Penelitian Pendahuluan Indeks Warna Kuning Telur

Rahardjo 1985 mengatakan bahwa pemberian cangkang udang sampai 30 dalam pakan dapat menyebabkan warna kuning telur menjadi merah, karena cangkang udang mengandung pigmen astaxanthine. Astaxanthine adalah pigmen yang sering ditemukan pada hewan Simpson dan Chichester 1980. R0 hari 7 R1 hari 7 R2 hari 7 Skor 5 Skor 7 Skor 7 Skor 8 Skor 6 Skor 10 Gambar 2 Indeks warna kuning telur dengan pemberian pakan R0 Ransum basal, R1 3 kaliandra, R2 6 kaliandra, R3 3 kepala udang, R4 6 kepala udang dan R5 9 kepala udang pada hari ke-7. Laksmiwati 1997 dalam penelitiannya bahwa pemberian kaliandra 15 dalam ransum meingkatkan skor warna kuning telur menjadi 12 karena pada kaliandra mengandung pigmen xanthophyll yang dapat memberi warna kuning pada kuning telur. Ini ditunjang oleh pernyataan Anggorodi 1985 yang menyatakan bahwa adanya xanthophyll dalam pakan unggas dapat meningkatkan warna kuning telur. Pengaruh perlakuan juga dipertegas oleh penampakan warna kuning telur asin rebus Gambar 3. R3 hari 7 R4 hari 7 R5 hari 7 Gambar 3 Indeks warna kuning telur asin rebus dengan pemberian pakan R0 Ransum basal, R1 3 kaliandra, R2 6 kaliandra, R3 3 kepala udang, R4 6 kepala udang dan R5 9 kepala udang. Dari pengamatan secara visual terhadap telur asin rebus yang diberi perlakuan kaliandra dan kepala udang, terlihat bahwa warna kuning telur asin rebus pada hari ke-15 kelihatan lebih masir dibanding telur asin rebus pada hari ke-8. Hal ini diduga telur asin rebus pada hari ke-15 sudah memiliki warna kuning telur yang lebih bagus dari warna telur asin rebus hari ke-8, sehingga dengan adanya NaCl dan lemak yang ada pada kuning telur menyebabkan tampilan warna kuning telur yang lebih masir. Tingkat kemasiran kuning telur sangat dipengaruhi oleh kadar lemak dan kadar NaCl yang terdapat pada kuning telur. Senyawa organik pemberi warna pada kuning telur pigmen karotenoid terdiri dari atom-atom dan ikatan-ikatan yang kaya elektron. Atom dan elektron tersebut bisa berinteraksi dan dipengaruhi oleh ion Na + dan ion Cl - , sehingga interaksi mereka dapat menyebabkan perubahan intensitas penyebab warna kuning telur. Penyebab masirnya kuning telur tersebut diperkuat dengan pendapat Muchtadi 1990 dalam Wulandari 2002 mengatakan bahwa LDL adalah suatu emulsifier, yang dapat dipecahkan dengan berbagai cara yaitu : a pemanasan b penambahan elektrolit c pengadukan mekanis dan d sentrifugasi dengan kecepatan tinggi. Ikatan yang terdapat pada LDL adalah ikatan kovalen, ikatan ion, ikatan hidrofobik dan ikatan vanderwalls. Masing-masing ikatan tersebut dapat dirusak oleh adanya NaCl dan panas. Penambahan elektrolit seperti NaCl dan proses pemanasan perebusan telur asin dapat menggangggu keseimbangan antar fase, yaitu fase polar protein dan fase non polar lipid, akibatnya sifat minyak dari fase non polar lipid muncul kepermukaan. Besaran minyak yang keluar adalah salah satu kriteria mutu telur asin yang berhubungan dengan tingkat kemasiran dari kuning telur. Semakin banyak minyak yang keluar kemasiran kuning telur semakin tinggi Wulandari 2002. Berdasarkan hasil indeks warna kuning telur yang didapatkan dari penelitian pendahuluan maka diterapkan dosis kombinasi antara kaliandra dan kepala udang dalam penelitian lanjutan yaitu dosis kaliandra 6 dan kepala udang 3 untuk R1 serta dosis kaliandra 6 dan kepala udang 6 untuk R2.

2. Penelitian Lanjutan Kandungan Gizi Pakan Perlakuan

Komposisi zat-zat makanan penyusun ransum percobaan berdasarkan analisis proksimat dan kandungan zat-zat makanan yang digunakan dalam ransum perlakuan selama penelitian berdasarkan bahan kering dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7 Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam bahan makanan penyusun ransum Bahan Makanan Protein Kasar Lemak Serat Kasar Ca P Energi Bruto kalgram Kaliandra 20.38 1.37 26.59 0.98 0.29 3565 Kepala udang 38.84 7.60 19.18 8.39 1.48 3991 Ransum basal 19.44 2.63 4.79 3.88 0.92 3842 Keterangan : Analisis Proksimat Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB 2005 Tabel 8 Kandungan zat-zat makanan yang digunakan dalam ransum perlakuan selama penelitian berdasarkan bahan kering Zat-zat makanan Perlakuan R0 R1 R2 Protein kasar 19.44 20.02 20.53 Serat kasar 4.79 6.38 6.73 Lemak 2.63 2.70 2.83 Kalsium 3.88 3.84 3.96 Phospor 0.92 0.90 0.92 Energi Bruto kalgram 3842.00 3831.08 3835.14 Ket : R0 = Ransum Basal RB R1 = RB + 6 kaliandra + 3 kepala udang R2 = RB + 6 kaliandra + 6 kepala udang Dari hasil perhitungan terlihat bahwa kandungan protein, serat kasar dan lemak relatif makin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pemberian kaliandra dan kepala udang pada perlakuan R1 dan R2. Kandungan kalsium, pospor, dan energi bruto perlakuan R1 dan R2 tidak menunjukkan angka yang berbeda nyata. Syahrir dan Fattah 2000 melaporkan hasil penelitiannya bahwa terjadi penurunan kadar tanin dari bahan pakan kaliandra segar 5.6 dalam sistim rumen yang diakibatkan oleh terbentuknya ikatan antara tanin dengan protein, mineral atau zat lain yang ada dalam rumen. Disisi lain Silverstein et al. 1981 dalam Sudibya 1998 mengatakan bahwa kepala udang yang banyak mengandung khitin merupakan golongan homopolisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan polimer linier dari anhidro N-asetil-D glukosamin N-asetil 2 amino -2-dioksi-D- glukosa mempunyai sifat mengikat lemak. Berdasarkan sifat yang ada pada bahan penyusun ransum akibat tanin dan khitin maka peningkatan zat-zat gizi protein, lemak dan serat kasar pada perlakuan R1 dan R2 Tabel 8 diharapkan dapat mencegah kekurangan ketersediaan protein dan lemak akibat diikat oleh tanin dan khitin. Konsumsi Ransum, Produktivitas Telur, Efisiensi Penggunaan Ransum, Indeks Warna Kuning Telur dan Retinol Serum Itik Konsumsi Ransum Rataan konsumsi pakan per perlakuan selama penelitian, untuk itik yang diberi pakan perlakuan R0, R1 dan R2 disajikan pada Tabel 9.