5 Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik dan Kadar Air Tanah
aliran air, maka sangat penting menyatakan hubungan-hubungan tersebut dalam bentuk pendekatan empiris.
Campbell 1974
dalam
Dingman 2002 mengajukan persamaan berikut:
b ae
S
ψ
S
ψ
= 6
Dengan menggunakan
φ θ
V V
V S
w a
w
= +
≡ 7
dimana V
a
, V
w
, dan φ berturut-turut adalah volume udara, volume air, dan porositas dari contoh tanah, akan diperoleh:
b ae
θ φ
ψ θ
ψ
⋅
= 8
dan
c S
S K
S K
⋅ =
9 atau
c S
φ θ
K θ
K
⋅ =
10
Parameter b sering disebut indeks distribusi ukuran pori
pore-size distribution index
, sedangkan c disebut indeks ketidakterhubungan pori
pore- disconnectedness index
karena c adalah suatu ukuran bagi rasio panjang lintasan yang diikuti oleh air di dalam tanah terhadap suatu lintasan garis lurus Bras,
1990; Eagleson, 1978
dalam
Dingman, 2002. Besarnya didekati dengan persamaan berikut:
3 b
2 c
+ ⋅
= 11
van Genuchten 1980 menyatakan persamaan hubungan antara potensial matrik dengan kadar air tanah sebagai:
1 m
n r
s r
ψ α
1 θ
θ θ
ψ θ
⋅ +
− +
= 12
dimana θ
ψ adalah kadar air tanah cm
3
cm
-3
, θ
s dan θ
r adalah kadar air tanah jenuh cm
3
cm
-3
dan kadar air tanah sisaan cm
3
cm
-3
, ψ
adalah potensial matrik cm H
2
O, dan α
, n dan m1 adalah parameter-parameter empirik. Pereira and Allen 1999 menyatakan bahwa parameter-parameter empirik dalam Persamaan
12 diperoleh dari titik-titik data retensi hasil pengukuran menggunakan teknik regresi non-linier dengan kendala
α 0, n 1, dan 0 m1 1.
van Genuchten 1980 juga menyatakan bahwa data kadar air tanah jenuh umumnya selalu tersedia karena sangat mudah diperoleh dari percobaan. Begitu
juga data kadar air tanah sisaan mungkin dapat diperoleh dari percobaan. Namun, pengukuran kadar air tanah sisaan tidak selalu dilakukan secara rutin sehingga
harus diduga menggunakan data retensi air tanah yang ada. Oleh karena kadar air tanah sisaan didefinisikan sebagai kadar air pada saat gradien d
θ d
ψ = 0, maka
dari sudut pandang praktis, kadar air tanah sisaan dapat didefinisikan sebagai kadar air pada suatu nilai potensial matrik yang cukup besar misalnya pada
kondisi titik layu permanen ψ
= -15000 cm H
2
O. Hubungan antara konduktivitas hidrolik tanah takjenuh dengan data retensi
air tanah dan konduktivitas hidrolik tanah jenuh diperoleh dengan menggunakan model Mualem van Genuchten, 1980; Pereira and Allen, 1999; Rudiyanto dan
Setiawan, 2005, yaitu:
[ ]
2 1
m 1
m 1
e λ
S
S 1
1 Θ
K θ
K −
− ⋅
= 13
dengan
r s
r
θ θ
θ θ
Θ −
− =
14
dimana K
S
adalah konduktivitas hidrolik jenuh, Θ
adalah derajat kejenuhan efektif,
λ adalah parameter empirik tak berdimensi yang secara rata-rata bernilai
0.5 dan m1 = 1 – 1n. Setiawan 1992 memberikan sedikit modifikasi terhadap Persamaan 12
untuk mengakomodasi nilai potensial matrik yang positif ψ
0, mengingat Persamaan 12 hanya berlaku pada interval potensial matrik yang kurang dari
sama dengan nol ψ≤
0. Hasil modifikasi tersebut adalah:
1 m
n max
r s
r
α ψ
ψ 1
θ θ
θ ψ
θ
− +
− +
= 15
dimana ψ
max
adalah potensial matrik maksimum cm H
2
O. Setiawan dan Nakano 1993 juga telah mengembangkan persamaan yang
menyatakan hubungan antara konduktivitas hidrolik takjenuh dan kadar air tanah sebagai:
[ ]
1 b
s S
θ θ
1 a
exp K
θ K
− −
⋅ =
16 dimana
θ adalah kadar air tanah cm
3
cm
-3
, serta a1 dan b1 adalah parameter- parameter empirik.