menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat bahkan sebuah produk dari hubungan sosial.
2.2.2 Bentuk-bentuk Konflik
Stanton dalam Nurgiyantoro, 1998:124, membedakan konflik ke dalam dua kategori yaitu konflik eksternal external conflict dan konflik internal
internal conflict.
2.2.2.1 Konflik Internal konflik kejiwaan
Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan
dirinya sendiri. Ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah-masalah lainnya. Konflik internal juga dapat dikatakan sebagai konflik batin atau dapat disebut juga
konflik kejiwaan. John Locke beranggapan bahwa jiwa adalah kumpulan ide yang disatukan
melalui asosiasi. Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh George Berkeley bahwa jiwa adalah persepsi. Sedangkan Hipocrates berpendapat bahwa jiwa adalah
karakter. Jadi dapat dikatakan bahwa jiwa adalah ide atau karakter yang memunculkan sebuah persepsi Soeparwoto 2006: 1.
Menurut Plato dalam Gerungan, 2009: 5, berpendapat bahwa ilmu jiwa manusia itu terbagi atas dua bagian, yaitu jiwa rohaniah dan jiwa badaniah. Jiwa
rohaniah tidak pernah akan mati dan berasal dari dunia abadi, sedangkan jiwa badaniah akan gugur bersama-sama dengan raga manusia. Jiwa rohaniah
berpangkal pada rasio dan logika manusia dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi sebab tidak pernah akan mati. Tugas bagian jiwa ini adalah menemukan
kebenaran abadi yang terletak di balik kenyataan dunia, yaitu dengan cara berpikir dengan rasio dan secara mengingat ide-ide yang benar dan yang berasal dari dunia
abadi.
2.2.2.2 Konflik Eksternal
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam atau lingkungan
manusia. Dengan demikian, konflik eksternal dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik physical conflict dan konflik sosial social conflict
jones, 1968:30. 1
Konflik fisik konflik elemental Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara
tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya, konflik atau permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus, dan
sebagainya. 2
Konflik sosial Konflik sosial sebaliknya adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya
hubungan antarmanusia. Ia antara lain berwujud masalah perburuhan, penindasan, percekcokan, peperangan, atau kasus-kasus hubungan sosial lainnya.
Menurut Limbong 2012: 22, konflik sosial merupakan salah satu bentuk produk hubungan sosial yang bisa dibedakan dalam tiga jenis, yakni 1 konflik
kultural kekerasan kultural, 2 konflik struktural kekerasan struktural, 3 konflik kekerasan kekerasan langsung.
Kuper dalam Suryadi 2007: 78, menyatakan konflik sosial bisa diartikan menjadi dua hal, yakni pertama, konflik dianggap selalu ada dan mewarnai aspek
interaksi manusia dan struktur sosial. Kedua, pertikaian terbuka seperti perng, revolusi, pemogokan, dan gerakan perlawanan.
Pruitt dan Rubin 2009. Menyimpulkan bahwa konflik sosial adalah persemaian yang susbur bagi terjadinya perubahan sosial. Orang yang
menganggap situasi yang dihadapinya tidak adil atau menganggap bahwa kabijakan yang berlaku saat ini salah, biasanya mengalami pertentangan, tatanan
yang berlaku sebelumnya. Konflik sosial juga memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan
kemenangan di salah satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya. Konflik internal dan eksternal yang terdapat dalam sebuah karya fiksi,
dapat terdiri dari bermacam-macam wujud dan tingkatan kefungsiannya. Konflik- konflik itu dapat berfungsi sebagai konflik utama atau sub-subkonflik konflik-
konflik tambahan. Tiap konflik tambahan haruslah bersifat mendukung,
karenanya mungkin dapat juga disebut konflik pendukung Nurgiyantoro, 1998:126.
2.2.3 Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Konflik