpara mujtahid dalam suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW, terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis, dan merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunah. Jumhur ulama berpendapat, bahwa alasan dapat digunakannya Ijmak sebagai sumber hukum Islam adalah sebagai berikut: 1. Hadis-hadis yang menyatakan bahwa umat Muhammad tidak akan bersepakat terhadap kesesatan. 2. Mengikuti jalan akidah orang bukan mukmin adalah haram. TINGKATAN IJMAK Menurut Imam Syafi’I dalam zahrah 1999 tingkatan Ijmak adalah sebagai berikut: 1. Ijmak Sharih 2. Ijmak Sukuti 3. Ijmak pada Permasalahan Pokok TERJADINYA IJMAK Ada sebagian ahli fikih yang menganggap bahwa Ijmak yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum hanya Ijmak yang berasal dari sahabat karena Ijmak ini bersandarkan hukum-hukum syara’ yang telah ditetapkan secara mutawattir sehingga tidak ada seorang pun yang menolaknya. Sedangkan sebagian ahli fikih lainnya menganggap bahwa Ijmak dapat terjadi pada Ijmak para sahabat dan Ijmak dari bukan dari para sahabat. Faktor-faktor yang harus terpenuhi sehingga Ijmak dapat dijadikan sebagai dasar hukum adalah sebagai berikut: 1. Pada masa terjadinya peristiwa itu harus ada beberapa orang mujtahid. 2. Kesepakatan itu haruslah kesepakatan yang bulat. 3. Seluruh mujtahid menyetujui hukum syara’ yang telah mereka putuskan itu dengan tidak memandang negara, kebangsaan dan golongan mereka. 4. Kesepakatan itu diterapkan secara tegas terhadap peristiwa tersebut baik lewat perkataan maupun perbuatan. QIYAS Qiyas menurut bahasa ialah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan sesuatu dengan sejenisnya. Sedangkan menurut terminologi, definisi qiyas secara umum adalah suatu proses penyikapan kesamaan hukum suatu kasus yang tidak disebutkan dalam suatu dalil baik di Al-Quran dan As-Sunah dengan suatu hukum yang disebutkan dalam dalil tersebut karena ada kesamaan dalam alasannya. Qiyas dapat dianggap sebagai sumber hukum, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Sepanjang mengacu dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunah. 2. Qiyas juga sesuai dengan logika yang sehat. ARGUMENTASI Dari keempat sumber hukum tersebut diatas, Al-Quran merupakan sumber hukum yang pasti karena tidak perlu metode khusus untuk mengatakan ia adalah sumber hukum yang harus diikuti seorang muslim, sedangkam As-Sunah, penetapan agar ia menjadi simber hukum juga tidak perlu metode khusus, kecuali memerlukan penggolongan hadis berdasarkan perawinya . Untuk Ijmak dan Qiyas telah dikembangkan metodologi baku untuk menetapkan suatu hukum yang disebut sebagai Ilmu Fikih. BAB 4 SISTEM KEUANGAN SYARIAH Sistem keuangan syariah terkait erat dengan harta kekayaan, akad transaksi yang diperbolehkan dan dilarang syariah. Bagaiman pengeloalaan harta itu dilakukan merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunah, agar harta yang dimiliki menjadi halal dan bernilai tidak hanya di dunia tapi juga di kehidupan akhirat kelak. KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN Memelihara harta, bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik mutlak dan harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT. ANJURAN BEKERJA ATAU BERNIAGA Islam mengajurkan manusia untuk bekerja dan berniaga, dan menghindari kegiatan meminta-minta salam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk memenuhi sebagian perintah Allah seperti infak, zakat, pergi haji,perang jihad dan sebagainya. KONSEP KEPEMILIKAN Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitudiperoleh dengan cara yang sah dan benar legal and fair , serta dipergunakan dengan dan untuk hal yang baik- baik di jalan Allah SWT. Allah SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini QS 57:2 , sedangkan manusia adalah wakil khalifah Allah di muka bumi ini yang diberi kekuasaan untuk mengelola. PEROLEHAN HARTA Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori ibadah muamalah mengatur manusia dengan manusia . Kaidah fikih dari muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diharamkan dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunah. Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Al-Quran dan As-Sunah. Perhitungan untung atau rugi harus berorientasi jangka panjang, yaitu mempertimbangkan perhitungan untuk kepentingan akhirat. PENGGUNAAN DAN PENDISTRIBUSIAN HARTA Ketentuan syariah berkautan dengan harta, antara lain: 1. Tidak boros dan kikir 2. Memberi infak dan shadaqah 3. Membayar zakat sesuai ketentuan 4. Memberi pinjaman tanpa bunga qardhul hasan 5. Meringankan kesulitan orang yang berhutang AKAD KONTRAK TRANSAKSI Akad dalam bahasa Arab ‘al-‘aqd, jamaknya ‘al-‘uqud, berarti ikatan atau mengikat al-rabht . Menurut terminologi hukum Islam, akada adalah pertalian antara penyerahan ijab dan penerimaan qabul yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. JENIS AKAD Fikih muamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni: AKAD TABARRU’ gratuitous contract adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba transaksi nirlaba . Ada 3 bentuk akad tabarru’: a. Meminjamkan Uang b. Memijamkan uang termasuk akad tabarru’ karena tidak boleh melebihkan pembayaran atas pinjamn yang kita berikan, karena setiap kelebihan tanpa ‘iwad adalah riba. Ada minimal 3 jenis pinjaman, yaitu: 1. Qardh: merupakan pinjam yang diberikan tanpa mensyaratkan apa pun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu. 2. Rahn: merupak pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau jumlah tertentu. 3. Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara mengambil ahli piutang dari pihak lain. c. Memijamkan Jasa Meminjamkan jasa berupa keahlian atau keterampilan termasuk akad tabarru’. Ada minimal 3 jenis pinjaman, yaitu: 1. Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain. 2. Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini telah dirinci didetailkan tentang jenis pemeliharaan dan penitipan. 3. Kafalah: juga merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini terjadi atas wakalah bersyarat contingent wakalah . d. Membeikan sesuatu Ada minimal 3 bentuk akad ini: 1. Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan tersebut untuk kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat dipindahkantangankan . 2. Hibah, Shadaqah: merupakan pemberian suatu secara sukarela kepada orang lain. AKAD TIJARAH compensational contract merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari sisi kepastian hasil yang diperoleh, akad ini dapat dibagi 2, yaitu: a. Natural Uncertainty Contract, merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran dimana pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi satu, kemudian menanggung risiko bersama- sama untuk mendapatkan keuntungan. b. Natural Certainty Contract: merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran dimana kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya. RUKUN DAN SYARAT AKAD Rukun dan syartat sahnya suatu akad ada tiga, yaitu: 1. Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad penjual dan pembeli, penyewa dan yang menyewakan, karyawan dan majikan, shahibul maal dan mudharib, mitra dengan mitra dalam musyarakah dan lain sebagainya. 2. Objek akad merupakan konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu transaksi tertentu. 3. Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling rida. TRANSAKSI YANG DILARANG Hal yang termasuk transaksi yang dilarang adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah